BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
INTEGRASI REKOMENDASI KLHS DALAM RAPERDA RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB IV PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III PENGKAJIAN PENGARUH RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN

Pengembangan Pantura Jakar ta

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PERSPEKTIF HUKUM. Dr. IMA MAYASARI, S.H., M.H

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Pengembangan Pantai Utara Jakarta dalam Review Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu-

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

GUBERNUR PROVIN,SI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2485 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG

KONSULTASI PUBLIK KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RAPERDA RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PANTAI UTARA JAKARTA

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

MODUL 2: PENGENALAN DASAR-DASAR RENCANA RINCI KABUPATEN

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V 29

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

ARAHAN DAN PENJELASAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA TENTANG RENCANA PENGERUKKAN DAN REKLAMASI TELUK KENDARI

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

SISTEM PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI UTARA DKI JAKARTA

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

KEWENANGAN PERIZINAN REKLAMASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENATAAN RUANG

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BUPATI BANGKA TENGAH

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memerlukan pengaturan tata ruang yang lebih rinci yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Berdasarkan hasil telaah terhadap Rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta dikaitkan dengan kondisi dan rona lingkungan wilayah DKI Jakarta pada umumnya maupun Jakarta Utara pada khususnya serta hasil telaah terhadap perkiraan pengaruh Rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta terhadap kondisi lingkungan, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Kawasan daratan Pantura Jakarta yang mencakup 5 (lima) wilayah kecamatan, yaitu Penjaringan, Pademangan, Koja, Tanjung Priok dan Cilincing terindikasi memiliki kondisi daya dukung dan daya tampung yang terbatas. Hal ini didasarkan pada kondisi permasalahan lingkungan yang terjadi antara lain terdapatnya beberapa lokasi kawasan kumuh, rawan bencana rob, rawan bencana banjir, keterbatasan air bersih, penurunan muka tanah, buruknya sanitasi serta pencemaran air; 2. Kawasan daratan Pantura Jakarta dan perairan laut DKI Jakarta dimanfaatkan untuk kegiatan dan berlokasinya berbagai infrastrukutr dan fasilitas yang bersifat vital, antara lain pelabuhan Tanjung Priok dan alur pelayarannya, pelabuhan regional dan pelabuhan perikanan serta alur pelayarannya, Pelabuhan Angkatan Laut dan Pelayarannya, PLTU/PLTGU Muara Karang, jaringan kabel telekomunikasi dan pipa gas dan BBM bawah laut, dan lainnya yang membutuhkan jaminan terhadap keamanannya; 3. Kondisi perairan yang relatif dangkal dan telah tercemar akibat buangan kegiatan di daratan dan telah mengganggu keaneka ragaman hayati biota laut; 4. Kondisi geomorfologi wilayah DKI Jakarta daratan bagian Utara maupun perairan laut merupakan tanah lunak yang cenderung mudah mengalami amblesan. Penurunan muka tanah yang terjadi di DKI Jakarta diantaranya dikarenakan oleh beban bangunan dan pengambilan air tanah yang berlebih. 5. Rancangan RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta antara lain dilakukan dengan membentuk pulau-pulau baru di wilayah perairan laut yang terhubungkan dengan wilayah daratan oleh beberapa akses jembatan. Rencana tersebut telah termuat dalam RTRW DKI Jakarta 2030. Meskipun demikian, secara administrasi keruangan Kawasan Strategis Pantura Jakarta belum sinkron dengan batasan yang diatur dalam Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030, Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi, serta rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta. Bab 5-1

6. Rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta perlu disinkronkan dengan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030 dan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi agar secara jelas dan rinci memuat rencana terkait revitalisasi daratan Pantura Jakarta sebagai penerima manfaat dari pengembangan Kawasan Strategis Pantura Jakarta. 7. Berdasarkan muatan rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, materi yang berpotensi mempengaruhi kondisi lingkungan terutama isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan adalah pembentukan pulau-pulau baru hasil reklamasi dan pengembangan kawasan perkotaan baru di pulau-pulau hasil reklamasi. Kedua hal tersebut dalam perencanaan skala kegiatan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian melalui kajian Amdal yang terpadu yang memuat rencana kegiatan reklamasi dan rencana kegiatan perkotaan yang akan dibangun. 8. Belum ada kejelasan mengenai status administrasi kewilayahan dari pulau-pulau baru yang dimuat dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta. Untuk itu perlu diatur lebih lanjut dalam peraturan yang relevan untuk memperoleh kejelasan dalam status kependudukan, status tanah, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan. 5.2. REKOMENDASI Dalam rangka penyempurnaan terhadap rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta dirumuskan rekomendasi penyempurnaan sebagaimana termuat dalam tabel berikut. Tabel 5.1. Rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta 1. Delineasi Kawasan Pantai Utara Jakarta (i) Terdapat ketidak-sinkronan batas kawasan perencaanaan : - Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (9) mengenai definisi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta yang menjadi lingkup rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta. - Pasal 3 mengenai letak Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta yang dijabarkan pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). - Lampiran Gambar 1 Peta Rencana Bentuk Pulau Kawasan Strategis 1) Penyepakatan batas wilayah perencanaan Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta berdasarkan ketentuan peraturan perundangan. Direkomendasikan bahwa batas wilayah tidak mencakup Pulau N Pulau Q dan memasukkan wilayah daratan berbatasan dalam batas wilayah perencanaan yang diatur dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta; 2) Penyepakatan mengenai status administrasi pulau-pulau reklamasi. Direkomendasikan merupakan bagian dari kecamatan yang ada. Hal ini perlu ditetapkan dan diatur lebih lanjut dalam peraturan perundangan yang relevan. 3) Penyatuan bagian-bagian pulau dengan 5 Bab 5-2

Pantai Utara Jakarta 2. Perubahan bentuk lansekap secara massif. (lima) kecamatan pesisir yang berbatasan sesuai dengan ketentuan perundangan. Dalam hal ini perlu adanya sinkronisasi dengan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi. 4) Rekomendasi penyempurnaan rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta, antara lain : Bentuk, ukuran, dan layout pulau harus mempertimbangkan : Alur keluar masuk kapal dari/ke pelabuhan dan pusat kegiatan perikanan, serta batasan kedalaman. Adanya kanal pemisah yang berpedoman pada peraturan perundangan. Jarak minimal pulau dengan keberadaan jaringan pipa gas dan BBM dan kabel telekomunikasi bawah laut yang disyaratkan sesuai peraturan. Memperhatikan aliran 13 (tiga belas) sungai yang bermuara di Teluk Jakarta serta laju sedimentasi berdasarkan pemodelan. Memperhatikan infrastruktur penting di kawasan pesisir daratan DKI Jakarta. Memprioritaskan kegiatan perbaikan kondisi wilayah daratan, antara lain kegiatan yang mencakup : Penataan kawasan pesisir. Pembuatan tanggul NCICD tahap A yang dilengkapi sistem pemompaan. Pelaksanaan program pengendalian banjir secara terpadu termasuk program pengendalian pembangunan DAS secara menyeluruh. Terkait persyaratan perizinan dalam Pasal 101 dilengkapi dengan dilakukan kajian Amdal dengan mempertimbangkan dampak dan pengaruh kegiatan yang ada dan yang direncanakan di pulau lain dan daratan serta perairan laut, termasuk dumping site dan lokasi penambangan material urugan, rencana NCICD, rencana Bab 5-3

revitalisasi, rencana reklamasi pulau di sekitarnya, rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok, dan lainnya. 3. Rencana pola ruang dan peraturan zonasi dalam rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta : a) Bab VII Rencana Pola Ruang yang terdiri dari Pasal 58 hingga Pasal 77 dengan dukungan Lampiran IV-1 yang berisi informasi Gambar-1A sampai dengan Gambar-13A. b) Bab IX Peraturan Zonasi yang terdiri dari Pasal 83 hingga Pasal 101 dengan dukungan Lampiran IV-2 yang berisi informasi Intensitas Pemanfaatan Ruang Pulau dari Tabel 1-B hingga Tabel 13-B. Rekomendasi penyempurnaan rancangan Perda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta terkait adanya blank zone : - Pengaturan pola ruang dan intensitas bangunan dengan mempertimbangkan adanya potensi amblesan pada blank zone - Penjaminan terhadap keamanan bangunan dan infrastruktur dari bencana alam yang disyaratkan dalam izin mendirikan prasarana. 4. Rencana Penyediaan Prasarana dan Sarana. Teknologi ramah lingkungan. Pengelolaan utilitas secara terpadu. Ducting system. Penerapan sistem dan jaringan secara mandiri. Memenuhi Ketentuan SPM terkait kawasan budidaya perkotaan. Tanggung jawab pemegang izin reklamasi. Pasal 43 Sumber air baku air bersih dari hasil pengolahan air laut, pengolahan air permukaan dari kolam, dan pengolahan air limbah (grey water). Pasal 47: - Pengelolaan sampah meliputi pengangkutan dan pengolahan sampah diselenggarakan secara mandiri di setiap pulau reklamasi atau Rekomendasi: - Penjaminan terhadap sumber air bersih yang tertuang dalam perizinan ataupun Perjanjian Kerja Sama antara Pemegang Izin Reklamasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta - Rencana jaringan air bersih termuat dalam peta prasarana yang dapat diacu oleh pengembang. - Pihak pengembang diwajibkan menyusun Amdal yang memuat kegiatan reklamasi beserta rencana kegiatan di atasnya sehingga penghitungan kebutuhan air dapat diperkirakan dan pengembangan kawasan yang disesuaikan dengan potensi kontinuitas ketersediaan air. dalam perlu diatur secara jelas dan rinci. - Prosedur dan mekanisme pengelolaan bersama perlu diatur jelas dan rinci. - Penjaminan terhadap sistem pengelolaan sampah yang tertuang dalam perizinan ataupun Perjanjian Kerja Sama antara Pemegang Izin Reklamasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. - Penghitungan secara cermat kebutuhan dan kemampuan teknis dan kapasitas Bab 5-4

terpadu dengan pulau-pulau lain yang dialokasikan di Sub kawasan Timur. - Pengelolaan sampah merupakan kewajiban pemegang ijin reklamasi yang dilakukan baik secara mandiri ataupun kerjasama. Pasal 44 Pasal 46 - Arahan pemisahan saluran drainase dan sistem pengolahan limbah secara bertahap. - Penyediaan alternatif energi dan sumber air bersih. - Jaringan yang bersifat perpipaan dan terpusat. - Dilakukan secara mandiri setiap pulau atau terpadu dengan pulau yang berdekatan. - Kewajiban pemegang izin reklamasi secara mandiri atau bekerjasama dengan pihak lain. 5. Rencana Jaringan Jalan dan rencana sistem jaringan transportasi Pasal 28 Pasal 36. pengolahan sebagai persyaratan perijinan pemanfaatan ruang. - Pengembangan kawasan disesuaikan dengan kapasitas pengolahan sampah. dalam dipertegas. - Pengelolaan bersama. - Penjaminan terhadap sistem pengolahan limbah yang tertuang dalam perizinan ataupun Perjanjian Kerja Sama antara Pemegang Izin Reklamasi dengan Pemerintah. - Penghitungan secara cermat kebutuhan dan kemampuan teknis dan kapasitas pengolahan sebagai persyaratan perijinan pemanfaatan ruang. - Pengembangan kawasan yang disesuaikan dengan kapasitas pengolahan sampah. dalam dipertegas. - Pengelolaan bersama. - Pengembangan jalan arteri layang di wilayah daratan sebagai akses utama dari/menuju pulau. - Menghindari pertemuan sebidang. - Penerapan rekayasa lalu lintas di pulau reklamasi maupun di kawasan pesisir. 6. Pembangunan kawasan yang bersifat eksklusif. - Identifikasi dampak sosial yang ditimbulkan dan bentuk kompensasi yang diberikan. - Terbukanya akses terhadap ruang publik termasuk mayoritas pantai di dalam pulau reklamasi merupakan pantai publik. - Mengakomodasi ruang untuk aktivitas perikanan di pulau reklamasi. - Penataan kawasan pesisir diprioritaskan dan terpadu dengan kegiatan pulau serta mendukung fungsi Kawasan Strategis Pantura Jakarta. Bab 5-5