PRODUKTIVITAS DOMBA KOMPOSIT BETINA LEPAS SAPIH YANG DIBERI SUPLEMENTASI GLIRISIDIA

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

PENINGKATAN PROTEIN RANSUM UNTUK PEMBESARAN DOMBA HASIL PERSILANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

RESPON PRODUKSI KAMBING PE INDUK SEBAGAI AKIBAT PERBAIKAN PEMBERIAN PAKAN PADA FASE BUNTING TUA DAN LAKTASI

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PENGARUH AMPAS TEH DALAM PAKAN KONSENTRAT TERHADAP KONSENTRASI VFA DAN NH 3 CAIRAN RUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Fakultas Peternakan Unpad ke-2 Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

Produktivitas Domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada Kondisi Lapang

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENYERENTAKAN'BIRARI DADA DOMBA BETINA - St. CROIX

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENGARUH TINGKAT PROTEIN-ENERGI RANSUM TERHADAP KINERJA PRODUKSI KAMBING KACANG MUDA

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

MATERI DAN METODE. Materi

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

TEKNOLOGI REPRODUKSI MENUNJANG PROGRAM PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPLE MEN ENERGI TERHADAP PRODUKSI MASSA MIKROBA RUMEN DOMBA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

PERTUMBUHAN KAMBING LEPAS SAPIH YANG DIBERI KONSENTRAT TERBATAS

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MANFAAT BIJI ASAM, BIJI KOSAMBI DAN PUTAK SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN KONSENTRAT TERHADAP PARAMETER RUMEN SAPI BALI

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

PRODUKTIVITAS ANAK DOMBA GARUT DI DUA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

Pengaruh Formulasi Pakan Hijauan (Rumput Gajah, Kaliandra dan Gamal) terhadap Pertumbuhan dan Bobot Karkas Domba

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN M0 9,10 MJ 6,92 MIL 7,31 MILT 12,95 SEM 1.37

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

Transkripsi:

Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 PRODUKTIVITAS DOMBA KOMPOSIT BETINA LEPAS SAPIH YANG DIBERI SUPLEMENTASI GLIRISIDIA Dwi YUUSTIANI, B. TB:SNAmuRTI, SUBANDRIYo, M. RANGKUTI, dan LISA PRAHARANI Kata kunci : Domba komposit, glirisidia Balai Penelitian Ternak.P.O. Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian suplementasi gliricidia pada pakan domba komposit betina lepas sapih dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan, umur birahi pertama dan karakteristik rumen. Pada penelitian ini digunakan 24 ekor domba komposit betina lepas sapih yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan ditempatkan dalam kandang kelompok. Tiap kelompok mendapatkan salah satu dari dua pakan perlakuan yang terdiri dari kelompok pakan kontrol (rumput ad libitum ditambah konsentrat GT03 2% dsri bobot badan (TI) dan kelompok pakan kontrol ditambah dengan gliricidia segar sebanyak 500 g/e/h (T2). Parameter yang diamati adalah konsumsi pakan, perubahan bobot badan, umur pubertas, dan rumen karakteristik yang meliputi ph, NH3 dan VFA rumen. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan linier model umum dari SAS. Hasil pengamatan memperlihatkan bahaa konsumsi bahan kering tidak berbeda antar perlakuan karena suplementasi gliricidia mensubstitusi konsumsi rumput sehingga konsumsi hijuan rumput pada T1 lebih tinggi (365,66 gle/h) dibanding pada T2 (242,65 g/e/h), tetapi suplementasi gliricidia meningkatkan konsumsi protein dari 77,62 g/e/h pada TI menjadi 104,11 gle/h pada T2, hal ini menyebabkan pertambahan bobot badan pada T2 90,71 g/e/h nyata (P<0,05) lebih tinggi dari pada Ti 69,82 g/e/h, sebagai akibatnya konversi pakan T2 lebih baik (7,23) dari pada T1 (9,09). Umur pubertas dan bobot bahan pubertas tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan rataan 206 hari, dengan rataan bobot badan pubertas 17, 60 kg. Sementsra itu, ph rumen tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan rataan 6,86, namun amonia rumen nyata lebih tinggi pada T2 (199 mgnal) dibanding T1 (156 mgn/l). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahaa suplementasi glirisidia pada domba betina lepas sapih dapat meningkatkan pertambahan bobot badan tetapi tidak berpengaruh pada umur pubertas dan bobot badan pubertas. PENDAHULUAN Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat produktivitas ternak adalah rendahnya kualitas bahan pakan yang lazim terdapat di daerah tropis umumnya clan Indonesia khususnya. Rendahnya nilai nutrisi bahan tersebut ditunjukkan dengan rendahnya kandungan protein dan tingginya kandungan serat. Akibatnya adalah produksi yang dicapai tidak sesuai dengan potensi genetiknya. Meningkatkan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pakan. Meningkatkan kualitas pakan dapat dilakukan dengan bahan pakan yang murah clan mudah didapat seperti suplementasi dengan hijauan leguminosa pohon yang salah satunya adalah daun gamal atau gliricidia sepium. Gliricidia sepium merupakan tanaman leguminosa yang banyak tumbuh di daerah tropis, tumbuh subur sepanjang tahun clan produksi daunnya cukup tinggi sehingga tanaman ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan pakan hijauan terutama rumput dimusim kering. Pemanfaatan gliricidia telah banyak dilakukan oleh peternak di pedesaan sebagai suplemen, terutama untuk ternak ruminansia. Hal ini sangat tepat karena gliricidia mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama protein yaitu 23,5% (SMITH dan HOUTERT, 1987). Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penambahan gliricidia pada ransum ternak domba dapat meningkatkan pertumbuhannya (MATHIUS et al., 1981 ; RANGKUTi clan MARTAWIDJAJA, 1989). Rendahnya laju pertumbuhan domba lepas sapih terutama dari anak kembar, megakibatkan tertundanya perkawinan pertama yang akhirnya mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas domba selama masa 263

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 reproduksinya. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bobot hidup seekor domba betina muda dapat merupakan kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator domba untuk dapat dikawinkan pertama kali (BRADFORD et al., 1986 ; INOUNU et al., 1993). Umur pubertas selain dipengaruhi oleh faktor genetik, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan diantaranya managemen dan nutrisi (FooTE 1991). Pennah dilaporkan mengenai umur pubertas domba ekor gemuk (AFFANDI et al., 1995), tulisan ini melengkapi laporan tentang umur pubertas dari domba betina persilangan antara domba rambut dan domba lokal Sumatera. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas yang meliputi umur pubertas dan pertumbuhan serta rumen kharakteristik dari domba betina persilangan antara domba rambut dengan domba lokal Sumatera yang diberi pakan suplemen gliricidia. Ternak dan managemen pakan Penelitian dilapokan, di stasiun percobaan Cilebut selama 4 bulan dengan menggunakan 24 ekor domba betina lepas sapih (umur 6 bulan), yang komposisi genotipenya adalah 50% domba lokal Sumatera ;25% domba St Croix dan 25% domba Barbados Cross. Domba mendapat pakan rumput Gajah ad libitum dan disuplementasi dengan konsentrat komersial (GT03) sebanyak 2% dari bobot badan dan merupakan pakan kontrol (TI). Untuk kelompok perlakuan, pakan kontrol disuplementasi dengan gliricidia (Gliricidia sepium). segar sebanyak 500gr/ekor/hari (T2). Domba ditempatkan dalam 4 kandang kelompok, yang mendapatkan salah satu dari pakan perlakuan, dengan kandungan protein dan bahan kering pakan yang diberikan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Bahan kering dan protein (%) bahan pakan yang digunakan pada penelitian Parameter yang diamati Analisis data 264 MATERI DAN METODE Bahan kering Protein Rumput Gajah 18,9 9,44 Gliricidia 30,1 23,5 GT03 88 16 Parameter yang diamati adalah : konsumsi pakan, perubahan bobot badan, umur pubertas, dan karakteristik rumen. Pubertas diamati dengan menggunakan pejantan yang tiap had dimasukkan ke dalam kelompok kandang betina pada jam 08.00 dan 16.00. Umur pubertas dinyatakan sebagai umur dimana ternak memperlihatkan tanda-tanda birahi dan mau menerima pejantan. Untuk rumen karakteristik dilapokan dengan pengambilan cairan rumen pada akhir penelitian, diambil dari 3 ekor domba tiap perlakuan, dimana cairan rumen diambil 5 jam setelah pemberian pakan. Cairan rumen setelah diukur ph, kemudian diasamkan dengan diberi setetes larutan HZSO4 pekat dan disimpan di dalam freezer sebelum dianalisa kandungan amonia (NH3-N) dan asam lemak atsiri (VFA). Kandungan NH3-N diukur dengan metode Conway, sedangkan kandungan VFA diukur dengan menggunakan gas chromatography. Data konsumsi yang meliputi konsumsi bahan kering dan konsumsi protein dari hijuan dan konsentrat merupakan data rataan per-ekor dari konsumsi kelompok, sehingga data konsumsi tidak

Seminar Nasional Peternakan dan Veleriner2x00 dianalisa statistik. Sementara itu, data pertumbuhan, pubertas dan rumen karalcteristik merupakan data individu dan diolah dengan menggunakan metode linier model umum dari SAS (l987). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi bahan kering, protein, dan umur pubertas dan pertambahan bobot badan tertera pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa pemberian gliricidia mengakibatkan konsumsi rumput menjadi berkurang pada T2 atau dengan kata lain terjadi substitusi rumput dengan gliricidia (Tabel 2), sebagai akibatnya konsumsi bahan kering antara perlakuan TI dan 72 hampir sama. Pemberian gliricidia.meningkatkan konsumsi protein pada perlakuan 17, hal ini disebabkan karena kandungan protein glirisidia 2,4 kalinya rurnput gajah. Konsumsi protein pada T1 77,62 g/ekor/hari meningkat menjadi 99,44 g/ekor/hari pada T2 atau setara dengan 9,2 g/kg BH -'s untuk T1 dan 11,83 g/ kgbh, 's. Konsumsi ini lebih tinggi dari yang disarankan oleh KEARL (1982) untuk domba lepas sapih yang sedang tumbuh, dimana untuk bobot badan 17 kg dengan kenaikan pertambahan bobot badan harian 100g diperlukan konsumsi protein sebesar 7,5 g/kgbh -7s. Apabila dilihat dari perbandingan konsumsi protein, maka konsumsi protein pada domba komposit ini telah melebihi dari yang disarankan oleh KEARL (1982) kemungkinan domba komposit ini mempunyai kebutuhan protein yang lebih tinggi dari yang disarankan oleh KEARL (1982). Tabel 2. Uraian Konsumsi Bahan kering, domba komposit betina protein, konversi pakan, umur pubertas, dan bobot badan pubertas Perlakuan TI T2 Konsumsi bahan kering (g/ekor/hari) : - Rumput 365,66 242,65 - Konsentrat 269,38 263,78 - Gliricidia 150,5 - Total 635,02 656,93 Konsumsi protein (g/ekor/hari) - Rumput 34,52 22,91 - Konsentrat 43,10 42,2 - Gliricidia 35,37 - Total 77,62 99,44 PBBH (gr/ekor/hari) 69,82' 90,71 b Konversi pakan 9,09 7,23 Umur pubertas (hari) 205,75 ± 8,17' 206,2 ± 8,17' Bobot badan pubertas (kg) 17,39 + 1,87' 17,81 + 2,02' Keterangan : PBBH, pertambahan bobot badan perbedaan yang nyata (P<0,05) harian ; superscrip yang berbeda pada satu baris menunjukkan Pertambahan bobot badan nyata lebih tinggi pada domba yang mendapat suplementasi glirisidia (T2) yaitu sebesar 90,71 g dibandingkan dengan pakan kontrol (T1) yang hanya sebesar 69,82 g. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh MATHIUS el al. (1996) mendapatkan perumbuhan untuk domba ekor tipis betina sedang tumbuh sebesar 56,6 g dengan konsumsi protein 91,1 g. Pada penelitian domba komposit ini dengan konsumsi protein sebesar 77,62 g pada T1 dan 99,44 265

Seminar Nasiona! Peternakan dan Veleriner 2000 memberikan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi hal ini berarti bahwa domba komposit lebih responsif terhadap pakan dan lebih efiisien dalam pemanfaatan pakannya dibanding domba lokal (domba ekor tipis). Hal ini terlihat dari efsseensi pakan yang digambarkan pada konversi pakan, dimana konversi pakan pada penelitian ini sebesar 9,09 pada kontrol (T1) clan meningkat menjadi 7,23 pada pakan yang disuplementasi gliricidia (T2), sedangkan pada penelitian pada domba ekor tipis diperoleh konversi pakan sebesar 10,0 untuk domba betina (MATHIUS et al., 1996). Peningkatan efisiensi pada pakan yang mendapat suplementasi glirisidia diikuti dengan pertumbuhan yang lebih cepat pada domba yang mendapat pakan tersebut seperti terlihat pada Gambar 1. Psda gambar tersebut terlihat meskipun bobot awal dari T1 lebih besar tetapi karena pertumbuhan bobot badan harian T2 lebih besar maka pada akhir pengamatan terlihat bahwa bobot badan T2 lebih besar. Pada penelitian ini domba komposit dengan konsumsi protein sebesar 77,62 g pada TI clan 99,44 pada T2 memberikan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibanding domba ekor tipis, hal ini berarti bahwa domba komposit lebih responsif terhadap pakan dan lebih efftsien dalam pemanfaatan pakannya dibanding domba lokal (domba ekor tipis). Hal ini terlihat dari effisiensi pakan yang digambarkan dengan konversi pakan, dimana konversi pakan pada penelitian ini sebesar 9,09 pada kontrol (T1) dsn meningkat menjadi 7,23 pada pakan yang disuplementasi gliricidia (T2), sedangkan pada penelitian pada domba ekor tipis diperoleh konversi pakan sebesar 10,0 untuk domba betina (MATHius et al., 1996). Peningkatan efisiensi pada pakan yang mendapat suplementasi glirisidia diikuti dengan pertumbuhan yang lebih cepat pada domba yang mendapat pakan tersebut seperti terlihat pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat meskipun bobot awal dari T1 lebih besar tetapi karena pertumbuhan bobot badan harian T2 lebih besar maka pada akhir pengamatan terlihat bahwa bobot badan 72 lebih besar. Hasil penelitian melengkapi penelitian sebelumnya yang dilaporkan oleh YULISTIANI et al. (2000), dimana domba komposit induk fase laktasi juga lebih efisien di dalam pemanfaatan pakannya dibanding domba lokal. Y 25-22- v Ca 19- v w. 161 0.c 0 M 13 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu penimbangan (tiap 2 minggu) -~- T1 -~- T2 Gambar 1. Pertumbuhan domba komposit betina lepas sapih persilangan antara domba rambut dan domba lokal Sumatera yang mendapat pakan kontrol (TI) msupun disuplementasi dengan gliricidia (T2) Salah satu bentuk ekspresi pertumbuhan temak betina adalah dicapainya dewasa kelamin (pubertas), dimana untuk domba betina berkisar antara 7 bulan (HAFF.Z, 1985). Dalam penelitian ini rataan umur pubertas domba komposit dengan kedua jenis pakan adalah 206 hari, dimana temak 266

Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 yang mendapat pakan T1 dan 72 berturut-turut memperlihatkan umur pubertas 205,2 ± 8,17 dan 206,2 ± 8,17 hari. Tampaknya pertumbuhan yang berbeda nyata pada kedua kelompok ternak tersebut (69,82 vs 90,71 untuk T1 dan T2) tidak memberikan andil dalam tumbuhnya birahi. Hal ini mungkin disebabkan karena mungkin pemberian pakan perlakuan kurang lama sehingga perlakuan pakan kurang memberi pengaruh terhadap umur pubertas clan bobot badan pubertas. Pubertas selain dipengaruhi oleh pakan juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh AFFANDI et al. (1995) pada domba ekor gemuk didapatkan umur pubertas yang lebih muda namun pada penelitian tersebut didapatkan umur yang sangat beragam. Sedangkan SITORUS et al. (1985) melaporkan pubertas domba ekor tipis asal Garut dicapai pada umur 350 hari dengan bobot pubertas 17 kg. Terlihat penghematan umur pubertas dari domba komposit vs domba ekor tipis sebesar 150 hari. Pengamatan rumen karateristik tercantum pada Tabel 3. yang menunjukkan bahwa ph rumen ticlak berbeda antar perlakuan, sedangkan rumen amonia nyata lebih tinggi pada T2 (199 mg/1) dibanding T1 (156 mg/1). Konsentrasi amonia pada perlakuan T2 lebih tinggi mungkin peningkatan protein pada T2 melalui penambahan gliricidia dirombak oleh mikroba rumen menjadi amonia (NH3 - N), sehingga konsentrasi amonia T2 lebih tinggi. Amonia diperlukan untuk pertumbuhan bakteri rumen. Menurut SATTER dan SLYTER (1974) untuk terjadinya proses fermentasi dan pertumbuhan bakteri di dalam rumen secara optimum diperlukan konsentrasi NH 3-N di dalam rumen minimum 50 mgn/l. Sementara itu, KANJANAPRUTHIPONg dan LENG (1998) melaporkan domba dengan pakan dasar jerami gandum, melaporkan konsentrasi NH3-N berkissr antara 50-250 mgn/l. Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi NH3-N 156 mgil untuk TI clan 199 mg/l untuk 12. Konsentrasi amonia pada kedua perlakuan tersebut telah memungkinkan untuk terjadinya fermentasi clan pertumbuhan mikroba di dalam rumen secara optimum. Total VFA pada T2 (8,34 mg/ml) lebih tinggi dibanding T1 (6,47 mg/ml). Konsentrasi total VFA meningkat dengan suplementasi glirisidia. Menurut MCMENIMANN et al. (1988) suplementasi hijuan leguminosa selain mensuplai protein juga mensuplai karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh mikroba rumen dalam bentuk selulosa clan hemiselulosa. VFA merupakan hasil fermentasi karbohidrat di dalam rumen disamping karbondioksida clan metan, oleh mikroba dengan suplementasi glirisidia pada 77 menyebabkan konsentrasi VFA pada perlakuan T2 lebih tinggi dibanding T1. Menurut HVELPLUND (1991), konsentrasi VFA berkorelasi dengan efectivitas fermentasi di dalam rumen, pada kondisi tingkat sintesa mikroba tinggi, akan diperlukan prekusor yang penting untuk pertumbuhan mikroba, yang berarti substrat yang bisa difermentasikan untuk produksi VFA sedikit, sehingga meningkatnya produksi VFA bisa menandakan rendahnya tingkat efisiensi sintesa mikroba di dalam rumen. Namun menurut STEWARD (1991) VFA aksn diabsorpsi melalui dinding rumen clan masuk ke sisitim pereclaran darah yang kemudian VFA akan dioksidasi di dalam hati yang selanjutnya akan mensuplai sebagian besar kebutuhan energi pada ternak, meskipun efisiensi sintesa rumen mikroba rendah, dengan ditandai dengan tingginya konsentrasi VFA, akan tetapi suplai energi untuk temak mungkin tercukupi sehingga mengakibatkan peningkatan produktivitas yang ditandai dengan kenaikan bobot badan yang lebih tinggi pada T2 (Tabel 2). ph rumen berhubungan erat dengan konsentrasi VFA (CHURCH, 1975) dimana tingginya konsentrasi VFA akan menurunkan PH rumen namun pada penelitian ini didapat bahwa ph rumen pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata (dengan rataan 6,86), ph ini masih dalam range yang optimum untuk pertumbuhan clan aktivitas bakteri sellulolitic.

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 Tabel3. Rumen karakteristik domba betina yang diberi pakan kontrol dan disuplementasi dengan gliricidia Uraian Keterangan : superskrip yang berbeda pada satu bans berarti berbeda nyata (P<0,05) VFA: volatyl fatty acid TI KESIMPULAN DAN SARAN Perlakuan ph rumen 6,83 6,89 NH3 (mg/l) 1561 199" Total VFA (mg/ml) 6,47 8,34 T2 Suplementasi gliricidia pada pakan domba komposit betina meningkatkan konsumsi protein yang pada akhimya meningkatkan pertumbuhan bobot badan harian yang lebih tinggi yang lebih tinggi dibanding tanpa suplementasi, namun peningkatan pertumbuhan ini tidak dibarengi dengan urnur pubertas yang lebih awal. Domba komposit lebih responsif dibanding domba lokal Indonesia hal ini terlihat dengan lebih baiknya konversi pakan domba komposit dibanding domba lokal. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan materi yang lebih banyak untuk lebih memantapkan hasil umur pubertas pada domba komposit. UCAPAN TERIMA KASIH Tulisan ini terwujud berkat bantuan beberapa pihak yang turut membantu selama penelitian berlangsung. Terima kasih disampaikan kepada sdr. Syaeri dalam penanganan ternak, dan kepada sdr. Abdul Rochman yang telah membantu dalam penanganan contoh-contoh bahan penelitian. DAFTAR PUSTAKA AFFANDI. L. UUM UMIYASIH, dan DICKY PAMUNGKAS. 1996. Tampilan berat badan, umur pubertas dan estrus pada domba ekor gemuk betina muda yang memperoleh ransum tambahan konsentrat. Prosiding Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner. Cisarua Bogor, 7-8 Nopember 1995. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. pp. 599-604. BRADFORD, G.E., J.F. QuiRKE, P. SITORUS, LINOuNu, B. TIESNAMuRTI, F.L. BELL I.C. FLETCHER, and D.T. TORRF-L. 1986. Reproduction in javanese sheep : evidence for a gene with large effect on ovulation rate and litter size. J. Anim. Sci. 63 :418-431. CHURCH, D.C. 1975. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. 2nd ed. O&B Books. Corvalis Oregon, USA. HAFEz, E.S.E. 1985. Reproduction in Farm Animals. 4th Ed. Lea& Febriger, USA. HvELPLuND, T. 1991. Volatile Fatty Acids and Protein Production in The Rumen. In : J.P. Jouany (ed) Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. INRA.Paris. pp. 165-178. INoum, L, L. INIGuEz, G.E. BRADFORD, SuBANDRLYo, and B. TIESNAMURTI. 1993. Production performance of prolific javanese ewes. Small Ruminant Res. 12 :243-257. KAmANAPRUTHIPONG, J. and R.A. LEND. 1998. The effect ofdietary urea on microbial populations in the rumen ofsheep. AJAS. 11(6):661-672. MATHIUs, I-W., B. HARYANTo, dan I.W.R. SUSANA. 1998. Pengaruh pemberian protein dan energi terlindungi terhadap konsumsi dan kecernaan oleh domba muda. J. llmu Ternak Vet. 3(2) :94-100. 268

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 MATHIUS. I-W., M. MARTAWIDJAJA, A. WusoN dan T. MANURUNG. 1996. Studi strategi kebutuhan energiprotein untuk domba lokal : I. Fase pertumbuhan. J. llmu Ternak Vet. 2(2) :84-91. MATHIUS, I.W., M. RANGKUTI, dan A. DJAJANEGARA. 1981. Daya konsumsi dan daya cerna domba terhadap daun glirisidia (Gliricidia maculata). Lembaran LPP 11(24) :21-24. MCMENIMMAN, N.P., R. ELLIm, and A. J. ASH. 1988. Supplementation of rice straw with crop by-products. I. Legume straw supplementation. Anim. Feed Sci. Technol. 19 :43-53. RANGKUTI. M. dan MARTAWiDJAJA. 1989. Penambahan onggok dalam ransum dasar rumput gajah-glirisidia pada domba. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Cisarua, Bogor 8-10 Nopember 1988. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 2 :93-97. SATfER, L.D. and SLYTER. 1974. Effect of ammonia concentration on rumen microbial protein production invitro. Br. J. Nutr. 2 :199-208. SAS. 1987. User's Guide: Statistics. SAS Inst., Inc., Carry, NC. SITORUS, P., B. TIESNAMURTI, and SUBANDRIYO. 1986. The effect of litter size on birth, weaning weight and some puberty traits. Proc. 3rd World Congress on Genetics Applied to Livestock Production. Lincoln Nebraska Book XI:134-138. SMITH, O.B. and M.F.J. van HOUTERT. 1987. The feeding value ofgliricidia sepium, a review. World Anim. Rev. 62 :57-68. STEWARD, C.S. 1991. The rumen bacteria /n : J.P. Jouany (ed). Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. INRA.Paris. pp. 15-26. YULISTIANI, D., SUBANDRIYO, B. SETIADI, dan M. RANGKUTI. 2000. Produktivitas fase laktasi induk domba komposit hasil persilangan antara domba lokal Sumatera dan domba rambut. Dalam Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 Oktober 1999. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. pp. 193-199.