KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN

Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi terhadap Peningkatan Tekanan Darah Wanita di Puskesmas Wonogiri

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

Lutfia Kherani Nurhayatun J

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPM CHOIRUL MALA HUSIN PALEMBANG TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL KB KOMBINASI DENGAN HIPERTENSI PADA AKSEPTOR PIL KB DI PUSKESMAS ENEMAWIRA KABUPATEN SANGIHE

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Taufiqurahman, 2010).

KOSALA JIK. Vol. 4 No. 2 September Warsini 1, Herlina Puri Rahayu 2. Abstract

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPOMEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN AMENORHEA

Rika herawati : Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Pemakaian KB Hormonal Di Desa Pekan Tebih Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

PENGETAHUAN MEMPENGARUHI PEMILIHAN KB SUNTIK PADA AKSEPTOR YANG MEMERIKSAKAN DIRI BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN PIL KOMBINASI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA TAHUN DI WILAYAH KERJA KELURAHAN MEKARSARI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIKAN PROGESTIN (DEPOPROVERA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI IBU PENGGUNA KONTRASEPSI SUNTIK CYCLOFEM

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

Kata Kunci: Akseptor KB suntik 1 bulan, Akseptor KB suntik 3 bulan, pemenuhan kebutuhan seksual.

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI

STUDI KOMPARASI KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI KLINIK GRIYA HUSADA KARANGANYAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rahim. Tidak ada metode kontrasepsi yang efektif secara menyeluruh, namun ada

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM SRI MAYA TRESIA, SST

HUBUNGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DENGAN GANGGUAN HAID DI PUSKESMAS KALASAN SLEMAN DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

Andria : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian KB Implan Didesa Margamulya Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo I

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

Selfi Elisabeth Kansil Rina Kundre Yolanda Bataha

GAMBARAN KENAIKAN BERAT BADAN AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTIN Aibah 1, Tyasning Yuni Astuti Anggraini 1

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari

KENAIKAN BERAT BADAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBANTU SUNGAI MENGKUANG TAHUN 2015

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KADAR ph SALIVA DI BPM NY E DS. JAPANAN KEC. KEMLAGI MOJOKERTO DEVITA CANDRARIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSTU BANDUNG, DESA BANDUNG, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

itu bersifat sementara, dapat pula Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di bersifat permanen. Penggunaan Indonesia menggelisahkan banyak

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

HUBUNGAN LAMANYA PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI DI BPS NY. S DESA SAMBIREJO, SEMARANG

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

HUBUNGAN AKSEPTOR KB HORMONAL DENGAN KEJADIAN AMENORRHEA DI PUSKESMAS BOJONG KECAMATAN BOJONG KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 249 juta jiwa dan sekaligus menduduki posisi ke-5 di dunia

NINING FATRIA NINGSIH

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN AKDR DAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA BERUK KABUPATEN KARANGANYAR

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK SATU BULANAN DENGAN TIGA BULANAN DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

POLA BAKTERI PENYEBAB PNEUMONIA NOSOKOMIAL DI RS DR SOETOMO SURABAYA PERIODE JANUARI MARET 2012

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM ZUNIAWATI PALEMBANG

STUDI KOMPARASI LAMA PEMAKAIAN KONTRASESPI SUNTIK CYCLOPROVERA DAN DMPA DENGAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR PIL KB KOMBINASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Wanita Pasangan Usia Subur di Kelurahan Tembalang)

Transkripsi:

KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI Oleh: ALIN YAMA PUSPITA K100100081 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015 1

2

KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI THE STUDY OF RISK OF CONTRACEPTIVE INJECTION USAGE AND PILLS TOWARD WOMEN BLOOD PRESSURE IN PUBLIC HEALTH CENTERS AT NGAWI Alin Yama Puspita dan Nurul Mutmainah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail : alinyama12345@gmail.com ABSTRAK Kontrasepsi adalah suatu cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan. Namun, dalam penggunaan kontrasepsi sering menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, salah satunya adalah peningkatan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor resiko penggunaan kontrasepsi hormonal suntik dan pil terhadap peningkatan tekanan darah wanita akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental (observasional) dengan desain cross sectional. Penentuan Puskesmas dilakukan secara area sampling, dimana tiap Puskesmas diambil dari bagian barat, timur, selatan, dan utara Kabupaten Ngawi. Sedangkan cara pengambilan sampel secara purposive sampling pada 42 akseptor KB suntik, 16 akseptor KB pil, dan 44 akseptor KB IUD (kontrasepsi nonhormonal sebagai kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal KB suntik dan KB pil yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron merupakan faktor resiko terjadinya peningkatan tekanan darah terhadap wanita akseptor KB hormonal berturut-turut sebesar 1,08 dan 1,34 kali dibandingkan dengan kontrasepsi IUD (nonhormonal). Kata kunci: Kontrasepsi, suntik dan pil, tekanan darah ABSTRACT Contraception is an effective way to prevent pregnancy. However, the uses of contraceptives often cause unwanted side effects, one of which is an increase in the blood pressure. This study was conducted to determine the risk factor of hormonal contraceptive injection usage and pills toward the increase of woman's blood pressure acceptors in PHC at Ngawi. This research is non experimental (observational) with a cross-sectional design. Determination of PHC was conducted with sampling area of each health center located in the west, east, south, and north of Ngawi. Meanwhile the sampling method was done by purposive sampling at 42 acceptors injection, pill acceptors 16 and 44 IUD acceptors (non-hormonal contraception as a control). The results calculated by Prevalence Ratio (PR> 1), which indicates that hormonal contraceptive injections and birth control pills that contain estrogen and progesterone combination is a risk factor for the increase of blood pressure for women hormonal acceptors respectively by 1.08 and 1.34 times compared with the IUD (non-hormonal). Keywords: Contraception, injection and pills, blood pressure 1

PENDAHULUAN Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode keluarga berencana nasional yang penggunaannya semakin bertambah. Hal ini dikarenakan penggunaan aman, sederhana dan efektif (Manuaba, 1998). Begitu juga dengan kontrasepsi pil, keuntungan utama dalam penggunaan adalah keefektifannya sangat tinggi bila digunakan dengan tepat dan benar. Selain itu juga memenuhi unsur sederhana dalam penggunaan tanpa memerlukan pemeriksan medis (Siswosudarmo, dkk, 2001). Keluarga berencana (KB) adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Terkait dengan hal ini telah dibuat beberapa cara untuk mencegah atau menunda kehamilan. Salah satu caranya yaitu dengan penggunaan kontrasepsi (Sulistyawati, 2011). Pemilihan kontrasepsi yang digunakan oleh wanita perlu dipertimbangkan karena berpengaruh terhadap fungsi reproduksi. Efek samping merupakan salah satu alasan penghentian atau perubahan penggunaan kontrasepsi. Hingga saat ini penggunaan kontrasepsi masih belum bebas dari kegagalan, efek samping dan komplikasi yang ditimbulkan (Hartanto, 2004). Timbulnya berbagai jenis efek samping merupakan alasan kebanyakan wanita untuk menghentikan penggunaan kontrasepsi hormonal, selain itu juga timbul rasa takut sulit mempunyai anak lagi (Baziad, 2008) Keefektifan kontrasepsi suntik sangat tinggi, tetapi memiliki efek samping yang sering dikeluhkan oleh akseptor KB misal timbul jerawat, gangguan perdarahan dan lainlain (Siswosudarmo, dkk, 2001). Sedangkan penggunaan pil kontrasepsi berakibat pada peningkatan ringan tekanan darah sistolik dan diastolik wanita pada 2 tahun pertama penggunaan (Baziad, 2008). Tekanan darah diartikan sebagai kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam mmhg (Syamsudin, 2011). Standar tekanan darah normal yang digunakan pada orang dewasa adalah 120/80 mmhg. Nilai 120 menunjukkan tekanan pembuluh arteri saat jantung berkontraksi atau disebut sistolik, sedangkan nilai 80 menunjukkan tekanan darah relaksasi yang disebut diastolik (Suryaningsih, 2009). Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal yang meliputi kontrasepsi suntik dan pil terhadap tekanan darah pada wanita akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. 2

METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat non eksperimental (observasional) dan menggunakan pendekatan survey analitik cross sectional untuk mengetahui besarnya prevalensi terjadinya peningkatan tekanan darah pada akseptor KB hormonal suntik dan pil di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan kontrasepsi pil dan suntik, sedangkan variabel terikatnya adalah tekanan darah, dan sebagai kontrol adalah wanita akseptor KB nonhormonal (IUD). Populasi Populasi penelitian ini adalah wanita akseptor KB suntik, pil dan IUD yang merupakan peserta KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Cara Pengambilan Sampel Dengan kriteria inklusi, wanita usia 20-40 tahun yang sedang menggunakan KB suntik 1 bulan (Medroksi Progesteron Asetat 25 mg dan Estradiol Sipionat 5 mg), KB pil kombinasi (Etinilestradiol 0,03 mg dan Levonogestrel 0,15 mg) atau KB IUD, (4) yang sebelum penggunaan kontrasepsi tekanan darahnya normal dan minimal 6 bulan pemakaian. Alat dan Bahan Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpul data dan bahan yang digunakan adalah catatan medik yang berisi tekanan darah, berat badan, umur, lama pemakaian, dan jenis KB hormonal (KB pil kombinasi dan KB suntik 1 bulan) yang mengandung estrogen dan progesteron. Cara Analisis Data 1. Dihitung persentase yaitu pada wanita pengguna kontrasepsi suntik dan pil berdasarkan klasifikasi tekanan darah : Misal : Wanita kriteria hipertensi stage I Wanita hipertensistage I x100% sampel 2. Dihitung rasio prevalensi peningkatan tekanan darah dengan menggunakan rumus Rasio Prevalensi (RP) A C RP = : (A + B) (C + D) 3

A : Jumlah responden dengan kontrasepsi hormonal yang mengalami peningkatan tekanan darah. B : Jumlah responden dengan kontrasepsi hormonal yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. C : Jumlah responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal (IUD) yang mengalami peningkatan tekanan darah. D : Jumlah responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal (IUD) yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Nilai prevalensi diklasifikasikan dengan interpretasi hasil yaitu jika : 1. Ratio Prevalensi sama dengan 1 berarti kontrasepsi hormonal bukan merupakan faktor resiko atau tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya peningkatan atau bersifat netral 2. Ratio prevalensi lebih dari 1 berarti kontrasepsi hormonal tersebut merupakan faktor resiko untuk timbulnya peningkatan tekanan darah 3. Ratio prevalensi kurang dari 1 berarti kontrasepsi hormonal diteliti justru mengurangi timbulnya peningkatan tekanan darah (Chandra, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh peningkatan tekanan darah pengguna kontrasepsi suntik, pil, dan IUD dengan total populasi yaitu 20273 akseptor, tapi diambil sampel minimal 102 akseptor yang memenuhi kriteria inklusi yang sudah ditetapkan. Sebanyak 42 akseptor pengguna kontrasepsi suntik, 16 akseptor pengguna kontrasepsi pil, dan 44 akseptor untuk pengguna kontrasepsi IUD. Pada penelitian ini diambil data akseptor KB IUD (nonhormonal) karena digunakan sebagai pembanding tekanan darah dengan akseptor KB hormonal, sehingga kenaikan tekanan darah antara penggunaan kontrasepsi nonhormonal dan kontrasepsi hormonal dapat dibedakan. Data diambil di Puskesmas Ngawi, Puskesmas Walikukun, Puskesmas Ngrambe, dan Puskesmas Karanganyar yang berada di Kabupaten Ngawi. Penentuan puskesmas dipilih berdasarkan area sampling, dengan harapan pengambilan sampel bisa merata untuk mewakili Kabupaten Ngawi. Tabel 1 Demografi Umum data akseptor KB hormonal dan nonhormonal di Kabupaten Ngawi Data Akseptor Kontrasepsi Kontrasepsi Kontrasepsi Jumlah % Suntik Pil IUD Umur 21-25 9 1 5 15 14,7 26-30 15 2 15 32 31,4 31-35 10 6 16 32 31,4 36-40 8 7 8 23 22,5 4

Lama Pemakaian < 1 tahun 13 2 6 21 20,6 1-5 tahun 15 6 26 47 46,1 > 5 tahun 14 8 12 34 33,3 Dilihat dari tabel 1 kebanyakan akseptor mulai menggunakan kontrasepsi dari umur 21 tahun sampai umur 35 tahun, dimana pada rentang umur tersebut adalah merupakan usia subur bagi para akseptor untuk mempunyai anak. Sedangkan dilihat dari segi lama pemakaian, akseptor pengguna kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang memiliki persentase tertinggi terhadap peningkatan tekanan darah pada lama pemakaian 1 5 tahun. Tabel 2 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah sistolik di Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan Darah Kontrasepsi Kontrasepsi Kontrasepsi Jumlah Suntik Pil IUD Tetap 10 1 13 26 Meningkat 32 15 31 76 Jumlah 42 16 44 102 Pada tabel 2 dapat dilihat peningkatan tekanan darah sistolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah atau memiliki tekanan darah tetap sebanyak 26 akseptor. Pada KB suntik yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 32 dari 42 akseptor, pada KB pil yang mengalami peningkatan tekanan darah 15 dari 16 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 31 dari 44 akseptor. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen menghambat sekresi FSH dan hormon progesteron menghambat pelepasan LH. Bila FSH dan LH dihambat maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh yang memicu terjadinya gangguan pada pembuluh darah yang dimanifestasikan dengan peningkatan tekanan darah. Tabel 3 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah diastolik di Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan Darah Kontrasepsi Kontrasepsi Kontrasepsi Jumlah Suntik Pil IUD Tetap 16 11 21 48 Meningkat 26 5 23 54 Jumlah 42 16 44 102 Tabel 3 menunjukkan perubahan tekanan darah diastolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Ada 48 akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Pada KB suntik ada 26 dari 42 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah, pada KB pil 5 dari 11 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD mengalami peningkatan 5

tekanan darah sebanyak 23 dari 44 akseptor. Kalau dilihat lagi pada tabel 2, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi lebih mempengaruhi peningkatan tekanan Dilihat dari tabel 1 kebanyakan akseptor mulai menggunakan kontrasepsi dari umur 21 tahun sampai umur 35 tahun, dimana pada rentang umur tersebut adalah merupakan usia subur bagi para akseptor untuk mempunyai anak. Sedangkan dilihat dari segi lama pemakaian, akseptor pengguna kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang memiliki persentase tertinggi terhadap peningkatan tekanan darah pada lama pemakaian 1 5 tahun. Tabel 2 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah sistolik di Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan Darah Kontrasepsi Kontrasepsi Kontrasepsi Jumlah Suntik Pil IUD Tetap 10 1 13 26 Meningkat 32 15 31 76 Jumlah 42 16 44 102 Pada tabel 2 dapat dilihat peningkatan tekanan darah sistolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah atau memiliki tekanan darah tetap sebanyak 26 akseptor. Pada KB suntik yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 32 dari 42 akseptor, pada KB pil yang mengalami peningkatan tekanan darah 15 dari 16 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 31 dari 44 akseptor. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen menghambat sekresi FSH dan hormon progesteron menghambat pelepasan LH. Bila FSH dan LH dihambat maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh yang memicu terjadinya gangguan pada pembuluh darah yang dimanifestasikan dengan peningkatan tekanan darah. Tabel 3 Distribusi akseptor KB hormonal dan nonhormonal terhadap tekanan darah diastolik di Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan Darah Kontrasepsi Kontrasepsi Kontrasepsi Jumlah Suntik Pil IUD Tetap 16 11 21 48 Meningkat 26 5 23 54 Jumlah 42 16 44 102 Tabel 3 menunjukkan perubahan tekanan darah diastolik pada akseptor KB di Puskesmas Kabupaten Ngawi. Ada 48 akseptor KB yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Pada KB suntik ada 26 dari 42 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah, pada KB pil 5 dari 11 akseptor, dan pada kontrasepsi IUD mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 23 dari 44 akseptor. Kalau dilihat lagi pada tabel 2, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi lebih mempengaruhi peningkatan 6

tekanansistolik dibanding tekanan darah diastolik, karena hanya 54 akseptor saja yang mengalami peningkatan tekanan darah dari 102 sampel yang diambil. Tabel 4 Persentase jumlah akseptor yang mempunyai tekanan darah normal prehipertensi dan hipertensi setelah pemakaian kontrasepsi di Puskesmas Kabupaten Ngawi Persentase Akseptor dengan Tekanan Darah Jenis Jumlah < 120 mmhg 120-139 mmhg 140-159 mmhg Kontrasepsi Akseptor (Normal) (PreHipertensi) Hipertensi Stage 1 Suntik 42 23,8 61,9 14,3 Pil 16 12,5 37,5 50,0 IUD 44 27,3 65,9 6,8 Tabel 5 Rata-rata dan standar deviasi tekanan darah (mmhg) sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi di Puskesmas Kabupaten Ngawi Tekanan darah (mmhg) sebelum dan sesudah Jenis Jumlah Menggunakan kontrasepsi Kontrasepsi Akseptor Sebelum Sesudah Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik Suntik 42 112,73±4,505 75,68 ± 5,011 121,14 ± 9,454 83,66 ± 4,925 Pil 16 115,63 ± 5,123 78,13 ± 4,031 131,88 ± 11,673 81,87 ± 4,031 IUD 44 112,73 ± 4,505 75,68 ± 5,011 121,14 ± 9,454 83,86 ± 4,925 A. Analisis Data dengan Menghitung Ratio Prevalensi (RP) Dari hasil pengambilan data di Puskesmas Walikukun, Puskesmas Ngrambe, Puskesmas Ngawi, dan Puskesmas Karanganyar kemudian dianalisis dengan uji statistik menggunakan rasio prevalensi yang dibantu dengan tabel yang berfungsi menentukan nilai prevalensinya. Tabel 6 Hasil uji rasio prevalensi akseptor kontrasepsi hormonal dan nonhormonal yang mengalami peningkatan tekanan darah ( 120/80 mmhg) Cross Sectional Efek Ya Tidak Jumlah Kontrasepsi Suntik 32 10 42 Pil 15 1 16 IUD 31 13 44 Jumlah 78 24 102 Dilihat dari tabel 6 yang mengalami peningkatan tekanan darah pada penggunaan KB suntik sebanyak 32 akseptor dan yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah 10 akseptor. Setelah dihitung nilai rasio prevalensi akseptor KB suntik diperoleh hasil 1,08 yang berarti KB suntik sebagai faktor resiko terhadap peningkatan tekanan darah sebesar 1,08 kali dibandingkan dengan kontrasepsi IUD. Pada penggunaan KB pil, 15 akseptor mengalami peningkatan tekanan darah dan 1 akseptor saja yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Diperoleh nilai rasio prevalensi sebesar 1,34 yang berarti KB pil sebagai faktor resiko peningkatan tekanan darah sebesar 1,34 kali dibanding dengan kontrasepsi IUD. 7

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dihitung juga rasio prevalensi antara kontrasepsi pil dan kontrasepsi suntik dengan hasil 1,24 yang berarti kontrasepsi pil sebagai faktor resiko terhadap peningkatan tekanan darah sebesar 1,24 kali dibanding dengan kontrasepsi suntik. Tetapi dalam penelitian ini masih ada kelemahan yaitu kepatuhan, pola makan, gaya hidup akseptor KB tidak diketahui, selain itu lama pemakaian kontrasepsi tidak dibatasi, sehingga perlu dilakukan pemantauan tekanan darah serta mengontrol faktor lain yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah yaitu faktor makanan. Pada penelitian Febrianto (2005), penggunaan kontrasepsi kombinasi estrogen dan progesteron ada pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan tekanan darah akseptor KB di Kecamatan Serengan Kotamadya Surakarta. Sedangkan menurut Wenner dan Stachenfeld (2012), adanya hormon ovarium pada wanita muda perlu adanya kontrol untuk mencegah efek estrogen dan progesteron yang terkait dengan peningkatan tekanan darah. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Penggunaan kontrasepsi hormonal merupakan faktor resiko terjadinya peningkatan tekanan darah wanita akseptor Keluarga Berencana di Puskesmas Kabupaten Ngawi. 2. Akseptor KB suntik memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,08 kali dibanding dengan kontrasepsi IUD. 3. Akseptor KB pil memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,34 kali dibanding dengan kontrasepsi IUD. 4. Akseptor KB pil memiliki resiko terjadinya peningkatan tekanan darah 1,24 kali dibanding dengan kontrasepsi suntik. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah : 1. Perlu dilakukan penelitian dengan metode cohort/prospektif untuk mengontrol tekanan darah wanita akseptor KB, selain itu juga perlu diketahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah. 2. Akseptor diharapkan untuk waspada dan disarankan memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh. DAFTAR ACUAN Baziad, A., 2008, Kontrasepsi Hormonal, Jakarta, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 8

Chandra, B., 2011, Dasar Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, EGC Febrianto, T., 2005, Kontrasepsi Kombinasi Estrogen Dan Progesteron Terhadap Peningkatan Tekanan Darah, (Online), (http://digilib.uns.ac.id/ pengguna.php?mn=detail&d_id=1242, diakses 30 Desember 2014) Hartanto, H., 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan Manuaba, L. B., 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC Siswosudarmo, H. R., Anwar, H. M. dan Emilia, O., 2001, Teknologi Kontrasepsi, Yogyakarta, Gajah Mada University Press Sulistyawati, A., 2011, Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta, Salemba Medika Suryaningsih, E. K., 2009, Mengenal dan Mencegah Penyakit Jantung, Kanker, dan Stroke, Yogyakarta, Kirana Publisher Syamsudin, 2011, Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal, Jakarta, Salemba Medika Wenner, M. M., dan Stachenfeld, N. S., 2012, Blood Pressure and water regulation : Understanding Sex Hormone Effects within and between Men and Women, (Online), (http://jp.physoc.org/content/590/23/5949, diakses 30 Desember 2014) 9