Sejarah PGLII. I. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DAN LEMBAGA-LEMBAGA INJILI INDONESIA ( PGLII )

PENDIDIKAN TEOLOGI: PERAN STT DALAM PEMBERITAAN INJIL. Oleh: Pdt. Dr. Arnold Tindas

1. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Konferensi DKI Jakarta dan sekitarnya (Advent).

REVITALISASI GERAKAN OIKUMENE BERWAWASAN KEBANGSAANDALAM PERSPEKTIF KAUM INJILI DI INDONESIA 1 Oleh: Dr. Nus Reimas 2

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

KERANGKA ACUAN KONGRES XVI MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA JAKARTA, 2 4 NOVEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

PEMBARUAN DATABASE SEKOLAH-SEKOLAH ANGGOTA PERSETIA FORM A

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I Pendahuluan

Apakah ada pemurtadan di Indonesia?

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Persepuluhan adalah pernyataan iman dan kepercayaan kita kepada Allah.

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP)

Apa Gereja 1Uhan Itu?

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

Pendidikan Agama Kristen Protestan

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

UKDW BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 66 /KPTS/013/2013 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

itu dijadikan sebagai panglima yang mengatur dan mengontrol kehidupan bersama.

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018

Sistematika Teologia Ordo Salutis PERPALINGAN PENDALAMAN ALKITAB POS PI AMANAT AGUNG

Status Rohani Seorang Anak

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

KEPUTUSAN SIDANG SINODE VII GEREJA NIHA KERISO PROTESTAN-INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR : 07/SS.VII/GNKP-Indonesia/VI/2014 TENTANG

PENGANTAR DAFTAR BACAAN 2017

18 JUNI 2017 S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT

LAMPIRAN 1. Metode Successice Internal (MSI) Kuesioner Self-Efficacy. Metode Successice Internal (MSI) Kuesioner Sumber-sumber Self-Efficacy

BAB XI MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

10 SEPTEMBER 2017 S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Penerapan Nilai Kristiani Dalam Kehidupan Keluarga Kristen. Studi Kasus Tentang Penerapan Keadilan Sebagai Nilai Dasar Dalam Keluarga

Kepemimpinan Rohani. Oleh: Pdt. J. Nathan Jansen, S.Th, S.Is, MA.GL

KETETAPAN MAJELIS SINODE BNKP NOMOR : II/TAP.MS-BNKP/2007 Tentang PENGESAHAN DAN PENETAPAN TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 412 /KPTS/013/2016 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

Minggu 9 : Mengapa & Bagaimana Saya Memberitahukan Kepada Orang Lain?

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Keterangan Dasar Tentang Alkitab

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (2)

Bab I Pendahuluan UKDW

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS ADOPSI PERSEKUTUAN PENDALAMAN AMANAT AGUNG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 65 /KPTS/013/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

*MAKNA PERJAMUAN KUDUS. Pdm. Freddy Siagian,

2. Kami memberikan kesempatan bagi Bapak/Ibu yang ingin membantu kepengurusan APB di daerah masing-masing untuk mengisi formulir terlampir.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 217 /KPTS/013/2015 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. (Soerjono Soekanto, 1990:268). Berdasarkan pendapat tersebut peran

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

MUTASI PENDETA-PENDETA DI GKPB DITINJAU DARI MANAJEMEN GEREJAWI

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

Level 3 Pelajaran 3. MUKJIZAT MEMULIAKAN ALLAH Oleh Andrew Wommack

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

PROPOSAL PROGRAM PEMBINAAN ALUMNI KRISTEN (PPAK) KUPANG KE-3

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

MAKNA DAN ARTI KATA EVANGELIS 1

BAB III Tuntutan Ketaatan terhadap Pertumbuhan Gereja

Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

Transkripsi:

Sejarah PGLII I. Pendahuluan Dua tahun setelah Oikumenis WCC ( World Council of Churches) dibentuk pada tahun 1984 di Amsterdam Belanda, pada tahun 1951 dalam Konvensi Internasional Evangelikal di Wondschoten dibentuklah organisasi World Evangelical Fellowship (WEF) atau Persekutuan Injili Se- Dunia. WEF menjadi wadah internasional bagi berbagai organisasi Kristen Injili. Sejak tahun 2002, World Evangelical Feelowship (WEF) berubah namanya manjadi World Evangelical Alliance (WEA). Dua gerakan misi Kristen modern dicirikan oleh dua pola pendekatan, yang satu oikumenikal dan yang lainnya evangelical. Gerakan misi ini tentunya sangat berpengaruh bagi gerakan misi di Indonesia yang akhirnya juga terpolarisasi pada dua gerakan misi, yaitu oikumenikal dan evangelical. Gerakan evangelical di Indonesia menemukan bentuknya melalui pergumulan yang intens dari tokoh-tokoh injili pada bulan Juni 1971 di City Hotel Jakarta dan pada bulan Juli 1971 di Batu, Malang Jawa Timur, yang kemudian melahirkan Persekutuan Injili Indonesia (PII) II. Lahirnya Persekutuan Injili Indonesia Dalam catatan sejarah PII, kami melihat bahwa tolak ukur utama dalam pergumulan untuk mewujudkan gerakan bersama kaum injili di Indonesia adalah persekutuan. Kata kunci ini menjadi acuan awal dari gerakan, yang oleh karenanya sejak awal tahun 1969 tokoh tokoh injili di Indonesia ketika membidani lahirnya gerakan dan wadah besar (PII) dimulai dengan kegiatan yang kelihatannya kecil tetapi memiliki power yang sangat besar dan luar biasa, yaitu persekutuan. Tokoh tokoh injili menjadikan persekutuan sebagai wahana dan wacana untuk : 1. Membahas beban bersama dalam bidang pekabaran Injil dan misi di Tanah Air. 2. Menggumuli kebutuhan akan suatu wadah bagi Gereja, lembaga dan badan misi Injili di Indonesia. 3. Menampung aspirasi dari Gereja, yayasan dan badan-badan misi di Indonesia. 4. Bersekutu dan bersama-sama memberitakan Injil. 1 / 5

Persekutuan dan pergumulan bersama yang dilakukan selama dua tahun akhirnya melahirkan wadah yang besar dalam arus gerakan misi injili bagi gereja, lembaga, yayasan dan badan-badan misi injili di Indonesia. Mendahului lahirnya Persekutuan Injili Indonesia, di Ramayana Hotel City, Tanah Abang- Jakarta, pada tanggal 15 Juni 1971 diselenggarakan persekutuan / pertemuan yang dihadiri oleh l.k 100 hamba-hamba Tuhan. Dalam pertemuan tersebut disepakati 4 hal penting : 1. Nama wadah pelayanan/perjuangan bersama adalah Persekutuan Injili Indonesia 2. Pengurus (sementara) ditetapkan sebagai berikut : Ketua : Pdt. DR. Petrus Octavianus Sekretaris : Pdt. Willem Hekmann Bendahara : Philip Leo 3. Pengurus (sementara) bertugas mempersiapkan Kongres Nasional I Persekutuan Injili Indonesia. 4. Pengurus (sementara) bertugas mempersiapkan konsep rumusan mukadimah lahirnya Persekutuan Injili Indonesia dan konsep AD/ART Persekutuan Injili Indonesia. Pada tanggal 17 Juli 1971 di Batu, Malang Jawa Timur dirumuskan lahirnya Persekutuan Injili Indonesia (PII) dengan moto Dipanggil untuk Bersekutu dan Memberitakan Injil yang didasarkan pada Matius 28 : 19 dan Galatia 5 : 1. Momentum ini ditetapkan sebagai hari lahirnya Persekutuan Injili Indonesia. Tokoh tokoh yang terlibat secara intens dalam pergumulan proses lahirnya PII adalah sebagai berikut : Bp. Pdt. DR. P. Octavianus, Bp. Pdt. DR. Ais. M. O. Pormes, Bp. Pdt. G. Neigenfrad, Bp. Pdt. W. Hekmann, Bp. Brigjen (purn) N. Huwae, Bp. Philip Leo, Bp. S. O. Bessie, Bp. Pdt. DR. HL. Senduk, dan Bp. Ev. S. Damaris, Pdt. Ernest Sukirman dan Pdt. Andreas Setisawan. Sekilas PII Persekutuan Injili Indonesia (PII) didirikan pada tahun 1971 dengan motto yaitu Dipanggil untuk Bersekutu dan Memberitakan Injil. Dari sana kita dapat menarik kesimpulan bahwa setidaknya ada dua hal yang bersifat hakiki bagi PII, yaitu bersekutu dan memberitakan Injil. Apabila kedua hal tersebut diabaikan, PII bukanlah PII lagi. Hal-hal yang lain pada batas tertentu boleh be rubah sesuai dengan perkembangan zamannya, namun kedua hal yang bersifat esensial ini harus dilestarikan. Makna dari kata bersekutu, didalam konteks kristiani, akan nampak dengan jelas apabila kita melihat konsep tubuh Kristus di dalam Alkitab. Tubuh Kristus terdiri dari pelbagai anggota yang berbeda, bersatu dalam ikatan kasih. Di dalam kepelbagaiannya setiap anggota saling melengkapi satu sama lain, tidak ada yang merasa lebih penting ataupun yang dianggap kurang penting (baca 1Kor 12:12-26). Dengan kata lain, didalam tubuh Persekutuan Injili 2 / 5

Indonesia semua anggota berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, setara dan saling menghargai satu sama lain. Apabila kata bersekutu lebih menunjukkan sifat dari keberadaan PII, maka kata-kata memberitakan Injil lebih menunjukkan tujuan dari keberadaannya. Dengan kata lain, seluruh anggota PII menyadari bahwa Tuhan bukan memanggil mereka untuk bersekutu hanya sekedar agar mereka bersekutu belaka, tetapi ada misi didalam persekutuan tersebut yaitu memberitakan Injil. Hal ini juga menunjukkan bahwa bagi setiap anggota PII pemberitaan Injil, yang merupakan manifestasi dari iman kita kepada karya penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus, merupakan hal yang tak dapat ditawar. Panggilan untuk mengemban amanat Agung ini kita junjung tinggi apapun harga yang harus dibayar untuk hal itu. Misi dan Visi VISI 1. Memelihara kemurnian asas Ijili. 2. Menggalang persekutuan sebagai perwujudan organisme yang hidup yaitu tubuh Kristus yang Kudus dan Am. 3. Mendorong usaha-usaha pekabaran Injil yang dilakukan oleh gereja-gereja, dan lembaga-lembaga Injili. MISI 1. Membela dan meneguhkan theologia Injil sesuai dengan kemurnian asas Injili. 2. Memajukan pekabaran Injil dengan cara membantu anggota-anggota PII dalam pelayanan di bidang penginjilan, misi, pendidikan dan pelayanan masyarakat. 3. Mewujudkan persekutuan dan pelayanan dalam terang Injil dengan cara mengintensifkan komunikasi serta meningkatkan motivasi dalam rangka koordinasi, integrasi dan sinkronisasi usaha-usaha pelayanan anggota-anggota PII. 4. Menjalin kerjasama dengan induk organisasi gerejawi yang lain sebagai mitra pelayanan. 5. Menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan nasional. Pengurus Pusat PGLII Majelis Pertimbangan 3 / 5

Ketua: Pdt. Dr. Ir. Bambang H. Widjaja, MA Anggota Pdt. DR. Petrus Octavianus Pdt. DR. Chris Marantika Letjen TNI (purn) HBL Mantiri Mayjen TNI (purn) Pranowo Pdt. DR. SJ Sutjiono Pdt. Daniel Henubau, STh Pdt. DR. Jacob Tomatala Pdt. DR. Niko Njotorahardjo Pdt. DR. Ruyandi Hutasoit Ny. Mieno Menayang Pdt. DR. Jimmy Oentoro Prof. Ir. Samuel Tirtamihardja, MBA, MSc Frits Willy Triman Pdt. Ronny Sigarlaki, SH Ketua Umum Pdt. Dr. Nus Reimas Sekretaris Umum Pdt. Dr. M Sudhi Dharma, Mth Wakil Sekretaris Umum : Pdt. Drs. Ign Dachlan Setiawan, MA Bendahara Umum Pdm. Peter Tjondro E. Santoso, STh Wakil Bendahara Umum Pdt. Benny Joshua Komisi Jaringan Kelembagaan 4 / 5

Ketua : Pdt. DR. Roland Octavianus Anggota : Pdt. Ir. Rachmat Manullang, Msc ; Pdt. DR. Rubin Adi Abraham Komisi Jaringan Pelayanan Masyarakat Ketua : Iwan Marantika, MBA Anggota: Ev. M. Bambang Soewono ; Ny.Sri Rastiti Komisi Jaringan Pelayanan Misi Ketua : Pdt. Paul Paksoal, M.Div Anggota : Pdt. DR. Dicky Ngelyaratan ; Pdt. Yerry Tawalujan, Mth Komisi Pemberdayaan Kelompok Profesional Ketua : Pdt. Dr. Sulijanto Leories Anggota: Charles Yonan Komisi Pemberdayaan Perempuan Ketua : DR. Erika Damayanti, SH, CN, MA Anggota : Pdt. Ny. Nyoman Priskilla, M.Div ; Adriana Mangontan, SE Komisi Pemberdayaan Pemuda Ketua : Pdt. Jose Carol, Dipl. Ing Anggota : Pdt. Jeffry Kurniawan, MSc Komisi Penelitian dan Pengembangan Ketua : Pdt. Budi Setiawan, M.Div Anggota : Pdt. Prist Kuasa Depari ; Hendra Haryanto, SH, SE, MM Komisi Advokasi, Hukum dan HAM Ketua : Pdt. Ronny Mandang, STh Anggota : Deddy A. Madong, SH ; Reggie Tentero, SH 5 / 5