Oleh : Feri Istiono 1, Dr.Ing.Ir Teguh Hariyanto Msc 1. Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

dokumen-dokumen yang mirip
Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, Abstrak

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN:

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

STUDI PERSEBARAN KONSENTRASI MUATAN PADATAN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DI SELAT MADURA

EVALUASI PENGEMBANGAN AREA UNTUK KABUPATEN SIDOARJO MENGGUNAKAN MOHAMMAD RIFAI

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

EVALUASI PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH PERKOTAAN (STUDI KASUS KEC.LOWOKWARU, KOTA MALANG) Fransiscus Hamonangan Hutabarat 1, Muhammad Taufik 1

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

KAJIAN KEPEMILIKAN SUMBER DAYA ALAM NON HAYATI DALAM WILAYAH 12 MIL LAUT (STUDI KASUS : Pulau Pagerungan Besar dan Kecil, Kabupaten Sumenep) Abstrak

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL (Studi Kasus : Kabupaten Lamongan)

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Indra Jaya Kusuma, Hepi Hapsari Handayani Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Abstrak PENDAHULUAN.

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Bab IV Hasil dan Pembahasan

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KOTA SURABAYA)

EVALUASI PENGEMBANGAN AREA UNTUK RELOKASI PERMUKIMAN AKIBAT BENCANA LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) C-130

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN CITRA SATELIT ALOS HASIL METODE PAN SHARPENING UNTUK PEMETAAN RUANG TERBUKA HIJAU WILAYAH PERKOTAAN PATI

Bab III Pelaksanaan Penelitian

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

ANALISA PERUBAHAN POLA HIDROLOGI DI DAERAH MUARA KALI PORONG PASCA PERISTIWA LAPINDO DENGAN CITRA SATELIT SPOT 4 DAN ALOS

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Abstrak

III. METODE PENELITIAN

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

INVENTARISASI DAN EVALUASI JARINGAN PIPA PDAM KABUPATEN SITUBONDO

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

Inventarisasi dan Evaluasi Jaringan Pipa PDAM Kabupaten Situbondo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERUBAHAN DARATAN PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT

METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

EVALUASI PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN TUTUPAN LAHAN KAWASAN PESISIR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH (Studi Kasus : Kawasan Pesisir Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo) Oleh : Feri Istiono 1, Dr.Ing.Ir Teguh Hariyanto Msc 1 Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, 60111 Email : ferigeo@gmail.com Abstrak Kawasan pesisir adalah suatu kawasan yang labil dan mudah mengalami perubahan, karena merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan, dimana garis pertemuan tersebut dinamakan dengan garis pantai. Dari garis pantai inilah kita dapat menentukan batas atministrasi suatu wilayah, dari sini dapat dipastikan pentingnya peranan dari garis pantai tersebut, sedangkan garis pantai sendiri sangat mudah berubah, sehingga perlu adanya penelitian secara berkala mengenai batas garis pantai tersebut. Kawasan Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo adalah salah satu kawasan pesisir yang perlu dikaji mengenai garis pantai dan tutupan lahannya, karena wilayah pesisir sendiri banyak dimanfaatkan baik untuk industri, pariwisata dan pembangunan, sehingga dapat memicu perubahan garis pantai beserta tutupan lahan di wilayah tersebut. Perubahan garis pantai secara rinci dari waktu ke waktu dapat diketahui bila tersedia peta dan data yang lengkap. Bila data dan peta ini dibuat dengan melakukan pengukuran terestris akan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pendekatan dengan menggunakan sistem pengindeaan jauh, yaitu dengan menggunakan citra satelit Landsat, jadi dengan menggunakan proses interpretasi dan klasifikasi maka dapat membuktikan terjadinya perubahan garis pantai dan perubahan penutup lahan dikawasan pesisir tersebut. Hasil dari proses penginderaan jauh tersebut adalah sebuah peta yang memuat informasi mengenai perubahan baik garis pantai maupun tutupan lahan kawasan pesisir pantai kabupaten Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo. Kata Kunci : kawasan pesisir, citra satelit, interpretasi, klasifikasi. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo terletak di wilayah Jawa Timur, yang berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utaranya dan selat bali disebelah timurnya, sehingga daerahnya mendapat pengaruh sifatsifat laut seperti angin laut dan pasang surut air laut. Pembangunan daerah Pesisir pantai merupakan bagian integral dari pembangunan wilayah Kabupaten. Pengelolaan daerah pesisir pantai menghendaki adanya perhatian yang lebih fokus agar terjadi peningkatan kualitas pembangunan dan kualitas penduduk di wilayah tersebut. Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu yang berasal dari daratan dan dari lautan, garis pertemuan antara daratan dan lautan inilah yang disebut dengan garis pantai. Perubahan lingkungan pantai atau lebih tepatnya garis pantai, sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat yang lain, sehingga kajian keruangan dari lingkungan pantai diperlukan dalam rangka pengelolaan lingkungan pantai. Lingkungan pantai perlu dikelola dengan baik mengingat fungsinya dalam kehidupan manusia sangat besar sejak jaman dahulu hingga sekarang dan bahkan hingga masa depan. Banyaknya faktor yang dapat merubah garis pantai disekitar daerah pesisir tersebut melatar belakangi penelitian kali ini, dengan bantuan remote sensing dan data penelitian yang ada, diharapkan dapat menjadi referensi pemerintah dalam hal penentuan garis batas 1

pantai dan penataan ruang di wilayah pesisir kota Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah bagaimana cara mengolah citra Landsat TM dan citra Landsat 7 ETM+, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan garis pantai dan tutupan lahan kawasan pesisir kota Pasuruan Probolinggo, dan Situbondo. 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Daerah penelitian mencakup wilayah pesisir kota Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo. 2. Penelitian menggunakan data satelit Landsat 5 untuk tahun 1994, dan Landsat 7 TM untuk tahun 2002 dan 2009. 3. Penelitian yang dilakukan adalah analisa perubahan garis pantai dan tutupan lahan kawasan pesisir kota Pasuruan Probolinggo, dan Situbondo 4. Metode yang digunakan untuk garis pantai adalah metode masking, sedangkan untuk klasifikasi tutupan lahan menggunakan metode supervised classification 5. Hasil yang akan dicapai adalah peta tutupan lahan dan peta perubahan garis pantai kawasan pesisir kota Pasuruan Probolinggo, dan Situbondo. 1.4 Tujuan Tugas Akhir 1. Menentukan perubahan garis pantai dalam jangka waktu 15 tahun. Batas daerah tersebut dapat ditentukan dari citra penginderaan jauh, dalam hal ini citra Landsat 5 dan citra Landsat 7 ETM+ yang meliputi daerah sepanjang pantai Kota Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo. 2. Untuk mengetahui seberapa besar perubahan tutupan lahannya, baik perubahan luas area ataupun analisa perubahan yang terdapat di kawasan pesisir kota Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo. 1.5 Manfaat Tugas Akhir Didapatkan informasi yang lengkap tentang perubahan garis pantai dan perubahan tutupan lahan di sepanjang pantai utara kota Pasuruan Probolinggo, dan Situbondo serta analisa perubahannya. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di sepanjang pantai utara Jawa Timur, tepatnya di daerah pesisir kota Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo, berikut ini adalah lokasi penelitian: Gambar 1. Lokasi penelitian 2.2 Peralatan dan Bahan Peralatan 1. Perangkat keras (Hardware) Notebook dengan spesifikasi : a. Intel Pentium Dual Core T3400 CPU 2.16 GHz b. Memory DDR2 2040MB c. Hardisk 160GB SATA HDD 2. Perangkat Lunak (software) a. Microsoft Office dan Microsoft Excel 2007 b. ER Mapper 7.0 untuk pengolahan citra c. Arc View 3.3 untuk pembuatan layout peta d. Frame and fill untuk proses gapfill pada citra 2009 Bahan Bahan yang dibutuhkan dalam tugas akhir ini adalah : 1 Citra Satelit Landsat : - Citra Satelit Landsat 19 September 1994 Path row 117/065 - Citra Satelit Landsat 8 Juli 1994 Path row 118/065 - Citra Satelit Landsat 29 April 2002 Path row 117/065 - Citra Satelit Landsat 6 Juli 2002 Path row 118/065 2

2 Citra Landsat terkoreksi tahun 2009 path row 117/065 dan 118/065 3 Peta batas kecamatan wilayah Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo 5. Peta Rupa Bumi Indonesia dengan skala 1 : 25000 2.3 Tahapan Penelitian Tahapan dalam penelitian ini adalah : Identifikasi Masalah Studi Literatur Pengumpulan Data dari data-data yang telah diambil dari lapangan dan data penunjang lainnya dengan menggunakan metode Multitemporal. 5. Tahap Analisa Data yang telah diolah kemudian dianalisa seberapa besar perubahan yang terjadi pada garis pantai dan tutupan lahan kawasan pesisir Pasuruan sampai Situbondo yang nantinya digunakan untuk menyusun laporan Tugas Akhir. 6. Penyusunan Laporan Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari peneltian Tugas Akhir ini. Berikut ini tahapan dalam pengolahan data : Pengolahan Data Data citra Landsat 1994 Data citra Landsat 2002 Data citra Landsat 2009 Analisa Pengolahan data di software ER Mapper Penyusunan Laporan Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Berikut ini penjelasan diagram alir penelitian tersebut : 1. Identifikasi Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembuatan peta perubahan garis pantai dan tutupan lahan di sepanjang kawasan pesisir kota Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo, dan seberapa besar perubahan garis pantai dan tutupan lahan di wilayah tersebut. 2. Studi Literatur Bertujuan untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan Penginderaan Jauh, keadaan di kawasan pesisir dan literatur lain yang mendukung baik dari buku, jurnal, majalah, media masa, internet dan lain-lain. 3. Pengumpulan Data Pengumpulan data yaitu data citra Landsat untuk tahun 1994, 2002 dan 2009 dilakukan dengan ijin dan kerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). 4. Tahap Pengolahan data Pada tahapan ini dilakukan pengolahan 3 Peta RBI skala 1 : 25000 Ground Truth Deliniasi Garis pantai Peta Perubahan Garis Pantai Penajaman Citra Koreksi Geometrik RMS < 1.00 Pixel Pemotongan Citra Import Data citra terklasifikasi ke Arcview Gambar 3. Diagram alir Pengolahan Ya Overlay Citra terklasifikasi tahun 1994, 2002 dan 2009 Tidak Klasifikasi tata guna lahan Peta Perubahan Tata guna Lahan

Penjelasan Diagram alir pengolahan data. 1. Untuk data citra tahun 2009 dilakukan proses gapfill dan kemudian data citra satelit Landsat tahun 1994 dan citra satelit Landsat 7 TM tahun 2002 yang meliputi sepanjang kawasan pesisir kota Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo yang berformat raster dimasukkan kedalam software ER Mapper, dan dilakukan pengolahan lebih lanjut. 2. Kemudian data raster citra tersebut dirubah dalam format *ers 3. Dalam software ER Mapper dilakukan pengolahan sebagai berikut : - Membuat kombinasi band 5-4-2 (true color) agar kenampakan dari obyek garis pantai dan tutupan lahan menjadi jelas, juga dilakukan contrast enhancement. - Koreksi geometrik digunakan untuk memperoleh koordinat citra yang mendekati koordinat sebenarnya dipermukaan bumi, hal ini dilakukan dengan acuan peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) skala 1 : 25000, citra terkoreksi, dan GCP sebagai data pelengkap dengan asumsi nilai RMS (Rate Mean Square) < 1.00 pixel - Proses pemotongan citra dimaksudkan untuk mengecilkan area penelitian, dalam hal ini pembagiannya berdasarkan batas kecamatan, dengan acuan peta batas kecamatan. - Berikutnya proses Deliniasi Garis Pantai, digunakan metode masking, yaitu dengan menggunakan perbandingan antar band dengan algoritma sebagai berikut : If( 0 > i1 /i2 >1 ) if in region Dimana i1 diisi dengan band 4, dan i2 diisi dengan band 1,juga digunakan kombinasi band 7-5-4. - Kemudian pada proses klasifikasi, dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised 4 classification) Dengan jenis kelas tutupan lahan yaitu : Badan air, lahan kosong, lahan terbuka, perairan, sawah, bakau, dan pemukiman 4. Setelah dilakukan proses editing dari software ER Mapper 7.0, maka dilakukan proses import data citra ke dalam software Arcview 3.3, dengan proses proses sebagai berikut : - Proses import data perubahan garis pantai kedalam software Arcview - Kemudian dilakukan proses overlay, dari dijitasi pada citra satelit Landsat tahun 1993 dan 2000 dengan citra Landsat 7 TM tahun 2009, sehingga diketahui perubahan yang terjadi pada garis pantai dan tutupan lahan daerah pesisir kota Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo - Setelah dilakukan proses overlay, dan mendapatkan perubahan garis pantai serta perubahan tutupan lahan, maka proses berikutnya adalah pembuatan muka peta dan legenda dari kedua peta tersebut. 3. HASIL DAN ANALISA 3.1 Gapfill citra Landsat tahun 2009 Pada citra Landsat 2009 terdapat kerusakan pada kanal SLC, sehingga citra mengalami strip/garis-garis pada hasil pemotretannya, garis-garis tersebut merupakan area yang tidak terpotret oleh satelit, hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan software frame and fill yang direkomendasikan oleh NASA. Dengan menggunakan citra master sebagai citra yang akan digunakan dalam pengolahan data, dan citra pengisi sebagai pengisi strip yang kosong, berikut ini perincian datanya : Citra master : - Citra satelit Landsat 22 Oktober 2009 path/row 117/065 - Citra satelit Landsat 29 Oktober 2009 path/row 118/065

Citra Pengisi : - Citra satelit Landsat 7 Nopember 2009 path/row 117/065 - Citra satelit Landsat 9 Juli 2009 path/row 118/065 3.2 Koreksi Geometrik Koreksi geometrik terhadap semua citra satelit Landsat menggunakan acuan citra terkoreksi tahun 2009 untuk path row 117/065 dan 118/065, Peta RBI skala 1 : 25000 dan titik GCP digunakan juga sebagai kontrol citra satelit tahun 2009 tersebut. Citra Satelit Landsat 1994 Landsat 2002 Path / Row Jumlah titik Total RMS Error Nilai ratarata RMS Error 117/065 39 2.78 0.071 118/065 45 5.778 0.128 117/065 40 10.282 0.257 118/065 40 8.697 0.217 Berikut ini hasil dari nilai rata-rata RMS error citra hasil koreksi : Tabel 1. Nilai rata-rata RMS error Hasil dari koreksi geometrik diwakili dengan nilai RMS Error dari perhitungan diatas, dengan batas minimal dari kesalahan RMS tersebut adalah 1 pixel, karena apabila RMS lebih dari 1 pixel, maka dapat dipastikan telah melebihi nilai toleransi. Nilai toleransi untuk citra Landsat yaitu 30 meter, dan koreksi tersebut wajib diulang. Untuk nilai RMS Error pada koreksi diatas berkisar antara 0.071 0.257, hal ini berarti pergeseran rata-rata setelah dilakukan koreksi geometrik adalah sebesar : (0.071 x 30 meter) sampai (0.257 x 30 meter) = (2.13 sampai 7.71) meter Perhitungan diatas menunjukkan bahwa koreksi tersebut telah memenuhi batas toleransi yang disyaratkan, yaitu < 30 meter. 3.3 Perubahan Garis Pantai No Kecamatan Tabel 2 Perubahan garis pantai 5 1 Bangil, Kraton 8543.029 8813.505 8940.879 270.476 127.374 397.85 2 Gadingrejo, Bugulkidul, Rejoso 4459.802 4511.608 4567.737 51.806 56.129 107.935 3 Lekok, Nguling 8782.537 8775.445 8777.747-7.092 2.302-4.79 4 Tongas 4219.975 4237.89 4249.528 17.915 11.638 29.553 5 Sumberasih, Kademangan, Mayangan 3683.928 3747.904 3824.412 63.976 76.508 140.484 6 Dringu, Gending 4800.19 4779.205 4775.001-20.985-4.204-25.189 7 Pajarakan, Klaksaan 4220.493 4187.741 4177.58-32.752-10.161-42.913 8 Paiton 7150.361 7174.307 7192.413 23.946 18.106 42.052 9 Banyuglugur 4356.732 4334.712 4341.397-22.02 6.685-15.335 10 Besuki, Suboh, Mlandingan 4662.306 4673.085 4694.678 10.779 21.593 32.372 11 Bungatan, Kendit 8364.837 8381.319 8416.208 16.482 34.889 51.371 12 Panarukan 7691.828 7674.167 7688.582-17.661 14.415-3.246 13 Mangaran 4735.785 4706.464 4717.441-29.321 10.977-18.344 14 Kapongan, Arjasa 7943.018 7938.469 7955.355-4.549 16.886 12.337 15 Jangkar, Asembagus 7208.86 7205.39 7238.363-3.47 32.973 29.503 16 Banyuputih 6850.814 6849.407 6948.164-1.407 98.757 97.35 17 Banyuputih 8933.362 8922.255 8975.342-11.107 53.087 41.98 Jumlah Total 106607.857 106912.873 107480.827 305.016 567.954 872.97

Dari tabel 2 dapat dibuat suatu diagram sebagai berikut ini : Gambar 4 Diagram Perubahan Garis Pantai Dari tabel 4.2 dan diagram diatas dapat dianalisa bahwa terjadi perubahan garis pantai yang ditinjau dari luas area per tahunnya, diantaranya : Kecamatan Bangil dan Kraton yang terletak di kota Pasuruan, di tempat tersebut terdapat sungai Porong, yang merupakan sungai yang cukup besar, dan proses sedimentasi di daerah muara yang berjalan dengan cepat, dari hasil tabel perubahan tersebut terdapat perubahan luasan yang awalnya pada tahun 1994 sebesar 8543.029ha, menjadi 8813.505ha pada tahun 2002, dan terus meningkat menjadi 8940.879ha, hal ini disebabkan adanya pembentukan delta sungai yang relatif cepat, akibat tingginya laju erosi di daerah hulu menjadi penyebab perubahan pantai tersebut antara tahun 1994-2002 dengan total perubahan 270.476ha. Sedangkan pada tahun 2006 terjadi bencana semburan lumpur lapindo, yang kemudian luapan lumpur tersebut dialirkan ke laut, melalui sungai porong, dari hal tersebut mengakibatkan makin banyaknya sedimen yang terdapat di muara sungai porong dan menimbulkan perubahan garis pantai, yaitu sebesar 127.374ha, sehingga dari tahun 1994-2009 terjadi penambahan luas area pantai sebesar 397.85ha. Perubahan garis pantai yang cukup besar berikutnya adalah di kecamatan Gadingrejo, Bugulkidul dan Rejoso, dan penambahan garis pantai terpusat pada kecamatan Bugulkidul, dari data di atas antara tahun 1994-2009 terdapat perubahan sebesar 107.935ha, hal ini disebabkan adanya hutan mangrove alami yang sedang dikembangkan di kawasan tersebut, tepatnya di dekat pantai Panggungrejo dan Blandongan, sehingga menambah luasan dari garis pantai tersebut. Berikutnya adalah kecamatan Tongas Probolinggo, disini juga terjadi penambahan garis pantai antara tahun 1994-2009, sebesar 42.006ha, dikarenakan pengembangan wilayah hutan bakau di daerah tersebut, seperti yang terjadi pada kecamatan Panggungrejo dan Blandongan di Pasuruan. Wilayah berikutnya adalah kecamatan Sumberasih, Kademangan, dan Mayangan, disini terjadi penambahan garis pantai yang cukup besar pula, yaitu 140.484ha, hal ini disebabkan karena adanya pembangunan pelabuhan Tanjung Tembaga di kecamatan Mayangan, Probolinggo, pelabuhan tersebut hanya digunakan sebagai pelabuhan peti kemas, dan sudah mulai beroperasi pada februari 2010 kemarin. Pada kecamatan Pajarakan dan Klaksaan, Probolinggo terjadi pengurangan garis pantai antara tahun 1994-2009 sebesar 42.913ha, disebabkan antara lain oleh penebangan hutan bakau dan peralihan fungsi kawasan, seperti untuk pemukiman dan kawasan industri disekitar kawasan pantai tersebut. Pada wilayah Paiton terjadi penambahan luas garis pantai yang cukup 6

besar, hal ini terjadi dikarenakan pengembangan kawasan industri, yaitu pembangkit listrik tenaga uap. Terdapat 6 unit pembangkit listrik disini dan terletak dalam 1 kompleks tepatnya di desa Binor. Perubahan garis pantai antara tahun1994-2009 sebesar 42.052ha. Pada kecamatan Bungatan dan Kendit terdapat pengembangan kawasan wisata pantai, yaitu pasir putih yang dari tahun ke tahun makin berkembang, hal ini dibuktikan dengan bertambahnya luas pantai dari tahun 1994-2009 yaitu sebesar 51.372ha. Pada wilayah kecamatan Banyuputih ini terjadi pengambangan Taman Nasional Baluran, yang dalam pengembangannya melestarikan hutan bakau sehingga menyebabkan penambahan garis pantai dengan total sebesar 139.33ha, hal tersebut paling banyak terjadi antara tahun 2002-2009. 3.4 Perubahan Tutupan Lahan Tabel 3 Perubahan tutupan lahan kecamatan Bangil dan Kraton, Pasuruan Badan air 2993.76 3334.95 3308.31 341.19-26.64 314.55 Bakau 896.76 1060.02 1049.58 163.26-10.44 152.82 Lahan kosong 928.08 667.08 312.3-261 -354.78-615.78 Lahan terbuka 1210.86 1648.8 1796.76 437.94 147.96 585.9 Pemukiman 1257.48 1354.14 1601.64 96.66 247.5 344.16 Sawah 1143.63 684.63 937.44-459 252.81-206.19 Perairan 2119.05 1877.76 1621.35-241.29-256.41-497.7 Jumlah 10549.62 10627.38 10627.38 Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa perubahan terbesar terjadi pada area lahan kosong yang berkurang antara tahun 1994-2009 sebesar 615.78ha, kemudian untuk kelas lahan terbuka bertambah sebesar 585.9ha. kemudian untuk kelas badan air terdapat penambahan luasan sebesar 314.55ha, hal ini disebabkan oleh sedimen dari sungai porong yang terus meningkat diakibatkan oleh lumpur lapindo, kemudian terjadi pengurangan luasan pada perairan, hal ini membuktikan adanya penambahan garis pantai dikecamatan bangil. Tabel 4 Perubahan tutupan lahan kecamatan Gadingrejo, Bugulkidul dan Rejoso, Pasuruan 7 Badan air 1452.33 1269.36 1056.42-182.97-212.94-395.91 Bakau 340.74 639.36 396.9 298.62-242.46 56.16 Lahan kosong 180.18 24.3 28.08-155.88 3.78-152.1 Lahan terbuka 1108.44 698.22 772.47-410.22 74.25-335.97 Pemukiman 653.13 721.44 983.79 68.31 262.35 330.66 Sawah 705.87 1212.12 1397.61 506.25 185.49 691.74 Perairan 1215.87 1127.7 1057.23-88.17-70.47-158.64 Jumlah 5656.56 5692.5 5692.5 Pada tabel 4 diatas perubahan paling banyak adalah pada area sawah yang bertambah sebesar 691.74ha antara tahun 1994-2009, hal ini dikarenakan peralihan fungsi dari lahan terbuka dan lahan kosong yang masing-masing berkurang sebesar 335.97ha dan 152.1ha, area pemukiman juga mengalami penambahan sebesar 330.66ha antara kurun waktu 1994-2009. di kecamatan Gadingrejo, Bugulkidul dan Rejoso, Pasuruan. Tabel 5 Perubahan tutupan lahan kecamatan Lekok, Nguling, Pasuruan Badan air 736.11 396.9 332.01-339.21-64.89-404.1 Bakau 156.33 185.67 348.48 29.34 162.81 192.15 Lahan kosong 4554.27 3880.89 3778.38-673.38-102.51-775.89 Lahan terbuka 1209.78 1650.78 1494.81 441-155.97 285.03 Pemukiman 595.8 1020.6 1042.29 424.8 21.69 446.49 Sawah 1619.37 1799.46 1875.87 180.09 76.41 256.5 Perairan 4405.14 4486.5 4548.96 81.36 62.46 143.82 Jumlah 13276.8 13420.8 13420.8 Dari tabel 5 dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan luas area pemukiman, lahan terbuka dan sawah yang masing-masing sebesar 446.49ha, 285.03ha, dan 256.5ha, hal ini disebabkan peralihan fungsi lahan pada area lahan kosong dan badan air, yang masingmasing berkurang sebesar 775.89ha dan 404.1ha, dalam kurun waktu 1994-2009. Tabel 6 Perubahan tutupan lahan kecamatan Tongas, Probolinggo Badan air 254.43 420.21 423 165.78 2.79 168.57 Bakau 32.85 187.02 166.77 154.17-20.25 133.92 Lahan kosong 922.41 466.02 281.34-456.39-184.68-641.07

Lahan terbuka 422.91 490.05 509.4 67.14 19.35 86.49 Pemukiman 1240.92 1204.47 1384.92-36.45 180.45 144 Sawah 1387.89 1575.18 1627.02 187.29 51.84 239.13 area pemukiman dan lahan terbuka yang berkurang, yaitu sebesar 371.97ha dan 320.67ha, dalam kurun waktu 1994-2009. Perairan 1824.3 1821.42 1771.92-2.88-49.5-52.38 Jumlah 6085.71 6164.37 6164.37 Perubahan yang paling besar terjadi pada lahan kosong yang berkurang sebesar 641.07ha, yang disebabkan karena mengalami peralihan lahan yaitu untuk kelas sawah, badan air, pemukiman, dan bakau. Tabel 9 Perubahan tutupan lahan kecamatan Paiton, Probolinggo Badan air 1366.47 979.65 767.88-386.82-211.77-598.59 Tabel 7 Perubahan tutupan lahan kecamatan Dringu dan Gending, Probolinggo Bakau 10.08 21.06 44.55 10.98 23.49 34.47 Lahan kosong 706.86 384.57 965.79-322.29 581.22 258.93 Lahan terbuka 1323.45 1950.21 1690.2 626.76-260.01 366.75 Pemukiman 392.49 590.67 690.57 198.18 99.9 298.08 Badan air 703.71 783.45 551.16 79.74-232.29-152.55 Bakau 215.1 302.76 359.46 87.66 56.7 144.36 Lahan kosong 308.97 167.31 130.59-141.66-36.72-178.38 Lahan terbuka 783.63 664.56 808.92-119.07 144.36 25.29 Pemukiman 272.7 515.79 491.31 243.09-24.48 218.61 Sawah 2803.59 2498.04 2597.94-305.55 99.9-205.65 Perairan 4930.47 5132.43 5124.51 201.96-7.92 194.04 Jumlah 10018.17 10064.34 10063.89 Dari tabel 7 dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada kecamatan Dringu dan Gending disebabkan karena pertambahan luas pemukiman dan bakau,yaitu sebesar 218.61ha dan 144.36ha. hal ini menyebabkan lahan kosong dan sawah berkurang sebesar 178.38ha dan 205.65ha dikurun waktu 1994-2009. Sawah 3736.98 3637.8 3228.3-99.18-409.5-508.68 Perairan 5272.74 5414.4 5591.07 141.66 176.67 318.33 Jumlah 12809.07 12978.36 12978.36 Pada kecamatan Paiton, terjadi penambahan luas lahan kosong, lahan terbuka dan pemukiman, yang masing-masing bertambah sebesar 258.93ha, 366.75ha, dan 298.08ha, dengan berkurangnya area sawah sebesar 508.68ha, dan badan air sebesar 598.59ha, betambahnya luas area pemukiman disebabkan oleh pemngembangan kawasan pembangkit listrik di Paiton, Probolinggo. Tabel 10 Perubahan tutupan lahan kecamatan Banyuglugur, Situbondo Tabel 8 Perubahan tutupan lahan kecamatan Pajarakan dan Klaksaan, Probolinggo Badan air 51.66 86.67 106.47 35.01 19.8 54.81 Bakau 54.27 52.2 42.93-2.07-9.27-11.34 Lahan kosong 1413.99 982.71 1590.93-431.28 608.22 176.94 Lahan terbuka 789.84 1149.03 453.87 359.19-695.16-335.97 Badan air 774.27 714.15 658.08-60.12-56.07-116.19 Bakau 118.44 256.59 258.03 138.15 1.44 139.59 Lahan kosong 195.03 359.91 83.43 164.88-276.48-111.6 Lahan terbuka 938.43 475.29 617.76-463.14 142.47-320.67 Pemukiman 933.3 822.42 561.33-110.88-261.09-371.97 Sawah 1331.64 1734.57 2092.32 402.93 357.75 760.68 Perairan 3059.46 3005.55 3097.53-53.91 91.98 38.07 Jumlah 7350.57 7368.48 7368.48 Dari hasil tabel 8 diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perubahan paling besar terjadi pada kelas sawah yang bertambah sebesar 760.68ha, hal ini disebabkan karena 8 Pemukiman 337.23 268.65 334.71-68.58 66.06-2.52 Sawah 569.34 572.85 624.69 3.51 51.84 55.35 Dataran tinggi 1147.95 1280.61 1252.89 132.66-27.72 104.94 Perairan 1735.74 1798.29 1784.52 62.55-13.77 48.78 Jumlah 6100.02 6191.01 6191.01 Pada kecamatan Banyuglugur perubahan terbesar terjadi pada kelas lahan terbuka, yang berkurang sebesar 335.97ha, sedangkan pada area pemukiman dan bakau cenderung tetap. Penambahan luas terbesar terjadi pada lahan kosong sebesar 176.94ha.

Tabel 11 Perubahan tutupan lahan kecamatan Besuki, Suboh, Mlandingan, Situbondo Badan air 535.5 398.97 515.7-136.53 116.73-19.8 Bakau 70.56 48.87 29.88-21.69-18.99-40.68 Lahan kosong 413.91 607.05 131.58 193.14-475.47-282.33 Lahan terbuka 1321.56 1111.77 1177.83-209.79 66.06-143.73 Pemukiman 817.83 926.73 811.89 108.9-114.84-5.94 Sawah 1593.27 1700.28 2305.53 107.01 605.25 712.26 Perairan 3147.66 3341.43 3157.83 193.77-183.6 10.17 Jumlah 7900.29 8135.1 8130.24 Pada kecamatan Besuki, Suboh dan Mlandingan, perubahan terbesar terjadi pengurangan hampir di setiap kelas yaitu kelas badan air 19.8ha, kelas bakau 40.68ha, kelas lahan kosong 282.33ha, kelas lahan terbuka 143.73ha, dan pemukiman sebesar 5.94ha, sedangkan kelas yang mengalami penambahan terbesar adalah sawah dengan perubahan sebesar 712.26ha, dan peerairan sebesar 10.17ha, perubahan tersebut terjadi antara tahun 1994-2009. Tabel 12 Perubahan tutupan lahan kecamatan Kapongan dan Arjasa, Situbondo Badan air 297.9 306.36 471.51 8.46 165.15 173.61 Bakau 0.72 0 0-0.72 0-0.72 Lahan kosong 3724.47 3690.45 3465-34.02-225.45-259.47 Lahan terbuka 2056.05 1284.75 1726.92-771.3 442.17-329.13 Pemukiman 589.68 321.21 211.59-268.47-109.62-378.09 Sawah 1347.66 2074.59 2172.51 726.93 97.92 824.85 Perairan 2098.71 2092.32 2068.29-6.39-24.03-30.42 Awan 0 346.14 0 346.14-346.14 0 Jumlah 10115.19 10115.82 10115.82 Berdasarkan tabel diatas area yang paling besar perubahannya adalah lahan kosong, lahan terbuka, dan pemukiman yang berkurang sebesar 259.13ha, 329.13ha, dan 378.09ha, disebabkan karena bertambahnya area sawah sebesar 824.85ha. Perubahan tersebut terjadi antara kurun waktu 1994-2009. Tabel 13 Perubahan tutupan lahan kecamatan Jangkar dan Asembagus, Situbondo Badan air 538.83 350.28 522.18-188.55 171.9-16.65 Bakau 244.71 72.54 57.24-172.17-15.3-187.47 Lahan kosong 882.45 239.76 294.21-642.69 54.45-588.24 Lahan terbuka 1673.55 1404.99 1800.72-268.56 395.73 127.17 Pemukiman 642.78 991.08 1063.35 348.3 72.27 420.57 Sawah 3387.06 4017.15 3603.87 630.09-413.28 216.81 Perairan 3500.1 3566.43 3528.63 66.33-37.8 28.53 Awan 0 227.97 0 227.97-227.97 0 Jumlah 10869.48 10870.2 10870.2 Pada tabel 13 diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat penambahan luasan untuk pemukiman, yaitu sebesar 420.57ha, dan untuk area sawah 216.81ha, kemudian untuk area lahan kosong berkurang sebesar 588.24ha, perubahan tersebut terjadi antara kurun waktu 1994-2009. Tabel 14 Perubahan tutupan lahan kecamatan Banyuputih, Situbondo Badan air 226.98 431.46 638.82 204.48 207.36 411.84 Bakau 84.42 146.88 111.96 62.46-34.92 27.54 Lahan kosong 2172.06 2001.24 2236.5-170.82 235.26 64.44 Lahan terbuka 561.69 702.36 740.16 140.67 37.8 178.47 Pemukiman 272.61 220.5 132.75-52.11-87.75-139.86 Sawah 606.24 590.4 535.95-15.84-54.45-70.29 Dataran tinggi 3118.23 2786.31 2802.87-331.92 16.56-315.36 Perairan 6623.73 6530.49 6466.95-93.24-63.54-156.78 Awan 0 256.32 0 256.32-256.32 0 Jumlah 13665.96 13665.96 13665.96 Pada tabel diatas, ditunjukkan bahwa luasan dari area badan air sebesar 411.84ha, hal ini disebabkan karena pengembangan kawasan hutan bakau di Taman Nasional Baluran, hal ini terjadi antara kurun waktu 1994-2009, dengan penambahan pada kurun waktu 1994-2002 sebesar 204.48ha, dan penambahan pada kurun waktu 2002-2009 sebesar 207.36ha. 9

Perubahan tutupan lahan pada kawasan Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo sebagian besar merupakan peralihan fungsi dari lahan kosong, badan air dan sawah menjadi pemukiman hal tersebut paling mencolok terdapat di kabupaten Pasuruan dengan prosentase perubahan sebesar 79.82%. Uji ketelitian klasifikasi citra dilakukan dengan menggunakan confusion matrix. Dari hasil klasifikasi citra yang dilakukan didapatkan hasil ketelitian seluruh hasil klasifikasi (KH) untuk citra Landsat 7 ETM+ gabungan Oktober-Juli tahun 2009 adalah 88.62%, berikut ini hasil dari confusion matrix tersebut. Hasil Interpretasi Hasil Ground Truth Perairan Lahan Terbuka Tabel 15 Confusion Matrix Lahan kosong Sawah Pemukiman Badan Air Bakau Total Omisi Perairan 17595 0 0 10 0 65 0 18068 75 96.99 Lahan Terbuka 0 6927 0 824 42 0 34 7827 900 68.51 Lahan Kosong 0 0 825 54 0 0 0 879 54 93.85 Sawah 1 1955 0 33516 1935 2097 938 40442 6926 73.82 Pemukiman 0 293 0 775 14656 119 13 15856 1200 81.68 Badan Air 482 0 0 938 108 24893 0 26421 1528 85.69 Bakau 0 35 0 2359 1 348 5840 8583 2743 61.03 Total / KH 17595 9210 825 38476 16742 27522 6825 119076 13426 88.62 Komisi 483 2283 0 4960 2086 2629 985 13426 11.37 MA (%) 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian perubahan garis pantai dan tutupan lahan kawasan pesisir Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo dengan menggunakan citra satelit Landsat tahun 1994, 2002, dan 2009, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai rata-rata RMS error pada penentuan koreksi geometrik dengan acuan citra terkoreksi adalah : Landsat tahun 1994 path/row 117/065 = 0.071, Landsat tahun 1994 path/row 118/065 = 0.128, Landsat tahun 2002 path/row 117/065 = 0.257, Landsat tahun 2002 path/row 118/065 = 0.217 2. Berdasarkan digitasi garis pantai didapat perubahan garis pantai untuk kecamatan Bangil, Kraton, Gadingrejo, Bugulkidul, Rejoso, Lekok, dan Nguling di wilayah Pasuruan dengan rentang tahun 1994 2002 mengalami penambahan luas daratan sebesar = 315.19ha, dan pada tahun 2002-2009 mengalami penambahan luasan sebesar = 185.805ha. Sedangkan untuk wilayah Pasuruan yang terdiri dari kecamatan Tongas, Sumberasih, Kademangan, Mayangan, Dringu, Gending, Pajarakan, Klaksaan, dan Paiton pada tahun 1994-2002 terjadi penambahan luas sebesar 52.1ha, dan pada tahun 2002-2009 mengalami penambahan luasan 10 91.887ha. Dan untuk wilayah Situbondo yang terdiri dari kecamatan Banyuglugur, Besuki, Suboh, Mlandingan, Bungatan, Kendit, Panarukan, Mangaran, Kapongan, Arjasa, Jangkar, Asembagus, dan Banyuputih pada tahun 1994-2002 terjadi pengurangan luas daratan sebesar 62.274ha, dan pada tahun 2002-2009 mengalami penambahan luasan sebesar 290.262ha. 3. Hasil uji ketelitian untuk klasifikasi citra Landsat dengan mengambil sampel kecamatan Bangil, pasuruan menunjukkan prosentasi ketelitian sebesar 88.62%. 4. Perubahan tata guna lahan pada kawasan Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo sebagian besar merupakan peralihan fungsi dari lahan kosong, badan air,dan sawah menjadi pemukiman hal tersebut paling mencolok terdapat di kabupaten Pasuruan dengan prosentase sebesar 79.82% hal ini memang sudah menjadi tuntutan tersendiri, karena makin bertambahnya jumlah penduduk, dan makin terbatasnya jumlah lahan yang tersedia, sehingga tanpa disadari dilakukan pengembangan, dan pembangunan kawasan tanpa mempedulikan ekosistem yang ada di sekitarnya, bila hal ini terus terjadi maka tidaklah heran bila sering terjadi kerusakan lingkungan dan bencanabancana yang tidak seharusnya ada. Untuk itulah diperlukan adanya perencanaan dan

penataan ruang yang matang dan terawasi untuk tata guna lahan tersebut, khususnya kawasan pesisir Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo. 4.1 Saran 1. Dalam melakukan pengolahan klasifikasi sangat perlu untuk dilakukan penelitian di wilayah tersebut, agar hasil yang dicapai dapat maksimal, dan mendapatkan ketelitian yang tinggi. 2. Penggunaan citra yang beresolusi lebih tinggi akan bisa meningkatkan mutu dan ketelitian dari data yang kita hasilkan. 3. Penggunaan citra dengan metode multitemporal sangat disarankan dalam jangka waktu yang relative dekat, untuk mendapatkan informasi dan hasil yang akurat. Daftar Pustaka Adry, R. 2009. Evaluasi Perubahan Garis Pantai dan tutupan lahan kawasan pesisir Surabaya dan Sidoarjo. Teknik Geomatika. ITS. Surabaya Anggit, B.W. 2007. Integrasi Penginderaan Jauh Dan Teknologi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Perubahan Garis Pantai Tahun 1996 Dan Tahun 2005. Ilmu Geografi. Universitas Negeri Semarang. Bird, E.C.F. 1970. Coast, and introduction to systematic geomorphology. Cambridge, London. Campbell, J.B. 1987. Introduction to Remote Sensing. Virginia Polytechnic Institute. New York London : The Gullford Press. Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital, teori dan aplikasi dalam bidang penginderaan jauh. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogakarta. Efendi, L. A. S. 1981. Keadaan Lingkungan Fisik Delta Baru Cimanuk, Jawa Barat. Lembaga Oseanologi Nasional. Jakarta Jensen, J.R. 1995. Introductory Digital Image Processing. Department of geography. University of South Carolina Lillesand, M.T. dan Kiefer, R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.Penerjemah : Dulbahri, Prapto Suharsono. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. Media Center, 2006. Wilayah Pesisir Pantai, <URL:http: //mediacenterlusi.com/>. Dikunjungi pada tanggal 30 Desember 2009, jam 11.00. Portal Nasional Republik Indonesia, 2009. Peta Provinsi Jawa Timur, <URL:http: //indonesia.go.id/>. Dikunjungi pada tanggal 20 Januari 2010, jam 10.30. Prahasta, E. 2008. Remote Sensing Praktis Penginderaan Jauh & Pengolahan Citra Dijital dengan Perangkat Lunak ER Mapper, Informatika, Bandung. Purwadhi, S H, 2001. Interpretasi Citra Digital, Universitas Indonesia, Jakarta Sutikno. 1999. Karakteristik Bentuk Pantai Geografi Pesisir dan Kelautan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 11

Lampiran 12