BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

dokumen-dokumen yang mirip
MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan hidup setiap manusia di dunia ini dipastikan tidak akan berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

Heri Hartanto - FH UNS

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk. Inovasi yang berkembang akhir-akhir ini adalah. dikenal dengan istilah rumah susun.

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

BAB I PENDAHULAN. seseorang adalah hal penting yang kadang lebih utama dalam proses

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB V PENUTUP. dalam penelitian yang selanjutnya dikontruksi melalui teori-teori yang relevan,

PEMBAHARUAN SISTEM HUKUM ACARA PERDATA Oleh: Dwi Agustine * Naskah diterima: 11 Juni 2017; disetujui: 15 Juni 2017

BAB IV PENUTUP. 1. Eksistensi Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dibagi menjadi 2 (dua) periode. Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

KOMPETENSI PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA KEPAILITAN YANG MEMUAT KLAUSULA ARBITRASE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh Helios Tri Buana

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Bouman, mengungkapkan bahwa manusia baru menjadi manusia. adanya suatu kepentingan (Nurnaningsih Amriani, 2012: 11).

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi perubahan-perubahan yang begitu cepat di masyarakat ditandai

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis

Per June 2009 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN NIAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

BAB IV EFEKTIVITAS MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BONDOWOSO 4 TAHUN SESUDAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem hukum Indonesia lembaga kepailitan bukan merupakan hal

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

2016, No objek materiil yang jumlahnya besar dan kecil, sehingga penyelesaian perkaranya memerlukan waktu yang lama; e. bahwa Mahkamah Agung d

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

J U R N A L H U K U M A C A R A P E R D A T A ADHAPER

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

PROSES PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JURUS MENGHINDARI BIAYA PERKARA 1. Oleh: Agus S. Primasta, S.H. 2.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengintegrasian mediasi dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrument efektif mengatasi kemungkinan meningkatnya akumulasi perkara di Pengadilan. Selain itu, institusional proses mediasi ke dalam sistem peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan yang bersifat memutuskan (adjudikatif) (Abdul Halim 2011:2). Berdasarkan dengan kehendak Pasal 130 Herziene Inlands Reglement (HIR), dimana hakim dapat mengambil peranan aktif untuk memberikan kesempatan terwujudnya perdamaian. Sehingga dengan adanya hakim yang menjalankan fungsi sebagai mediator diharapkan penyelesaian sengketa dapat terselesaikan dengan baik. Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum keadilan. Sedangkan Pasal 58 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa upaya penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan luar Pengadilan Negara melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Mediasi dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 dalam Pasal 1 ayat (2) berisi ketentuan mediasi adalah cara penyelesaian

2 sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Menurut Lawrence R. Freedman (1986:37) mediasi merupakan proses beracara di Pengadilan memiliki potensi sebagai sarana untuk menyelesaikan sengketa yang lebih ekonomis baik dari sudut pandang biaya maupun waktu. Laura Nader dan Harry F. Todd (1999:224-225) menentukan tahapan suatu sengketa, yaitu: Pertama, pra konflik, yang mendasari rasa tidak puas seseorang; Kedua, konflik keadaan di mana para pihak menyadari atau mengetahui tentang adanya perasaan tidak puas tersebut; Ketiga, sengketa di mana konflik tersebut dinyatakan di muka umum atau dengan melibatkan pihak ketiga. Menurut Coser dalam Achmad Fedyani (1986:8) pertentangan atau perjuangan yang bersifat langsung dan disadari antara individu atau kelompok untuk memperoleh pengakuan status, kekuasaan, pengaruh dan sumber daya. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat dan kompleks melahirkan berbagai bentuk-bentuk kerjasama bisnis. Mengingat kegiatan bisnis yang semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa diantara para pihak yang terlibat. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara para pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis.

3 Permasalahan penyelesaian sengketa tetap merupakan salah satu segi yang sangat penting dalam transaksi bisnis dalam setiap waktu. Dengan beragam sengketa yang dihadapi terutama pada abad 21 dimana sengketa semakin luas dan memiliki banyak corak sengketa. Sengketa yang terjadi dapat berupa sengketa internal antara para pihak yang mengadakan kesepakatan karena salah satu pihak memutus perjanjian secara sepihak breach of contract. Atau salah satu pihak lalai memenuhi kewajiban default dalam usaha patungan atau pinjaman modal (M.Yahya Harahap 1997:167). Perkembangan penyelesaian perkara di Pengadilan dewasa ini dengan menggunakan mediasi mulai tampak dan dikembangkan di Indonesia. Cara penyelesaian sengketa yang dipilih dengan penerapan Lembaga Damai dalam proses perkara perdata di Pengadilan, hal ini bertujuan untuk memberikan kepuasan bagi masyarakat pencari keadilan dan dalam rangka pembatasan perkara Kasasi yang menumpuk di Mahkamah Agung. Dalam proses perkara perdata di Pengadilan perdamaian tidak hanya dapat diusahakan hakim pada sidang pertama saja, akan tetapi dapat terus dilakukan sebelum ada Putusan (Riduan Syahrani 2000:66). Penyelesaian sengketa secara konvensional dilakukan melalui suatu badan Pengadilan sudah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Akan tetapi, lama kelamaan badan Pengadilan ini semakin terpasung dalam tembok yuridis yang sukar ditembusi oleh para pencari keadilan justitiabelen, khususnya jika pencari keadilan tersebut adalah pelaku bisnis dengan sengketa yang menyangkut bisnis. Sehingga mulailah

4 dipikirkan suatu alternatif-alternatif lain untuk menyelesaikan sengketa di luar badan Pengadilan (Munir Fuady 2005:311). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan menambah satu bab baru yaitu bab ketiga mengenai Pengadilan Niaga. Pembentukan peradilan khusus ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah di bidang perniagaan secara cepat dan efektif. Pengadilan Niaga merupakan diferensiasi atas peradilan umum yang dimungkinkan pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kekuasaan Kehakiman. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan pengaturan Pengadilan Niaga pada bab tersendiri pada Bab V tentang Ketentuan Lain-lain mulai dari Pasal 299 sampai dengan Pasal 303. Demikian juga dalam penyebutannya pada setiap Pasal cukup dengan menyebutkan kata Pengadilan tanpa ada kata Niaga karena merujuk pada Bab I tentang Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 7 bahwa Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam Lingkungan Peradilan Umum. Pengadilan Niaga dibentuk pertama kali di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada tahun 1998. Selanjutnya berdasarkan Keppres No. 97 Tahun 1999, didirikan Pengadilan Niaga di Makassar, Medan, Surabaya, dan Semarang. Tugas dan wewenang Pengadilan Niaga pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tantang Kepalitan diatur pada Pasal 300. Pengadilan Niaga merupakan lembaga peradilan yang berada di bawah lingkungan Peradilan Umum yang mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Memeriksa dan memutuskan permohonan pernyataan pailit;

5 2. Memeriksa dan memutus permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; 3. Memeriksa perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya ditetapkan dengan Undang-Undang yaitu sengketa Hak Kekayaan Intelektual dan Lembaga Penjamin Simpanan. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 mengatur tentang Prosedur Mediasi. Di dalam konsideran dikatakan: Bahwa hukum acara yang berlaku, baik Pasal 130 Herziene Inlands Reglement HIR maupun Pasal 154 Rechtreglement voor de Buitengewesten RBg, mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di Pengadilan Negeri. Meskipun didorong adanya mediasi, di dalam Peraturan Mahkamah Agung tersebut diadakan pengecualian sebagaimana diatur di dalam Pasal 4 ayat (2) bagian (a) point pertama. Salah satu sengketa yang dikecualikan kewajiban mediasi yaitu sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga. Sebuah perkara kepailitan, United Coal Indonesia yang dinyatakan pailit oleh kedua krediturnya yakni PT GMT Indonesia dan PT Palaran Indah Lestari. United Coal Indonesia mengaku mengalami kesulitan melakukan pembayaran utang sesuai proposal perdamaian yang sebagaimana dituangkan dalam perjanjian homologasi. Meski sudah ada perjanjian PT GMT Indonesia dan PT Palaran Indah Lestari justru melayangkan permohonan pembatalan perjanjian homologasi di Pengadilan Niaga Jakarta

6 Pusat. Dalam proposal perdamaian yang telah dihomologasi tersebut United Coal Indonesia menawarkan pembayaran tagihan kepada para kreditur konkurennya dengan membayarkan Rp 20 juta di awal. Sisanya dicicil mulai Juli 2015 sebesar 12,5% setiap bulannya dan berakhir pada Januari 2017 atau satu tahun lebih (http://kabar24.bisnis.com diakses pada 25 November 2015 pukul 17:31 WIB). Semua perkara perdata wajib menjalankan perdamaian sebelum masuk dalam jalur litigasi hal ini ditegaskan Pasal 130 Herziene Inlands Reglement HIR maupun Pasal 154 Rechtreglement voor de Buitengewesten RBg, dalam perkara kepailitan mengapa tidak diusahakan perdamaian di awal. Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tantang Kepalitan mengatakan Hakim diberi waktu 60 hari untuk mengeluarkan Putusan. Dengan waktu yang sesingkat itu mana mungkin diusahakan perdamaian terlebih dahulu. Perdamaian dalam kepailitan justru diusahakan setelah Putusan yang menyatakan bahwa debitor dalam keadaan pailit. Dalam Pasal 144 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan mengatakan debitor pailit dapat mengajukan perdamaian kepada kreditur. Namun tidak adanya regulasi yang mengatur secara khusus mengenai mekanisme proses beracara mengenai upaya proses mediasi di Pengadilan Niaga. Pengaturan mengenai mediasi secara khusus di Pengadilan Niaga belum ada, tapi perkara yang masuk dalam lingkup Pengadilan Niaga sendiri, dalam penyelesaiannya telah diatur tersendiri di dalam setiap Undang- Undang yang mengatakan bahwa para pihak dapat menempuh jalur

7 Arbitrase atau melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa dan perdamaian. Pengaturan kewajiban mengenai mediasi sesuai dengan perkara di Pengadilan Niaga yang berlaku adalah sebagai berikut: 1. Pasal 95 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatakan penyelesaian hak cipta dapat dilakukan melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, Arbitrase atau Pengadilan. 2. Pasal 84 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tantang Merek mengatakan para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. 3. Pasal 134 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten mengatakan Pemegang Paten atau penerima Lisensi berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga. 4. Pasal 144 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan mengatakan Debitor Pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada semua Kreditor Disisi lain para pelaku bisnis punya kewajiban untuk menyelesaikan perkaranya melalui mediasi, tapi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 mengatur tentang Prosedur Mediasi. Menghapuskan mediasi dalam penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Niaga. Penghapusan tersebut dianggap kurang menguntungkan bagi pelaku bisnis maupun konsumen perorangan. Selain prosesnya yang memakan banyak biaya, prosesnya panjang dan berbelit-belit. Sengketa bisnis yang diketahui oleh masyarakat bisnis sangat merugikan reputasi pelaku bisnis dan berpotensi

8 mengurangi kepercayaan klien, nasabah, konsumen perusahaan itu sendiri (Suyud Margono 2010:87). Pasal 5 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi mengatakan proses mediasi pada dasarnya bersifat tertutup kecuali para pihak menghendaki lain. Pelaku bisnis dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi di Pengadilan Niaga sangat menguntungkan karena mediasi di Pengadilan bersifat tertutup. Suyud Margono (2010:87) Perundingan dalam sengketa bisnis antar pengusaha adalah proses yang disukai, walaupun masih ada keraguan mengenai kekuatan hukum dan pematuhan kesepakatan. Mediasi di Pengadilan dalam proses penyelesaiannya jika berhasil mencapai kesepakatan maka dikuatkan dengan akta perdamaian berkekuatan hukum tetap. Perkara yang masuk ke Mahkamah Agung tiap tahunnya temasuk dalam jumlah yang besar. Pemasukan perkara dalam jumlah yang besar ini tentu saja memberatkan kinerja Mahkamah Agung. Maka diperlukan pengintergrasian mediasi dalam penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Niaga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan maka dirumuskan masalahnya adalah: 1. Apakah penghapusan lembaga mediasi di Pengadilan Niaga sudah tepat menurut prinsip perdamaian dan asas sederhana, cepat dan biaya ringan?

9 2. Bagaimanakah seharusnya lembaga mediasi dalam penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Niaga? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Penghapusan lembaga mediasi di Pengadilan Niaga sudah tepat menurut prinsip perdamaian dan asas sederhana, cepat biaya ringan. 2. Lembaga mediasi yang seharusnya dalam penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Niaga. D. Manfaat Penelitian Penelitian dengan judul Penghapusan Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Pengadilan Niaga diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Manfaat teoretis: Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan pada umumnya dalam rangka menunjang pengembangan ilmu bagi penulis sendiri pada khusunya mahasiswa magister ilmu hukum pada umumnya. 2. Manfaat praktis: Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut ini. 1. Bagi hakim, mediator, para pihak dan kuasa hukum penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penerapan penyelesaian sengketa bisnis melalui mediasi di Pengadilan Niaga. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penyelesaian sengketa bisnis melalui mediasi sebagai penyelesaian

10 sengketa yang cepat dan murah di Pengadilan Niaga. E. Keaslian Penelitian Judul tesis Penghapusan Mediasi Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Pengadilan Niaga. bukan plagiat atau duplikasi dari tesis yang pernah ada tapi hasil karya sendiri, tentu saja penulisan ini bukan merupakan hal yang baru. Penulisan sejenis yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, misalnya: 1. Sungarpin, Tahun 2008, Program Pasca Magister Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada, dengan judul Peranan Pengadilan dalam penyelesaian sengketa bisnis melalui mediasi pasca Perma No.2 Tahun 2003 di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Penelitian ini memiliki tujuan mengenai Peranan Pengadilan Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Mediasi Pasca Perma No 2 Tahun 2003 Di Pengadilan Negeri Jakarta Barat merupakan penelitian hukum normatif. Rumusan masalah yaitu perkara apa saja yang dapat diselesaikan dengan prosedur mediasi di pengadilan, bagaimana pelaksanaan Perma Mediasi di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, dan kekuatan hukum penyelesaian sengketa melalui mediasi di pengadilan. Bedasarkan kesimpulan tesis ini, dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah pertama, semua sengketa perdata dapat diselesaikan melalui proses mediasi.kedua, Perma mediasi telah dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat sesuai aturan namun belum ada sengketa yang bisa diselesaikan melalui proses mediasi. Ketiga, kekuatan hukum penyelesaian sengketa melalui

11 mediasi dipengadilan adalah berkekuatan hukum karena kesepakatan mediasi ditetapkan sebagai akta perdamaian oleh hakim. 2. Wahyudi Kurniawan, Tahun 2015, Program Pasca Magister Hukum Litigasi Universitas Gadjah Mada, dengan Judul Eksistensi Mediasi Oleh Hakim Mediator Dalam Sengketa Perdata Di Linkungan Pengadilan Negeri Di Wilayah Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis eksistensi mediasi oleh hakim mediator dalam sengketa perdata di lingkungan pengadilan negeri di wilayah Pengadilan Tinggi Yogyakarta, menganalisis kebutuhan hakim mediator dalam mediasi sengketa perdata di lingkungan pengadilan negeri di wilayah Pengadilan Tinggi Yogyakarta, menganalisis faktor pendukung dan penghambat mediasi dalam sengketa perdata di lingkungan pengadilan negeri oleh hakim mediator merupakan penelitian normatif empiris. Rumusan masalah yaitu eksistensi mediasi oleh hakim mediator dalam sengketa perdata di lingkungan pengadilan negeri di wilayah Pengadilan Tinggi Yogyakarta dan faktor pendukung dan penghambat mediasi dalam sengketa perdata di lingkungan pengadilan negeri oleh hakim mediator Berdasarkan kesimpulan tesis ini, mediasi oleh hakim mediator dalam sengketa perdata menjadi pilihan utama oleh para pihak, kebutuhan hakim mediator di pengadilan negeri di wilayah Pengadilan Tinggi Yogyakarta masih mencukupi, dan faktor pendukung dan penghambat mediasi dalam sengketa perdata oleh hakim mediator adalah : sumber daya

12 manusia, pengetahuan masyarakat, dan peraturan tentang mediasi. Saran yang disampaikan, meningkatkan pelayanan mediasi di pengadilan, menambah jumlah hakim bersertifikat, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sosialisasi tentang mediasi, dan dibuat peraturan tentang mediasi yang lebih detail. 3. Fransiskus Holo Piran, Tahun 2013, Program Pasca Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, dengan judul Peran Hakim Dalam Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Lembaga Mediasi Di pengadilan Negeri Jakarta Pusat Berdasarkan Perma Nomor 1 Tahun 2008. Penelitian ini memiliki tujuan faktor-faktor yang menjadi kendala atau penghambat dalam menjalankan peran hakim dalam penyelesaian sengketa perdata melalui lembaga mediasi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat penelitian ini merupakan pendekatan yuridis sosiologis. Rumusan masalah yaitu faktor-faktor apakah yang menjadi kendala atau penghambat dalam menjalankan peran hakim dalam penyelesaian sengketa perdata melalui lembaga mediasi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan kesimpulan tesis ini, (1) Hakim dalam penyelesaian sengketa perdata melalui lembaga mediasi mencakup: menyarankan atau menghimbau para pihak yang bersengketa untuk menempuh jalur mediasi, yang dilakukan pada saat tahap pra mediasi, memberi saran dalam pemilihan seorang mediator baik yang disediakan Pengadilan maupun dari luar pengadilan, melakukan pemantauan terhadap proses mediasi, dan melakukan

13 pengesahan akta perdamaian yang telah mendapat kesepakatan antar pihak yang bersengketa; (2) Faktor-faktor yang menjadi kendala pelaksanaan peran Hakim dalam penyelesaian sengketa perdata melalui lembaga mediasi yakni: kurangnya itikad baik dari para pihak yang bersengketa, anjuran perdamaian Hakim lebih bersifat formalitas, keterbatasan keahlian mediator, koordinasi administrasi yang kurang lancar, dan keterbatasan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan proses mediasi. Dari ke-tiga penulisan tesis di atas adapun perbedaan dari penulisan tesis ini yaitu Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. mengenai penghapusan mediasi dalam penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Niaga. Menggunakan pendekatan politik hukum dan perundang- Undangan. Dalam penulisan tesis ini untuk menyimpulakan apakah lembaga mediasi dalam Pengadilan Niaga sudah tetap menurut prinsip perdamaian dan asas sederhana, cepat biaya dan pelaksanaan lembaga mediasi yang seharusnya dalam penyelesaian sengketa bisnis di Pengadilan Niaga.