BAB I PENDAHULUAN. yaitu Bouman, mengungkapkan bahwa manusia baru menjadi manusia. adanya suatu kepentingan (Nurnaningsih Amriani, 2012: 11).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yaitu Bouman, mengungkapkan bahwa manusia baru menjadi manusia. adanya suatu kepentingan (Nurnaningsih Amriani, 2012: 11)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial ( zoon politicon) yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Seorang sosiolog terkenal yang berasal dari Perancis, yaitu Bouman, mengungkapkan bahwa manusia baru menjadi manusia sesudah hidup bersama dengan sesama manusia. Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor kebutuhan hidup, perasaan suka menolong, rasa harga diri, hasrat untuk patuh, untuk mencari perlindungan dan yang lainnya karena adanya suatu kepentingan (Nurnaningsih Amriani, 2012: 11). Untuk memenuhi kebutuhan kepentingannya, manusia mengadakan hubungan antara satu dengan yang lainnya yang disebut dengan kontak. Dalam melakukan kontak antara satu sama lain atau bermasyarakat, dapat timbul suatu pertentangan dalam kepentingan sehingga menimbulkan adanya perselisihan atau disebut juga konflik atau sengketa. Sengketa diartikan sebagai suatu situasi di mana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak yang lain dalam sesuatu hal. Selain itu, sengketa juga didefinisikan sebagai suatu konflik yang telah mengemuka. Dengan demikian, sengketa pada dasarnya ialah suatu perselisihan yang berwujud konflik yang dapat terjadi antara dua pihak atau lebih yang berkaitan dengan kepentingan seseorang atau sekelompok orang dalam kehidupan bermasyarakat.

2 Dengan timbulnya konfik atau sengketa, maka hukum memegang peranan penting dalam menyelesaikan masalah tersebut (Nurnaningsih Amriani, 2012: 1). Suatu sengketa biasanya dapat diselesaikan melalui pengadilan yaitu dengan proses beracara di sidang pengadilan (litigasi) atau melalui jalan kekeluargaan/musyawarah mufakat yang dalam istilah hukum sering disebut dengan mediasi. Proses penyelesaian sengketa yang dilaksanakan melalui sidang pengadilan atau yang sering disebut dengan istilah litigasi, yaitu suatu penyelesaian sengketa dengan proses beracara di pengadilan di mana kewenangan untuk mengatur dan memutuskannya dilaksanakan oleh hakim. Penyelesaian dalam litigasi ini bersifat putusan, di mana salah satu pihak akan dinyatakan menang dan pihak lainnya kalah ( win-lose solution). Prosedur dalam jalur litigasi sifatnya lebih formal dan teknis, memerlukan biaya yang mahal, serta lebih membutuhkan waktu yang cukup lama karena prosesnya yang berlarut-larut (Yahya Harahap, 2008: 233). Dewasa ini, lembaga peradilan banyak mendapat kritikan dari berbagai pihak di mana kritikan tersebut antara lain : 1. Penyelesaian sengketa yang lambat. 2. Biaya perkara yang mahal. 3. Peradilan tidak tanggap. 4. Putusan pengadilan sering tidak menyelesaikan masalah. 5. Kemampuan hakim yang bersifat generalis, serta masih banyak kritik yang lainnya (Nurnaningsih Amriani, 2012: 2). Meskipun lembaga peradilan memiliki kedudukan dan keberadaan sebagai pressure valve and the last resort yaitu sebagai katub penekan dan jalan penyelesaian terakhir dalam

3 mencari kebenaran dan keadilan, namun semua kritik tadi dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan (Yahya Harahap, 2008: 229). Selain melalui litigasi, proses penyelesaian sengketa dapat pula dilaksanakan melalui Alternative Dispute Resolution atau ADR. Alternative Dispute Resolution (ADR) atau penyelesaian sengketa alternatif ialah pengelolaan suatu konflik berdasarkan manajemen kooperatif (cooperation conflict management). Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, dijelaskan bahwa Alternative Dispute Resolution (ADR) diartikan sebagai suatu pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan berdasarkan kesepakatan para pihak dengan mengesampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi di pengadilan (Undang -Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa). Akhir-akhir ini pembahasan mengenai alternatif dalam penyelesaian sengketa semakin ramai dibicarakan, bahkan perlu dikembangkan untuk mengatasi kemacetan dan penumpukan perkara di pengadilan. Alternatif dalam penyelesaian sengketa jumlahnya banyak, diantaranya mediasi, arbitrase, konsiliasi, negosiasi, pencari fakta (fact finding), penilaian ahli dan lain sebagainya. Namun alternatif yang lebih sering digunakan di masyarakat adalah mediasi, di mana mediasi adalah proses penyelesaian sengketa berdasarkan atas asas kesukarelaan melalui suatu perundingan dengan dibantu

4 oleh seorang mediator atau lebih untuk menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak (Takdir Rahmadi, 2011: 16). Yahya Harahap (2008: 236) dan Syahrizal Abbas (2011: 25) sama - sama mengungkapkan berbagai keuntungan dalam pelaksanaan mediasi. Keuntungan-keuntungan tersebut diantaranya, mediasi dapat menyelesaikan sengketa dengan lebih cepat, tidak berbelit-belit, murah atau biaya ringan, penyelesaiannya lebih bersifat informal yang mampu menciptakan suasana saling pengertian karena yang menyelesaikan sengketa adalah para pihak sendiri, proses penyelesaian bersifat konfidensial, hubungan para pihak kooperatif, komunikasi dan fokus penyelesaian, aturan pembuktian tidak perlu, bebas dari dendam, serta hasil yang dituju adalah sama-sama menang (win-win solution). Selain memiliki berbagai keuntungan, penyelesaian perkara atau sengketa dengan mediasi juga didukung oleh dasar legitimasi yang kuat yang berasal dari falsafah negara yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Hal ini terdapat pada sila keempat Pancasila yang berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sila tersebut menempatkan musyawarah pada kedudukan yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemudian dalam Pasal 28 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang didalamnya menyatakan tentang jaminan Hak Asasi Manusia yang harus dijunjung tinggi oleh setiap warga negara, maka persamaan hak harus selalu dihormati dan

5 dijunjung tinggi, terlebih dalam penyelesaian sengketa yang membutuhkan keputusan win-win solution (Syahrizal Abbas, 2011: 27). Dalam upaya menjunjung tinggi Hak-hak Asasi Manusia serta mewujudkan keadilan dalam suatu sengketa, Mahkamah Agung Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.1 Tahun 2008 (yang selanjutnya disebut dengan PERMA No.1 Tahun 2008) tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Dalam aturan tersebut khususnya pada Pasal 1 angka (7) PERMA No.1 Tahun 2008, disebut kan bahwa penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui mediasi yakni cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh seorang mediator, di mana mediator tersebut harus bersifat netral dan tidak memihak guna membantu mencapai kemungkinan atau alternatif penyelesaian sengketa yang terbaik dan saling menguntungkan kedua belah pihak yang sedang bersengketa. Salah satu hal yang juga mendukung pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa ialah adanya kritik-kritik tajam yang ditujukan pada lembaga peradilan. Salah satu kritik tersebut ialah kurangnya kemampuan hakim dalam menyelesaikan sengketa yang kompleks secara baik dan objektif, sebab kualitas hakim tidak seimbang dengan perkembangan teknologi dan menyebabkan putusan hakim sering menyimpang dari permasalahan pokoknya (Nurnaningsih Amriani, 2012: 17). Proses mediasi ada yang dilakukan di luar pengadilan dan di pengadilan. Proses mediasi yang dilakukan di luar pengadilan tidak diatur

6 secara rinci di dalam peraturan perundangan, akan tetapi lebih didasarkan pada pengalaman para praktisi. Lain hal nya dengan mediasi yang dilakukan di pengadilan. Mediasi yang terintegrasi di Pengadilan telah diatur dengan jelas dalam Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 2008 (yang menggantikan Peraturan Mahkamah Agung No.2 tahun 2003) tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Dalam Pasal 2 ayat (2) PERMA No.1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan dijelaskan bahwa setiap hakim, mediator, dan para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi. Dengan demikian, mediasi sifatnya wajib untuk dilaksanakan terlebih dahulu sebelum perkara diperiksa oleh hakim. Dalam kaitannya dengan mediasi, hakim memiliki peranan yang cukup penting, karena mereka wajib mendorong para pihak yang bersengketa untuk menempuh jalan mediasi. Upaya hakim dalam mediasi bersifat imperatif, sehingga tidak boleh diabaikan dan dilalaikan, karena proses pemeriksaan perkara yang tidak menempuh prosedur mediasi merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR ( Het Herziene Indonesisch Reglement) dan 154 RBg ( Rechtreglement Buitengewesten) dan mengakibatkan putusan batal demi hukum (Pasal 2 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan). Sebenarnya sejak jauh hari sebelum sistem ADR (Alternative Dispute Resolution) dikenal pada era sekarang, telah ada landasan yang menuntut dan mengarahkan penyelesaian sengketa melalui musyawarah/mediasi. Hal itu

7 terdapat pada Pasal 130 HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) maupun Pasal 154 RBg (Rechtsreglement Buitengewesten) yang mengenal dan menghendaki penyelesaian sengketa melalui mediasi. Dalam pasal tersebut telah ditentukan bahwa sebelum perkara diperiksa oleh hakim, hakim wajib mendorong para pihak yang berperkara untuk menempuh mediasi terlebih dahulu guna mencapai titik temu dalam permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan demikian, apa yang terkandung dalam pasal-pasal tersebut semakin menegaskan bahwa hakim mempunyai tugas untuk mengutamakan pelaksanaan mediasi terlebih dulu, sebelum memeriksa dan memutuskan perkara melalui jalan litigasi. Dalam menghadapi suatu sengketa, hakim harus bersikap aktif untuk selalu mengupayakan mediasi antara pihak-pihak yang berperkara. Hakim harus membantu pihak yang berperkara dan berusaha semaksimal mungkin mengantisipasi segala hambatan dalam rangka menyelesaikan sengketa yang mereka hadapi guna tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan yang sesuai dengan asas yang tercantum dalam Pasal 2 angka (4) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dewasa ini, penyelesaian kasus sengketa melalui mediasi di Indonesia masih rendah yakni dibawah angka 5 persen. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Pusat Mediasi Indonesia, sekolah Pascasarjana UGM yaitu drg. Suryono, S.H., Ph.D, dalam penyelenggaraan Seminar dan Rembug Nasional yang bertajuk Peace within Conflict Solution yang dilaksanakan di Grha Saba Pramana (GSP) UGM, Kamis, 13 Januari Suryono

8 mengungkapkan bahwa rendahnya penyelesaian kasus sengketa melalui mediasi sangat memprihatinkan karena sejak dahulu masyarakat Indonesia telah memiliki budaya musyawarah yang cukup kuat. (Ika, 2012, diakses pada 5 Maret 2013). Meskipun pola-pola penyelesaian sengketa melalui mediasi memiliki akar yang cukup kuat dalam budaya masyarakat Indonesia, akan tetapi semua itu belum dapat menjamin keberhasilan dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam paradigma masyarakat sehingga masyarakat cenderung gengsi untuk melakukan mediasi. Selain itu, pendidikan hukum masa lampau yang lebih mengorintasikan lulusan pendidikan hukum untuk melihat litigasi sebagai cara penyelesaian yang utama, maka penyelesaian sengketa melalui mufakat tidak memperoleh kajian akademik yang cukup dan secara perlahan-lahan mulai dilupakan, sehingga akibatnya kini pemahaman masyarakat tentang nilai luhur dalam kehidupan semakin rendah dan menjadikan konflik justru diselesaikan ke pengadilan (Ika, 2012, diakses pada 5 Maret 2013). Selain itu, salah satu hal yang juga turut mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penyelesaian sengketa yang lebih banyak membawanya ke ranah hukum melalui proses peradilan yaitu ketidaktahuan dan

9 ketidakpahaman masyarakat terhadap mediasi. Padahal mediasi bisa menjadi salah satu alternatif dalam penyelesaian sengketa (Ika, 2012, diakses pada 5 Maret 2013). Di lingkungan pengadilan, jarang dijumpai titik temu dalam proses mediasi penyelesaian sengketa. Produk-produk yang dihasilkan peradilan dalam penyelesaian perkara yang diajukan kepadanya, hampir 100% berupa putusan konvensional yang bercorak menang atau kalah (winning or losing). Jarang ditemukan penyelesaian berdasarkan konsep sama-sama menang (winwin solution) (Yahya Harahap, 2008: 241). Kasus sengketa yang dapat diselesaikan dengan mediasi harus memenuhi pertimbangan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Bukti benar dan salah dikesampingkan untuk proses mediasi namun tidak boleh merugikan yang lemah. Jika diperlukan, hakim boleh saja melakukan negosiasi dengan kedua belah pihak secara terpisah untuk menemukan titik temu. Dalam suatu proses penyelesaian sengketa, hal ini sering disebut dengan istilah kaukus. Kaukus adalah pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa dihadiri oleh pihak lainnya (Pasal 1 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan). Berdasarkan pengamatan peneliti terkait dengan penyelenggaraan mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta, para pihak yang bersengketa sering tidak menganggap adanya mediasi, bahkan mereka terkesan menyepelekan proses mediasi tersebut. Akibatnya, proses mediasi yang

10 dilaksanakan hampir selalu gagal dalam menghasilkan kesepakatan antara para pihak. Para pihak yang berperkara lebih menyukai untuk menyelesaikan perkaranya melalui jalur hukum, bukan melalui jalan mediasi. Hal ini terbukti dengan situasi yang menunjukkan bahwa meskipun para pihak telah diwajibkan untuk melakukan mediasi, namun para pihak yang berperkara (khususnya prinsipal yakni Penggugat dan Tergugat) tidak hadir dalam jadwal pertemuan sesi-sesi mediasi yang telah disepakati. Mereka hanya mewakilkan kepada kuasa hukum, di mana kuasa hukum tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan sendiri, karena posisi dan peran seorang kuasa hukum hanyalah mendampingi para pihak yang berperkara dalam menyelesaikan permasalahannya. Dalam hal ini, kuasa hukum justru berkewajiban untuk mendorong para pihak sendiri agar berperan langsung/aktif dalam proses mediasi sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 7 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang Prosedu r Mediasi di Pengadilan. Selama ini perkara yang dapat diselesaikan melalui mediasi jumlahnya masih relatif rendah, bahkan dapat dikatakan sangat rendah. Situasi inilah yang dihadapi oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta. Dari tahun ke tahun jumlah sengketa yang didaftarkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta semakin meningkat dan sengketa-sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi masih sedikit. Sebagian besar sengketa lebih banyak diselesaikan melalui jalur litigasi dengan putusan pengadilan yang bercorak menang kalah.

11 Berdasarkan data yang diperoleh di Pengadilan Negeri Yogyakarta, dapat terlihat bahwa sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi jumlahnya masih sedikit. Hal tersebut dapat terlihat pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Statistik Sengketa di Pengadilan Negeri Yogyakarta No Tahun Jumlah sengketa perdata Jumlah sengketa yang dapat mencapai titik temu perkara perkara perkara perkara 5 5 Januari-April perkara - Sumber data : Statistik sengketa di Pengadilan Negeri Yogyakarta 2009 hingga April 2013, diolah pada tanggal 3 Mei 2013 Tahun Dari tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa sengketa yang pada akhirnya dapat diselesaikan melalui mediasi (dalam ar ti para pihak dapat mencapai titik temu), jumlahnya masih relatif rendah. Hal ini berarti, proses penyelesaian sengketa-sengketa tersebut lebih banyak dilanjutkan melalui jalur litigasi yakni melalui proses sidang pengadilan yang berakhir dengan putusan yang bersifat winning or losing. Dalam menghadapi fenomena demikian, lalu bagaimana cara atau upaya yang ditempuh oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi? Apa hambatan yang ditemui Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam upayanya tersebut? Serta bagaimana hasil mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Yogyakarta?

12 Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam Menyelesaikan Sengketa melalui Mediasi. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas, peneliti dapat melakukan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Meskipun masyarakat memiliki budaya musyawarah yang telah melekat sejak lama, namun pada praktiknya masyarakat lebih cenderung menyelesaikan sengketa mereka dengan jalan litigasi yakni melalui putusan pengadilan daripada melalui mediasi. Padahal mediasi sesuai dengan falsafah hidup bangsa yakni musyawarah untuk mencapai mufakat. 2. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap mediasi dalam lingkungan pengadilan sehingga masyarakat cenderung membawa persoalan mereka ke ranah hukum melalui proses peradilan. 3. Masih sedikitnya sengketa yang dapat menemukan titik temu dalam proses mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta sehingga banyak kasus sengketa yang dilanjutkan ke proses litigasi. 4. Adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi. C. Pembatasan Masalah Karena luasnya permasalahan yang ada berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan

13 pembatasan masalah agar lebih efektif dan efisien. Untuk pengkajian selanjutnya peneliti membatasi penelitian ini pada tiga permasalahan pokok : 1. Upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi. 2. Kendala yang dihadapi Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi. 3. Hasil mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi? 2. Apa kendala-kendala yang dihadapi Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi? 3. Bagaimana hasil mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi. 2. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi.

14 3. Untuk mengetahui hasil mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan pustaka guna memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum khususnya untuk jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum di bidang Hukum Acara Perdata. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan sekaligus sebagai salah satu referensi bagi penelitian lain yang sejenis dengan penelitian ini di masa yang akan datang. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bekal untuk menerapkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Hukum Acara Perdata yang telah peneliti dapatkan di bangku kuliah, khususnya kemampuan dalam menelaah berbagai masalah yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan Pendidikan Kewarganegaraan. b. Bagi Pengadilan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan masukan/bahan pertimbangan bagi pengadilan dalam upaya menemukan titik temu antara para pihak yang bersengketa dalam proses penyelesaian sengketa melalui mediasi.

15 c. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang keberadaan lembaga mediasi dalam penyelesaian sengketa, serta dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, (khususnya kepada para pihak yang sedang bersengketa), akan betapa pentingnya pelaksanaan mediasi dalam proses penyelesaian sengketa, demi terciptanya kerukunan dan kebaikan bagi semua pihak. G. BATASAN ISTILAH Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang diteliti, maka peneliti memberikan gambaran tentang maksud dari judul penelitian. Oleh karena itu perlu diberikan definisi istilah yang terdapat pada judul penelitian yakni sebagai berikut : 1. Upaya Upaya ialah suatu kegiatan/ usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu maksud/ tujuan yang diharapkan dengan cara mencari jalan keluar dari suatu perselisihan. 2. Menyelesaikan sengketa Menyelesaikan sengketa ialah kegiatan memecahkan masalah atau mencapai titik temu antara kedua belah pihak dalam suatu perkara, perselisihan, atau perbedaan pendapat yang terjadi antara dua orang atau lebih. 3. Mediasi

16 Mediasi ialah suatu perundingan yang dilaksanakan oleh pihakpihak yang berperkara guna memperoleh suatu kesepakatan/titik temu dengan bantuan seorang mediator. Dari berbagai definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa maksud dari judul penelitian Upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam Menyelesaikan Sengketa melalui Mediasi adalah usaha yang ditempuh oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam memecahkan dan mencari titik temu dari suatu sengketa/perkara, (pertentangan kepentingan) yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan mengikutsertakan pihak ketiga sebagai mediator (dalam hal ini hakim) untuk mencapai titik temu dalam permasalahan/sengketa yang sedang dihadapi dengan berlandaskan semangat win-win solution.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dari sifat manusia inilah maka akan timbul suatu interaksi antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu kekayaan alam atau sumber daya alam yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia adalah tanah. Manusia hidup

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47 Pengertian Mediasi Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada BAB IV ANALISA TERHADAP PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN DITINJAU DARI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum (Pasal 1 ayat (3). Ketentuan tersebut merupakan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kredit macet merupakan masalah yang sangat penting dalam sejarah perbankan Indonesia terutama pada tahun 1999-2004. Banyaknya bank yang dilikuidasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sebagai makhluk sosial manusia harus hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini tidak lepas

Lebih terperinci

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut. MEDIASI Pengertian Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga peradilan merupakan salah satu lembaga penyelesaian sengketa yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa terhindar dari sengketa. Perbedaan pendapat maupun persepsi diantara manusia yang menjadi pemicu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perusahaan, antara perusahaan dengan negara, antara negara satu dengan. lokal, nasional maupun internasional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perusahaan, antara perusahaan dengan negara, antara negara satu dengan. lokal, nasional maupun internasional. A. Tinjauan tentang Sengketa 1. Pengertian Sengketa BAB II KAJIAN PUSTAKA Sengketa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Sengketa dapat terjadi antara individu dengan individu, antara individu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS. PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS. FILOSOFI : Asas Musyawarah Mufakat (Pembukaan UUD 1945). Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan (UU). FAKTA/KENYATAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan prinsip syari ah tidak mungkin dihindari akan terjadinya konflik. Ada yang berujung sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum normatif mengkaji data-data sekunder di bidang

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengintegrasian

Lebih terperinci

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No. Pengertian Mediasi Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika sosial yang terjadi dewasa ini terus berkembang demikian pesat sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala aspek

Lebih terperinci

PRESPEKTIF SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI INDONESIA

PRESPEKTIF SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI INDONESIA PRESPEKTIF SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI INDONESIA Abstrak Sengketa bisnis memerlukan penyelesaian secara cepat dan sederhana sehingga biaya perkara relatif lebih sedikit dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian

Lebih terperinci

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA Terintegrasinya mediasi dalam proses acara pengadilan adalah untuk memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem hukum Islam mediasi dikenal dengan Musyawarah, yang dimaksudkan musyawarah disini adalah urusan peperangan dan hal-hal yang bersifat duniawiyah, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di dengar dalam kehidupan sehari-hari. Konflik atau sengketa bisa

BAB I PENDAHULUAN. atau di dengar dalam kehidupan sehari-hari. Konflik atau sengketa bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik atau sengketa adalah istilah-istilah yang sering ditemukan atau di dengar dalam kehidupan sehari-hari. Konflik atau sengketa bisa saja terjadi dikarenakan hal

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, istilah mediasi cukup gencar dipopulerkan oleh para akademisi dan praktisi. Para ilmuan berusaha mengungkap secara jelas makna mediasi dalam berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas tanah. Sengketa tanah tidak dapat dihindari dizaman sekarang, ini disebabkan karena berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal balik, bukan tidak

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama? PANDUAN WAWANCARA Mediator: 1. Apa saja model-model Pendekatan Agama dalam proses mediasi terhadap perkara perceraian? a. Bagaimana cara menerapkan model-model pendekatan agama dalam proses mediasi terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI OLEH PENGADILAN NEGERI LIMBOTO

TINJAUAN HUKUM PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI OLEH PENGADILAN NEGERI LIMBOTO TINJAUAN HUKUM PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI OLEH PENGADILAN NEGERI LIMBOTO Rahmi Manassar 1, Wenny A. Dungga, S.H, M.H 2, Suwitno Y. Imran, S.H, M.H 3 Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3). MAKALAH : JUDUL DISAMPAIKAN PADA : MEDIASI DAN GUGAT REKONPENSI : FORUM DISKUSI HAKIM TINGGI MAHKAMAH SYAR IYAH ACEH PADA HARI/ TANGGAL : SELASA, 7 FEBRUARI 2012 O L E H : Dra. MASDARWIATY, MA A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi PERMA No.1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi PERMA No.1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi 53 BAB IV ANALISIS A. Analisis Implementasi PERMA No.1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dalam Perkara Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Kota Semarang) Sesuai dengan Pasal 130 HIR/154

Lebih terperinci

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan MEDIASI Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN Dasar Hukum : Pasal 130 HIR Pasal 154 RBg PERMA No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain merupakan makhluk individu, juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk dapat melakukan kerjasama dengan

Lebih terperinci

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa Disusun Oleh: Raden Zulfikar Soepinarko Putra 2011 200 206 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA I. PENDAHULUAN Bahwa dalam beracara di Pengadilan Agama tidak mesti berakhir dengan putusan perceraian karena ada beberapa jenis

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mediasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya 1. Kreativitas Hakim dalam Mendamaikan Para Pihak yang Mengajukan Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Palangka Raya (Studi 7 Perkara Perceraian Berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang sudah aman, tertib atau teratur, hukum tidak akan membiarkan orang bertindak sesuka hatinya, pengecualian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai sifat, watak dan kehendak sendiri-sendiri. Namun di dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain, mengadakan kerjasama, tolong

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : penyelesaian sengketa di pengadilan.

BAB V PENUTUP. melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : penyelesaian sengketa di pengadilan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian keberadaan badan peradilan dalam menyelesaikan. sengketa di masyarakat terkadang dirasakan belum mampu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian keberadaan badan peradilan dalam menyelesaikan. sengketa di masyarakat terkadang dirasakan belum mampu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pengadilan merupakan lembaga yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelesaikan persoalan atau sengketa yang terjadi di masyarakat, namun demikian keberadaan badan

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2 EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memngetahui bagaimana eksistensi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN. A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN. A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan Mediasi sebagai pilihan penyelesaian sengketa yang telah berkembang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Setiap perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh warga negara haruslah didasarkan pada hukum. Penegakan hukum berada diatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan hidup setiap manusia di dunia ini dipastikan tidak akan berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan hidup setiap manusia di dunia ini dipastikan tidak akan berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perjalanan hidup setiap manusia di dunia ini dipastikan tidak akan berjalan dengan baik dan sempurna. Manusia sebagai makhluk sosial tentu akan selalu berinteraksi

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa mediasi

Lebih terperinci

In House Training Pengenalan Konflik, ADR, Negosiasi dan Mediasi. Manado Rabu, 03 Juni 2015

In House Training Pengenalan Konflik, ADR, Negosiasi dan Mediasi. Manado Rabu, 03 Juni 2015 In House Training Pengenalan Konflik, ADR, Negosiasi dan Mediasi Manado Rabu, 03 Juni 2015 Memahami Konflik Negosiasi dan Teknik Negosiasi ADR Mediasi Dan Teknik Mediasi DELAPAN JAM Mulai jam 09.00 Berakhir

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KRITERIA HAKIM MEDIATOR DALAM UPAYA EFEKTIFISASI MEDIASI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KAJEN

BAB IV ANALISIS KRITERIA HAKIM MEDIATOR DALAM UPAYA EFEKTIFISASI MEDIASI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KAJEN BAB IV ANALISIS KRITERIA HAKIM MEDIATOR DALAM UPAYA EFEKTIFISASI MEDIASI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KAJEN A. Analisis Kriteria Hakim Mediator di Pengadilan Agama Kajen Semua hakim di Pengadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengintegrasian mediasi dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrument efektif mengatasi kemungkinan meningkatnya akumulasi perkara

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial yang dialami, setiap manusia memiliki kepentingankepentingan tertentu yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginannya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN

FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN 88 FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN Darmawati H Jurusan Akidah dan Filsafat Fak. Ushuluddin UINAM Alamat: BTN Mangga III Permai Blok B. 13 No. 8A Makassar. Abstrak Ukuran keberhasilan mediasi pada

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS Di dalam menjalankan suatu bisnis para pelaku usaha kadang terlibat dalam conflict of interest, kenyataan ini dapat terjadi karena bermula dari situasi dimana ada salah

Lebih terperinci

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA A. Kewenangan Pengadilan Agama Indonesia 1. Kewenangan Relatif Kewenangan relatif (relative competentie) adalah kekuasaan dan wewenang yang diberikan

Lebih terperinci

MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN

MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN Oleh Drs. Siddiki Dengan ditetapkannya Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia (Perma) Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 6 M E D I A S I A. Pengertian dan Karakteristik Mediasi Mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation atau penengahan, yaitu penyelesaian

Lebih terperinci

IMPLIKASI MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI TERHADAP ASAS PERADILAN SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN

IMPLIKASI MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI TERHADAP ASAS PERADILAN SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN IMPLIKASI MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI TERHADAP ASAS PERADILAN SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN Netty Herawati Fakultas Hukum Universitas Islam Kadiri Kediri e-mail: netty_uniska@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Eksekusi adalah pelaksanaan isi putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap dengan cara paksa dan

Lebih terperinci

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Litigasi atau jalur pengadilan merupakan suatu proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan yang menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya kasus tindak pidana ringan yang terjadi di Indonesia dan sering menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan ancaman hukuman

Lebih terperinci

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI Peranan Dinas Tenaga Kerja Dalam Penyelesaian Hubungan Industrial Di Kota Pematangsiantar Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Beragam permasalahan melatarbelakangi konflik Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI. Kata mediasi berasal dari bahasa inggris mediation yang artinya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI. Kata mediasi berasal dari bahasa inggris mediation yang artinya 24 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI A. Pengertian Medasi Kata mediasi berasal dari bahasa inggris mediation yang artinya penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian

Lebih terperinci

Oleh Helios Tri Buana

Oleh Helios Tri Buana TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEWARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska) Jurnal Ilmiah Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seorang manusia tidak akan bisa lepas dari manusia yang lainnya, karena selain karakteristik manusia sebagai makhluk sosial, manusia pada dasarnya tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagainya. Dari pengertian diatas jika kita melihat di lapangan maka

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagainya. Dari pengertian diatas jika kita melihat di lapangan maka BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengadilan Agama adalah sebuah lembaga hukum yang dibentuk untuk menyelesaikan sengketa di masyarakat dalam hal perceraian, waris, gonogini,dan lain sebagainya. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

Lebih terperinci

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR Universitas Muslim Indonesia Email : angraenyarief@gmail.com Abstract This research was conducted

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perselisihan atau pertengkaran (sengketa) merupakan suatu keadaan yang lazimnya tidak dikehendaki oleh setiap orang, namun pada dasarnya perselisihan dalam masyarakat diselesaikan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis P R E P A R E D B Y : I R M A M. N A W A N G W U L A N, M B A M G T 4 0 1 - H U K U M B I S N I S S E M E S T E R G A N J I L 2 0 1 4 U N I V E R S

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi sudah sesuai

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 1 PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI DALAM PERKARA WARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajad Sarjana Hukum dalam

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN Oleh : Ni Komang Wijiatmawati Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Mediation is the one of

Lebih terperinci

PENERAPAN PERMA NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (DALAM PRAKTIK DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG) Oleh: Efa Laela Fakhriah BAB I

PENERAPAN PERMA NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (DALAM PRAKTIK DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG) Oleh: Efa Laela Fakhriah BAB I PENERAPAN PERMA NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (DALAM PRAKTIK DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG) Oleh: Efa Laela Fakhriah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan atau hubungan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum Pendahuluan PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum Sebagai seorang mahasiswa yang bercita-cita menjadi advokat maka ketika ada sebuah permasalahan di bidang hukum

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015 PENYELESAIAN PERKARA MELALUI CARA MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI 1 Oleh : Elty Aurelia Warankiran 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertuan untuk mengetahui bagaimana prosedur dan pelaksanaan mediasi perkara

Lebih terperinci

Best practice dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan

Best practice dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan Best practice dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan *drg. suryono, SH, Ph.D Abstract Perbedaan antara harapan dan hasil sering menjadi pemicu ketidak puasaan dari pasien atau keluarga pasien terhadap dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, manusia dibekali dengan keinginan untuk melakukan pernikahan, karena pernikahan itu adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan x BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian di dalam bab-bab terdahulu tentang mediasi dalam proses beracara di pengadilan, maka dapat disusun beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Benar dan adilnya penyelesaian perkara di depan pengadilan, bukan dilihat pada hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang menghendaki terjadinya sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan hukum, masing-masing pihak harus mengantisipasi

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2 TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Mediasi sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan sengketa sebenarnya sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam berbagai kepercayaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dikenal dengan makhluk sosial, karena manusia tidak bisa hidup sendiri yang artinya manusia membutuhkan sesama manusia dalam hal kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016 A. Konsep Dasar Mediasi 1. Pengertian Mediasi Secara etimologi (bahasa) mediasi berasal dari bahasa latin yaitu mediare

Lebih terperinci

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap pencari keadilan dimanapun. Undang-Undang Nomor 48 Tahun

Lebih terperinci

Sengketa Kewenangan dalam Administrasi Pemerintahan: Alternatif Penyelesaian Sengketa yang Terabaikan oleh A. Haryo Yudanto, SH, MH, BKP

Sengketa Kewenangan dalam Administrasi Pemerintahan: Alternatif Penyelesaian Sengketa yang Terabaikan oleh A. Haryo Yudanto, SH, MH, BKP Sengketa Kewenangan dalam Administrasi Pemerintahan: Alternatif Penyelesaian Sengketa yang Terabaikan oleh A. Haryo Yudanto, SH, MH, BKP Artikel JDIH - 2016 Sengketa Kewenangan dalam UU Administrasi Pemerintahan

Lebih terperinci

Oleh : YUDI PRASETYO

Oleh : YUDI PRASETYO PELAKSANAAN DADING DI PENGADILAN NEGERI SRAGEN (studi kasus perkara perdata nomor :25/Pdt.G/2013/PN.srg) Oleh : YUDI PRASETYO 11100082 Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

Alternative Dispute Resolution (Alternatif Penyelesaian Sengketa, APS)

Alternative Dispute Resolution (Alternatif Penyelesaian Sengketa, APS) Alternative Dispute Resolution (Alternatif Penyelesaian Sengketa, APS) Miko Kamal S.H., Bung Hatta LL.M., Deakin Ph.D Macquarie ireformbumn (institut untuk Reformasi Badan Usaha Milik Negara) Anggrek Building

Lebih terperinci

BAB II KONSEP MEDIASI DAN MEDIATOR SERTA PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2008 DAN 2016

BAB II KONSEP MEDIASI DAN MEDIATOR SERTA PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2008 DAN 2016 BAB II KONSEP MEDIASI DAN MEDIATOR SERTA PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2008 DAN 2016 A. Mediasi 1. Pengertian Mediasi Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata mediasi diberi arti

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: EFEKTIFITAS PERJANJIAN DAMAI DALAM PENGADILAN (AKTA VAN DADING) TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN WANPRESTASI DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA (STUDI PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah Penelitian Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini. Sengketa merupakan sebuah situasi dimana dua pihak atau lebih dihadapkan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kabupaten Malang Pengadilan Agama Kabupaten Malang mulai melaksanakan kegiatannya pada

Lebih terperinci

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis Dosen Pengampu: Ahmad Munir SH, MH. Oleh: Kelompok 9 Isti anatul Hidayah (15053012)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan

Lebih terperinci

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman dalam lingkup khusus. 1 Kekhususan

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci