Aspek Biologis Pergerakan Gigi secara Ortodonsi... (Muhammad dan Nur)

dokumen-dokumen yang mirip
Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

pergerakan gigi isiologis merupakan gerakan gigi secara alami yang terjadi selama dan setelah erupsi. gerakan gigi isiologis melipui:

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur

Aspek biologis pergerakan gigi ortodontik

Resorbsi dan aposisi tulang alveolar Remodeling sekunder. Dr. drg. Tita Ratya Utari Sp. Ort 23 April 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang terus-menerus maka akan terjadi pergerakan gigi. Tekanan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Penelitian yang dilakukan Sony (1990) menyatakan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Biologis Pada Pergerakan Gigi Secara Ortodonti

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum akhir tahun 1960-an perawatan ortodonti pada pasien dewasa

Perawatan ortodontik pada pasien periodontal kompromi

Perawatan ortodontik pada pasien periodontal kompromi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. komponen dasar yaitu bracket, achwire, dan auxilliary, ketiga komponen ini

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

Salah satu bagian gingiva secara klinis

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BIOMEKANIKA ORTODONTIK DRG. WAYAN ARDHANA, MS, SP.ORT Bag Ortodonsia FKG UGM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAHAN AJAR Pertemuan ke 13

Universitas Gadjah Mada 1

Biomekanika Ortodontik

BAB 2 SISTEM DAMON. inovatif yang digunakan ortodontis dalam mengoreksi maloklusi. Banyak sistem

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

Sistem Muskuloskeletal. Yuliati Departemen Biologi Oral

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita *

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

Rasio Ostoklas dan Osteoblas pada Tulang Alveolar Model Tikus Diabetes dengan Aplikasi Gaya Ortodonti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap penampilan. Tuntutan dan kebutuhan perawatan gigi estetik masa kini

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa

ABSTRAK/EKSEKUTIF SUMMARY Penelitian Disertasi Doktor (PDD)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAHAN AJAR Pertemuan ke 12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat

1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Luka trauma gigi dan mulut dapat bersifat cepat, tiba-tiba dan tidak terduga,

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang merupakan material komposit,

Peran matriks metaloproteinase-8 pada cairan krevikuler gingiva selama pergerakan gigi ortodontik

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit

ORTODONTI III. H.Nazruddin Drg. C.Ort. Ph.D.

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

Profil Osteoblas Dan Osteoklas(97-102) El-Hayah Vol. 5,No.2 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Salah satu bagian terpenting di dalam rongga mulut manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

PERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. SURAT PERSETUJUAN PERBAIKAN... iv

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN AJAR Pertemuan ke 6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 12, 13

BAB I PENDAHULUAN. telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti

Transkripsi:

Aspek Biologis Pergerakan Gigi secara Ortodonsi... (Muhammad dan Nur) Aspek Biologis Pergerakan Gigi secara Ortodonsi (The Biologic Aspect of Orthodontic Tooth Movement) Muhammad Nurul Amin 1, Nur Permatasari 2 1 Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember 2 Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang Abstract Orthodontic appliance used to correct malocclusion which may include dental abnormalities, jaw relationship abnormalities, growth disorder of bone-forming facial or oral soft tissues disorder. Mechanical force of orthodontic appliance applied to suppress the teeth and periodontal tissue including gingiva, periodontal ligament and alveolar bone. This process involves the alveolar bone remodeling. Orthodontic mechanical force will cause the periodontal area is divided into two areas: pressure and strain area. In the pressure area, mechanical force will stimulate osteoclasts to perform alveolar bone resorption. Whereas strain area, osteoblasts will perform new alveolar bone formation. Orthodontic tooth movement has three phases process. The phase is initial phase, lag phase and postlag phase. The third phase of tooth movement mechanism involving cellular and molecular reactions in the periodontal tissues. Keyword: orthodontic appliance, tooth movement, alveolar bone remodeling Koresondensi (Correspondence): Muhammad Nuru Amin. Jalan Tawangmangu No 56, Jember, Jawa Timur Indonesia-68126. Telp. 0331-331032. E-mail. (m_nurul_amin.fkg@unej.ac.id) Alat ortodonsia digunakan untuk membetulkan oklusi yang salah (maloklusi), berupa kelainan gigi, kelainan relasi rahang, kelainan pertumbuhan tulang pembentuk wajah ataupun kelainan jaringan lunak sekitar mulut. 1,2 Penggunan alat ortodonsia untuk membetulkan maloklusi melibatkan proses remodeling tulang alveolar. Proses tersebut dapat dirangsang menggunakan gaya mekanis yang didapat dari aktivasi komponen-komponen alat yang diaplikasikan untuk menekan gigi dan diteruskan pada jaringan sekitar gigi termasuk gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar. 3 Gaya mekanis menyebabkan daerah sekitar gigi terbagi menjadi dua daerah yaitu daerah tekanan dan daerah regangan. Pada daerah tekanan, gaya mekanis akan merangsang osteoklas untuk melakukan resorpsi tulang alveolar. Dilain pihak, pada daerah regangan akan terjadi pembentukan tulang alveolar baru yang dilakukan oleh osteoblas. Kedua proses ini selain tergantung dari faktor lokal daerah tersebut (seperti hormon atau mediator lainnya) juga sangat dipengaruhi oleh besarnya gaya yang diterima. Gaya yang kecil menyebabkan resorpsi dan pembentukan tulang alveolar baru sangat kecil ataupun tidak terjadi, sedangkan gaya yang terlalu besar dapat mengaktifasi lebih dominan kerja osteoklas untuk meresorpsi dibanding kerja osteoblas dalam pembentukan tulang alveolar, sehingga resorpsi yang terjadi berlebihan (underminning resorption). 2 Gaya yang adekuat atau memadai akan menghasilkan resorpsi yang sesuai disebut sebagai frontal resorption. Setelah proses resorpsi selesai maka osteoklas akan mengalami apoptosis sehingga proses resorpsi berhenti. Dilain pihak, pada daerah regangan, osteoblas teraktifasi untuk melakukan aktifitas pembentukan tulang baru (reposisi). Jika gaya memadai maka proses resorpsi dan aposisi tulang alveolar ini dalam keadaan seimbang. 4,5 Dari kondisi tersebut maka perlu diketahui mekanisme pergerakan gigi dengan menggunakan aplikasi alat ortodonsia JENIS PERGERAKAN GIGI SECARA ORTODONSIA Menurut Mulyani 6, pergerakan gigi secara ortodonsia terdiri dari: 1. Pergerakan Tipping Pergerakan tipping ialah pergerakan gigi dimana gigi yang miring dapat ditegakkan dan gigi yang tegak dapat dimiringkan untuk mendapatkan hasil yang baik juga oklusi yang harmonis sesuai dengan bentuk lengkung gigi. Tipe pergerakan ini merupakan yang paling sederhana dan mudah dilakukan. Tekanan ortodonsia diaplikasikan pada satu titik di mahkota gigi yang menyebabkan gigi miring menjauhi arah tekanan. Mahkota gigi bergerak searah dengan gaya sedangkan apeks gigi bergerak dalam arah yang berlawanan (gambar 1). 5,7 2. Pergerakan bodily=translasi Bodili adalah pergerakan translasi menyeluruh dari sebuah gigi ke posisi yang baru, dengan semua bagian dari gigi bergerak dalam jumlah yang setara. 22

Aspek Biologis Pergerakan Gigi secara Ortodonsi... (Muhammad dan Nur) Gambar 1. Pergerakan Tipping 1,6 Gambar 2. Pergerakan bodily 1,6 Gambar 3. Pegerakan Rotasi 1,6 Tekanan harus diaplikasikan pada daerah mahkota yang lebar dan setiap pergerakan tilting harus dibatasi. Pergerakan bodily mengakibatkan resorpsi tulang terjadi pada daerah tekanan dan pembentukan tulang terjadi pada daerah tarikan (Gambar 2). 3. Pergerakan rotasi Pergerakan rotasi adalah gerakan gigi berputar di sekeliling sumbu panjangnya. Rotasi merupakan suatu penjangkaran gigi yang paling rumit dilakukan dan sukar untuk dipertahankan. Rotasi gigi dalam soketnya membutuhkan aplikasi tekanan ganda. Pergerakan rotasi ini dapat diperoleh dengan memberikan kekuatan pada satu titik dari mahkota dan stop untuk mencegah bergeraknya bagian mahkota yang lain (Gambar 3). 5,7 4. Pergerakan vertikal Pergerakan vertikal ada dua jenis yaitu pergerakan ekstrusi dan intrusi dimana kedua pergerakan ini memperoleh kekuatan dengan arah yang berlawanan. Ekstrusi adalah pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti mahkota. Ekstrusi gigi dari soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi dan deposisi tulang yang dibutuhkan untuk pembentukan kembali dari mekanisme pendukung gigi. Pada umumnya pergerakan ekstrusi mengakibatkan tarikan pada seluruh struktur pendukung (Gambar 4a). Intrusi adalah pergerakan gigi secara vertikal 23

Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 13 No.1 2016: 22--27 kedalam alveolus. Intrusi gigi menyebabkan resorpsi tulang, terutama di sekitar apeks gigi. Dalam pergerakan ini, terjadi daerah tekanan pada seluruh struktur jaringan pendukung, tanpa adanya daerah tarikan (Gambar 4b) 5. Pergerakan torque Pergerakan torque adalah pergerakan akar gigi dengan hanya sedikit pergerakan mahkota. Pergerakan torque mengakibatkan pada daerah tekanan akan terjadi resorpsi jaringan dan pada daerah tarikan terjadi aposisi yang menyebabkan gigi miring disekitar apeksnya (Gambar 5) TEORI PERGERAKAN GIGI Ada berbagai teori pergerakan gigi 8, secara umum dapat dibagi: 1. Pressure Tension Theory Lebih dari 100 tahun yang lalu Sandstedt, Oppenheim dan Scwharz menyatakan bahwa jika gigi mendapatkan gaya ortodonsia maka akan terjadi daerah tekanan dan regangan. Daerah tekanan adalah daerah periodonsium yang mengalami tekanan karena gigi bergerak mendekat dan daerah tarikan adalah daerah periodonsium yang mengalami tarikan karena gigi bergerak menjauh. Daerah tekanan akan mengalami resorpsi tulang sedangkan daerah tarikan akan mengalami aposisi tulang. Di sisi tekanan, dengan tekanan ringan, tulang alveolar yang diresorpsi langsung oleh banyak multinukleat osteoklas di Howship lacunae. 8 Dengan kekuatan yang besar, jaringan periodontal dikompresi, yang menyebabkan trombosis kapiler, kematian sel, dan produksi lokal daerah bebas sel disebut hialinisasi (karena penampilan glasslike yang menyerupai hialin tulang rawan secara histologis). Pada daerah tersebut, resorpsi osteoklastik dari dinding alveolar yang berdekatan tidak terjadi secara langsung, tapi diprakarsai oleh proses yang disebut oleh Sandstedt sebagai undermining resorption dari ruang sumsum terdekat. Sebagaimana dibahas kemudian, ketika tulang dikenakan deformasi mekanik terus menerus, permukaan cekung ditandai dengan osteogenesis dan bagian cembung permukaan dengan resorpsi tulang. 4a 4b Gambar 4. Pergerakan Vertikal. (4a) Ekstrusi dan (4b) Intrusi 6 Gambar 5. Pergerakan Torque 6 24

Aspek Biologis Pergerakan Gigi secara Ortodonti...(Muhammad dan Nur) Penelitian histologis klasik tentang pergerakan gigi oleh Sandstedt (1904), Oppenheim (1911), dan Schwarz (1932) menyebabkan mereka berhipotesis bahwa gigi bergerak dalam ruang periodontal dengan menghasilkan sisi tekanan dan sisi tarikan. Hipotesis pada sisi tekanan, ligamen periodontal (PDL) menampilkan disorganisasi dan berkurangnya produksi serat. Di sini, replikasi sel menurun tampaknya karena penyempitan pembuluh darah. Di sisi tarikan, stimulasi diproduksi oleh peregangan hasil serat bundel PDL di peningkatan replikasi sel. Aktivitas proliferasi ditingkatkan mengarah pada akhirnya ke peningkatan produksi serat. Schwarz menyatakan lebih lanjut, dengan menghubungkan respon jaringan terhadap besarnya tekanan yang diaplikasikan dengan tekanan darah kapiler. Dapat disimpulkan bahwa tekanan disampaikan sebagai bagian dari terapi ortodonsia tidak boleh melebihi tekanan darah kapiler (20-25 g/cm2 dari permukaan akar). 9 Jika melebihi tekanan ini, kompresi dapat menyebabkan nekrosis jaringan melalui "sesak napas dari periodontium terjepit." Penerapan tingkat kekuatan yang lebih besar akan menghasilkan kontak fisik antara gigi dan tulang, menghasilkan resorpsi di bidang tekanan dan undermining resorption atau hialinisasi dalam ruang sumsum yang berdekatan. Ini mendalilkan bahwa lebar perubahan dalam menyebabkan perubahan dalam populasi sel PDL dan peningkatan aktivitas selular. Ada jelas gangguan serat kolagen dalam PDL, dengan bukti kerusakan sel dan jaringan. Tanda pertama dari hialinisasi adalah adanya inti pyknotic dalam sel, diikuti oleh bidang aselular, atau zona sel- bebas. Resolusi masalah dimulai ketika unsur-unsur selular seperti makrofag, giant cell bodies, dan osteoklas dari daerah yang berdekatan rusak menyerang jaringan nekrotik. Sel-sel ini juga mengisap bagian bawah tulang berbatasan langsung dengan wilayah nekrotik PDL dan keluarkan bersamasama dengan jaringan nekrotik. Proses ini dikenal sebagai undermining resorption. Setelah beberapa hari elemen seluler dari daerah PDL yang lain mulai memasuki jaringan yang rusak. Osteoklas terbentuk pada ruang sumsum tulang di dekatnya dan mulai merusak tulang di sekeliling daerah nekrotis sehingga disebut juga undermining resorption. Bila terjadi hialinisasi dan undermining resorption maka pergerakan gigi akan melambat. Hal ini mungkin disebabkan oleh lambatnya stimulasi pembentukan osteoklas pada sumsum tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus diresorpsi. Pergerakan gigi yang simultan terjadi pada resorbsi frontal, sedang pada pemberian tekanan yang besar, pergerakan gigi seperti melompat. 2. Blood Flow Theory Teori ini disebut juga sebagai fluid dynamic theory yang diperkenalkan oleh Bien pada tahun 1966. Berdasar teori ini, pergerakan gigi timbul karena cairan yang dinamis di dalam PDL. PDL terdapat pada ruangan periodontal yang dibatasi oleh permukaan akar gigi dan tulang alveolar, terdiri dari sistem cairan yang terbuat dari cairan interstitial, elememn selular, pembuluh darah dan perlekatan substansi dasar berisi serat-serat periodontal. Kandungan PDL menghasilkan kondisi hidrodinamik yang unik dan menyerupai mekanisme hidrolik dan shock absorber. Aplikasi gaya eksternal pada gigi menyebabkan terjadinya pergerakan cairan di dalam kanalikuli. Ketika cairan kanalikuli berkurang, terjadilah apoptosis osteosit yang terdapat dalam tulang kemudian akan menarik osteoklas sehingga terjadi resorbsi tulang. 3. Bone Bending and Piezoelectric Theory Bone bending pada tulang alveolar merupakan hal yang penting dalam pergerakan gigi secara ortodonsia, hal ini pertamakali dikemukakan oleh Farrar (1988). Ketika alat ortodonsia diaktivasi, gaya yang diberikan pada gigi disalurkan ke semua jaringan di sekelilingnya sehingga gigi akan bergerak lebih besar dibandingkan dengan lebar PDL yang menyebabkan terjadinya defleksi pada tulang alveolar. Defleksi pada tulang juga memicu keluarnya potensial elektrik pada permukaan tulang atau piezoelectric yang sering ditemukan pada material kristalin. Deformasi atau perubahan bentuk struktur kristal menghasilkan arus listrik seperti elektron yang berpindah dari molekul kristal yang satu ke molekul kristal yang lain. Bila struktur kristal mengalami deformasi, elektron bermigrasi sehingga terjadi aliran listrik. Jika terdapat tekanan maka struktur kristal masih stabil dan tidak tejadi perpindahan elektron, namun jika tekanan dilepaskan, kristal akan kembali ke bentuk semula dan aliran elektron akan terjadi pada arah yang berlawanan. Sumber srtuktur kristal tidak hanya pada mineral tulang, tapi terdapat juga pada kolagen, hidroksi apatit, batas antara kolagen hidroksiapatit dan mukopolisakarida pada substansi dasar. Pada saat gigi diberi tekanan, tulang alveolar di sekitarnya akan mengalami tekukan. Daerah yang cekung diasosiasikan dengan arus negatif dan menyebabkan deposisi tulang sedangkan daerah yang cembung diasosiasikan dengan arus positif dan menyebabkan resorbsi tulang. MEKANISME PERGERAKAN GIGI Pergerakan gigi yang diinduksi dengan pemberian gaya mekanis oleh alat ortodonsia mempunyai 3 fase dalam proses pergerakan gigi. Fase tersebut adalaht initial phase, lag phase dan postlag phase. Pada initial phase dikharakteristikkan sebagai pergerakan secara cepat dan terjadi segera setelah aplikasi gaya pada gigi. Laju fase ini sebagian besar dihubungkan dengan displacment gigi pada celah ligamen 25

Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 13 No.1 2016: 22--27 preiodontal. Segera setelah fase ini, maka akan terjadi lag phase, fase ini berkebalikan dengan fase sebelumnya yang mempunyai laju yang rendah bahkan sama sekali tidak terjadi pergerakan gigi. Hialinisasi ligamen periodontal pada daerah tekanan merupakan tanda utama dari fase ini dan tidak terjadi pergerakan gigi sampai sel-sel osteoklas secara lengkap menghilangkan semua jaringan nekrotik. Pada fase ketiga akan terjadi laju pergerakan secara gradual atau meningkat secara tiba-tiba. 9,10 Reaksi selular dan jaringan mulai pada initial phase segera terjadi setelah gaya mekanis diaplikasikan. Gaya mekanis tersebut menyebabkan tekanan dan peregangan pada serabut ligamen periodontal serta sel-sel pada daerah ligamen periodontal didaerah tekanan dan regangan. Proses kompleks ini mengawali rekruitmen dari progenitor osteoklas dan osteoblas, seperti dimulainya ekstravasasi dan kemotraksi sel-sel radang. Keberadaan daerah hialinisasi di daerah tekanan pada fase awal sudah dilaporkan pada beberapa penelitian. 10 Perubahan deformasi pada tulang alveolar yang diakibatkan gaya mekanis akan di respon oleh osteosit, yang merupakan sel yang sensitif dan sebagai mekanoreseptor pada tulang. Sel ini dalam merespon gaya mekanis dengan cara meningkatkan ekspresi glucose-6-phosphatase dehydrogenase, H- uridine, c-fos dan insulin-like growth factor-1. Sehingga akan memicu reaksi-reaksi inflamasi selanjutnya. 8 Pada Bone Bending dan Piezoelectric theory 8 menyebutkan bahwa Ketika alat ortodonsia diaktivasi, gaya yang diberikan pada gigi disalurkan ke semua jaringan di sekelilingnya sehingga gigi akan bergerak lebih besar dibandingkan dengan lebar ligamen periodontal yang menyebabkan terjadinya defleksi pada tulang alveolar. Defleksi pada tulang juga memicu keluarnya potensial elektrik pada permukaan tulang atau piezoelectric yang sering ditemukan pada material kristalin. Deformasi atau perubahan bentuk struktur kristal menghasilkan arus listrik seperti elektron yang berpindah dari molekul kristal yang satu ke molekul kristal yang lain. Bila struktur kristal mengalami deformasi, elektron bermigrasi sehingga terjadi aliran listrik. Jika terdapat tekanan maka struktur kristal masih stabil dan tidak tejadi perpindahan elektron, namun jika tekanan dilepaskan, kristal akan kembali ke bentuk semula dan aliran elektron akan terjadi pada arah yang berlawanan Hal ini didukung oleh Krishnan and Davidovitch 9 yang menyebutkan bahwa fase awal pergerakan gigi secara ortodonsia selalu melibatkan respons inflamasi akut yang ditandai oleh vasodilatasi kapiler dan migrasi leukosit ke kapiler. Sel-sel yang bermigrasi ini memproduksi berbagai sitokin. Sitokin ini merangsang sintesis dan sekresi berbagai substansi untuk sel target seperti prostaglandin, growth factor dan berbagai sitokin. Inflamasi akut yang terjadi merupakan initial phase dan bersifat eksudatif. Satu sampai dua hari kemudian fase inflamasi akut menjadi inflamasi kronik bersifat proliferatif yang melibatkan fibroblas, sel-sel endotel, osteoblas dan sel-sel tulang alveolar. Selama periode ini leukosit terus bermigrasi ke jaringan paradental dan mengatur proses remodeling. 11 Keterkaitan inflamasi akut pada fase awal pergerakan gigi juga dikemukakan oleh Dolche 10 (2002), yang menyebutkan bahwa Respon inflamasi akut adalah gambaran khas pada fase awal pergerakan gigi secara ortodonsia. Sitokin yang dikeluarkan oleh mononocluer cells sebagai mediator kimiawi yang berinteraksi dengan sel-sel tulang secara langsung ataupun tidak langsung. IL-1 dapat meningkatkan sintesis dan sekresi beberapa substansi termasuk prostaglandin ataupun growth factors lainnya. PG dapat menstimulasi resorbsi tulang dan meningkatkan laju pergerakan gigi secara ortodonsia Lag phase dipresentasikan sebagai pergerakan yang terhenti, dimana terjadi rekruitmen sel-sel dan persiapan mikroenvironmen bagi ligamen periodontal dan tulang untuk mengalami remodeling. Fase ini terjadi ketika osteoklas sudak terekrut dan osteblas teraktivasi. 10 Gambaran fase kedua ini sejalan dengan Krishnan and Davidovitch 9 yang menyatakan bahwa fase kedua pada daerah tekanan dikenali dengan terjadinya penampakan susunan serabut ligamen periodontal yang abnormal. Gangguan aliran darah akibat terjadinya distorsi ini akan membawa pembentukan area hialinisasi dan terhentinya pergerakan gigi. Pembersihan jaringan nekrotik dan resopsi tulang yang berasal dari daerah alveolar bone marrow (indirect resorption) dan dari arah ligament periodontal yang normal (undermining resorption) memungkinkan dimulainya kembali pergerakan gigi. Proses komprehensif ini membutuhkan perekrutan sel-sel fagosit seperti makrofag, foreign body giant cells, dan osteoklas yang berasal dari daerah yang berbatasan dengan ligamen periodontal yang belum rusak dan kavitas alveolar bone marrow. Sel-sel ini beraktifitas secara bersamaan menghilangkan jaringan nekrotik dari ligament periodontal dan yang berbatasan dengan tulang alveolar pada daerah tekanan. Pada daerah regangan, quiescent osteoblasts (bone surface lining cells) akan membesar dan mulai memproduksi matrik tulang baru (osteoid). Progenitor osteoblast baru berasal dari populasi fibroblast-like cells (pericytes) disekitar kapiler ligament periodontal. Sel preosteoblas ini akan berproliferasi dan migrasi kearah permukaan tulang alveolar melalui serat-serat Sharpey s secara simultan, dilanjutkan fibroblast pada daerah regangan memulai multifikasi dan remodeling matriks 26

Aspek Biologis Pergerakan Gigi secara Ortodonti...(Muhammad dan Nur) disekitarnya. 12 Pernyataan ini didukung oleh Bien dalam fluid dynamic theory 8 yang menyatakan bahwa aplikasi gaya eksternal pada gigi menyebabkan terjadinya pergerakan cairan di dalam kanalikuli. Ketika cairan kanalikuli berkurang, terjadilah apoptosis osteosit yang terdapat dalam tulang kemudian akan menarik osteoklas sehingga terjadi resorbsi tulang. Pada fase lanjut pergerakan gigi secara ortodonsia, juga dikenal sebagai fase akselerasi dan linear. Pada daerah tekanan gigi menunjukkan serat kolagen tanpa orientasi yang tepat. Permukaan tulang yang tidak beraturan ditemukan yang mengindikasikan terjadinya resorpsi langsung atau frontal. Namun, pada beberapa penelitian terbaru ditunjukkan bahwa zona hialinisasi pada daerah tekanan terjadi pada tahap ini khususnya pada daerah yang diaplikasikan gaya yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan dan penghilangan daerah nekrotik merupakan proses yang terjadi secara terus menerus atau lebih dari satu kejadian selama pergerakan gigi. Selain itu juga menunjukkan bahwa resopsi tulang pada daerah tekanan bukan merupakan reaksi terhadap gaya tetapi terjadi untuk menghilangakan jaringan tulang iskemik yang berdekatan dengan jaringan hialinisasi. Resorpsi tulang langsung selanjutnya dapat dianggap sebagai bagian dari proses remodeling. Dan didaerah regangan terjadi deposisi, keberadaannya ditandai dengan alkaline phosphatase osteoblastic. 3,10 Selain itu, dalam pressure tension theory 8 menyebutkan bahwa bila terjadi hialinisasi dan undermining resorption maka pergerakan gigi akan melambat. Hal ini mungkin disebabkan oleh lambatnya stimulasi pembentukan osteoklas pada sumsum tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus diresorpsi. Pergerakan gigi yang simultan terjadi pada resorbsi frontal, sedang pada pemberian tekanan yang besar, pergerakan gigi seperti melompat. Sedangkan Farrar dalam Bone Bending dan Piezoelectric theory 8 menyatakan bahwa pada saat gigi diberi tekanan, tulang alveolar di sekitarnya akan mengalami tekukan. Daerah yang cekung diasosiasikan dengan arus negatif dan menyebabkan deposisi tulang sedangkan daerah yang cembung diasosiasikan dengan arus positif dan menyebabkan resorbsi tulang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Mekanisme pergerakan gigi secara ortodonsia mempunyai tiga fase yaitu initial phase lag phase dan postlag fase. Ketiga fase tersebut terjadi secara berkesinambungan, sehingga bila terjadi gangguan pada salah satu fase maka proses pergerakan gigi juga terganggu. DAFTAR PUSTAKA 1) Foster T.D. Buku Ajar Ortodonsia. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997 : 168-83 2) Thailaner B, Ryegh P, Reitan K. Tissue Reactions in Orthodontics. In: Graber TM, Vanarsdall RL, Vig KWL, editors: Orthodontics. Current Principles and Techniques. St. Louis: Elsevier Inc. 2000 : 203-11 3) Krishnan V and Davidovitch Z. On a Path To Unfolding The Biological Mechanisms of Orthodontic Tooth Movement: Journal of Dental Research 2009; 88 : 597 608 4) Hill, P. A. Bone Remodelling, British Journal of Orthodontics 1998; 25 : 101-107. 5) William J.K. Prinsip dan Praktik Alatalat Ortodonsia Cekat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000 : 1-8 6) Mulyani. Biomekanika Pergerakan Gigi. Jakarta : Widya Medika. 1994 7) Balajhi S.I. Orthodontics The Art and Science. 3 ed. New Delhi : AryaM edi Publishing House. 2006 : 187-219 8) Meikle MC. The Tissue, Cellular and Molecular Regulation of Orthodontic Tooth Movement : 100 Years After Carl Sandstedt. European J Orthod 2006; 28 : 221-40 9) Krishnan V, Davidovitch Z. Cellular, Molecular and Tissue-level Reactions to Orthodontic Force. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2006 ; 129-469 10) Dolce, C., J. Scott Malone, Timothy T. Wheeler. Current Concepts in The Biology of Orthodontic Tooth Movement. Seminars in Orthodontics 2002. Volume 8, Issue 1, March, p. 6 12 11) Capelli J., Fidel R, Figueredo CM, Teles RP. Change in the Gingival fluid volume during maxillary canine retraction. Dental Press J. Orthod. 2010. Vol.15. No.2 12) Henneman, S., J. W. Von den Hoff and J. C. Maltha. Mechanobiology of tooth movement. European Journal of Orthodontics 2008. (30) : 299 306 27