ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA BUDI MULYADI /EP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

Fungsi Konsumsi Keynes

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

KONSUMSI DAN TABUNGAN

TESIS. Oleh. Nur Khoiriyah Daulay SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 L A H PA S C A S A R JA N A

ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA T E S I S. Oleh BERLA KARO KARO /EP

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN TESIS. Oleh SARBINI POHAN /EP

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN DI SUMATERA UTARA T E S I S. Oleh M. SORISYAH MUDA NASUTION /EP

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PEKERJA WANITA DI KOTA MEDAN TESIS. Oleh RIA HOT JUANITA SIMBOLON /EP

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP

DEFISIT ANGGARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA TESIS. Oleh BAKHTIAR EFENDI /EP

ANALISIS SHOCK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA TESIS. Oleh HERNAWATI /EP

PENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN KELUARGA MISKIN DI KOTA MEDAN TESIS. Oleh FAUZIAH AMINI /EP

ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TESIS. Oleh ABDUR RAMAN /EP

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROPINSI ACEH TESIS. Oleh S A R D I NIM /EP

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh IMOM SALEH RITONGA /EP

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA TESIS.

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

ANALISIS INFLASI DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI DI INDONESIA TESIS. Oleh RITA HANDAYANI /EP

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini secara konsisten. menetapkan pembangunan ekonomi Indonesia dengan prinsip triple track

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB III MODEL KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU TESIS. Oleh: VENESHA JOHAR /EP

GITA ALFIANI FATRIA /EP

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

ANALISIS INTERAKSI FISKAL DAN MONETER TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TESIS. Oleh UMI KHALSUM /EP

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

III. KERANGKA TEORITIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Periode

BABI PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di dalam perekonomian suatu. membutuhkan dana yang besar. Namun usaha pengerahan sumber dana dalam

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan Solow (Solow growth model) menjelaskan bahwa tabungan dan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TERHADAP INVESTASI SWASTA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA TESIS Oleh BUDI MULYADI 077018029/EP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh BUDI MULYADI 077018029/EP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Budi Mulyadi Nomor Pokok : 077018029 Program Studi : Ekonomi Pembangunan Menyetujui: Komisi Pembimbing (Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) Ketua (Drs. Iskandar Syarief, MA) Anggota Ketua Program Studi Direktur, (Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc) Tanggal lulus : 05 Mei 2009

Telah diuji pada Tanggal : 05 Mei 2009 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota : Dr. Murni Daulay, SE, M.Si : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA 2. Dr. Rahmanta, MSi 3. Drs. Rujiman, MA 4. Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi

ABSTRAK Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan nasional di Indonesia menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series tahun 1980 sampai dengan tahun 2005 yang berasal dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Bank Dunia dan publikasi resmi lainnya. Data sebagai variabel-variabel independen penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran belanja pemerintah, ekspor neto, pertumbuhan pendapatan perkapita dan pertumbuhan penduduk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional Indonesia. Sementara secara individual variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan pendapatan perkapita, dan pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional. Dua variabel lainnya yaitu defisit anggaran belanja pemerintah dan ekspor neto tidak signifikan mempengaruhi tabungan nasional. Terakhir, memperhatikan nilai elastisitas dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen, pertumbuhan penduduk mempunyai peranan terbesar terhadap tabungan nasional Indonesia. Kata kunci : Tabungan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, Defisit Anggaran, Ekspor Neto, Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Penduduk

ABSTRACT The main purpose of this study is to analyze the factors which influence on the national savings in Indonesia. The method used in this study is Ordinary Least Square (OLS). The data used in this study were the secondary data in the form of data time series from 1980 to 2005 obtained from Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Bank Dunia (Central Bureau of Statistics, Bank of Indonesia, the World Bank) and the other official publications. The data functioning as the independent variables in this study are economic growth, national budget deficit, nett exports, income growth per capita, and population growth. The result of this study shows that all of the independent variables simultaneously significant influence on the national savings of Indonesia while individually the variables of Indonesia s economic growth, income growth per capita, and population growth significant influence on the national savings. The other two variables - national budget deficit and nett exports do not significant influence on the national savings. Looking at the value of elasticity and the level of significance of the respective independent variables, population growth plays a big role in influencing the national savings of Indonesia. Key words : National Savings, Economic Growth, Budget Deficit, Nett Exports, Income Per Capita, Population Growth

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan ALLAH SWT, yang telah melimpahkan karunia-nya dan memberikan kekuatan serta segala kemudahan dalam menghadapi setiap masalah hidup, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tesis ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K)., Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) 2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) 3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai ketua pembimbing yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat dibimbingnya dalam penulisan tesis ini. 4. Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A., sebagai anggota pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran dan arahannya kepada penulis. 5. Bapak Dr. Jonni Manurung, M.S, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si. dan Drs. Rujiman, M.A. sebagai pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. 8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIII dan sebelumnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. 9. Bapak Kepala Kantor dan rekan-rekan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang memberikan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. 10. Bapak dan Mamah yang sangat saya sayangi dan hormati yang tidak hentihentinya memberikan dukungan moril serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. 11. Istriku tercinta, Ira Herawati serta kedua putriku yang cantik dan shalehah, Zahra dan Fatimah, yang terus memberikan doa serta dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga ALLAH SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas seluruh kebaikan yang diberikannya kepada penulis. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin. Medan, Mei 2009 Penulis, Budi Mulyadi

RIWAYAT HIDUP Nama : Budi Mulyadi Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 20 Agustus 1972 Alamat : Jl. Sei Padang No.145A Medan Pekerjaan : PNS Status : Menikah, 2 orang anak Nama istri : Ira Herawati Nama Anak : 1. Indah Nur Azzahra 2. Fatimah Nuraini Nama Orang Tua Ayah Ibu Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. DIII 5. S1 6. S2 : Maman Kusman : Tati Sulastri : SDN 04 Maruya Jakarta Barat : SMPN 206 Jakarta Barat : SMAN 16 Jakarta Barat : STAN Prodip Keuangan : STIE Indonesia (STEI) Jakarta : Sekolah Pascasarjana USU

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.4 Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7 2.1 Definisi Tabungan... 7 2.2 Teori Konsumsi... 8 2.2.1 J.M. Keynes... 9 2.2.2 Kritik Simon Kuznets terhadap teori J.M. Keynes... 12 2.2.3 Irving Fisher... 13 2.2.4 A. Ando, R. Brumberg dan F. Modigliani (Life Cycle Hypothesis)... 14

2.2.5 Milton Friedman (Permanent Income Hypotesis)... 16 2.2.6 James Duessenbery... 17 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tabungan... 17 2.4 Teori Equivalensi Ricardian... 18 2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Nasional... 21 2.6 Pendapatan Nasional dan Tabungan Nasional... 23 2.7 Faktor Demografi... 25 2.8 Penelitian Terdahulu... 28 2.9 Hipotesis Penelitian... 34 2.10 Kerangka Pikir Penelitian... 35 BAB III METODE PENELITIAN... 36 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 36 3.2 Jenis dan Sumber Data... 36 3.3 Teknik Pengumpulan Data... 36 3.4 Analisis Data... 37 3.5 Definisi Operasional Variabel... 38 3.6 Uji Kesesuaian... 39 3.7 Pelanggaran Asumsi Klasik... 40 3.7.1 Multikolinieritas... 40 3.7.2 Autokorelasi... 41 3.7.3 Normalitas... 42 3.7.4 Data Stationer... 43

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 45 4.1 Perkembangan Tabungan Nasional Indonesia... 45 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia... 47 4.3 Kondisi Defisit Anggaran di Indonesia... 51 4.4 Perkembangan Ekspor Netto Indonesia... 56 4.5 Perkembangan Penduduk Indonesia... 60 4.6 Pembahasan Data Variabel-Variabel Penelitian... 62 4.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 71 4.7.1 Uji Multikolinieritas... 71 4.7.2 Uji Korelasi Serial (Autokorelasi)... 72 4.7.3 Uji Normalitas (Jarque-Bera Test)... 72 4.7.4 Uji Stationeritas Data... 73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 75 5.1 Kesimpulan... 75 5.2 Saran... 76 DAFTAR PUSTAKA... 78

DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman 1.1. Tabungan Bersih dan Defisit Anggaran Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen)... 3 1.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Bersih Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen)... 4 4.1. Hasil Analisis Data... 62 4.2. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas... 71 4.3. Hasil Estimasi Uji Korelasi Serial... 72 4.4. Hasil Estimasi Uji Normalitas... 73 4.5. Hasil Estimasi Uji Stationeritas Data... 74

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1. Fungsi Konsumsi Menurut Keynes... 11 2.2. Fungsi Konsumsi Menurut Life Cycle Hyphotesis... 14 2.3. Hubungan Output, Tabungan dan Depresiasi Kapital... 24 2.4. Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Nasional di Indonesia... 35 4.1. Perkembangan Tabungan Nasional Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam Milyar Rupiah)... 45 4.2. MPC Rumah Tangga Indonesia dan Tabungan Nasional Indonesia Periode 1980 sd. 2004 (dalam persen)... 46 4.3. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1966 sd. 2005 (dalam persen)... 48 4.4. Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Tabungan Nasional Indonesia terhadap PDB periode 1981 sd. 2005 (dalam persen)... 50 4.5. Rasio Defisit APBN dan Rasio Tabungan Nasional terhadap PDB periode 1980 sd. 2005 (dalam persen)... 54 4.6. Rasio Ekspor Netto Terhadap PDB dan Rasio Tabungan Nasional terhadap PDB Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen).. 57 4.7. Pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1970 sd. 2005 (dalam persen)... 60

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1. Data Penelitian... 81 2. Hasil Estimasi dengan OLS... 82 3. Hasil Uji Multikolinieritas... 83 4. Hasil Uji Autokorelasi... 86 5. Hasil Uji Normalitas... 87 6. Hasil Uji Stationeritas Data... 88

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis global telah menimbulkan dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Ancaman krisis ekonomi masih terus membayangi perekonomian Indonesia. Dari anjloknya bursa saham di Bursa Efek Indonesia sampai kemungkinan turunnya pendapatan negara akibat turunnya potensi pendapatan dari sektor perpajakan. Hal ini tentu saja sangat menyulitkan bagi pemerintah Indonesia. Di sektor riil masalah penambahan pengangguran akibat ancaman pemutusan hubungan kerja karena perusahaan perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar, atau malah beberapa diantaranya mengalami kebangkrutan, semakin menambah berat beban perekonomian Indonesia. Di sisi lain investasi swasta baik dalam negeri maupun asing yang diharapkan mampu untuk menyerap jumlah pengangguran hampir tidak mungkin diharapkan pada saat krisis. Hal ini terjadi karena unsur ketidakpastian ekonomi menyebabkan investor enggan untuk mulai atau menambah investasi. Padahal menurut Rostow, sebuah negara perlu mencapai tingkat investasi sebesar 15-20 persen sebagai prakondisi untuk lepas landas. Sektor perbankan juga merasakan dampak yang luar biasa dalam hal likuiditas. Bank Century merupakan salah satu bank yang telah menjadi korban di sektor perbankan akibat krisis global. Krisis telah menyebabkan perbankan ragu untuk melakukan pembiayaan dan ekstra hati hati dalam memberikan permintaan

kredit. Alasan utamanya tentu menjaga likuiditas keuangannya untuk menghindari terjadinya rush. Tingkat bunga pinjaman kredit juga menjadi meningkat, selain karena BI rate yang juga masih tinggi yakni pada level 9 persen, juga karena unsur resiko yang tinggi menyebabkan premi resiko pinjaman menjadi meningkat. Hal ini memberikan dampak bagi perkembangan investasi yang melamban, sehingga sulit untuk menjadi pendorong bagi sektor riil. Pilihan lain yang masih mungkin untuk menggerakkan perekonomian adalah konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah diharapkan mampu dalam dua hal, yang pertama mengurangi pengangguran melalui pengeluaran untuk program pemerintah yang dapat menyerap tenaga kerja. Yang kedua diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat melalui pengeluaran pemerintah yang lebih besar. Pengeluaran pemerintah ini diharapkan mampu menjadi salah satu pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan juga diharapkan dapat meredam dampak krisis global yang melanda perekonomian Indonesia. Alternatif pada pengeluaran pemerintah bukanlah tanpa kendala. Selain harus tersedianya jumlah tabungan yang besar dari pemerintah dan masyarakat untuk pembiayaan pembangunan, pengeluaran pemerintah yang ekspansif juga dapat menyebabkan beban defisit anggaran yang besar bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Defisit anggaran belanja pemerintah akan menggerogoti tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat. Hal ini berdampak kurang baik bagi keberlanjutan ekonomi, karena tabungan nasional merupakan modal bagi

pembangunan perekonomian selanjutnya. Berikut gambaran defisit anggaran dan tabungan bersih Indonesia. Tabel 1.1 : Tabungan Bersih, dan Defisit Anggaran Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) Rasio Rasio Tahun Tabungan Defisit Bersih Anggaran 1980 29,1-1,20 1981 23,2-1,71 1982 18,9-2,00 1983 21,6-1,61 1984 20,9 0,54 1985 20,7-1,08 1986 19,8-2,82 1987 23-0,45 1988 23,5-2,02 1989 27,5-0,60 1990 24,2 0,97 1991 17,4-0,73 1992 18,8-1,03 1993 25-0,47 1994 25,6 0,90 1995 23,8 1,19 1996 23,4 0,69 1997 24,8-1,09 1998 18,7-1,54 1999 8,9-1,34 2000 23,4-2,25 2001 20,6-0,98 2002 15,4-2,22 2003 12,1-1,71 2004 14,2-1,05 2005 14,4-0,52 Sumber : World Bank, 2007 Dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan fungsi dari tabungan yang tersedia, atau dengan kata lain dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi suatu negara hanya ditentukan oleh jumlah tabungan yang dimiliki pemerintah dan masyarakat suatu negara yang tersedia untuk pembangunan.

Sebagai perbandingan Singapura memiliki tingkat tabungan nasional sebesar 40 persen dari PDB dan memiliki pertumbuhan PDB tahunannya sebesar 5 6 persen selama kurun waktu 1960 1996. Sementara itu, Kenya pada periode yang sama, hanya memiliki 15 persen tabungan nasional dan mempunyai pertumbuhan tahunan hanya sebesar 1 persen. Perkembangan tabungan nasional dan pertumbuhan ekonomi Indonesia digambarkan pada tabel dibawah ini. Tabel 1.2 : Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Bersih Indonesia Periode 1980 sd. 2005 (dalam persen) Rasio Pertumbuhan Ekonomi Tahun Tabungan Bersih 1980 29.1 8.725 1981 23.2 7.4 1982 18.9-0.3 1983 21.6 8.8 1984 20.9 7 1985 20.7 2.5 1986 19.8 5.9 1987 23 4.9 1988 23.5 5.8 1989 27.5 7.5 1990 24.2 7.242 1991 17.4 6.95 1992 18.8 6.459 1993 25 6.496 1994 25.6 7.539 1995 23.8 8.213 1996 23.4 7.987 1997 24.8 4.543 1998 18.7-13.007 1999 8.9 0.308 2000 23.4 5.188 2001 20.6 3.322 2002 15.4 4.376 2003 12.1 4.876 2004 14.2 5.129 2005 14.4 5.596 Sumber : World Bank, 2007

Mempertahankan perekonomian dari gejolak krisis adalah hal yang mutlak dilakukan namun mempertahankan momentum pertumbuhan dan pembangunan ekonomi pada masa datang juga menjadi pilihan penting dalam perencanaan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik mengambil judul tesis ini Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia. Peneliti menilai perlunya mengidentifikasi faktor-faktor yang dominan di dalam pertumbuhan tabungan nasional di Indonesia sehingga ke depan Indonesia dapat menjadi negara yang mandiri di dalam melaksanakan pembangunannya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Berapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tabungan nasional Indonesia? 2. Berapa besar pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap tabungan nasional Indonesia? 3. Berapa besar pengaruh ekspor neto terhadap tabungan nasional Indonesia? 4. Berapa besar pengaruh pertumbuhan pendapatan perkapita terhadap tabungan nasional Indonesia? 5. Berapa besar pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap tabungan nasional Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tabungan nasional Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh defisit anggaran pemerintah terhadap tabungan nasional Indonesia. 3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh ekspor neto terhadap tabungan nasional Indonesia. 4. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pertumbuhan pendapatan perkapita terhadap tabungan nasional Indonesia. 5. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap tabungan nasional Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya sebagai pengambil keputusan untuk dapat membuat kebijakan yang tepat dalam perekonomian. 2. Memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis tentang kondisi tabungan nasional di Indonesia khususnya dan sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak lain yang berniat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini secara lebih luas dan mendalam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tabungan Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari luar negeri (X-M) dan secara matematis dapat dirumuskan : I = S + (T-G) + (X-M)....... (2.1) Namun untuk mengurangi ketergantungan suatu negara terhadap bantuan dari pihak lain, tabungan nasional diutamakan sebagai sumber pembiayaan investasi domestik. Secara garis besar, tabungan nasional diciptakan oleh tiga pelaku, yaitu pemerintah, perusahaan dan rumah tangga. Tabungan pemerintah merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan dengan pengeluaran pemerintah. Tabungan perusahaan merupakan kelebihan pendapatan (laba) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Sementara itu, tabungan rumah tangga merupakan bagian dari pendapatan yang diterima rumah tangga yang tidak dibelanjakan untuk keperluan konsumsi. Secara matematis persamaan tabungan dapat dijabarkan sebagai berikut :

Jika tabungan swasta adalah S = (Y - T) - C dan tabungan pemerintah adalah (T - G), maka tabungan nasional adalah S = (Y -T) - C + (T - G)....... (2.2) dimana : S adalah tabungan nasional Y-T adalah pendapatan disposibel (disposible income) masyarakat dan swasta C T G adalah konsumsi adalah penerimaan pemerintah dari Pajak dan Non Pajak adalah pengeluaran pemerintah Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget surplus, dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget defisit, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain. 2.2 Teori Konsumsi Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan, sehingga sangat erat kaitannya dengan perilaku konsumsi individu. Selain itu, keputusan konsumsi sangat penting untuk analisa jangka pendek karena peranannya dalam menentukan permintaan agregat. Konsumsi adalah dua pertiga dari Produk Domestik Bruto, sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi (Mankiw, 2007). Berikut pendapat beberapa ahli tentang teori konsumsi yang sering menjadi pembahasan.

2.2.1 J.M. Keynes Dikenal dengan Absolut Income Theory (teori pendapatan absolut). Keynes menyatakan tentang hubungan pengeluaran konsumsi dengan pendapatan nasional yang diukur berdasarkan harga konstan. Keynes menulis bahwa hukum psikologis yang mesti kita yakini tanpa ragu... adalah bahwa manusia sudah pasti, secara alamiah dan berdasarkan rata-rata, untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan mereka naik tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan mereka (Mankiw,2007). Jadi : C = f ( Yd )... (2.3) C = Konsumsi f = Fungsi Yd = Disposible income (pendapatan yang benar-benar dapat dinikmati oleh rumah tangga). Yd = Y Tx + Tr Tx = Pajak ; Tr = Transper Payment (seperti Subsidi) Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa besarnya konsumsi sangat tergantung pada besarnya pendapatan (Yd). Semakin besar pendapatan (Yd), maka semakin tinggi pula konsumsi dan sebaliknya. Keynes mengatakan apabila pendapatan makin tinggi atau meningkat, maka MPC (Marginal Propensity to Consume) tetap dan APC (Average

Propensity to Consume) akan menurun. Jadi makin tinggi income, makin kecil APC. Besarnya konsumsi adalah : C = a + byd atau C = Co + byd... (2.4) a atau Co adalah alpha atau dengan kata lain konsumsi terendah. Jadi meskipun pendapatannya nol, konsumsi sebesar a atau Co. b = Beta = MPC = Marginal Propensity to Consume Yd = Disposible Income Dimana : MPC = C Y Besarnya MPC antara 0 sampai dengan 1 atau dinotasikan 0 < MPC < 1 APC (Average Propensity to Consume) = C Y Secara singkat berikut ini disajikan beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes yang banyak disebut dalam literatur: a. Variabel nyata ; Yang dimaksud adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Dengan

kata lain adalah besarnya hubungan antara pendapatan nasional nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal. b. Pendapatan yang terjadi Dalam literatur banyak disebut bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran nasional yang terjadi (Current National Income). Penemuan ini untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud Keynes bukannya pendapatan yang terjadi sebelumnya, bukan pula pendapatan yang diramalkan akan terjadi dimasa yang akan datang. c. Pendapatan Absolut Dalam literatur banyak disebutkan bahwa dalam fungsi konsumsi Keynes; variabel pendapatan nasional yang diinterprestasikan sebagai pendapatan nasional absolut, dapat dibandingkan pula misalnya dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya. C ( harga Konstan ) Y= C C=C 0 +byd C 0 0 Y ( harga Konstan ) Gambar 2.1 : Fungsi konsumsi menurut Keynes

2.2.2 Kritik Simon Kuznets terhadap teori J.M. Keynes Penemuan empiris Simon Kuznets, mengenai fungsi konsumsi bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan (APC) dalam jangka panjang memiliki kecenderungan konstan. Ini berarti berbeda dengan asumsi kedua Keynes bahwa untuk fungsi konsumsi jangka pendek sekalipun berlaku MPC < APC. Seperti yang diasumsikan Keynes, intersep fungsi konsumsi yaitu Co, mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Bergesernya intersep keatas ini tidak tertampung oleh hipotesis pendapatan absolut Keynes. Dengan kata lain secara rinci penemuan Simon Kuznets tersebut adalah 1. Perlu dibedakan fungsi konsumsi jangka panjang (Long run Consumption Function) dengan fungsi konsumsi jangka pendek (Short run Consumption Function) karena kedua macam fungsi konsumsi tersebut dari hasil struktur empirisnya mempunyai bentuk yang berbeda. 2. Fungsi konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran keatas, kesimpulan ini apabila diungkapkan dengan menggunakan bentuk standar persamaan fungsi konsumsi : C = Co + byd, dapat dikatakan bahwa nilai Co tendensinya meningkat dari waktu kewaktu. Dari penemuan inilah, Simon Kuznets menyatakan bahwa yang dibahas oleh Keynes adalah konsumsi jangka pendek. Konsumsi jangka panjang dimulai dari nol dan konsumsi masyarakat jangka pendek berubah setiap masa atau setiap saat. Perubahan asset ini akan menambah Co sehingga dalam jangka panjang MPC = APC. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat

bahwa baik Keynes maupun Simon Kuznets melihat dari agregat, berbeda dengan pendapat Irving Fisher yang mengamati dan melihat dari individuindividu (single consumption). 2.2.3 Irving Fisher Model yang dikembangkan Irving Fisher membuat para ekonom lainnya dapat menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antar-waktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu berbeda. Menurut model ini, pendapatan konsumen dalam dua periode membatasi konsumsi di setiap periodenya. Dalam periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi yaitu : S = Y 1 C 1... (2.5 ) Dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan (termasuk bunga tabungan) ditambah pendapatan periode kedua, yaitu C 2 = (1 + r)s + Y 2... (2.6) Dengan demikian, konsumsi seseorang selama dua periode dengan dua pendapatan yang berbeda dapat dinyatakan dalam persamaan di bawah ini : C 1 + C 2 Y 2 = Y 1 + 1 + r 1 + r (2. 7)

2.2.4 A. Ando, R. Brumberg dan F. Modigliani ( Life Cycle Hypothesis ) Asumsi yang digunakan: Umur atau usia masyarakat mempengaruhi pola perilaku konsumsinya. Dissaving bisa ditutup oleh saving tahun sebelumnya. C,Y t p C Co b Y 0 Y B T P Mt = Waktu Gambar 2.2 : Fungsi konsumsi menurut Life Cycle Hypothesis Dari gambar di atas terlihat bahwa begitu seseorang lahir, ia sudah mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup yang menuntut untuk dipenuhi, meskipun jelas usia tersebut ia sama sekali belum dapat berpartisipasi dalam pembentukan produk nasional. Ini berarti pendapatan sebesar nol dan jumlah pengeluaran konsumsinya positif, memaksa orang tersebut melaksanakan dissaving. Baru setelah dewasa dan memasuki angkatan kerja ia dapat memperoleh pendapatan dan pada usia B baru lagi terjadi dissaving kemudian pendapatan tersebut meningkat sehingga terjadi saving sampai dengan umur P. Bila umurnya masih panjang, maka kembali terjadi dissaving.

Mengenai sumber pendapatan, Ando, Brumberg, dan Modigliani membedakan dua sumber pendapatan yaitu tenaga kerja sebagai sumber labour income dan kekayaan sebagai sumber property income. Y = Y L + Y P... (2.8) Prinsip dari asumsi hipotesis siklus hidup adalah bahwa individu selalu berusaha untuk mencari maksimisasi dari nilai sekarang terhadap kepuasan hidup dengan kendala anggaran yang terbatas. Kendala anggaran adalah sebanding dengan kekayaan yang dimiliki individu pada masa sekarang ditambah nilai dari penghasilan yang diharapkan dari pekerjaan setiap individu. Teori ini meramalkan bahwa konsumsi masyarakat pada setiap periode adalah sangat bergantung pada harapan tentang pendapatannya selama hidup. Hal ini berarti bahwa fluktuasi yang terjadi terhadap pendapatan berhubungan dengan kesinambungan masa datang. Tahap ini adalah penentu yang paling penting dalam perilaku tabungan. Oleh karena itu individu akan secara bijak melakukan konsumsi pada saat mereka hidup, yaitu dengan cara melakukan tabungan pada masa muda dan mengambil tabungan pada saat usia lanjut (Modigliani, 1986). Modigliani juga menjelaskan pernyataan di atas dalam sebuah bentuk fungsi konsumsi setiap orang sepanjang tahun sebagai berikut : C = (W + RY) / T atau C= (1/T) W + (R/T) Y... (2.9)

Model siklus hidup juga meramalkan bahwa peningkatan dalam pertumbuhan pendapatan perkapita akan juga turut mendorong terhadap peningkatan tabungan secara agregat. Hal ini terjadi karena sumber-sumber pada masa hidup dan tabungan lebih besar pada saat masih usia produktif daripada pada masa usia lanjut. 2.2.5 Milton Friedman (Permanent Income Hypotesis) Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen bersikap rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh selama hidupnya diantara kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola-pola konsumsi yang kurang lebih merata dari waktu kewaktu. Milton Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi permanen seseorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya. Dalam bentuk matematis dapat diungkapkan : Cp = K Yp... (2.10) Cp = Konsumsi permanen K = Angka konstan yang menunjukkan bagian pendapatan permanen yang dikonsumsi. Ini berarti 0 < k < 1 Yp = Pendapatan permanen ; Dari uraian di atas jelaslah sekarang bahwa seperti halnya Ando, Brumberg, Modigliani, Milton Friedman dan begitu juga nantinya Duessenbery berhasil memberikan dasar teoritik untuk kedua fungsi konsumsi yang ditemukan secara empirik oleh Simon Kuznets.

2.2.6 James Duessenbery James Duessenbery mengemukakan pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh besarnya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Ia berpendapat bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi saving. Selanjutnya Duessenbery juga sependapat dengan penemuan Kuznets bahwa untuk setiap income yang dicapai mempunyai fungsi konsumsi jangka pendek sendiri sendiri. Faktor faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi : a. Distribusi pendapatan nasional. b. Banyaknya kekayaan masyarakat dalam bentuk alat- alat likuid. c. Banyaknya barang barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat. 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan Menurut ekonom klasik, seperti Adam Smith, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan pembayaran dari tidak dilakukannya konsumsi, imbalan dari kesediaan untuk menunggu dan tidak dilakukannya konsumsi dan pembayaran atas penggunaan dana. Oleh karena itu, jika tingkat bunga naik, jumlah tabungan juga akan meningkat. Tingkat bunga ditentukan dari titik keseimbangan antara tabungan dan investasi.

Alfred Marshall dari kaum neoklasik mengemukakan bahwa terdapat faktor ekonomi dan non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktor-faktor ekonomi tersebut, dia menekankan pada tingkat bunga, walaupun mungkin saja terdapat keadaan dimana tetap ada tabungan pada saat tingkat bunga negatif. Selain tingkat bunga, pendapatan juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan nasional. Pendapat tersebut dikemukakan oleh J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung. 2.4 Teori Equivalensi Ricardian Teori ini merupakan pengembangan dari teori pendapatan permanen dan hipotesis siklus hidup (Permanent Income and Life Cycle Hypotesis atau PILCH). Dalam teori ini dinyatakan bahwa belanja pemerintah, pajak dan utang pemerintah yang tidak ada dalam PILCH diintroduksikan ke dalam model. Kesimpulan dari teori ini adalah kebijakan defisit anggaran tidak mempunyai pengaruh terhadap perekonomian. Termasuk di dalamnya investasi, suku bunga dan tingkat harga. Dalam teori Equivalensi Ricardian diasumsikan bahwa dalam perekonomian hanya terdapat satu pelaku ekonomi (a representative agent) yang hidup sepanjang

waktu (infinite horizon). Secara umum model Equivalensi Ricardian dapat diformulasikan sebagai berikut :semua rumah tangga yang hidup dalam pasar uang sempurna akan memaksimalkan fungsi utilitasnya. (Seater, 1993) : U (t) = i= 0 u( C t i i ) δ... (2.11) Rumah tangga menghadapi kendala anggaran yaitu : i= 0 ( Y i t i Gt i ) R = i= i R Ct i 0... (2.12) Di mana U = utilitas rumah tangga, C = konsumsi rumah tangga, mewakili preferensi waktu serta R yang sama dengan (1/(1+r)) mewakili faktor diskonto, sedangkan r adalah suku bunga, (Y-G) adalah pendapatan yang siap dibelanjakan yang merupakan selisih antara pendapatan nasional dikurangi pajak atau semua pengeluaran pemerintah dibiayai dengan pajak (G=T). Ekonom berusaha untuk melihat pengaruh agregat dari kebijakan fiskal dalam tiga perspektif prinsip untuk memperjelas perbedaan diantara model dalam hal defisit anggaran dan pengaruhnya terhadap variabel ekonomi lain. Menurut teori Equivalensi Ricardian, pemotongan pajak yang didanai utang (defisit anggaran) tidak mempengaruhi konsumsi. Rumah tangga menabung kelebihan pendapatan disposibel untuk membayar kewajiban pajak masa depan yang ditunjukkan oleh pemotongan pajak. Kenaikan dalam tabungan swasta ini akan mengoffset penurunan tabungan publik. Tabungan nasional, jumlah tabungan swasta dan publik, tetap sama. Karena itu pemotongan pajak tidak memiliki dampak (terhadap jumlah tabungan nasional itu

sendiri, tingkat bunga, nilai tukar dan produksi domestik masa yang akan datang atau pendapatan nasional masa yang akan datang) seperti yang diprediksi analisis tradisional (Mankiw, 2007). Sementara itu Manurung (2006), menyatakan ketika terjadi defisit fiskal maka pengendalian moneter menjadi penting dan tekanan terhadap sistem keuangan akan terjadi. Pengeluaran yang lebih besar dari penerimaan pemerintah mengakibatkan penjualan obligasi pemerintah kepada masyarakat. Penjualan obligasi dan uang inti kepada masyarakat akan meningkatkan penerimaan pemerintah melalui pajak inflasi dan pajak bunga terhadap pemegang uang dan obligasi pemerintah. Model kedua adalah small open economy. Menurut pandangan model ini defisit anggaran akan menurunkan tabungan nasional, tapi modal internasional yang masuk akan menutupi penurunan tabungan nasional. Menurut model ini defisit anggaran akan meningkatkan pinjaman dari luar negeri dan karena itu akan mengurangi pendapatan nasional yang akan datang, tapi defisit tidak akan berpengaruh pada tingkat bunga atau produksi domestik masa yang akan datang. Model ketiga sering disebut dengan pandangan konvensional yang menyatakan bahwa defisit anggaran akan mengurangi tabungan nasional dan selanjutnya penurunan investasi domestik. Menurut model ini defisit anggaran dan investasi swasta terjadi crowding out dan sebagian terjadi peningkatan pinjaman luar negeri, yang mana kedua-duanya mengurangi pendapatan nasional dan produksi domestik masa yang akan datang.

2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Nasional Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat terlihat dari pendapatan yang diterima oleh pemerintah negara tersebut dan kinerja perekonomian selama periode satu tahun. Pendapatan pemerintah dan anggaran lainnya dialokasikan sebagai dana pembangunan sesuai kebijakan yang berlaku. Dana pembangunan juga dapat diperoleh dari tabungan pemerintah dan pinjaman luar negeri. Seperti telah dijelaskan sebelumnya tabungan pemerintah merupakan selisih lebih penerimaan dalam negeri terhadap anggaran rutin. Masalahnya tabungan pemerintah (apalagi di negara-negara berkembang) tidak mencukupi untuk membiayai pembangunan. Biasanya untuk mencegah defisit anggaran, kebijakan yang ditempuh pemerintah adalah dengan selalu menjajaki kemungkinan untuk memperoleh bantuan luar negeri. Di tengah serangkaian pemikiran dan perdebatan tentang penolakan terhadap ketergantungan terhadap hutang luar negeri, maka sumber pembiayaan domestik menjadi isu yang menarik. Jika dibandingkan dengan sumber eksternal dalam pembiayaan pembangunan, menggantungkan harapan pada sumber-sumber domestik memang relatif lebih aman terhadap fluktuasi perekonomian global. Di Indonesia

bantuan luar negeri yang diterima pemerintah tercatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai penerimaan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, akan mempengaruhi berbagai target, termasuk penciptaan lapangan kerja dan juga masalah kemiskinan. Kembali kepada masalah pembangunan ekonomi beserta dengan pembiayaannya, pinjaman luar negeri biasanya timbul karena suatu negara mengalami kekurangan kapital karena sumbersumber dana di dalam negeri memang sedikit. Bagi negara-negara sedang berkembang yang ingin mempercepat laju pertumbuhan ekonominya agar dapat menyamai tingkat hidup di negara-negara yang sudah maju, investasi dalam jumlah yang besar perlu dijalankan, sehingga hasilnya tidak akan hanya diserap oleh pertambahan penduduk saja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya tingkat investasi adalah rendah (4 persen sd. 5 persen pertahun dari pendapatan nasional) sehingga negara-negara tersebut seringkali berada pada perangkap pendapatan seimbang yang rendah (Suparmoko, 2000). Menurut Solow, (1956, constant savings rate growth model) dalam PPE FE UGM (2004), pengenaan pajak dapat menurunkan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya mengenakan pajak atas konsumsi daripada menetapkan pajak pada investasi yang produktif. Pembiayaan dengan utang publik juga berpengaruh terhadap pertumbuhan karena adanya efek pengeluaran. Peningkatan defisit publik yang dibiayai melalui utang dapat mengurangi investasi swasta dan atau berkurangnya pendapatan dari luar. Namun hal ini tergantung dari efek defisit publik pada tingkah laku tabungan di sektor swasta.

2.6 Pendapatan Nasional dan Tabungan Nasional Tabungan nasional adalah tabungan yang berasal dari tabungan masyarakat (private saving) dan tabungan pemerintah (public saving). Model pertumbuhan ekonomi klasik menjelaskan hubungan antara tingkat tabungan dan penggunaan kapital serta output. Dalam model ekonomi neo klasik, tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat akumulasi kapital, dan akumulasi kapital ditentukan oleh tingkat tabungan nasional dan tingkat depresiasi dari kapital. c = y sy atau c = (1 s)y... (2.13) selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan (2.13) kepada y = c + i, maka akan diperoleh : y = (1 s)y + i dimana i = sy... (2.14) Dalam jangka panjang model pertumbuhan solow, equilibrium terjadi pada saat output dan kapital konstan. Kedua variabel ini menjadi variabel endogen dan yang menjadi variabel eksogen dalam model solow adalah tingkat tabungan. Sebagaimana diketahui fungsi produksi untuk setiap persediaan modal k tertentu adalah y = f(k) dan dengan mensubstitusikan persamaan (2.14) yang mengandung arti investasi per pekerja (i) sama dengan sy, maka diperoleh persamaan : (i = s*f(k))... (2.15) Selanjutnya perubahan persediaan modal adalah investasi dikurangi depresiasi kapital yang dinyatakan dalam bentuk persamaan :

Δk = i δk... (2.16) Oleh karena investasi (i) sama dengan s*f(k), maka kita dapat menyusun persamaan perubahan persediaan modal sebagai berikut : Δk = s*f(k) δk (2.17) Dari persamaan (2.17) dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan output tergantung pada tingkat tabungan dan tingkat depresiasi dari kapital. Bila akumulasi modal yang terbentuk lebih kecil daripada depresiasi yang terjadi maka output akan mengalami penurunan. Sebaliknya jika akumulasi kapital yang terbentuk lebih besar dari depresiasi kapital maka pertumbuhan output akan terjadi. Kondisi tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini : Gambar 2.3 : Hubungan Output, Tabungan dan Depresiasi kapital

Perubahan dalam laju pertumbuhan produktivitas bisa juga mempunyai efek besar terhadap angka tabungan nasional. Hayashi dan Prescott (2002), sebagai contoh, telah menemukan bahwa kemunduran produktivitas pada 1990-an menyebabkan kemunduran besar investasi di Jepang. Peningkatan dalam perdagangan internasional akan mendorong ke arah peningkatan tabungan dan neraca perdagangan. 2.7 Faktor Demografi Hipotesis siklus hidup menyoroti pentingnya struktur populasi penduduk. Jika proporsi tertinggi dari populasi adalah penduduk usia bekerja terutama jika pada puncak mendapat gaji tahunan, maka seharusnya kondisi ekonomi juga memperlihatkan tingkat tabungan privat yang tinggi. Hal ini disebabkan para pekerja harus mempersiapkan diri bila mereka pensiun. Sebaliknya, ketika para pekerja ini mencapai umur yang tidak produktif lagi atau pensiun maka akan terjadi apa yang disebut dissaving (atau, sedikitnya, mengkonsumsi jumlah yang lebih besar dari pendapatannya), kemudian tingkat tabungan secara agregat akan mengalami kemerosotan. Sementara itu, Coale menunjukkan dua akibat buruk dari pertambahan penduduk yang cepat terhadap tabungan masyarakat yaitu akan mengurangi jumlah tabungan yang diciptakan oleh tiap-tiap anggota masyarakat dan mengurangi kemampuan pemerintah untuk menabung karena jumlah pajak yang dapat dikumpulkan semakin sedikit (Sukirno, 2007).

Berbagai literatur berusaha ekstensif untuk menghubungkan variabel demografis terhadap perilaku tingkat tabungan. Menurut Lane dan Milesi-Ferretti (1999) demikian pula Higgins (1998) struktur demografis adalah bagian penting dalam menjelaskan evolusi posisi dari asset luar negeri bersih dan posisi neraca berjalan antar negara-negara. Angka tabungan adalah secara negatif dipengaruhi oleh tingkat angka ketergantungan (dependency ratio) tinggi atau rasio populasi berusia lanjut, karena tingkat ketergantungan dan rasio penduduk usia lanjut mengkonsumsi lebih daripada yang mereka hasilkan serta tergantung pada barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh usia produktif dalam perekonomian. Faktor-faktor demografis telah menjadi hal yang spesifik ditetapkan dalam fungsi tabungan pada banyak penelitian empiris. Angka kelahiran kasar adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat tabungan. Pengaruh faktor demografis ini bisa dalam berbagai arah. Di negara-negara dengan pendapatan rendah, Kuznets (1960) menemukan adanya suatu pengaruh yang besar dan negatif angka kelahiran murni terhadap tingkat tabungan. Sebuah kenyataan bahwa banyak anak akan lebih menimbulkan tekanan terhadap konsumsi rumah tangga yang mungkin terjadi, dengan asumsi faktor lain adalah tetap. Di negara berkembang, pertumbuhan penduduk lebih dirasakan sebagai penghambat pembangunan ekonomi. Pengangguran yang tinggi, tingkat pendapatan perkapita yang rendah, jaringan pengangkutan yang masih belum sempurna, kekurangan tenaga terdidik dan entrepreneur serta terbatasnya dana untuk penanaman modal merupakan ciri penting negara berkembang yang menyebabkan pertumbuhan

penduduk lebih merupakan penghambat pembangunan ekonomi. Selain itu di negara berkembang dalam kegiatan menghasilkan barang-barang ekspor, efek kenaikan produktivitas tehadap pendapatan para pekerja adalah sangat minimal karena adanya tekanan penduduk dan kelebihan tenaga kerja. Sebagai akibatnya harga barang industri lebih cepat mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga bahan mentah yang dihasilkan negara berkembang (Sukirno, 2007). Penelitian yang dilakukan Rehana (1993), menyatakan bahwa struktur usia penduduk dari suatu negara juga mempengaruhi angka tabungan. Jika proporsi tertinggi dari populasi adalah usia produktif, maka ekonomi mempunyai tingkat tabungan privat yang tinggi (hipotesis siklus hidup). Proporsi yang lebih tinggi dari kelompok usia anak-anak dan usia lanjut terhadap usia produktif dalam suatu perekonomian negara akan sangat berhubungan erat dengan rendahnya tingkat tabungan privat pada negara tersebut. Kelley (1976) berpendapat bahwa pengaruh peningkatan angka kelahiran pada tingkat tabungan tergantung pada tingkat pembangunan yang terjadi dinegara tersebut. Di negara-negara dengan tingkat pendapatan masyarakatnya lebih lemah atau miskin, kehidupan mereka hanya dapat mencapai kondisi kehidupan subsisten. Hal ini berarti pendapatan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Terjadinya peningkatan jumlah anak dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan mereka dan selanjutnya akan menghasilkan produktifitas yang rendah dari masyarakatnya. Hal ini akan meningkatkan tekanan

terhadap tabungan masyarakat. Sementara itu di negara-negara berpendapatan tinggi, tambahan anak dalam keluarga hanya akan mengurangi sedikit tabungan mereka. 2.8 Penelitian Terdahulu Braun et. al (2007), selama 1990-an, meneliti bahwa negara Jepang mulai mengalami perubahan demografis yang lebih besar dan lebih cepat dibandingkan negara-negara OEDC lain. Di masa yang akan datang peranan faktor demografi bahkan menjadi lebih penting. Perubahan demografis ini menjadi perhatian ekstra bagi masa depan mereka dengan dilakukannya beberapa penelitian tentang pengaruh tingkat kelahiran yang rendah dan usia lanjut terhadap tingkat tabungan nasional Jepang. Penelitian Braun tersebut menggunakan satu model keseimbangan umum untuk meneliti respon dari angka tabungan nasional untuk mengubah demografi dan faktor total produktivitas. Menurut penelitian ini, proyeksi rata-rata tingkat tabungan penduduk Jepang tidak akan melampaui 5,2 persen dalam sisa tahun pada abad 21. Dalimunthe (2006) meneliti determinan yang mempengaruhi tabungan nasional di Indonesia dengan menggunakan OLS dinamis selama kurun waktu 1985-2004. Determinan yang diteliti adalah pertumbuhan ekonomi, suku bunga, pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan. Variabel suku bunga dan pendapatan perkapita juga memiliki pengaruh yang positif meski

tidak signifikan terhadap total tabungan. Sementara itu pengaruh variabel pengeluaran pemerintah terhadap tabungan nasional adalah negatif dan signifikan. Darmawan (2006) meneliti tabungan masyarakat antar daerah di Indonesia. Menurutnya Pendapatan masyarakat yang dicerminkan oleh Produk Domestik Regional Bruto tetap merupakan determinan pokok dari tabungan masyarakat. Dari seluruh persamaan estimasi, variabel pendapatan memiliki dampak positif signifikan terhadap tingkat tabungan masyarakat antar daerah di Indonesia. Determinan tabungan yang lain yaitu tingkat suku bunga menunjukkan hasil positif meskipun tingkat signifikansinya rendah. Selain itu peranan faktor demografi dalam pembentukan tabungan yang diproksi dengan angka beban tanggungan baik usia muda maupun tua menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan penemuanpenemuan terdahulu. Beban tanggungan usia muda ditemukan berdampak negatif signifikan di berbagai daerah di Indonesia. Beban tanggungan usia muda tidak berpengaruh terhadap tabungan ditemukan hanya di daerah penghasil migas secara nasional dan daerah KB penghasil migas. Sementara itu, beban tanggungan usia tua justru berdampak positif terhadap tabungan di beberapa daerah penghasil migas secara nasional. Untuk daerah yang bukan penghasil migas, beban tanggungan usia tua menunjukkan tanda negatif signifikan. Chun (2006), meneliti tentang pengaruh kebijakan fiskal terhadap tingkat tabungan nasional di Korea Selatan dengan menggunakan model life cycle dan menemukan fakta bahwa dalam jangka panjang ketidakseimbangan dalam anggaran belanja akan menurunkan tingkat tabungan nasional di Korea Selatan.

Nasir dan Khalid (2005) melakukan penelitian tentang faktor penentu tingkat tabungan di Pakistan dan juga meneliti tentang faktor- faktor yang menentukan tingkat investasi yang terjadi di Pakistan. Penelitian ini juga menjadi rujukan peneliti menentukan model dan variabel penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Hasil penelitian mereka menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Defisit anggaran belanja pemerintah dan investasi pemerintah hasilnya tidak signifikan dalam menentukan tabungan nasional Pakistan. Tidak terjadi Equivalensi Ricardian dan tingkat tabungan tidak berhubungan dengan hasil investasi yang dilakukan pemerintah. 2. Penduduk Pakistan berpenghasilan tinggi cenderung memiliki jumlah tabungan yang tinggi dan hal ini sesuai dengan teori efek Mckinnon. Penelitian ini juga menyarankan agar pemerintah berusaha sungguh-sungguh meningkatkan produk domestik bruto karena fakta menunjukkan pertumbuhan produk domestik bruto mendorong pertumbuhan tingkat tabungan yang lebih besar. Kondisi tabungan nasional yang lebih baik akan berpengaruh positif terhadap investasi dan peningkatan investasi ini pada akhirnya akan meningkatkan produk domestik bruto. 3. Perilaku tabungan di Pakistan tidak responsif terhadap perubahan tingkat bunga. Hal ini disebabkan sebagian besar orang menabung hanya untuk mencukupi kebutuhan mereka di masa depan, misalnya: pendidikan, perkawinan dan lainlain. Oleh karena itu diperlukan restrukturisasi perbankan untuk menarik lebih banyak orang menabung.

4. Kiriman uang dari penduduk yang bekerja dari luar negeri mempengaruhi tabungan secara positif dan signifikan. Perlu dikaji secara mendalam kebijakankebijakan yang lebih efektif dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di luar negeri. 5. Tidak ditemukan efek Harberger-Lawrson-Meltzer dalam kasus tabungan nasional Pakistan, misalnya: peningkatan neraca perdagangan tidak mempengaruhi jumlah uang tabungan secara signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan peninggalan beban hutang di masa lampau. 6. Investasi publik dan asing menghapus efek negatif tingkat bunga yang terjadi pada investasi swasta. Untuk itu diperlukan penelitian ulang hubungan antara tingkat bunga dan investasi. 7. Return On Investment (ROI) adalah satu faktor penentu penting dari investasi. 8. Ekspektasi memegang peran penting didalam keputusan investasi. Segala bentuk ketidakpastian direfleksikan melalui peningkatkan harga (seperti: bahan baku, biaya energi dan lain-lain) akan mendorong penurunan investasi. 9. Tabungan domestik adalah satu sumber utama investasi, sementara di sisi lainnya tabungan asing tidak efektif untuk investasi di Pakistan. 10. Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan untuk mendukung peningkatan di dalam tabungan domestik daripada meningkatkan kepercayaan asing untuk berinvestasi. Gale and Orszag (2004), menemukan hubungan antara defisit anggaran dengan tabungan nasional dan tingkat bunga di Amerika Serikat. Defisit anggaran