BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar negara Indonesia adalah laut. Berbagai ukuran geostatistik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan dipelajari. Morgan et.al dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Kementrian Perindustrian, 2015). Bahan baku plastik terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat perlu. Dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. salon, dan pekerja tekstil dan industri rumahan (home industry). Pada. pekerja per tahun. (Djuanda dan Sularsito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku tujuan

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2014 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah sekitar

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PT HARTA SAMUDRA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA AMBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli


Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL DI KELURAHAN MERDEKA KOTA MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi dengan kawasan yang berfokus

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktifitas

BAB I PENDAHULUAN. nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah tetap menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan masyarakat pekerja Indonesia di masa depan, yang penduduknya

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, terutama persaingan dalam berbagai hal. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko

LAMPIRAN I. No. Responden : Tanggal Wawancara : I. KARAKTERISTIK RESPONDEN. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Lama bekerja : Jam/hari

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar negara Indonesia adalah laut. Berbagai ukuran geostatistik menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, luas wilayah lautnya mencapai 5,8 juta km² dan garis pantainya 81.000 km. Dimasa mendatang ada kecendrungan bahwa era kelautan akan timbul kembali. Sebagai negara maritim, Indonesia kaya akan sumber daya lautnya seperti perikanan (Basri, 2007). Potensi perikanan merupakan potensi yang besar untuk pengembangan industri pengolahan hasil perikanan. Sektor kelautan merupakan sektor yang mengelola dan mengembangkan sumber daya kelautan dan kegiatan penunjangnya secara berkelanjutan (Budiharsono, 2005). Sektor informal adalah sektor kerja yang belum terorganisir dengan baik, sehingga segala peraturan dan perundangan ketenaga kerjaan belum dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu kesehatan dan keselamatan kerja belum dapat dipantau pada sektor ini. Pada sektor informal tidak menggunakan pola kegiatan yang diatur oleh sistem-sistem manajemen profesional, baik dalam arti jam kerja, permodalan, maupun penerimaannya. Umumnya mempekerjakan tenaga dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama (Depkes RI, 1994).

Timbulnya sektor informal adalah akibat dari meningkatnya angkatan kerja disatu pihak, dan menyempitnya lapangan kerja dipihak yang lain. Hal ini berarti bahwa lapangan kerja yang tersedia tidak cukup menampung angkatan kerja yang ada. Akibatnya golongan masyarakat ini secara naluri mencoba usaha kecil-kecilan sesuai dengan kebiasaan mereka, guna memperoleh nafkah bagi dirinya sendiri atau bagi keluarganya (Yustika, 2000). Meluasnya fenomena sektor informal dan informalisasi tenaga kerja di Indonesia merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini dipandang positif dalam kerangka perekonomian sebagai unsur dinamis yang patut dipelihara dan ditumbuhkembangkan. Struktur relasi buruh-majikan informal yang diwarnai oleh perjanjian lisan, kualitas sumber daya yang rendah, telah memunculkan karakter sektor ekonomi informal yang tidak menguntungkan bagi perlindungan sosialekonomi buruhnya (Safaria, 2003). Pekerja di sektor informal belum dapat dipantau untuk masalah keselamatan dan kesehatan kerjanya sehingga pekerja di sektor ini berisiko untuk mengalami gangguan kesehatan akibat kerja, salah satu gangguan kesehatan akibat kerja yang ditemukan pada pekerja di sektor informal adalah dermatitis kontak akibat kerja (ICOHIS, 2006). Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit (Robin, 2005). Dermatitis kontak merupakan penyakit inflamasi akut atau kronik yang diakibatkan oleh agen yang berasal dari lingkungan kerja dan akibat kontak atau paparan dengan bahan kimia

atau bahan lainnya yang berlebihan (Suma mur, 2009). Iritasi kulit adalah kondisi pada kulit yang muncul akibat kontak yang berkepanjangan dengan zat kimia atau faktor lainnya. Setelah beberapa waktu kulit akan mengering, terasa nyeri, mengalami perdarahan, dan pecah-pecah (Widyastuti, 2006). Dermatitis kontak akibat pekerjaan (occupational contact dermatitis) secara medis dapat diartikan sebagai dermatitis kontak dimana pekerjaan merupakan penyebab utama atau salah satu diantara faktor-faktor yang menyebabkan dermatitis kontak tersebut (Fregert, 1986). Kecamatan Tanjung Tiram yang merupakan bagian wilayah administratif Kabupaten Batu Bara, terletak di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Tanjung Tiram berada di daerah pinggiran pantai. Karena daerahnya terletak dipinggiran pantai, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dari hasil laut atau nelayan. Hal ini menyebabkan banyak berkembang pekerja sektor informal di daerah Kecamatan Tanjung Tiram (Profil Kecamatan Tanjung Tiram, 2012). Pekerja sektor informal di wilayah Kecamatan Tanjung Tiram selain berprofesi sebagai nelayan, juga membuat usaha perdagangan hasil laut dengan cara mengirimkannya ke kota atau keluar negeri. Hasil melaut dari nelayan setempat dijual pada pemborong yang akan dikirim ke kota. Para pemborong ini juga mempekerjakan pekerja yang akan memilah hasil laut yang telah dibeli dari nelayan. Setelah dipilah, dilakukan proses pengemasan hasil laut (ikan, udang atau cumi) sebelum dilakukan proses pengiriman untuk dipasarkan.

Menurut Bourke et.al (2001) di Amerika 120 per 100.000 penata rambut setiap tahunnya mengalami dermatitis kontak akibat kerja. Data di Inggris menunjukkan 1,29 kasus per 1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Pengamatan yang dilaksanakan pada berbagai jenis pekerjaan di berbagai Negara barat mendapatkan insiden terbanyak terdapat pada penata rambut 97,4%, pengolah roti 33,2% dan penata bunga 23,9% (Soebaryo, 2006). Menurut Riset Kesehatan Dasar (2007) prevalensi di Indonesia untuk dermatitis adalah 6,8%. ICOHIS (2006) menyatakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan ada berbagai gangguan kesehatan akibat kerja yang ditemukan pada sektor informal, misalnya dermatitis kontak pada perajin kulit (22%), perajin alas kaki ( 20,8%), nelayan ( 20,8%) dan batu bata (17,2%) (Depkes RI, 2008). Hasil penelitian Schmitz et.al (2005), bahwa dermatitis kontak terjadi pada telapak tangan pekerja (37,5%) dan mayoritas (59%) terjadi pada pelukis dan pekerja salon. Hasil penelitian Handayani (2007) menjelaskan bahwa dari 300 pedagang ikan segar di Pasar Raya Kota Padang didapat prevalensi dermatitis kontak pada pedagang tersebut sebesar 18%. Hasil penelitian Aswin (2010) menyatakan bahwa pada pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan akibat kerja di daerah Kecamatan Tanjung Tiram adalah sakit pada pinggang sebanyak 35 orang (85.4%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 31 orang (75.6%), jari tangan mengkerut sebanyak 32 orang (78.1%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 36 orang (87.8%).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan, di Kecamatan Tanjung Tiram terdapat 4 (empat) lokasi pengemasan ikan, masing-masing tempat memiliki jumlah pekerja yang berbeda-beda berdasarkan besarnya modal yang dimiliki oleh pemborong. Lokasi pengemasan I memiliki 5 orang pekerja, lokasi II memiliki 3 orang pekerja, lokasi III memiliki 11 orang pekerja, lokasi IV memiliki 13 pekerja dan, jadi jumlah pekerja pengemasan ikan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram berjumlah 32 orang. Lokasi pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram ini memiliki lemari untuk penyimpanan es, perlengkapan untuk es seperti gergaji, pisau dan alat penggerek es serta mesin penggiling es, tetapi tidak semua tempat pengemasan ikan memiliki mesin penggilingan es, dari 4 (empat) lokasi pengemasan ikan, terdapat 2 (tiga) lokasi pengemasan ikan yang memiliki mesin penggilingan es. Para pekerja pengemasan ikan ini bekerja pada jam kerja yang tidak teratur, jika hasil melaut dari nelayan sedikit, maka hasil laut yang akan dikemas oleh pekerja pengemasan ikan juga sedikit, tetapi jika hasil melaut nelayan besar, maka hasil laut yang akan dikemas oleh pekerja juga banyak. Dalam keadaan normal atau jika hasil melaut nelayan sedikit, pekerja pengemasan bekerja dari pukul 08.00-22.00 WIB, tetapi jika hasil melaut nelayan besar, maka pekerja bekerja dari pukul 08.00-23.30 wib. Proses kerja pengemasan ikan ini rata-rata menghabiskan waktu sekitar ± 3-4 jam. Jika dihitung pada keadaan normal jam kerja dari pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram ini sekitar 14 jam dan bekerja selama 7 hari dalam seminggu tanpa hari libur.

Proses kerja dari pengemasan ikan ini menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam dalam satu kali proses pengemasan ikan. Ikan yang datang dari nelayan diletakkan di atas meja, kemudian dilakukan proses pembersihan, setelah ikan selesai dibersihkan, ikan kemudian dipilah sesuai dengan jenis dan besarnya masing-masing dan diletakkan didalam keranjang. Ikan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan, selanjutnya dilakukan proses pengemasan ikan. Pada proses pengemasan ini ikan dimasukkan kedalam peti pelastik yang sudah diletakkan sebuah kantong plastik besar yang telah dilapisi oleh bongkahan-bongkahan es yang sudah dihaluskan dengan menggunakan mesin penggilingan es. Pekerja pegemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti disalah satu tempat pengemasan ikan diperoleh sebagian besar pekerja pengemasan ikan mengalami keluhan gatal-gatal, kulit keras dan mengkerut serta nyeri pada tangan dan jari serta tidak ada satupun pekerja pengemasan ikan yang menggunakan fasilitas kerja berupa alat pelindung diri sarung tangan dan hanya menggunakan sepatu boots serta tidak tersedia wastafel dan sabun mandi di tempat peneliti melakukan survei awal. Hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang pekerja pengemasan ikan mengenai pengetahuan tentang iritasi kulit diperoleh bahwa pengetahuan pekerja pengemasan ikan rendah didasarkan atas beberapa pertanyaan yaitu: iritasi kulit pada pekerja pengemasan ikan adalah iritasi yang disebabkan oleh proses pekerjaan pengemasan ikan, iritasi kulit adalah iritasi yang diperoleh dari pekerjaan karena faktor kontak langsung dengan air, ikan dan es yang berulang-ulang saat melakukan proses kerja

pengemasan ikan, dan kulit kemerahan, gatal-gatal, kasar, mengkerut dan pecahpecah adalah gejala iritasi kulit. Sebanyak 3 orang pekerja pengemasan ikan yang peneliti wawancara memberikan tanggapan negatif atau tidak mengetahui tentang iritasi kulit akibat dari pekerjaan pengemasan ikan. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya), sedangkan sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi bersangkutan. Pengetahuan yang rendah secara tidak langsung akan diikuti oleh sikap yang rendah pula terhadap sesuatu objek yang dilihat atau diketahui, pengetahuan pekerja pengemasan ikan yang rendah dapat dipengaruhi oleh pendidkan dari pekerja pengemasan ikan yang mayoritas berpendidikan rendah (tidak tamat SD, SD dan SMP). Melihat keadaan dari kondisi di atas perlu dilakukan tindakan pencegahan agar pekerja khususnya pekerja pengemasan ikan tidak mengalami iritasi kulit karena pekerjaan mereka walaupun seperti yang kita ketahui bahwasanya data kesehatan tentang pekerja di sektor informal seperti pekerja pengemasan ikan khususnya di Kecamatan Tanjung Tiram ini tidak ada sama sekali karena jika pekerja pengemasan ikan mengalami gangguan kesehatan maka mereka berobat di balai pengobatan swasta setempat dan tidak ada pendataan langsung oleh puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram, sehingga kondisi ini dapat menimbulkan tidak adanya perhatian dan

perlindungan para pemborong ikan terhadap kesehatan para pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram. Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Upaya Pencegahan Terhadap Kejadian Iritasi Kulit pada Pekerja Pengemasan Ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, dalam menjalankan pekerjaannya pekerja pengemasan ikan berisiko untuk mengalami terjadinya iritasi kulit. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengetahuan, sikap dan upaya pencegahan agar pekerja pengemasan ikan tidak mengalami iritasi kulit. Berdasarkan permasalahan di atas belum diketahuinya pengaruh pengetahuan, sikap dan upaya pencegahan terhadap kejadian iritasi kulit pada pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan upaya pencegahan terhadap kejadian iritasi kulit pada pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

1.4. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan upaya pencegahan terhadap kejadian iritasi kulit pada pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi para pekerja pengemasan ikan untuk melakukan suatu tindakan pencegahan terjadinya iritasi kulit saat melakukan proses kerja pengemasan ikan. 2. Sebagai bahan masukan bagi para pemilik tempat pengemasan ikan untuk melakukan upaya perlindungan bagi pekerja pengemasan ikan. 3. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 4. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.