TINJAUAN PUSTAKA. Hewan Qurban

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk mengingatkan bahwa kita

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

FAKTOR-FAKTOR DALAM PENGGEMUKAN SAPI POTONG

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

Pelatihan Teknis Formulator Pakan Ternak Bagi Petugas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Hewan Qurban Sejarah Qurban Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya. Hewan yang disembelih pada Hari Raya Idul Adha dan hari tasyrik (11, 12, 13 Djulhijjah) ini disebut udhhiyyah (Uwaidah, 2010). Dasar hukum berqurban dalam Al-Quran terdapat pada QS. Al Kautsar ayat 2 yang artinya: Maka shalatlah karena Rabbmu dan sembelihlah qurban. Perintah berqurban juga terdapat dalam Al-Quran Surat Al Hajj ayat 34 yang artinya: Dan untuk setiap umat Kami tetapkan ibadah qurban, supaya mereka mengingat nama Allah terhadap rizki yang telah Allah karuniakan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka sesembahan kalian itu adalah sesembahan yang satu, maka hanya kepadanya lah kalian berserah diri. (Sabiq, 2008). Ukuran mampu berqurban, hakikatnya sama dengan ukuran kemampuan shadaqah, yaitu mempunyai kelebihan harta (uang) setelah terpenuhinya kebutuhan pokok (al hajat al asasiyah) yaitu sandang, pangan dan papan serta kebutuhan penyempurna (al hajat al kamaliyah) yang lazim bagi seseorang. Seseorang yang masih membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka dia terbebas dari menjalankan ibadah sunnah qurban (Al Jabari, 1994). Karakteristik Hewan Qurban Hewan yang boleh dijadikan qurban adalah unta, sapi dan kambing (atau domba). Selain tiga hewan tersebut, yaitu ayam, itik dan ikan, tidak sah untuk dijadikan sebagai hewan qurban. Hewan jantan atau betina tidak masalah disembelih saat qurban, sesuai hadist-hadits Nabi saw yang bersifat umum mencakup kebolehan berqurban dengan jenis jantan atau betina. Sesuai hadits- hadits Nabi saw, berqurban dengan kambing atau domba berumur satu tahun masuk tahun kedua, sapi (atau kerbau) berumur dua tahun masuk tahun ketiga dan unta berumur lima tahun dianggap telah mencukupi (Sabiq, 2008). Jenis hewan qurban yang paling utama adalah unta kemudian sapi untuk satu orang, bukan untuk patungan, kemudian domba (kibasy) lalu kambing, baru 3

kemudian satu unta untuk patungan tujuh orang (sepertujuh unta), lalu sepertujuh sapi. Berdasarkan segi kualitatif, yang diutamakan adalah hewan yang paling gemuk, paling banyak dagingnya, paling sempurna bentuk tubuhnya dan paling bagus rupanya. Berdasarkan hadits-hadits Nabi saw, tidak dibenarkan berkurban dengan hewan buta sebelah, menderita penyakit (dalam keadaan sakit), pincang jalannya, lemah kakinya serta kurus, tidak ada sebagian tanduk, tidak ada sebagian telinga, terpotong hidungnya, pendek ekornya (karena terpotong/putus) dan rabun matanya (Sabiq, 2008). Pemeliharaan Sapi Potong Sapi yang berkualitas tinggi dapat diperoleh dengan cara pengoptimalan pemeliharaan menggunakan sistem yang baik. Sistem pemeliharaan usaha ternak sapi potong merupakan sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya sebaik mungkin. Sistem adalah kumpulan hal atau komponen-komponen yang tersusun dalam suatu tatanan yang mempunyai keterkaitan yang teratur dari bagian-bagiannya dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu. Pemeliharaan sapi potong menurut Hernowo (2006) dibagi atas pemeliharaan intensif, semi intensif dan ekstensif. Sistem intensif yaitu pemeliharaan dengan sistem dikandangkan, berbeda dengan semi intensif dimana ternak dikandangkan pada malam hari dan dilepas di ladang pengembalaan pada pagi hari. Sementara pada sistem pemeliharaan ektensif, ternak dilepas di padang pengembalaan. Pola Produksi Pola produksi ternak sapi menurut Snapp dan Neumann (1966) diklasifikasikan menjadi cow calf program, stocker program, the finishing program dan the baby-beef program, the fat calf program dan the purebred program. Prinsip cow calf production adalah induk sapi dipelihara bersama-sama anak sapi hingga masa penyapihan yang bertujuan untuk menghasilkan anak sapi lepas sapih. Anak sapi dipelihara sampai berumur 6-10 bulan dengan bobot badan 180-292,5 kg. Cow calf production banyak dijumpai di daerah padang rumput yang luas. Sistem produksi ini dapat juga berkembang di daerah pertanian dengan sistem pemeliharaan secara intensif untuk memanfaatkan limbah pertanian yang berupa hijauan dan hasil 4

ikutan agroindustri pertanian. Keberhasilan usaha ini sangat tergantung dari calf crop, bobot sapih dan biaya produksi induk sapi (Anderson et.al., 2007). Stocker program memaksimalkan pertambahan bobot badan dengan pemanfaatan ketersediaan hijauan pakan secara kontinyu dengan biaya ekonomis. Perbaikan kualitas hijauan pakan dan pengaturan penggembalaan sapi merupakan faktor manajemen yang perlu dilakukan agar sapi mendapat pakan dengan gizi baik. Keuntungan stocker program tergantung pada harga beli dan harga jual sapi, penyusutan (shrink) sapi selama transportasi, kemampuan tumbuh sapi, kesehatan sapi dan ketersediaan hijauan pakan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pengembalian modal dalam program ini relatif cepat, periode pemeliharaan sapi dapat berlangsung selama 4-6 bulan, 2-3 periode per tahun. Sapi dipelihara sampai berumur sekitar 1 tahun yang hanya diberi pakan hijauan dengan bobot badan 292,5-382,5 kg (Bock et.al, 1991) The finishing program adalah program pemeliharaan sapi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan dan perletakan lemak hingga mencapai derajat finish serta memperbaiki mutu daging yang sesuai selera konsumen, yaitu perbaikan keempukan dan flavor daging sebagai akibat adanya perletakan marbling dalam daging. Terdapat dua metode penggemukan sapi, yaitu penggemukan sapi pastura dan feedlot (Snapp dan Neumann, 1966). Penggemukan sapi secara ekstensif di pastura adalah suatu sistem pemeliharaan sapi yang sudah berkembang sebelum tahun 1900 an. Sapi dibesarkan dan digemukan di padang rumput hingga umur sapi 4-6 tahun pada saat dipasarkan untuk dipotong. Penggemukan sapi feedlot merupakan pemeliharaan sapi secara intensif di kandang/pen dimana sapi diberi pakan utama konsentrat hingga mencapai bobot potong. Lahan, perkandangan, perkantoran, peralatan produksi, transportasi, feedmill dan bahan pakan ternak memerlukan biaya investasi serta operasional yang tinggi. Sapi bakalan yang akan digemukkan memiliki bobot hidup antara 250-360 kg dan dipelihara selama 100-300 hari hingga mencapai bobot potong antara 550-700 kg. Usaha sapi feedlot umumnya mengembangkan usaha stocker program untuk menjamin suplai sapi bakalan secara kontinyu (Lawrence et.al., 2007). Penggemukan menurut Parakkasi (1995) merupakan usaha pemeliharaan sapi potong untuk mendapatkan produksi daging berdasarkan pertambahan bobot badan 5

yang cepat dengan pemberian pakan berkualitas serta dapat memperbaiki kualitas karkas. Penggemukkan umumnya dibedakan dalam 3 kategori berdasarkan lamanya proses penggemukan, yaitu jangka waktu pendek (4 bulan/120 hari), jangka waktu panjang (8-10 bulan) dan jangka waktu sedang (4-8 bulan). Perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Usaha penggemukan sapi di Indonesia yang dilakukan oleh peternakan rakyat menggunakan sistem pengelolaan tradisional yang dikenal dengan sapi kereman. Usaha ini dimaksudkan untuk memperoleh pupuk kandang. Sistem kereman merupakan pemeliharaan sapi jantan atau kebiri selama 4-12 bulan dalam kandang tertutup diberi makanan hijau dari sisa hasil pertanian (Aziz, 1993). Pakan Ternak Pakan dalam usaha peternakan merupakan bagian yang penting dan menentukan tinggi rendahnya produksi, pertumbuhan, juga besar kecilnya keuntungan suatu peternakan. Pakan merupakan bahan yang dimakan atau dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan nutrien penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukkan, serta reproduksi (Blackely dan Bade, 1991). Pakan ternak secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan sumber serat yang mengandung serat kasar lebih dari 20%, mengandung energi dan kecernaan yang tinggi (Ernawati et.al., 2010). Konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan dan mengandung karbohidrat, protein serta lemak yang relatif banyak, tetapi jumlahnya bervariasi (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Ernawati et.al. (2010) pakan konsentrat dibedakan menjadi pakan konsentrat sumber energi dan sumber protein. Pakan konsentrat sumber energi mengandung energi tinggi (TDN>60%) dan serat kasar kurang dari 20% namun memiliki kecernaan yang tinggi. Pakan konsentrat mengandung protein kasar lebih dari 20%. Banyaknya hijauan yang diberikan saat penggemukan adalah 10% dari berat badan dan diberikan 2-3 kali sehari. Pakan penguat diberikan sebanyak satu persen dari berat badan yang diberikan 1-2 kali sehari. Pemberian air minum sebanyak 20-30 liter per ekor per hari. Sapi muda memerlukan hijauan (berdasarkan bobot kering udara) sekitar 2,5%-3% dari bobot hidupnya, sedangkan sapi dewasa hanya 1,5% 6

dari bobot hidupnya. Kebutuhan makanan ternak tergantung pada umur, bobot hidup, bangsa, tujuan produksi dan keadaan fisiologis serta lingkungan (Parakkasi, 1995). Pemilihan Sapi Bakalan Sapi yang akan digemukkan harus berkualitas baik agar mendapatkan hasil penggemukkan optimal. Sapi yang baik dapat diperoleh dengan pemilihan/penilaian sapi potong. Seleksi atau pemilihan sapi yang akan dipelihara merupakan salah satu faktor penentu dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging sapi yang berkualitas. Kriteria yang perlu diperhatikan selain umur dan bobot badan sapi untuk memilih sapi bakalan adalah bangsa, sifat genetik, kesehatan ternak dan penampilan fisik (Todingan, 2011). Setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang berbeda, baik perdagingan maupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Bangsa sapi tertentu harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat agar peternak tidak menderita kerugian akibat kondisi lingkungan yang tidak menunjang (Todingan, 2011). Menurut Williamson dan Payne (1993) penggunaan bangsa ternak asli memiliki keuntungan tersendiri, karena ternak tersebut sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat dan kemungkinan memiliki sifat genetik yang baik sehubungan dengan daya adaptasi. Seleksi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas akan memerlukan waktu yang lama, terutama pada ruminansia besar. Seleksi alam pada bangsa ternak asli di masa lalu sudah terbukti mampu menekan pengaruh tekanan stress pada ternak tersebut. Kenyataan yang terjadi di lapangan, banyak bangsa ternak asli yang kini diseleksi secara intensif. Upgrading secara terus menerus menggunakan ternak impor menyebabkan bangsa ternak asli berkurang. Bangsa ternak asli perlu dilindungi sebagai sumber variasi genetik di masa mendatang (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Noor (2008) penyebab utama hilangnya sumberdaya genetik, yaitu: (1) selalu menggunakan alasan seperti kekurangan dana untuk melakukan promosi agrobiodiversity dan fasilitas, (2) sistem pertanian yang digunakan masih tradisional, (3) kepeduliana konsumen terhadap sumberdaya genetik berkurang, (4) terjadi bencana alam, (5) penyebaran informasi hasil penelitian kepada para petani/peternak sangat minim. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas peternak. Peternak harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai 7

sumberdaya genetik, keterampilan komunikasi, kesesuaian antara kurikulum pemerintah dalam menerapkan target utama dan dalam penggunaan metode pembelajaran yang baru di masyarakat. Produktivitas ternak dinilai berdasarkan genetik dan performa. Penilaian ini sangat berguna dalam memilih sapi qurban yang dibeli oleh konsumen untuk mengetahui bahwa sapi qurban telah memenuhi syarat dan menunjukkan sapi tersebut memiliki bobot tinggi serta perlemakan yang rendah. Keterbatasan alat di lapangan menyebabkan perlunya pengetahuan mengenai penilaian ternak. Penilaian ternak yang dikenal dengan judging merupakan penilaian tingkatan ternak untuk tujuan tertentu yang dilakukan secara subyektif berdasarkan beberapa karakteristik penting (Shiddieqy, 2007). Judging dilakukan melalui tiga tahap, yaitu penilaian melalui kecermatan pandangan (visual), kecermatan perabaan (palpasi) dan penilaian melalui pengukuran tubuh. Penilaian dengan cara visual dapat dilakukan dengan mengamati sapi dari jarak dekat. Pengamatan ini dilakukan dari arah depan, atas, samping, belakang, pangkal tulang ekor, tulang duduk dan paha untuk mengetahui ketebalan daging dan ada atau perlemakan. Penilaian dengan palpasi dilakukan untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir dengan perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan serta perlemakan. Perabaan dilakukan pada bagian rusuk, tranversusprocessus tulang belakang, pangkal ekor dan bidang bahu. Penilaian tersebut dilakukan pada setiap individu dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan yang dilakukan secara objektif dengan mengisikan skor yang sesuai (Todingan, 2011). Secara umum, penampilan individu seekor ternak dapat dibedakan menjadi karakteristik kualitatif dan kuantitatif. Karakteristik kualitatif adalah suatu sifat individu yang dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok atau lebih dan pengelompokan ini jelas satu dengan yang lainnya. Karakteristik kualitatif meliputi sifat luar ternak, tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dan dikelompokkan secara jelas. Kelompok ini termasuk sifat-sifat seperti ada tidaknya tanduk, warna rambut, bentuk tanduk, bentuk telinga, bentuk ekor dan lainnya (Noor, 1996). Perilaku Konsumen Hewan Qurban Kebutuhan nasional sapi potong di Indonesia cukup tinggi. Pemenuhan kebutuhan sapi potong nasional pada tahun 2008 berasal dari dalam negeri sebesar 8

60% dan impor sebesar 40%. Melihat kondisi ini, usaha penggemukan sapi sangat potensial untuk dikembangkan meskipun konsumsi daging di Kabupaten Bogor tergolong rendah, yakni sebesar 6,1 kg/kapita/tahun (Disnakan, 2010). Menurut Dirjen Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010) populasi sapi potong di Kabupaten Bogor berjumlah 17.472 ekor yang tersebar di beberapa peternakan di wilayah Kabupaten Bogor. Kebutuhan sapi potong meningkat pada saat hari raya qurban, para peminat sapi qurban pada umumnya adalah orang-orang mampu yang telah memiliki niat serta memiliki dana yang cukup, tetapi sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengetahuan tentang ternak sapi. Konsumen hewan qurban cenderung melakukan transaksi dengan tingkat emosional yang sangat tinggi (panic buying) atau dalam bahasa sehari-hari disebut membeli karena senang. Posisi tawar konsumen sapi qurban sangat lemah, karena secara psikologis mereka sudah pasti membeli hewan (tidak mungkin menangguhkannya hingga tahun depan). Jika harga hewan kurban tidak terjangkau dengan dana yang tersedia, maka mereka akan tetap membeli dengan berganti ke hewan qurban yang lebih kecil atau murah (Tawaf, 2010). Ada 3 faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu: (1) konsumen individu yang dipengaruhi oleh kebutuhan konsumen. (2) Pengaruh lingkungan yang ditunjukkan oleh budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tatap muka (teman, anggota keluarga dan grup referensi) dan faktor menentukan yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha). (3) Marketing strategi merupakan variabel dikendalikan pemasar dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabel tersebut adalah barang, harga, periklanan dan distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran (Hamidah, 2004). 9