BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan yang telah dijelaskan dalam kajian pustaka bahwa cara untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan yang bertindak sebagai guru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery-

BAB IV HASIL PENELITIAN. satu kali diisi dengan melakukan pre test, tiga kali pertemuan diisi dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D)

BAB IV HASIL PENELITIAN. Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SKENARIO PENERAPAN. Lokasi yang akan direncanakan penulis di SMK Negeri 4 Bandung, sasaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebagai dasar dalam pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Hasil

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN...

HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SIKLUS 2

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB V PEMBAHASAN. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP tersebut telah valid dan layak digunakan dengan sedikit revisi. Walaupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran multi model (Numbered Head Together dan Problem Based

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengetahui sejauh mana keterlaksanaan aktivitas guru dalam pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah pada bulan Mei semester genap Tahun Pelajaran

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Al-Hikmah

DAFTAR ISI. Hal. i ii iv vi viii x

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Krui pada semester genap tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Saptosari,

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INTRUCTION

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pembangunan (SMK PP) Negeri Cianjur. Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK PP Negeri Cianjur.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

DAFTAR ISI Andoko Ageng Setyawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi pada dirinya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Solok tahun ajaran 2016/2017, maka diperoleh data motivasi belajar dan

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar. Matematika Materi Sistem Persamaan Linier Satu Variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa yang diberikan model pembelajaran PBL dan model CPS pada materi usaha

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI BANDING RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Negeri 2 Cilaku Kabupaten Cianjur. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen berdasarkan baik buruknya eksperimen, yaitu pra experimental dan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Kelas atau PTK. Kemmis (Atmadja, 2008:12) menjelaskan bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang Masalah...

Transkripsi:

61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sebaran Gaya Berpikir Kreatif-Kritis Berdasarkan yang telah dijelaskan dalam kajian pustaka bahwa cara untuk meningkatkan berpikir kritis yaitu dengan memulai pelajaran dengan sebuah masalah atau pertanyaan dan mengakhiri dengan latihan evaluatif singkat (Filsaime, 2008), sedangkan berpikir kreatif akan mudah terwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang untuk berpikir terbuka, sebagai contoh situasi belajar yang di bentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk memberikan ide dan pendapat (Hassoubah, 2008:70), maka seharusnya PBL dapat melatihkan semua gaya berpikir. Jika gaya berpikir kreatif dan kritis tersebut terlatih dengan baik secara seimbang, maka gaya berpikir pun akan tetap. Berdasarkan wawancara dengan ahli dalam bidang psikologi gaya berpikir tidak mudah untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Setelah dilakukan pre-test dan post-test mengenai gaya berpikir kreatif-kritis pada siswa, sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dapat dilihat pada lampiran C. 5. Dari lampiran tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.

62 Tabel 4.1 Perubahan Gaya Berpikir Siswa Gaya Berpikir Perubahan Arah Gaya Berpikir Jumlah Siswa Nominal Persentase B Kreatif 2 9,52% Tetap 2 9,52% Tetap C Kritis 2 9,52% Kreatif 3 14,28% D Kritis 1 4,76% C B Kreatif 2 9,52% Berubah B C Kritis 4 19,05% C D Kritis 5 23,81% Perubahan skor gaya berpikir menentukan arah perubahan gaya berpikir siswa. Jika nilainya turun, maka ia akan berarah ke sebelah kiri dari indikator penskoran YKreatif-Kritis, itu artinya perubahan arah berpikirnya ke arah kreatif. Sedangkan jika nilainya naik, maka ia akan berarah ke sebelah kanan dari indikator penskoran YKreatif-Kritis, itu artinya perubahan arah berpikirnya ke arah kritis. Berdasarkan data yang didapat setelah penelitian diatas, ternyata gaya berpikir siswa dapat berubah. Yang gaya berpikir dan nilai gaya berpikirnya tetap hanya 9,52%. Jika dilihat dari persentase rata-rata keterlaksanaan model PBL oleh siswa yang tidak mengalami perubahan gaya berpikir (lampiran C. 6), PBL telah

63 dilaksanakan dengan baik. Karena tidak adanya observasi lebih lanjut tentang psikis mereka, maka ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan beberapa siswa tidak berubah gaya berpikirnya, yaitu : 1. Mereka melakukan semua kegiatan dalam PBL dengan benar, sesuai dengan yang di tuntut oleh tiap tahapnya. 2. Mereka melaksanakan tiap tahapan dalam PBL tidak dengan benar, tidak sesuai dengan yang di tuntut oleh tiap tahapnya. Kedua kemungkinan ini bisa saja terjadi. Jika kemungkinan pertama yang terjadi, artinya siswa tersebut melakukan setiap tahapannya sesuai dengan tuntutan yang harus dilakukan siswa dalam tahapan-tahapan PBL. Dengan melakukan semua tahapan dengan benar, maka gaya berpikir kreatif dan kritis akan terlatih secara seimbang sehingga tidak akan merubah gaya berpikirnya. Jika kemungkinan kedua yang terjadi, jelas gaya berpikir siswa tidak akan berubah karena siswa tersebut dianggap tidak melakukan setiap tahapan dalam PBL yang akan melatihkan berpikir kreatif dan kritis. Jadi, tidak berubahnya gaya berpikir dapat terjadi jika para siswa melakukan setiap tahapan dalam PBL dengan benar atau tidak benar, yang akan terlihat dari keterlaksanaan model PBL oleh siswa dan peningkatan prestasi belajarnya. Sedangkan yang berubah gaya berpikirnya lebih banyak. Perubahan gaya berpikir ini terjadi dalam dua arah yang berlawanan. Yang menuju ke arah kritis ada 57,14% sedangkan ke arah kreatif hanya 33,32%. Lebih banyaknya siswa yang berubah ke

64 arah kritis bisa dikarenakan PBL yang diterapkan lebih menekankan pada berpikir kritis. Pemberian masalah cukup merangsang para siswa untuk berpikir kritis, karena model PBL berarti pembelajaran berbasis masalah, maka masalahlah dalam model ini yang menjadi perhatian khusus guru untuk membuat masalah yang dapat menarik minat siswa untuk belajar dan menyesuaikannya dengan materi. Memulai pelajaran dengan sebuah masalah atau pertanyaan di dalam PBL ada pada tahap 1: orientasi siswa pada masalah. Dan latihan evaluatif singkat pada tahap ke-5 (analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah) dalam PBL juga membuat siswa berpikir kritis dengan mengaplikasikan yang telah mereka pelajari untuk menyelesaikan soal-soal pada post-test. Seperti dijelaskan pada kajian pustaka, salah satu cara untuk meningkatkan berpikir kritis yaitu dengan memulai pelajaran dengan sebuah masalah atau pertanyaan dan mengakhiri dengan latihan evaluatif singkat (Filsaime, 2008). Dengan pengajuan masalah atau pertanyaan dalam tahap satu dan diakhiri dengan latihan evaluatif singkat pada tahap satu dan lima yang terfasilitasi dalam penelitian ini, maka PBL mampu meningkatkan berpikir kritis siswa. Pada tahap dua PBL yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, merangsang siswa untuk berdiskusi bersama teman mereka untuk menentukan masalah apa yang akan mereka pecahkan dan bagaimana cara memecahkannya. Pada tahap empat yaitu analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah, akan merangsang siswa juga untuk berdiskusi dengan teman mereka yang mempresentasikan hasil karyanya dan temanteman dari kelompok lain. Diskusi yang dibutuhkan untuk meningkatkan berpikir

65 kreatif kurang terfasilitasi, karena waktu pembelajaran yang singkat. Sebenarnya guru telah merencanakan terjadinya diskusi dalam RPP, akan tetapi ketika ditanyakan pada siswa materi yang ingin ditanyakan atau dipermasalahkan, siswa lebih banyak diam sehingga guru melanjutkan pembelajaran agar semua yang telah direncanakan dalam RPP terlaksana. Diamnya siswa dalam sesi diskusi ini bisa disebabkan siswa malu untuk bertanya karena takut dianggap tidak mengerti oleh temannya dan karena belum mengenal lama gurunya seperti guru fisika yang sering mereka temui. Jika waktu pembelajaran lebih lama, guru bisa merangsang diskusi dengan terus memberi pertanyaan, sehingga siswa pun akan lebih banyak bicara. Hal ini menyebabkan diskusi tidak berjalan dengan baik. Seperti dijelaskan pada kajian pustaka, untuk meningkatkan berpikir kreatif akan mudah terwujud dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang untuk berpikir terbuka, sebagai contoh situasi belajar yang di bentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk memberikan ide dan pendapat (Hassoubah, 2008:70). Itulah sebabnya lebih banyak siswa yang berubah gaya berpikir kearah gaya berpikir kritis. Seharusnya PBL juga dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan berpikir kreatifnya melalui diskusi. Akan tetapi dalam penelitian ini, karena keterbatasan waktu maka waktu untuk berdiskusi tersebut tidak terlalu banyak. Sehingga untuk perbaikan penelitian selanjutnya, hendaknya di coba memberikan waktu yang banyak untuk diskusi agar merangsang siswa untuk berpikir kreatif. Sehingga dapat terlihat dengan penggunaan PBL yang menekankan pada pemberian masalah, diskusi, dan

66 latihan evaluatif apakah tetap akan merubah gaya berpikir siswa ke arah kritis atau nantinya akan kearah kreatif, atau bahkan kearah seimbang. Sehingga semua pendekatan untuk melatih kekurangan gaya berpikir yang ada dalam tahapan-tahapan PBL dapat dimaksimalkan. B. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Skor rata-rata pre-test dan post-test prestasi belajar yang diperoleh siswa tercantum pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Tes Prestasi Belajar Siswa Tes Skor ideal Skor maks. Skor min. Ratarata <G> Nilai <g> Kriteria Pre-test 30 12 3 7.71 Post-test 30 20 12 16.81 9.10 0.41 Sedang Jika dilihat dari tabel 4.2 di atas, dapat terlihat setelah diterapkan model PBL hasil tes prestasi belajar meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata skor post-test yang lebih besar daripada rata-rata skor pre-test. Rata-rata skor pre-test yaitu 7,71, sedangkan rata-rata skor post-test yaitu 16,81. Selisih rata-rata skor pre-test dan skor post-test dinyatakan sebagi rata-rata gain yaitu sebesar 9,10. Peningkatan prestasi belajar dilihat dari rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) yaitu sebesar 0,41 dengan

67 kriteria sedang. Maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa meningkat setelah diterapkan model PBL pada pokok bahasan Elastisitas Bahan. Hasil perhitungan secara rinci gain ternormalisasi dapat dilihat pada lampiran C. 3. Hasil prestasi belajar ini didapat dengan keterlaksanaan model problem based learning yang dapat dilihat pada lampiran C. 6. Rata-rata keterlaksanaan model oleh guru adalah 100%, berdasarkan interpretasi keterlaksanaan model PBL persentase ini termasuk pada kriteria sangat baik. Sedangkan rata-rata keterlaksanaan model oleh siswa adalah 81%, berdasarkan interpretasi keterlaksanaan model PBL persentase ini termasuk pada kriteria baik. Dengan kriteria keterlaksanaan model oleh guru dan siswa tersebut, keterlaksanaan model sudah memenuhi syarat berpengaruhnya PBL dalam pembelajaran. Berdasarkan keterlaksanaan model PBL oleh siswa dan guru tersebut, hasil tes prestasi belajar siswa meningkat. Maka dapat disimpulkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL) dapat meningkat. C. Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan Gaya Berpikir Peningkatan prestasi belajar yang telah dibahas di atas adalah peningkatan prestasi belajar siswa secara keseluruhan setelah diterapkan model PBL. Sekarang akan dibahas peningkatan prestasi belajar siswa yang dipetakan berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis. Pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan perubahan gaya berpikir dapat dilihat pada tabel 4.3.

68 Tabel 4.3 Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan Arah Perubahan Gaya Berpikir Gaya Berpikir Rata-rata <g> Kriteria Jenis Perubahan Arah Skor Pre-test Skor Post-test <g> B Kreatif 6 16 0.41 Sedang B C Kritis 9.75 18.25 0.42 Sedang C B Kreatif 7 12.5 0.24 Rendah Tetap 7 18 0.48 Sedang C Kritis 8 19 0.5 Sedang Kreatif 7 14.67 0.33 Sedang C D Kritis 8.2 17.6 0.43 Sedang D Kritis 5 17 0.48 Sedang Dari tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa rata-rata gain ternormalisasi siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kritis lebih besar dari rata-rata gain ternormalisasi siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kreatif. Rata-rata gain ternormalisasi siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kritis nilainya 0,46, sedangkan rata-rata gain ternormalisasi siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kreatif nilainya 0,33. Untuk yang nilai gaya berpikirnya tetap, rata-rata gain ternormalisasi siswanya paling besar yaitu 0,48. Jadi siswa yang berubah ke arah kreatif lebih kecil rata-rata

69 gain ternormalisasinya dibandingkan dengan yang berubah ke arah kritis dan yang tetap. Jika dilihat pada tabel 4.3, peningkatan prestasi belajar siswa antara siswa yang berubah nilai gaya berpikirnya, siswa yang berubah ke arah kritis lebih besar peningkatannya dibandingkan ke arah kreatif. Hal ini dikarenakan PBL dalam penelitian ini lebih memfasilitasi siswa untuk berpikir kritis, seperti yang telah diungkapkan pada bagian A. Berdasarkan yang telah dijelaskan dalam kajian pustaka, belajar dengan pendekatan berpikir kritis akan lebih cepat dan efektif bagi siswa yang memiliki gaya berpikir kritis (Filsaime, 2008). Karena dalam pembelajaran banyak materi penting setiap detiknya, maka dengan semakin banyaknya porsi waktu untuk melatihkan berpikir kritis maka materi pun akan lebih banyak disampaikan dengan cara kritis. Dengan jumlah waktu yang digunakan untuk melatihkan gaya berpikir kreatif dan kritis dapat terlihat dengan jelas gaya berpikir mana yang lebih banyak menikmati penyampaian materi yang sesuai dengan gaya berpikirnya. Sehingga dengan lebih banyaknya waktu untuk memfasilitasi berpikir kritis, prestasi belajar akan lebih meningkat secara maksimal bagi siswa yang gaya berpikirnya berubah ke arah kritis. Siswa yang tetap skor gaya berpikirnya dan berada pada gaya berpikir seimbang memiliki peningkatan yang cukup bagus. Yaitu dengan nilai rata-rata gain ternormalisasinya 0,48. Dengan penerapan PBL yang lebih mengutamakan pada melatihkan berpikir kritis dalam penelitian ini, peningkatan tersebut cukup bagus. Sangat wajar jika para siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kreatif lebih

70 kecil peningkatan prestasinya dan para siswa yang berubah ke arah kritis lebih besar peningkatan prestasinya, karena memang dipengaruhi oleh fasilitas yang diberikan oleh PBL yang dilaksanakan. Tapi dengan fasilitas berpikir kritis yang lebih dominan ini, siswa yang tetap skor dan gaya berpikirnya mampu meningkatkan prestasi dengan cukup baik mendekati nilai rata-rata gain ternormalisasi para siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kritis. Cara untuk menyeimbangkan gaya berpikir agar dapat menyelesaikan masalahmasalah dengan baik adalah dengan melatihkan kekurangan suatu gaya berpikir. Orang yang berpikir kreatif perlu dilatihkan berpikir kritis, sebaliknya orang yang berpikir kritis perlu dilatihkan berpikir kreatif agar kedua pola tersebut menuju ke arah berpikir seimbang yang mampu mengatasi masalah-masalah dengan menggunakan kemampuan-kemampuan seluruh otak tertentu (Filsaime: 2008). Seperti yang telah dijelaskan di atas siswa yang berpikir seimbang mampu meningkatkan prestasi dengan cukup baik walaupun pembelajaran yang disajikan dominan pada berpikir kritis. Kemampuan berpikir seimbang untuk menggunakan kemampuan-kemampuan seluruh otak tertentulah yang membawanya bisa beradaptasi dengan pembelajaran apapun. Dengan kemampuan berpikir seimbang yang baik inilah maka hendaknya para siswa di ubah gaya berpikirnya menuju ke arah seimbang. Berdasarkan penelitian ini, gaya berpikir siswa dapat di ubah dengan model problem based learning. Jadi peningkatan prestasi belajar dan sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa bergantung pada tahapan model PBL yang lebih diutamakan. Maka hendaknya porsi PBL untuk

71 melatihkan berpikir kritis atau kreatif disesuaikan dengan sebaran gaya berpikir para siswanya.