VII. ANALISIS FINANSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

Biaya Investasi No Uraian Unit

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur)

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III KERANGKA PEMIKIRAN

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang)

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

III. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

ASPEK FINANSIAL Skenario I

IV. METODE PENELITIAN

VII. RENCANA KEUANGAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PADA AGEN BARU AGEN KORAN KEJAR MEDIA, TANGERANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI PETERNAKAN KARISA KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL

Transkripsi:

VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar adalah skala usaha peternakan rakyat dengan jumlah ayam yang diternakkan sebanyak 9.000 ekor/. Untuk menjaga kelangsungan usahanya peternakan Agus Suhendar bergabung dengan perusahaan kemitraan pola inti plasma Tunas Mekar Farm (TMF). Kerjasama dengan TMF telah berlangsung selama hampir 7 tahun. Di bawah naungan TMF usaha berlangsung dengan baik, menghasilkan keuntungan, namun dikarenakan penetapan harga kontrak penjualan ayam maka penerimaan peternakan Agus Suhendar tetap, dikhawatirkan dapat membuat keuntungan yang diterima semakin berkurang karena harga DOC dan pakan yang semakin meningkat (Tabel 7). Untuk itu dibutuhkan analisis finansial secara terperinci tentang kelayakan usahanya selama berada di bawah naungan TMF. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan perhitungan keuangan terperinci untuk mengetahui apakah tetap bekerjasama dengan TMF menggunakan harga kontrak tetap Rp 12.350,00-13.230,00/kg ayam broiler hidup dapat menjadikan peternakan Agus Suhendar tetap berlangsung dengan menikmati keuntungan maksimal sementara harga-harga input peternakan seperti bibit (DOC) dan pakan terus meningkat. Kriteria yang digunakan dalam penelitian meliputi NPV, Net B/C, IRR, payback period, serta analisis switching value. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh manajer TMF umur proyek adalah 5 tahun, berdasarkan umur ekonomis kandang. 7.1. Inflow (Arus Manfaat) Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah proyek. Inflow dari usaha peternakan ayam broiler ini berasal dari penerimaan dan nilai sisa. 7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam Penerimaan peternakan Agus Suhendar berasal dari penjualan ayam broiler, kotoran ayam, dan insentif dari TMF. Penjualan ayam dihitung dari 66

jumlah bibit atau DOC yang dipelihara dikurangi dengan angka mortalitas 4,5 persen, dikalikan dengan harga kontrak rata-rata yaitu Rp 12.500,00/kg. Harga kontrak Rp 12.500,00/kg merupakan harga kontrak yang paling banyak digunakan pada usaha peternakan Agus Suhendar pada tahun 2009. Kapasitas pemeliharaan ayam broiler per nya adalah 9.000 ekor. Menggunakan batas angka mortalitas, dan riwayat kematian ayam di peternakan Agus Suhendar maka angka mortalitas setiap adalah 4,5 persen, sehingga ayam broiler yang dihasilkan adalah 8.595 ekor, dengan harga tetap Rp 12.500,00/kg, yang diambil dari harga rata-rata kontrak yang paling sering digunakan TMF dan peternakan Agus Suhendar dalam perhitungan penjualan ayam broiler hidup. Pemanenan dilakukan saat ayam berumur 6 minggu, diasumsikan bobot rata-rata telah mencapai 1,6 kg per ekornya. Dalam satu tahun terjadi 6 kali masa panen. Pembeli langsung datang ke kandang untuk memanen ayamnya, diawasi oleh PPL dan dibantu oleh kepala dan karyawan kandang. Adapun penerimaan penjualan ayam broiler hidup peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup Tahun Panen per (ekor) Bobot Panen (kg/ekor) Harga (Rp/kg) Jumlah Penerimaan 1 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00 2 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00 3 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00 4 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00 5 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00 Total penerimaan ayam broiler hidup 5.157.000.000,00 Berdasarkan perhitungan penerimaan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa penerimaan yang berasal dari penjualan ayam adalah sebesar Rp 1.031.400.000,00/tahun. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara jumlah ayam broiler yang dipanen per setelah dikurangi angka mortalitas 4,5 persen yaitu 8.595 ekor dengan bobot panen sebesar 1,6 kg/ekor dengan harga jual 67

tetap Rp 12.500,00/kg dengan jumlah yang dilakukan dalam 1 tahun yaitu 6. Total penerimaan ayam broiler selama 5 tahun adalah sebesar Rp 5.157.000.000,00. 7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Penerimaan juga didapat dari penjualan kotoran ayam yang dijual dengan harga Rp 5000,00/karung atau per 50 kg. Setiap rata-rata menghasilkan 40 karung kotoran ayam. Petani daerah sekitar datang dan mengambil sendiri kotoran ayam yang akan dibelinya. Berikut adalah penerimaan peternakan Agus Suhendar yang berasal dari penjualan kotoran ayam (Tabel 13). Tabel 13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam Tahun Kotoran per (Karung) Harga (Rp/50kg) Jumlah Penerimaan 1 40 5.000,00 6 1.200.000,00 2 40 5.000,00 6 1.200.000,00 3 40 5.000,00 6 1.200.000,00 4 40 5.000,00 6 1.200.000,00 5 40 5.000,00 6 1.200.000,00 Total penerimaan penjualan kotoran ayam 6.000.000,00 Berdasarkan data dari Tabel 13 dapat dilihat penerimaan dari penjualan kotoran ayam per tahun adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara hasil kotoran ayam per yaitu sebanyak 40 karung dengan harga per karungnya Rp 5.000,00 dan jumlah per tahun yaitu sebanyak 6. Total penerimaan penjualan kotoran ayam selama 5 tahun adalah sebesar Rp 6.000.000,00. 7.1.3. Penerimaan Insentif Peternakan Agus Suhendar mendapatkan penerimaan tambahan dari uang insentif yang diberikan TMF jika memiliki angka mortalitas di bawah atau sama dengan 4,5 persen yaitu sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup dan angka FCR di 68

bawah angka 1,8 sebesar Rp 190,00/kg bobot hidup. Penerimaan yang berasal dari insentif mortalitas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penerimaan Insentif Mortalitas Tahun Panen per (ekor) Bobot panen (kg/ekor) Insentif mortalitas (Rp/kg) Jumlah Penerimaan 1 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00 2 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00 3 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00 4 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00 5 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00 Total penerimaan insentif mortalitas 12.376.800,00 Penerimaan insentif mortalitas per tahun adalah sebesar Rp 2.475.360,00. Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per yaitu sebanyak 8.595 ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas Rp 30,00/kg dan jumlah per tahun sebanyak 6. Total penerimaan insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 12.376.800,00. Penerimaan insentif, selain berasal dari insentif mortalitas juga didapatkan dari insentif FCR. Perhitungan penerimaan insentif FCR dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penerimaan Insentif FCR Tahun Panen per (ekor) Bobot panen (kg/ekor) Insentif FCR (Rp/kg) Jumlah Penerimaan 1. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00 2. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00 3. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00 4. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00 5. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00 Total insentif FCR 78.386.400,00 69

Penerimaan insentif FCR per tahun adalah sebesar Rp 16.657.110,00. Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per yaitu sebanyak 8.595 ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas Rp 190,00/kg dan jumlah per tahun sebanyak 6. Total penerimaan insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 78.386.400,00. 7.1.4. Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Nilai sisa dihitung di akhir proyek, dan dimasukkan ke dalam komponen inflow. Penentuan umur ekonomis alat investasi berdasarkan pengalaman pengelola dalam pemakaian alat investasi tersebut. Perkiraan nilai sisa didasarkan pada harga jual pada tingkat tukang loak. Total nilai sisa pada usaha peternakan Agus Suhendar adalah sebesar Rp 3.615.000,00. (Tabel 16) 7.2. Outflow (Arus Biaya) Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan usaha. Outflow usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. 7.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan barang modal ketika memulai suatu usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam broiler meliputi biaya pembangunan kandang, gudang, tempat pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum air, ember, garpu pembalik sekam, sprayer, termometer, timbangan, pisau dan kipas angin (Tabel 16). 70

Tabel 16. Biaya Investasi, Nilai sisa dan Penyusutan No. Ket Umur teknis (Thn) Harga satuan Q Nilai investasi Penyusutan Perkiraan nilai sisa 1. Kandang bertingkat 5 135.000,00/m² 1 58.320.000,00 11.664.000,00 0 2. Kandang panggung 5 100.000,00/m² 1 30.000.000,00 6.000.000,00 0 3. Instalasi listrik 10 2.000.000,00 1 2.000.000,00 200.000,00 1.000.000,00 4. Instalasi air 10 2.000.000,00 1 2.000.000,00 200.000,00 500.000,00 5. Tempat pakan 5 12.000,00 270 3.240.000,00 648.000,00 0 6. Tempat minum otomatis 5 60.000,00 144 8.640.000,00 1.728.000,00 0 7. Feeder Tray 5 8.000,00 180 1.440.000,00 288.000,00 0 8. Gasolec 5 750.000,00 12 9.000.000,00 1.800.000,00 0 9. Genset 10 4.000.000,00 1 4.000.000,00 400.000,00 1.500.000,00 10. Seng 3 10.000,00 90 900.000,00 300.000,00 315.000,00 (@3500) 11. Drum air 5 80.000,00 2 160.000,00 32.000,00 0 12. Ember 2 10.000,00 4 40.000,00 20.000,00 0 13. Garpu pembalik sekam 5 75.000,00 2 150.000,00 30.000,00 0 14. Sprayer 5 500.000,00 1 500.000,00 500.000,00 0 15. Termo meter 5 300.000,00 2 600.000,00 300.000,00 16. Timbangan 10 200.000,00 2 400.000,00 40.000,00 300.000,00 (@150.000) 17. Pisau 1 10.000,00 2 20.000,00 20.000,00 0 18. Kipas angin 5 150.000,00 4 600.000,00 120.000,00 0 Total 122.010.000,00 24.290.000,00 3.615.000 Berdasarkan Tabel 16, biaya investasi untuk usaha peternakan Agus Suhendar adalah sebesar Rp 122.010.000,00 dengan investasi utama adalah dua buah kandang, yaitu kandang bertingkat yang terdiri dari gudang dan kamar serta kandang panggung dengan kapasitas ayam 9.000 ekor. Nilai investasi terbesar adalah untuk pembangunan kandang yaitu sebesar Rp 88.320.000,00. Bangunan termasuk bangunan tidak permanen karena sebagian besar bahannya terbuat dari bambu yang memiliki ketahanan terbatas. Bangunan dikategorikan bangunan tidak permanen dengan umur teknis 5 tahun. Lahan yang digunakan adalah lahan sewa maka lahan tidak dimasukkan ke dalam biaya investasi, tetapi dimasukkan ke dalam biaya operasional. 71

7.2.2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan. Biaya operasional usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua jenis yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 7.2.2.1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha peternakan Agus Suhendar terdiri dari gaji kepala karyawan dan karyawan, biaya listrik dan biaya sewa lahan. Tabel 17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar No. Jenis biaya tetap Jumlah biaya/ Periode per tahun Jumlah biaya/tahun 1. Gaji kepala karyawan 675.000,00 6 4.050.000,00 2. Gaji karyawan 5.400.000,00 6 32.400.000,00 3. Listrik 500.000,00 6 3.000.000,00 4. Sewa lahan - - 1.000.000,00 Total 6.575.000,00 6 40.450.000,00 Berdasarkan tabel di atas biaya tetap terbesar pada usaha peternakan Agus Suhendar adalah untuk gaji karyawan. Gaji karyawan Rp 1.800.000,00 per atau Rp 900.000,00 per bulan. Karyawan pada peternakan Agus Suhendar terdiri dari tiga orang, sehingga biaya tetap gaji karyawan yang harus dikeluarkan per nya adalah Rp 1.800.000,00 dikali tiga yaitu sebesar Rp 5.400.000,00. Dalam setahun terjadi 6 kali, maka biaya gaji karyawan dalam setahun Rp 5.400.000,00 dikali dengan 6 yaitu sebesar Rp 32.400.000,00. Gaji kepala karyawan lebih kecil dibanding dengan karyawan, karena pekerjaan kepala karyawan lebih ringan dibanding dengan karyawan yang meliputi seluruh kegiatan manajemen pemeliharaan, seperti memberi makan dan minum, menjaga suhu terutama pada masa pemanasan, mencegah penyebaran penyakit, membantu pemanenan dan lain-lain. Tugas kepala karyawan lebih 72

kepada pengawas yang memerintahkan agar segala kegiatan dijalankan dengan baik sehingga hasil panen baik. Gaji kepala karyawan adalah sebesar Rp 675.000,00 per atau Rp 335.000,00 per bulannya. Dalam setahun karena terjadi 6 kali, maka gaji untuk kepala karyawan Rp 675.000,00 dikali 6, yaitu sebesar Rp 4.040.000,00. Biaya tetap selanjutnya adalah biaya listrik dengan biaya per kurang lebih Rp 500.000,00 sehingga dalam setahun biaya listrik yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.000.000,00 hasil dari biaya listrik per dikali 6. Listrik pada usaha peternakan ayam broiler digunakan untuk menjalankan mesin pompa air yang langsung dihubungkan ke tempat minum otomatis dan lampu, baik sebagai penerang maupun pembantu pengatur suhu, penggerak sprayer, kipas angin, tv dan lainnya. Terakhir adalah biaya sewa lahan seluas 1.500 m² yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 per tahun. 7.2.2.2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan jumlah produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha peternakan Agus Suhendar terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, sekam dan LPG. Rincian harga dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar Tahun Harga DOC per ekor Harga pakan (Rp/kg) Bobot panen (kg) FCR Biaya pakan per ekor Biaya obatobatan per Biaya sekam (Rp/ekor) Biaya LPG (Rp/ ekor) 1 3.303,00 4.565,00 1,6 1,8 13.147,20 900.000,00 200 350 2 3.445,00 4.656,30 1,6 1,8 13.410,14 900.000,00 200 350 3 3.593,00 4.749,43 1,6 1,8 13.678.35 900.000,00 200 350 4 3.750,00 4.844,42 1,6 1,8 13.951,92 900.000,00 200 350 5 3.911,00 4.941,30 1,6 1,8 14.230,94 900.000,00 200 350 Harga DOC pada tahun pertama sebesar Rp 3.303,00/ekor adalah harga rata-rata DOC pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. Harga DOC 73

meningkat sebesar 4,3 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga DOC yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. Harga pakan pada tahun pertama sebesar Rp 4.565,00/kg adalah harga rata-rata pakan pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. Harga pakan meningkat sebesar 2 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga pakan yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. FCR per diasumsikan 1,8 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg bobot ayam dibutuhkan pakan sebanyak 1,8 kg. Bobot panen adalah 1,6 kg/ekor maka pakan yang dibutuhkan untuk 1 ekor DOC adalah 1,6 dikalikan 1,8 yaitu sebesar 2.88 kg/ekor, maka biaya pakan untuk 1 ekor DOC pada tahun pertama adalah kebutuhan pakan per ekor 2,88 kg/ekor dikalikan harga pakan Rp 4.565,00 yaitu sebesar Rp 13.147,20. Biaya obat-obatan per adalah Rp 900.000,00, biaya sekam per ekor DOC adalah Rp 200,00 dan biaya untuk pemanas yang menggunakan bahan bakar gas per ekor adalah Rp 350,00. Berikut adalah tabel biaya variabel yang dikeluarkan per tahunnya untuk 9.000 DOC berdasarkan harga dan biaya di atas (Tabel 19). Tabel 19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar Thn Biaya DOC Biaya pakan Biaya obatobatan Biaya sekam Biaya LPG Total Persentase Kenaikan (%) 1 178.362.000,00 709.948.800,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 923.410.800,00 2 186.030.000,00 724.147.560,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 945.277.560,00 2,36 3 194.022.000,00 738.630.900,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 967.752.900,00 2,37 4 202.500.000,00 753.403.680,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 991.003.680,00 2,40 5 211.194.000,00 768.470.760,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 1.014.764.760,00 2,40 Berdasarkan Tabel 19 kenaikan harga DOC sebesar 4,3 persen per tahunnya dan kenaikan harga pakan sebesar 2 persen per tahunnya menyebabkan peningkatan biaya variabel setiap tahunnya sebesar 2,36, 2,37 persen dan pada tahun keempat dan kelima kenaikan menjadi 2,40 persen. 74

7.2.3. Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan. Rincian perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow. Tabel 20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar Thn Penerimaan Biaya Laba Pajak Laba bersih Persentase penurunan (%) 1 1.050.752.640,00 988.150.800,00 62.601.840,00 15.650.460,00 46.951.380,00 2 1.050.752.640,00 1.010.017.560,00 40.735.080,00 10.183.770,00 30.551.310,00 35 3 1.050.752.640,00 1.032.492.900,00 18.259.740,00 4.564.935,00 13.694.805,00 55 4 1.050.752.640,00 1.055.743.680,00-4.991.040,00 0-4.991.040,00 136 5 1.050.752.640,00 1.079.504.760,00-28.752.120,00 0-28.752.120,00 476 Total Laba bersih 57.454.335,00 Laba bersih yang didapatkan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 46.951.380,00, menurun sebesar 35 persen pada tahun kedua menjadi Rp 30.551.310,00. Pada tahun ketiga laba bersih sebesar Rp 13.694.805,00, menurun dari tahun sebelumnya dengan persentase 55 persen. Penurunan kembali terjadi pada tahun keempat sebesar 136 persen yaitu menjadi rugi Rp 4.991.040,00, dan pada tahun kelima kembali rugi Rp 28.752.120,00, dengan persentase penurunan sebesar 476 persen. Total laba bersih selama 5 tahun adalah sebesar Rp 57.454.335,00. Kenaikan harga DOC 4,3 persen dan pakan 2 persen per tahunnya telah menyebabkan penurunan laba bersih setiap tahunnya, dan pada tahun keempat dan kelima menyebabkan kerugian. 7.3. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini dinilai berdasarkan kriteria NPV (net present value), Net B/C (net benefit cost Ratio), IRR (internal rate of return), dan payback period. Discount Rate yang digunakan adalah sebesar 6,5 75

persen berdasarkan suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2011, karena merupakan suku bunga acuan bagi bank-bank di Indonesia. Hasil analisis kelayakan finansial peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar Kriteria Hasil NPV (net present value) Rp 45.021.751,00 Net B/C (net benefit cost ratio) 1,99 IRR (internal rate of return) 41,46 persen Payback period 1,98627 Berdasarkan hasil analisis kelayakan pada tabel di atas, peternakan Agus Suhendar memiliki nilai NPV Rp 45.021.751,00. Nilai NPV tersebut bernilai positif atau NPV > 0, yang artinya peternakan Agus Suhendar layak dijalankan atau memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan discount rate 6,5 persen. Net B/C bernilai 1,99 atau Net B/C > 1 yang artinya proyek memberikan keuntungan bahwa setiap pengeluaran selama umur proyek sebesar Rp 1,00 maka akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 1,99. Nilai tersebut menunjukkan peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan. Hasil IRR (internal rate of return) peternakan Agus Suhendar adalah 41,46 persen, Nilai tersebut lebih besar dari suku bunga 6,5 persen, karena nilai IRR lebih besar dari suku bunga maka peternakan Agus Suhendar dinyatakan layak atau memberikan manfaat selama umur proyek yang diperhitungkan. Payback Period menunjukkan kemampuan tingkat pengembalian usaha atau modal. Payback Period peternakan Agus Suhendar adalah 1,98627 yang artinya tingkat pengembalian modal investasi adalah satu tahun 11 bulan. Umur proyek usaha peternakan adalah 5 tahun dan tingkat pengembalian modal masih dalam umur proyek yaitu satu tahun 11 bulan maka usaha dapat dikatakan layak. Berdasarkan empat kriteria analisis kelayakan finansial NPV, Net B/C, IRR, dan payback period maka peternakan Agus Suhendar layak dijalankan. 76

7.4. Analisis Sensitivitas (Switching value) Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan switching value pada kenaikan harga DOC dan pakan serta penurunan harga jual ayam. Analisis ini merupakan perhitungan untuk mengukur sensitivitas atau kepekaan suatu usaha apabila keadaan diubah. Analisis dilakukan sampai memperoleh NPV mendekati nol, IRR 6,5 persen dan Net B/C mendekati satu. Nilai peubah dalam analisis ini adalah kenaikan harga DOC, kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual ayam. Pertimbangan penggunaan nilai pengganti kenaikan harga DOC dan kenaikan harga pakan didasarkan pada analisis perubahan harga yang terjadi pada tahun 2009 dimana DOC dan pakan merupakan komponen biaya terbesar dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan peternakan Agus Suhendar dan terus mengalami peningkatan dapat dilihat pada Tabel 7 dan penurunan harga jual ayam untuk melihat berapa penurunan harga jual ayam yang dapat ditoleransi. Analisis Switching value dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar Perubahan Persentase (%) Kenaikan harga DOC 16,6 Kenaikan harga pakan 6,1 Penurunan harga jual ayam 1,2 Hasil analisis sensitivitas switching value menunjukkan peternakan Agus Suhendar sensitif terhadap kenaikan harga DOC lebih dari 16,6 persen dan kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan penurunan harga jual ayam lebih dari 1,2 persen. Penurunan harga jual ayam memiliki persentase rendah dan terendah diantara persentase kenaikan harga DOC dan pakan, hal ini menunjukkan usaha sangat sensitif terhadap penurunan harga jual ayam, tetapi karena harga kontrak tetap peternakan Agus Suhendar berada pada Rp 12.350,00-13.230,00/kg, sedangkan penurunan harga jual ayam maksimal 1,2 persen yaitu pada harga Rp 12.341,52/kg berada di bawah harga kontrak tetap terendah yaitu 77

Rp 12.350,00/kg maka peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual ayam. Toleransi kenaikan harga DOC berdasarkan analisis switching value pada peternakan Agus Suhendar adalah 16,6 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan jika terjadi kenaikan harga DOC diatas 16,6 persen maka usaha peternakan Agus Suhendar menjadi tidak layak. Toleransi kenaikan harga pakan berdasarkan analisis switching value pada peternakan Agus Suhendar adalah 6,1 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan jika terjadi kenaikan harga pakan diatas 6,1 persen maka usaha peternakan Agus Suhendar menjadi tidak layak. 78