HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik

dokumen-dokumen yang mirip
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak. Abstract

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik

PENDAHULUAN. melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda. Kondisi minim air dapat menyebabkan itik mengalami stress berat dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. fructooligosaccharide (FOS) pada level yang berbeda disajikan pada Tabel 5:

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

I PENDAHULUAN. optimal salah satunya itik. Itik sebagai hewan homoeotherm, itik memerlukan

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Struktur bagian dalam ginjal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH. dr. Yandri Naldi Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unswagati Cirebon

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

FARMAKOLOGI dan TOKSIKOLOGI OBAT DIURETIKA. Oleh : MARIANNE

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

LAMPIRAN KUESIONER AWAL

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

VII. EKSKRESI 7.1. KONSEP.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi ion Hidrogen (H + ) 2.Hitung logaritma

KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Anas platyrhynchos (domestic duck) Itik sangat identik dengan kehidupan nya yang selalu berkelompok dan

Mitos dan Fakta Kolesterol

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Ekskresi Manusia

PENDAHULUAN. dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Pustaka Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan. Physiological Balance of Fluid and Hormones

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

G R A C I A C I N T I A M A S S I E P E M B I M B I N G : D R. A G U S K O O S H A RT O R O, S P. P D

PERANCANGAN ALGA PURIN (ALAT PERAGA PEMBENTUKAN & PENGUJIAN URIN) MELALUI MANIPULASI CARA KERJA NEFRON

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. Serat dibutuhkan untuk mendukung tingkat kesehatan yang optimal. Serat merupakan komponen makanan yang penting terutama untuk

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan penelitian yang digunakan adalah itik pedaging jantan dengan bobot

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik Rata-rata kadar Protein hati itik yang diberikan imbangan elektrolit ransum disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Persentase Kadar Protein Hati Itik Ulangan R1 R2 Perlakuan R3 R4 R5 R6...(%)... 1 6,33 6,70 6,81 6,83 6,92 7,08 2 6,48 6,74 6,69 7,39 7,72 7,58 3 6,68 6,45 6,87 7,55 7,75 7,18 4 6,02 6,63 7,33 7,59 7,03 7,60 Total 25,50 26,53 27,69 29,35 29,42 29,44 Rata-Rata 6,38 6,63 6,92 7,34 7,35 7,36 Keterangan : R1: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 100 meq/kg R2: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 150 meq/kg R3: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 200 meq/kg R4: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 250 meq/kg R5: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 300 meq/kg R6: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 350 meq/kg Berdasarkan Tabel 7 tampak bahwa rata-rata jumlah kadar protein hati itik dari tertinggi ke terendah yaitu R6, R5, R4, R3, R2 dan R1 sebesar 7.36, 7.35, 7.34, 6.92, 6.63 dan 6.38 (persen). Rataan persentase protein hati terendah diperoleh pada perlakuan R1 (Ransum dengan keseimbangan elektrolit 100 meq/kg) yaitu sebesar 6,38%, sedangkan rataan persentase protein hati tertinggi diperoleh pada

28 perlakuan R6 (Ransum dengan keseimbangan elektrolit 350 meq/kg) yaitu sebesar 7,36%. Pengaruh perlakuan terhadap kadar protein hati itik lebih jelasnya dapat dilihat pada Ilustrasi 1. Kadar Protein Hati 7.60 7.40 7.20 7.00 6.80 6.60 6.40 6.20 6.00 5.80 Ilustrasi 1. 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rata-rata Persentase Kadar Protein Hati Itik yang Diberi Imbangan Elektrolit (Na+K Cl) dalam Ransum Berdasarkan Ilustrasi 1 dapat diindikasikan bahwa perlakuan keseimbangan elektrolit dalam ransum mampu meningkatkan kadar protein hati. Illustrasi 1 tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar elektrolit terhadap kadar protein hati. Untuk mengetahui pengaruh imbangan elektrolit ransum terhadap kadar protein hati itik maka dilakukan analisis ragam dan kontras orthogonal yang hasilnya dilampirkan pada lampiran 2. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh dari pemberian imbangan elektrolit ransum memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar protein hati itik (P<0,05). Untuk mengetahui perbedaan antara

29 kadar protein hati itik dilakukan dengan uji kontras orthogonal dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Contras Test Orthogonal Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik Perlakuan Rata rata protein hati itik (%) Signifikasi R1 6,38 a R2 6,63 b R3 6,92 c R4 7,34 c R5 7,35 c R6 7,36 c Keterangan : Berdasarkan alphabet yang berbeda menandakan signifikan P<0,05 sedangkan alphabet yang sama menujukan hasil non signifikan P>0,05. Hasil uji kontras orthogonal menunjukkan bahwa kadar elektrolit 200 meq/kg ransum (R3) nyata lebih tinggi (p<0,05) yaitu 6,92% dibandingkan dengan perlakuan R2 dan R1, namun tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan kadar protein hati pada kelompok itik yang mendapat kadar elektrolit 250 meq/kg (R4), 300 meq/kg (R5) dan 350 meq/kg (R6). Hasil penelitian ini juga menujukan bahwa itik yang diberi ransum dengan imbangan elektrolit mulai 100 meq/kg sampai 200 meq/kg menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan kadar protein dalam hati itik yang signifikan. Pemberian elektrolit dengan kadar melebihi 200 meq/kg (R3) tidak lagi menunjukan peningkatan protein dalam hati. Pengaruh keseimbangan elektrolit terhadap kadar protein hati dapat disebabkan karena pemberian elektrolit mempengaruhi keseimbangan kadar

30 elektrolit dalam cairan tubuh. Keseimbangan elektrolit yang berubah pada gilirannya akan berdampak terhadap kinerja fisiologik secara keseluruhan dalam regulasi nutrien, baik makromolekul (protein dan lemak), maupun mikromolekul. Kim dkk. (2015) mengemukakan bahwa darah merupakan cairan ekstraselluler tubuh yang harus dipertahankan konsentrasi elektrolitnya, oleh karena itu keseimbangan elektrolit ini dipertahankan melalui mekanisme fisiologik ginjal. Gangguan terhadap keseimbangan ini sebagai dampak asupan elektrolit yang berlebihan, menyebabkan regulasi nutrisi dalam tubuh menjadi terganggu. Gangguan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kematian sel dan menurunnya permeabilitas membran sel. Apabila dikaitkan dengan peningkatan protein hati seiiring dengan pemberian ransum dengan keseimbangan 100 hingga 200 meq/kg dan begitu pula pada level 200 350 meq/kg, dapat diasumsikan bahwa pemberian elektrolit dalam rentang level tersebut termasuk keseimbangan yang tinggi. Kondisi ini terkait dengan terjadinya kematian atau kerusakan sel-sel ginjal sehingga kemampuan filtrasinya mengalami penurunan. Sebagai dampaknya, elektrolit dalam cairan tubuh juga banyak yang disekresikan melalui urine. Peningkatan ekskresi elektrolit, sekaligus mendorong peningkatan reabsorpsi sel-sel glomerulus untuk mempertahankan albumin. Selain itu, agar kedua protein ini dapat bertahan levelnya dalam darah maka produksi albumin dalam sel-sel hati juga meningkat. Diketahui bahwa kedua protein ini juga berfungsi sebagai penyangga dalam mempertahankan tekanan osmotik darah, selain mineral-mineral elektrolit. Mashaly dkk. (2004) mengemukakan bahwa produksi protein sel-sel hati akan meningkat dalam keadaan tekanan osmotik

31 menurun sebagai dampak menurunnya fungsi reabsorbsi mineral di dalam sel-sel ginjal (khususnya sel-sel tubulus proksimal dan distal serta loop of henle). Peningkatan sekresi/sintesis albumin di dalam sel-sel hati dan tanpa disertai kerusakan sel-sel ginjal yang berlebih oleh paparan elektrolit berlebih, menyebabkan kadar protein hati menjadi meningkat. Sebagaimana pada hasil penelitian ini (Illustrasi 1 dan Tabel 8), tampak bahwa hingga keseimbangan elektrolit 200 meq/kg ransum menunjukkan peningkatan protein hati, yang secara terus menerus bersirkulasi dalam darah dari sel-sel hati ke glomerulus ginjal dan kembali ke hati. Peningkatan protein hati tersebut (Illustrasi 1 dan Tabel 8), juga dapat distimulasi oleh meningkatnya sintesis protein khususnya sintesis hormon peptida yaitu angiotensin. Diketahui bahwa hormon angiotensin merupakan salah satu hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh melalui aktivasi yang dilakukan hormon ini untuk menggertak produksi hormon steroid yaitu hormon aldosteron di dalam sel-sel korteks adrenal. Andi Mushawwir dan D. Latipudin (2012) melaporkan bahwa sintesis hormon aldosteron distimulasi oleh hormon peptida dari hati yaitu angiotensin. Aldosteron diperuntukan untuk menjaga retensi mineral di dalam ginjal bersama dengan hormon peptida yang lain yaitu Anti Deuretik Hormon (ADH). Kadar protein hati tetap tinggi namun tidak menunjukkan rata-rata yang signifikan setelah diberi ransum dengan keseimbangan elektrolit 200 meq/kg (R3) disebabkan oleh peningkatan kerusakan sel-sel glomerulus ginjal. Kerusakan sel-sel glomerulus berdampak terhadap menurunnya filtrasi dan reabsorbsi protein albumin di ginjal untuk dikembalikan dan dimetabolis di dalam sel-sel hati. Socha dkk. (2002) menujukkan kerusakan sel-sel glomerulus dan tubulus dengan paparan

32 elektrolit yang berlebih. Kerusakan ini berdampak terhadap meningkatnya biomolekul yang terekskresikan melalui urine, sebaliknya sirkulasi biomolekul kembali ke jaringan mengalami penurunan. 4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Lemak Hati Itik Rata-rata kadar lemak hati itik yang diberikan imbangan elektrolit ransum disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Persentase Kadar Lemak Hati Itik Ulangan Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5 R6....(%)... 1 14,73 15,91 19,46 19,73 18,75 14,86 2 20,07 20,83 21,58 19.98 21,53 17,30 3 17,60 25,47 27,12 20,54 19,93 15,21 4 16,82 18,80 21,66 18,76 18,55 22,94 Total 69,24 81,03 89,84 79,03 78,78 70,33 Rata-Rata 17,31 20,25 22,46 19,75 19,69 17,58 Keterangan : R1: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 100 meq/kg R2: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 150 meq/kg R3: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 200 meq/kg R4: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 250 meq/kg R5: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 300 meq/kg R6: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 350 meq/kg Berdasarkan Tabel 9 tampak bahwa rata-rata jumlah kadar lemak hati dari terbesar ke terendah yaitu R3, R2, R4, R5, R6 dan R1 masing-masing 22,46, 20,25, 19,75, 19,69, 17,58 dan 17,31 (persen). Rataan persentase kadar lemak hati

33 terendah diperoleh pada perlakuan R1 (Ransum dengan keseimbangan elektrolit 100 meq/kg) yaitu sebesar 17,31%, sedangkan rataan persentase lemak hati tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 (Ransum dengan keseimbangan elektrolit 200 meq/kg) yaitu sebesar 22,46%. Pengaruh perlakuan terhadap persentase kadar lemak hati itik lebih jelasnya dapat dilihat pada Ilustrasi 2. 25 Kadar Lemak Hati 20 15 10 5 Ilustrasi 2. 0 R1 R2 R3 R4 R5 R6 Jumlah Rata-rata Persentase Lemak Hati Itik yang Diberi Imbangan Elektrolit (Na+K Cl) dalam Ransum Berdasarkan Ilustrasi 2 tampak bahwa kadar lemak hati itik memperlihatkan peningkatan hingga pemberian larutan elektolit 200 meq/kg, selanjutnya mengalami penurunan seiring dengan penambahan konsentrasi elektrolit hingga 350 meq/kg ransum. Guna mengetahui pengaruh imbangan elektrolit ransum terhadap kadar lemak hati maka dilakukan analisis ragam dan uji contras orthogonal yang hasilnya

34 dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbedanyata (P>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ransum dengan imbangan elektrolit yang berbeda tidak memberikan respon yang berbeda terhadap rata-rata kadar lemak hati itik percobaan (Illustrasi 2 dan Lampiran 3). Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa fenomena fisiologis yang terjadi dengan pemberian elektrolit memberi dampak yang tidak sejalan dengan respon tubuh terhadap kadar protein hati. Beberapa penjelasan ilmiah yang dapat diuraikan dengan tidak terjadinya peningkatan atau penurunan yang signifikan terhadap kadar lemak hati dengan pemberian level elektrolit yang berbeda. Uraian penjelasan tersebut antara lain fenomena elektrolit terkait dengan fungsi ginjal dalam mempertahankan osmolaritas cairtan tubuh dengan lipid (lipoprotein) sebagai trasport lemak dalam tubuh. Transpor lemak dari illium ke sel-sel hati melalui cairan tubuh (darah) dilakukan oleh lipoprotein. Kadar elektolit yang terbaik dalam cairan tubuh dapat meningkatkan transportasi lemak, begitu pula jika kadar elektrolit rendah atau tinggi menyebabkan transoprtasi lemak menurun. Ahmad dkk. (2005) mengemukakan bahwa konsentrasi mineral eletrolit yang tinggi dan rendah menyebabkan afinitas lipoprotein untuk mengikat asam-asam lemak menjadi menurun, ini disebebkan karena tidak terjadi keseimbangan antara kation dan anion cairan tubuh. Transportasi lemak pada akhirnya akan menuju ke dalam sel-sel hati. Dapat dipastikan bahwa jumlah lemak yang dideposit ke hati akan berdampak dengan rendah dan tingginya kadar elektrolit di dalam cairan tubuh. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan trend (arah) yang mengindikasikan bahwa imbangan

35 200 meq/kg ransum tampaknya merupakan imbangan yang lebih baik dibandingkan imbangan yang lain. Berdasarkan perseptif statistikal dapat dijelaskan pula bahwa meskipun trendnya menunjukkan hasil yang baik tapi respon objek (ternak) percobaan yang terlalu beragam. Sehingga data bioologik (kadar lemak) yang dihasilkan juga menunjukkan keseragaman yang rendah. Kondisi ini berarti masih perlu penambahan objek percobaan atau ternak itik yang digunakan sebagai sampel dalam rangka mengurangi keberagaman respon hasil percobaan. Selain masalah afinitas lipoprotein terhadap lemak yang menyebabkan ganggunan transportasi lemak menuju sel-sel hati. Faktor lain yang turut berperan adalah perubahan profil albumin sebagai dampak penurunan dan peningkatan elektrolit cairan tubuh, secara keseluruhan kadar protein hati dipengaruhi oleh perubahan profil albumin, seperti telah dijelaskan pada sub pembahasan sebelumnya. Perubahan profil atau trend kadar protein dan lemak yang relatif sama. Terkait dengan kadar lemak, dapat dijelaskan bahwa albumin sesungguhnya memainkan peranan yang besar terhadap transportasi lemak, karena asam-asam lemak tidak jenuh diangkut ke dalam hati oleh transporter albumin. Diketahui bahwa paparan elektrolit telah memberikan dampak terhadap perubahan albumin (sebagaimana dijelaskan pada pembahasan sebelumnya). Li dkk. (2013) melaporkan bahwa ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh menyebabkan perubahan terhadap metabolisme secara keseluruhan, peningkatan nitrogen dan perubahan kadar albumin dan penurunan asam-asam lemak dalam darah dan jaringan hati.