BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan anak-anak yang mengalami masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

E, 2015 PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

UKDW BAB Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

PENANGANAN ANAK AUTISTIK

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB III METODE PENELITIAN. integrasi. Integrasi sensori atau sensory intregration adalah proses

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2 : Hal , Desember 2015 PELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR GERAK. Komang Ayu Tri Widhiyanti, S.Or., M.Fis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

PENDAHULUAN Sebagai manusia pastinya akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun mental. Proses dan tugas tugas

PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN MELIBATKAN PERUBAHAN PERKEMBANGAN MERUPAKAN HASIL DR PROSES KEMATANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua. Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu terapi?

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sejak masa konsepsi didalam rahim ibu sampai dengan

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Momi Mahdaniar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. (Permendiknas No.58 Tahun 2009). Melalui pemberian rangsangan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

Pendidikan Anak Autistk Bandi Delphie KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

Rehabilitasi pada perdarahan otak

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAHASAN ADANYA GERAK FUNGSI DARI GERAK SISTEM GERAKAN TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ellen Prima, S.Psi., M.A.

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

DESKRIPSI KECERDASAN KINESTETIK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mengabaikan tugas di kelas pada anak ADHD. Peneliti memberikan intervensi berupa video

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

My OT - Alert Program

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tubuh memang memerlukan keseimbangan dalam kehidupan. Selain. keseimbangan fisik manusia juga memerlukan keseimbangan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun pengalaman orang lain diperoleh melalui indera karena indera mampu menerima banyak rangsang untuk mengetahui dunia sekitar kita. Namun demikian, manusia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Individu biasanya hanya memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja, oleh karena itu objek-objek atau gejala-gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek. Upaya untuk mengetahui dunia sekitar merupakan suatu proses diterimanya rangsang melalui penginderaan, dengan demikian proses penginderaan adalah hal yang sangat penting untuk menyadari adanya suatu rangsang. Seorang anak dapat memfokuskan pada satu stimulus atau prosesproses menyeleksi input-input yang ada diperlukan kemampuan sistem sensori, yaitu kemampuan menyeleksi mana yang perlu dan yang tidak perlu diperhatikan. Keberhasilan menyeleksi ini akan menghasilkan perhatian yang fokus, kemampuan untuk memusatkan perhatian sangat diperlukan sekali bagi seseorang dalam melakukan kegiatan belajar, melalui proses sensori yang terintegrasi dari penerimaan informasi sampai menghasilkan ide, keinginan, konsep, adaptasi sehingga seseorang dapat menerima secara otomatis dan secara adaptif terhadap situasi baru dan situasi yang sudah ada.

2 Seorang anak mungkin mempunyai masalah dalam mengkoordinasikan penglihatannya, khususnya jika ia mempunyai masalah disfungsi vestibuler yang berpengaruh pada gerakan mata. Ia mungkin saja menggunakan kedua matanya secara bersamaan layaknya sebuah tim (binokularitas). Atau ia mengalami masalah dalam belajar karena ia tidak dapat memfokuskan matanya pada wajah orang lain, papan tulis, buku, papan permainan atau keranjang bola basket. Sekalipun ia mempunyai kemampuan melihat yang memadai, namun penglihatan yang melibatkan kedua matanya kurang baik. Hal ini akan menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang ia lihat. Anak tersebut kesulitan mengalami kesulitan dalam menghubungkan informasi visual ini dengan sensasi auditori, sensasi sentuhan dan sensasi gerakan, otaknya malah mencampuradukan pesan-pesan yang diterima. Jika semua bagian sensori tidak datang bersamaan dalam otaknya menjadi suatu kesatuan yang utuh, hal ini sungguh akan menjadi suatu tantangan besar untuk memberikan respon yang tepat sesuai dengan informasi yang diterima oleh mata. Beberapa masalah visual yang kerap ditemukan pada fungsi indera penglihatan anak autis adalah kesulitan membuat kontak mata, keterbatasan fokus mata terhadap benda-benda tertentu dan sebagainya. Tidak adanya kontak mata dari anak autis membuat mereka sulit untuk memfokuskan diri dalam mengamati suatu benda sehingga kerap timbul rasa depresi jika mereka dihadapkan pada objek-objek yang masih asing, kesulitan dalam mengikuti instruksi/pelajaran yang berdampak terhadap menurunnya prestasi belajar anak. Masalah-masalah visual yang muncul pada anak autis berhubungan erat dengan sistem penginderaan yaitu

3 indera-indera proximal (dekat) yang terdiri dari indera taktil (sentuhan), indera vestibuler (gravitasi dan keseimbangan) dan indera proprioseptif (gerakan dan posisi tubuh). Indera taktil memainkan satu peranan penting dalam pengembangan persepsi visual yaitu cara otak menafsirkan apa yang dilihat oleh mata. Dengan menyentuh benda, seorang anak menyimpan memori tentang ciri-ciri dari benda tersebut dan hubungan satu dengan yang lainnya. Pada umumnya, seorang anak kecil menyentuh apa yang ia lihat dan melihat apa yang ia sentuh. Banyaknya pengalaman menyentuh benda dan orang merupakan dasar bagi persepsi visual. Indera vestibuler memberikan pengaruh yang besar terhadap keterampilan visual dasar yang disebut keterampilan motorik ocular (gerak mata atau motorik mata). Indera proprioseptif mengirimkan informasi sensorik tentang gerakan dan posisi tubuh. Reseptor untuk indera proprioseptif terdapat dalam otot, sendi, ligament, urat dan jaringan penyekat. Sensasi-sensasi sendi dan otot yang berasal dari sistem proprioseptif berkaitan erat dengan dengan sistem taktil dan sistem vestibuler. Persepsi taktil-proprioseptif mengacu pada sensasi-sensasi sentuhan sekaligus sensasi-sensasi posisi tubuh, sedangkan persepsi vestibuler-proprioseptif mengacu pada sensasi-sensasi dari kepala sekaligus sensasi-sensasi posisi tubuh ketika seorang anak bergerak secara aktif. Permasalahan anak autis berinisial JM dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam melakukan kontak mata saat anak berinteraksi sehingga menjadi kurang kooperatif dalam berinteraksi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,

4 anak sulit diarahkan dan perhatiannya mudah beralih. Hal ini akan menghambat proses belajarnya di kelas. Pendekatan Sensori Integrasi (SI) dapat mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem sensori yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, seperti : 1. Pendekatan SI dapat mengurangi perilaku hiperaktif pada anak autis 2. Pendekatan SI dapat meningkatkan fokus perhatian pada anak autis yang hiperaktif. Berkenaan dengan permasalahan tersebut, peneliti ingin meneliti permasalahan ini lebih lanjut melalui pendekatan SI dalam mengatasi masalahmasalah visual yang muncul pada anak autis khususnya kontak mata. Pendekatan SI yang dilakukan yaitu untuk melatih indera-indera proximal (dekat) yang terdiri dari indera taktil, indera vestibuler dan indera proprioseptif. Latihan ini dikemas dalam bentuk kegiatan bermain dengan menggunakan media permainan.

5 B. Identifikasi Masalah Permasalahan anak autis dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Memiliki masalah dalam berkomunikasi yaitu terlihat dari ekspresi wajah yang datar, jarang memulai komunikasi, sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang. (2) Masalah hubungan sosialnya dengan orang lain yaitu kontak mata terbatas, tidak responsive, menggunakan tangan orang lain sebagai alat. (3) Hubungan dengan lingkungannya juga terhambat, anak autis bermain repetitive (diulangulang), marah atau tidak menghendaki perubahan-perubahan, memutar-mutar, berputar-putar, membentur-bentur kepala atau menggigit-gigit pergelangan tangan dan sebagainya. (4) Respon terhadap rangsangan indera/sensoris kadang seperti tuli, memainkan jari-jari di depan mata, menarik diri ketika disentuh, tahan dan berespon aneh terhadap rasa sakit dan sebagainya. Secara khusus masalah yang dialami oleh subjek dalam penelitian ini sebagai akibat dari minimnya kontak mata, adalah : 1. Respon terhadap instruksi tidak konsisten. 2. Mudah beralih perhatiannya (karena melihat atau mendengar sesuatu) 3. Sering kesulitan mempertahankan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain 4. Emosi subjek cenderung mudah frustrasi. 5. Sering gagal memusatkan perhatian pada hal-hal kecil pada pekerjaan sekolah atau aktivitas lain 6. Kadang seperti tuli, ketika diajak bicara.

6 C. Batasan Masalah Kebanyakan orang hanya mengenal lima macam indera yaitu pendengaran, penglihatan, perasa, penciuman dan perabaan. Kelima indera ini sering disebut sebagai indera-indera distal (jauh) karena indera-indera ini merespon stimulasi-stimulasi eksternal yaitu stimulasi-stimulasi yang berasal dari luar tubuh. Akan tetapi kita kurang mengenal tentang adanya indera-indera proximal (dekat) yang merespon apa yang terjadi di dalam tubuh. Indera-indera yang akan dilatih dalam SI untuk meningkatkan kemampuan kontak mata anak autis adalah indera-indera proximal (dekat), yang terdiri dari indera taktil, indera vestibuler dan indera proprioseptif. Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dalam latihan SI sangatlah banyak dan bervariasi. Akan tetapi, aktivitas-aktivitas yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu : a. Taktil, kegiatannya berupa : 1. Bermain plastisin, yaitu anak membuat bentuk dari plastisin. Kegiatan ini berupa latihan membuat bentuk-bentuk bulat, pipih, kotak dan sebagainya dengan menggunakan plastisin. 2. Bermain air, yaitu anak bermain air di kolam mainan. b. Vestibuler, kegiatannya berupa : 1. Lompat tali, yaitu anak melompati tali karet setinggi 50 cm tanpa menyentuh tali tersebut. 2. Menaiki dan menuruni tangga, yaitu anak menaiki dan menuruni anak tangga dengan cara berjalan dan berlari.

7 c. Proprioseptif, kegiatannya berupa : 1. Menuangkan pasir ke dalam botol, yaitu anak menggenggam pasir kemudian memasukkan pasir tersebut ke dalam botol. 2. Merobek kertas, yaitu anak merobek-robek kertas koran sampai pada ukuran yang sangat kecil. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat dikemukakan permasalahan pokok yang menjadi dasar perumusan masalah penelitian yaitu: Apakah pendekatan SI berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan kontak mata anak autis?. E. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel Sensory Integration Approach atau Pendekatan Sensori Integrasi (SI) diperkenalkan oleh A. Jean Ayres Ph D. (1988), seorang pendiri Ayres Clinic di California. SI adalah pengintegrasian dari bermacam-macam informasi sensorik untuk dipergunakan sesuai dengan yang diperlukan. SI merupakan proses neurologis dalam mengatur informasi yang kita terima dari tubuh kita dan dari dunia sekitar kita untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. SI ini terjadi di dalam sistem syaraf pusat, yang terdiri dari sel-sel syaraf yang tak terhitung banyaknya, di dalam jaringan syaraf tulang belakang dan di dalam otak. (Kranowitz, 44: 1998).

8 Demikian pula pengertian SI sebagaimana yang dikemukakan oleh Schaefgen (2008: 19) bahwa SI adalah suatu proses menyusun dan menganalisa informasi di otak, dan memanfaatkan informasi tadi untuk melakukan tindakan sehari-hari. Sensorik yaitu berhubungan dengan panca indera. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Integrasi yaitu pembauran hingga menjadi kesatuan utuh dan bulat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan SI adalah suatu pendekatan yang bertujuan mengintegrasikan berbagai macam informasi indera pada otak seseorang dengan cara memberikan rangsangan-rangsangan dalam bentuk latihan SI dan memanfaatkan informasi tadi untuk melakukan tindakan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan. Kontak mata (eye contact) adalah kejadian ketika dua orang melihat mata satu sama lain pada saat yang sama. Kontak mata merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang disebut okulesik dan memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku sosial. Frekuensi dan arti kontak mata sering bervariasi dalam berbagai budaya manusia. (http://id.wikipedia.org). Kontak yaitu hubungan satu dengan yang lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Mata yaitu indera untuk melihat ; indera penglihat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Dengan demikian, kontak mata yang dimaksud adalah hubungan timbal balik melalui kontak mata secara langsung dari anak dengan guru, dimana mata anak tertuju langsung pada guru ketika berinteraksi.

9 2. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel. Variabel pertama adalah pengaruh pendekatan SI sebagai variabel bebas (X) yaitu variabel yang melatarbelakangi suatu perlakuan dan berpengaruh terhadap hasil yang diinginkan. Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi (perlakukan). Pendekatan SI ini adalah suatu program latihan yang bertujuan untuk mengatur kerja sistem syaraf pusat pada otak manusia agar otak mampu menganalisis, mengatur dan menghubungkan atau mengintegrasikan pesan-pesan sensorik sehingga anak mampu memberikan respon pada informasi sensorik menjadi perilaku yang bermakna dalam cara yang konsisten. Dalam penelitian ini indera-indera yang akan dilatih dalam SI untuk meningkatkan kemampuan kontak mata anak autis adalah indera-indera proximal (dekat), yang terdiri dari indera taktil, indera vestibuler dan indera proprioseptif. Latihan SI secara keseluruhan dilakukan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang terbagi menjadi enam jenis latihan dan dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan. Setiap satu jenis latihan dilakukan selama 10 menit. 5 menit pertama yaitu pelaksanaan latihan SI dan 5 menit berikutnya mengukur kemampuan kontak mata subjek. Variabel kedua adalah kontak mata yang ditempatkan sebagai variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan istilah perilaku sasaran atau target behavior.

10 Kontak mata adalah hubungan timbal balik melalui kontak mata secara langsung dari anak dengan guru, dimana mata anak tertuju langsung pada guru ketika berinteraksi. Yang akan diteliti disini adalah kemampuan kontak mata anak sebelum, selama dan sesudah diberikan latihan SI. Pengukuran kemampuan kontak mata dilakukan selama 5 menit setelah anak menyelesaikan setiap sesi latihan yaitu ketika peneliti berinteraksi dengan anak. Satuan ukuran variabel yang digunakan yaitu durasi, berapa lama (detik) anak dapat melakukan kontak mata dengan peneliti ketika berinteraksi. Prosedur pencatatan kejadian yaitu dengan menggunakan stopwatch yang dimulai ketika anak melakukan kontak mata selama 5 menit. F. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan kontak mata anak autis sebelum dan setelah diberikan latihan SI? 2. Bagaimana pengaruh pendekatan Sensori Integrasi (SI) terhadap peningkatan kemampuan kontak mata pada anak autis?

11 G. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui kemampuan kontak mata anak autis sebelum dan setelah diberikan latihan SI. b. Memperoleh gambaran tentang pengaruh pendekatan SI terhadap kemampuan kontak mata pada anak autis. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang pendekatan SI dalam meningkatkan kemampuan kontak mata anak autis. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para guru, orangtua, terapis dan pihak lainnya yang terkait dengan penanganan anak autis.