BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan. Oleh Belanda status tersebut disebut sebagai Zelfbestuurende Lanschappen dan

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Batik Larangan Penguasa Mataram

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

BAB I PENGANTAR. Busana adalah produk budaya yang mencerminkan norma. dan nilai budaya suatu suku bangsa. Sebagai produk budaya,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 1. Sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah

OPTIMISME MASA DEPAN ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

HAK DAN KEWAJIBAN ABDI DALEM DALAM PEMERINTAHAN KRATON YOGYAKARTA *

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI

BAB II ISI SERAT ABDI DALEM KERATON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPLORASI TERHADAP MOTIVASI KERJA ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. harus dilandasi dengan nilai-nilai ketuhanan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III. A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Akulturasi. dalam Berry, 2005). Akulturasi didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi

Titah Ingkang Sinuwon Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIII

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

Sabdatama dan Sabdaraja Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Perspektif Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA TERHADAP SABDA RAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE-X DALAM KONFLIK INTERNAL

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan. 1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berbeda memang salah satu tujuan orang melakukan wisata.

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-XIV/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keraton yang mencuri perhatian dan makin menambah nilai eksotik Keraton itu

BAB III SABDATAMA DAN SABDARAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X TERHADAP UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 88/PUU-XIV/2016 Syarat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

POLEMIK KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya masyarakat, tanggung jawab penjagaan, perawatan, dan pengasuhan anak

Sri Sultan Hamengkubuwono IX

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

, 2015 EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

DINAMIKA PSIKOLOGIS PENGABDIAN ABDI DALEM KERATON SURAKARTA PASKA SUKSESI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Dari Mataram Islam hingga Berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta

AKULTURASI DALAM GENDING KEPRAJURITAN KERATON YOGYAKARTA. Skripsi

KEPALA DESA LOGANDENG KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. persaingan. Seseorang akan berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih,

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

Pernahkah kamu mengunjungi Kraton Yogyakarta? Jika sudah, pernahkan kamu melihat bangunan dan benda dibawah ini?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah bekas swapraja Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

NASKAH DRAMA SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK

PENGHILANGAN HAK POLITIK PERSPEKTIF SISTEM DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA RA GUPITA DHYANINGSARI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan pembagian dari Kerajaan Mataram akibat perjanjian Gianti yang terjadi pada tahun 1755. Kerajaan Mataram dipimpin oleh Paku Buwono III pada saat terjadi perpecahan. Isi perjanjian Gianti adalah kerajaan Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Surakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Paku Buwono III dan Ngayogyakarta Hadingrat yang dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi (adik Paku Buwono II) dengan gelar Hamengku Buwono I (Maharkesti, 1998). Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berada di wilayah Kecamatan Kraton, Kotamadya Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Karaton Ngayogyakarta memiliki luas 34.000 m 2. Batas-batas dari Karaton Ngayogyakarta adalah sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan Pengurakan, timur dengan Yudanegaran, Kemitbumen, Magangan, Langenastran Lor dan Kidul, selatan dengan Plengkung Gading/Nirbaya, dan barat dengan Ngadisuryan, Sompilan, dan Rotowijayan (Maharkesti, 1998). Karaton atau istana, biasa disebut kedhaton berasal dari kata ka-ratu-an atau kadhatu-an yang memiliki arti istana sebagai tempat tinggal Raja. Karaton selain sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai pusat politik, kebudayaan, dan kekuatan kerajaan (Brongtodiningrat dalam Wardani, 2013). Menurut Sudaryanto (2005), struktur sosial di Karaton Ngayogyakarta terdiri dari tiga bagian, yaitu Raja atau Sultan berada di struktur paling atas, kemudian struktur di bawah Raja adalah sentono dalem atau kelompok individu yang masih memiliki hubungan 1

darah atau kekerabatan dengan Raja (golongan bangsawan), dan struktur yang paling bawah adalah abdi dalem. Struktur pemerintahan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat terlampir dalam lampiran F halaman 140 (Sumber : Tepas Dwarapura). Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh seorang Sultan yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah, Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa atau Sri Sultan Hamengku Buwana X. Sultan Hamengku Buwono X naik tahta pada 7 Maret 1989 untuk menggantikan sang ayah, Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang telah wafat. Sultan sebagai pemimpin kerajaan memegang pemerintahan yang tertinggi di dalam Karaton. Dalam menjalankan sistem pemerintahan, Sultan dibantu oleh para pangeran atau kerabat Sultan dan para abdi dalem (Maharkesti, 1998). Abdi dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat terdiri dari dua golongan, yaitu abdi dalem reh punakawan dan abdi dalem reh kaprajan. Abdi dalem reh punakawan memiliki tugas tertentu dan mendapat hak yang diperoleh dari Karaton Ngayogyakarta berupa kekucah atau paringan Dalem. Seorang abdi dalem reh punakawan yang masih dalam tahap magang atau baru masuk belum berhak mendapatkan kekucah karena harus menunjukkan niat, kerajinan, dan ketekunan dalam mengabdi di Karaton Ngayogyakarta. Proses magang dilakukan oleh calon abdi dalem reh punakawan antara dua sampai lima tahun. Kerajinan dan ketekunan mengabdi menjadi bahan penilaian apakan seorang benarbenar ingin menjadi abdi dalem (Lestari, 2008). Abdi dalem reh punakawan terdiri dari dua jenis yaitu abdi dalem yang bertugas di kantor atau datang setiap hari dan caos atau datang setiap beberapa hari sekali sesuai tugas masing-masing Tepas. Abdi dalem reh punakawan putri (keparak) bertugas caos atau datang setiap sepuluh hari sekali di wilayah Keputren (Maharkesti, 1998). 2

Berdasarkan data dari Tepas Parentah Hageng Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, jumlah abdi dalem reh punakawan sampai pada bulan Oktober tahun 2014 sebanyak 1083 orang. Rentang umur abdi dalem reh punakawan yang masih aktif berdasarkan data dari Tepas Parentah Hageng antara 21 tahun sampai 86 tahun. Daftar jumlah abdi dalem reh punakawan berdasarkan kantor/caosan secara detail terdapat pada lampiran G halaman 142. Abdi dalem reh kaprajan adalah abdi dalem yang mayoritas berasal dari pegawai pemerintah di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, anggota TNI, Polisi, Notaris, pegawai BUMN, maupun perangkat desa. Abdi dalem reh kaprajan pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis yaitu abdi dalem reh kaprajan yang telah pensiun sehingga aktif melakukan sowan bekti setiap dua minggu sekali di Karaton Ngayogyakarta dan abdi dalem reh kaprajan yang masih aktif sebagai pegawai pemerintahan, TNI, Polisi, Notaris, pegawai BUMN, maupun perangkat desa sehingga tidak memiliki kewajiban untuk melakukan sowan bekti di Karaton. Abdi dalem reh kaprajan yang masih aktif bekerja hanya diminta datang saat Karaton Ngayogyakarta mengadakan upacara seperti grebeg, labuhan, maupun menyucikan pusaka. Abdi dalem reh kaprajan tidak mendapat kekucah karena setiap bulan telah mendapat gaji yang berasal dari Pemerintah. Jumlah abdi dalem reh kaprajan yang aktif sowan bekti di Karaton Ngayogyakarta kurang lebih 368 orang (terhitung mulai tahun 2011) dengan rentang usia antara 56 sampai 86 tahun. Jumlah abdi dalem reh kaprajan yang tidak aktif sowan bekti atau masih bekerja antara 2500 sampai 3000 orang (Tepas Dwarapura, 2014). Kekucah yang didapat oleh abdi dalem reh punakawan berkisar antara Rp 2.000,- sampai Rp 20.000,- per bulan (Sudaryanto, 2005). Jumlah kekucah yang diberikan Karaton Ngayogyakarta kepada abdi dalem reh punakawan disesuaikan berdasarkan pangkat dan tugas yang dilaksanakan. Semakin tinggi pangkat semakin besar kekucah yang didapat. 3

Bagi abdi dalem reh punakawan yang bertugas di kantor mendapatkan kekucah yang lebih tinggi daripada abdi dalem reh punakawan yang hanya bertugas caos. Perbedaan jumlah kekucah tersebut terjadi karena abdi dalem reh punakawan yang bertugas di kantor datang setiap hari dan yang bertugas caos hanya bertugas di Karaton setiap beberapa hari sekali disesuaikan dengan tugas dari masing-masing Tepas. Kekucah berasal dari internal Karaton Ngayogyakarta (Maharkesti, 1998). Menurut informan Raden Bekel Widyo Arbudono (abdi dalem reh punakawan yang telah mengabdi di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat selama 14 tahun, berpangkat bekel sepuh, bertugas di Tepas pariwisata, dan berusia 50 tahun), abdi dalem di Karaton Ngayogyakarta memiliki pekerjaan lain dan tidak mengandalkan hidupnya dari kekucah yang diperoleh dari Karaton Ngayogyakarta. Nah pada dasarnya abdi dalem di sini itu punya pekerjaan sampingan. Entah dagang, apa jadi guru, jadi buruh. Jadi hidupnya nggak mengandalkan dari kekucah yang didapat dari Karaton. (I:WA.42-44) Informan Raden Bekel Widyo Arbudono menjadi abdi dalem untuk melanjutkan pengabdian kakek-nenek dan ayahnya dengan keinginannya sendiri atau tanpa ada paksaan. Oh nggak mbak. Orang tua saya nggak maksa saya kudu dadi abdi dalem untuk meneruskan. Itu keinginan saya pribadi. Gimana ya jadi kemantepan sama keinginan sendiri mbak kalau mau masuk di sini itu. Dan nggak ada istilah e dipaksa. (I:WA.33-36) Pengabdian berasal dari kata abdi yang berarti hamba atau bawahan. Pengabdian diartikan sebagai perihal mengabdi atau memperhamba diri. Dalam pola masyarakat lama masih mengenal adanya abdi atau hamba, yang berasal dari golongan bawahan dituntut suatu tanggung jawab atas segala pekerjaan yang diperintahkan atau ditugaskan kepadanya. Dengan demikian dalam pengabdian sekaligus dituntut adanya kesetiaan atau 4

loyalitas kepada atasannya. Hal tersebut memiliki kecenderungan yang sifatnya psikis, bukan materialistis (Widyosiswoyo, 2001). Makna pengabdian kepada Karaton Ngayogyakarta menurut informan Raden Bekel Widyo Arbudono adalah dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun dari Karaton Ngayogyakarta atau tanpa pamrih. Menurut informan, abdi dalem yang mengabdi tidak mencari uang dan Karaton Ngayogyakarta tidak memberikan uang atau materi. Informan selalu manut untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh atasan atau Penghageng. Informan sudah memiliki niat bulat dan kemantapan hati saat ingin menjadi abdi dalem walaupun tidak akan mendapat materi di Karaton. Informan merasa senang walaupun ia datang setiap hari untuk mengabdi dan memperoleh kekucah dari internal Karaton Ngayogyakarta sebesar Rp 20.000,00. Pengabdian sebagai abdi dalem itu ya harus dilakukan dengan ikhlas mbak. Abdi dalem nggak ada yang ngabdi di sini cuma pingin cari uang. Dan memang ya nggak dapet uang. Jadi nggak ada motif lain-lain lah. Murni pengabdian kepada Sultan, kepada Kraton gitu mbak. Tugas apapun yang diberikan ya dikerjakan. Istilahe manut perintah atau dhawuh dari atasan. Saya masuk sini dari awal ya sudah niat dan ati saya mantep. Saya datang hampir tiap hari terus kekucahnya hanya dua puluh ribu. Nggak dapet apa-apa secara materi ya nggak papa. Tapi yang penting saya ngabdi di sini ngerasa seneng. (I:WA.129-137) Lalu bagaimana penilaian abdi dalem terhadap kehidupannya dan pengabdiannya di Karaton Ngayogyakarta? Subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan emosional individu terhadap kehidupan mereka, seperti apa yang disebut orang awam sebagai kebahagiaan, ketenteraman, berfungsi penuh, dan kepuasan hidup (Diener, Oishi, & Lucas, 2003). Diener, et al. (1997), berpendapat bahwa seseorang dikatakan memiliki subjective well-being yang tinggi jika mengalami kepuasan hidup dan lebih sering mengalami kegembiraan, serta tidak terlalu sering mengalami emosi yang tidak menyenangkan. Sedangkan seseorang dikatakan memiliki subjective well-being yang 5

rendah jika tidak merasa puas dengan hidupnya, mengalami sedikit afeksi dan kegembiraan, dan lebih sering mengalami emosi negatif seperti marah dan cemas. Kesejahteraan subjektif menurut informan Raden Bekel Widyo Arbudono adalah dapat hidup dengan senang, bahagia, merasa tenang, tenteram, tidak memikirkan hal-hal yang bersifat materi, keluarga dapat hidup rukun, anak-anaknya bisa menurut dengan perintah orang tua dan dapat sukses dalam pendidikan, hidup jangan sampai memiliki masalah, serta dapat menerima dan lebih bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan sehingga merasa hidupnya serba cukup. Umur yang sudah tua membuat nforman tidak ngoyo atau berusaha dengan mati-matian mencari uang sehingga hati lebih semeleh. kalau menurut saya ya kita bisa hidup dengan secukupnya. Ya walaupun kalau dirasa-rasakke ya mungkin kurang tapi tetep diatur gimana supaya cukup. Terus bisa hidup seneng, bahagia, tenang, tentrem, nggak mikirkan materi atau nggak ngoyo nyari duit gitu mbak. Saya kan udah tua juga. Jadi mau cari apa lagi. Ya kan? Kemudian bisa nerima dan bersyukur apa yang kita punya sekarang. Lebih semeleh lah ati kita. Terus keluarga ya bisa hidup rukun. Sukur anak-anak sekolahe sukses. Anak-anak nurut sama orang tua. Yang pasti kita jangan sampai punya masalah. Jadi enak nggak kepikiran macem-macem. (I:WA.111-120) Abdi dalem bersedia mengabdi secara ikhlas terhadap Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tanpa memikirkan pamrih dan tetap merasakan bahagia, tenang, tenteram, dan dapat menerima serta bersyukur kepada Tuhan menjadi menarik untuk diteliti. Peneliti fokus pada subjective well-being atau bagaimana abdi dalem yang sudah berusia tua mengevaluasi kehidupan yang dialami dan pengabdiannya di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, baik berupa penilaian afektif (terhadap mood dan emosi) dan penilaian kognitif (kepuasan hidup). B. Tujuan Penelitian Penelitian ini ingin memahami subjective well-being abdi dalem usia tua yang mengabdi di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mencari berkah dan tanpa mendapat materi. 6

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat menambah kajian ilmu psikologi yang berkaitan dengan tema subjective well-being abdi dalem Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang belum banyak diteliti. Penelitian ini menambah referensi mengenai pengaruh budaya Jawa yang kaya akan nilai budi pekerti luhur terhadap kehidupan individu dan masyarakat. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menjadi gambaran mengenai kesejahteraan subjektif yang dirasakan oleh abdi dalem di Karaton Ngayogyakarta. Gambaran tersebut dapat menjadi acuan pihak Karaton Ngayogyakarta untuk menindaklanjuti apabila terdapat abdi dalem yang tidak sejahtera. 7