yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah

Transkripsi

1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNDANG- UNDANG NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negari Ngayogyakarta yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah mempunyai wilayah, pemerintahan, dan penduduk sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berperan dan memberikan sumbangsih yang besar dalam mempertahankan, mengisi dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; I. Umum Status istimewa yang melekat dalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bagian integral dalam sejarah pendirian negara-bangsa Indonesia. Pilihan untuk menjadi bagian Indonesia merupakan refleksi filosofis Kesultanan, Pakualaman, dan masyarakat Yogyakarta secara keseluruhan. Pilihan ini membawa resiko masyarakat Yogyakarta menjadi bagian kecil dari dalam masyarakat Indonesia yang besar dan majemuk. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, meskipun Yogyakarta dapat saja menjadi negara yang merdeka, Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII memutuskan untuk menjadi bagian istimewa dari Indonesia. Masing-masing tokoh ini, secara terpisah tetapi dengan format dan isi yang sama, mengeluarkan Amanat tertanggal 5 September 1945 yang kemudian dikukuhkan dengan Piagam Kedudukan Presiden Republik Indonesia tertanggal 19 Agustus 1945 yang diserahkan pada tanggal 6 September 1945 menyatakan integrasi Yogyakarta ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memilih status keistimewaan. Keputusan di atas memiliki arti sangat penting bagi Indonesia karena telah memberikan wilayah dan penduduk yang kongkrit bagi Indonesia yang baru memproklamasikan kemerdekaannya. 1

2 b. bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang- Undang Dasar 1945 mengakui dan menghormati satuansatuan Pemerintah Daerah yang bersifat Khusus atau yang bersifat Istimewa yang diatur dengan undang-undang; c. bahwa dalam Piagam Penetapan yang diberikan Presiden Soekarno pada tanggal 19 Agustus 1945, dengan tegas menetapkan Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Abdurachman Sayidin Panatagama Kalifatullah Pengaturan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada peraturan perundangundangan sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap konsisten dengan memberikan pengakuan keberadaan suatu daerah yang bersifat istimewa. Bahkan Pasal 18B ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dihasilkan melalui proses perubahan Undang-Undang Dasar 1945 tetap saja memberikan pengakuan eksistensi suatu daerah yang bersifat istimewa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, konsistensi pengakuan atas status keistimewaan sebuah daerah, tidak diikuti pengaturan yang komprehensif dan jelas mengenai substansi keistimewaannya. Kewenangan yang diberikan kepada Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1950 semata-mata mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yang menganut ajaran rumah tangga materiil yang memperlakukan sama semua daerah di Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada masa berlakunya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1957 sampai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun Hal-hal di atas telah memunculkan interpretasi bahwa Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta hanya pada kedudukan Gubernur dan Wakil Gubernur. Pengaturan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta bertujuan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, demokratis, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat, menjamin ke-bhinneka-tunggalika-an, dan melembagakan peran dan tanggung jawab Kesultanan dan Pakualaman dalam menjaga dan mengembangkan budaya 2

3 Ingkang Kaping IX dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam Ingkang Kaping VIII pada kedudukannya; d. bahwa bergabungnya Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan amanat Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII tanggal 5 September 1945 dan 30 Oktober 1945, merupakan bukti dan fakta sejarah menujukkan kuatnya komitmen rakyat dan pimpinan di Yogyakarta dalam perjuangan menegakkan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta yang merupakan warisan budaya bangsa. Pengaturan tersebut dilakukan dengan berlandaskan pada asas demokrasi, kerakyatan, ke-bhinneka-tunggal-ika-an, efektivitas pemerintahan, kepentingan nasional, dan pendayagunaan kearifan lokal. Oleh karenanya, dan dengan memperhatikan aspek historis, sosiologis, dan yuridis substansi keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta diletakkan pada level pemerintahan Provinsi. Sebagai konsekuensi dari penambahan kewenangan istimewa yang diberikan kepada Daerah Istimewa Yogyakarta, diperlukan dukungan pembiayaan tambahan di luar sumber-sumber penerimaan pemerintah provinsi sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan. Tambahan pembiayaan ini menjadi beban dari Pemerintah Pusat melalui tambahan Dana Alokasi Umum dan kontribusi dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota dalam Daerah Istimewa Yogyakarta. Seluruh sumber penerimaan tersebut masuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikelola secara efektif, efisien, responsif, akuntabel, transparan dan partisipatif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, diperlukan perubahan, penyesuaian dan penegasan terhadap substansi keistimewaan yang diberikan kepada Provinsi Daerah Istimewa melalui Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1955 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam rangka perubahan, penyesuaian dan penegasan 3

4 Mengingat: 1. Pasal 18B ayat (1), Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 22D ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 827); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844 ); Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, perlu dibentuk dalam suatu Undang-Undang tentang Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. 4

5 BAB I II. Pasal demi Pasal KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pasal Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Daerah Istimewa Yogyakarta yang selanjutnya disebut DIY merupakan penggabungan Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dipimpin seorang Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur dan Wakil Kepala Daerah dengan sebutan Wakil Gubernur. 3. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang selanjutnya disebut pemerintah daerah adalah unsur penyelenggara pemerintahan yang terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah. 4. Gubernur adalah Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah di wilayah DIY. 5. Wakil Gubernur adalah Wakil Kepala Daerah. 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, selanjutnya disebut DPRD DIY, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 7. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 8. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5

6 9. Keistimewaan adalah kedudukan hukum yang dimiliki oleh DIY berdasarkan sejarah dan hak asal-usul menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa. 10. Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan perundang-undangan DIY yang dibentuk oleh DPRD DIY dengan persetujuan bersama Gubernur. 11. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang selanjutnya disebut Kasultanan dipimpin oleh Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Abdurachman Sayidin Panatagama Kalifatullah, yang selanjutnya disebut Sri Sultan Hamengku Buwono. 12. Kadipaten Pakualaman yang selanjutnya disebut Kadipaten dipimpin oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam yang selanjutnya disebut Sri Paduka Paku Alam. 13. Kebudayaan adalah nilai-nilai, norma, adat istiadat, benda seni dan tradisi luhur yang mengakar dalam masyarakat. BAB II ASAS DAN TUJUAN Bagian Kesatu Asas Pasal 2 Pasal 2 DIY disusun berdasarkan asas pengakuan atas hak asal-usul, demokrasi, kerakyatan, kebhinneka tunggalikaan, efektivitas pemerintahan, kepentingan nasional, dan pendayagunaan kearifan lokal. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Pasal 3 (1) Pengaturan DIY bertujuan untuk : a. mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman masyarakat; 6

7 b. mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, dan demokratis; c. mewujudkan tata pemerintahan dan tatanan sosial yang menjamin kebhinneka tunggalikaan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. memberdayakan peran dan tanggung jawab Kasultanan dan Kadipaten dalam menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta yang merupakan warisan budaya bangsa. (2) Kesejahteraan dan ketentraman masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan publik dan pengembangan kemampuan masyarakat. Huruf d Budaya Yogyakarta merupakan nilai-nilai, norma, adat istiadat dan tradisi luhur yang mengakar dalam masyarakat Yogyakarta didasarkan kepada filosofi manunggaling kawula gusti, yaitu bersatunya rakyat dengan pemimpinnya; hamemanyu hayuning buwono, yaitu membangun dengan ramah lingkungan hidup agar dunia menjadi hayu (indah) dan rahayu (selamat dan lestari); golong-gilig; sawiji greget senguh ora mingkuh; watak kesatriya; dan lain-lain. BAB III PEMBAGIAN DAN BATAS WILAYAH Bagian kesatu Pembagian Wilayah Pasal 4 Pasal 4 (1) Wilayah DIY terdiri dari kota, kabupaten, dan desa. (2) Wilayah kota terdiri dari kecamatan dan kelurahan. (3) Wilayah kabupaten terdiri dari kecamatan dan desa. Pasal 5 Pasal 5 Kota dan Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) adalah daerah otonom yang meliputi: a. Kota Yogyakarta;.. 7

8 b. Kabupaten Bantul; c. Kabupaten Kulonprogo; d. Kabupaten Gunungkidul; dan e. Kabupaten Sleman. Bagian Kedua Batas Wilayah Pasal 6 Pasal 6 (1) DIY memiliki batas-batas:. a. sebelah utara dengan Kabupaten Magelang dan Boyolali Provinsi Jawa Tengah; b. sebelah timur dengan Kabupaten Klaten dan Wonogiri Provinsi Jawa Tengah; c. sebelah selatan dengan Samudera Indonesia; dan d. sebelah barat dengan Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. (2) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini. BAB IV KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN Bagian Kesatu Kedudukan Pasal 7 Pasal 7 DIY berkedudukan sebagai daerah setingkat provinsi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagian Kedua Keistimewaan Pasal 8 Pasal 8 (1) Keistimewaan kewenangan DIY mencangkup : a. kepemimpinan; b. kepemerintahan; c. pelestarian dan pengembangan kebudayaan; dan d. tata kelola pertanahan. (2) Penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal dan keberpihakan kepada rakyat. 8

9 BAB V KEPEMIMPINAN Pasal 9 Pasal 9 (1) Sri Sultan Hamengku Buwono selain sebagai pemimpin tertinggi di Kasultanan, menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah DIY. (2) Sri Paduka Paku Alam selain sebagai pemimpin tertinggi di Kadipaten, menjabat sebagai Wakil Gubernur Kepala Daerah DIY. BAB VI KEPEMERINTAHAN Pasal 10 Pasal 10 (1) Penyelenggaraan kepemerintahan DIY sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b bertujuan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. (2) Dalam mencapai tujuan penyelenggaraan kepemerintahan DIY sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas prinsip-prinsip : a. partisipatif; Huruf a b. transparansi; Huruf b c. akuntabilitas; Huruf c d. efektivitas; Huruf d Yang dimaksud partisipatif adalah bahwa penyelenggaran pemerintahan harus mengartikulasikan kepentingan masyarakat. Yang dimaksud dengan transparan adalah bahwa Penyelenggaraan pemerintahan harus terbuka dengan melaporkan seluruh kegiatan pemerintahan kepada masyarakat. Yang dimaksud akuntabilitas adalah seluruh penyelenggaraan pemerintahan harus mampu dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan efektivitas adalah bahwa penyelenggaraan pemerintahan harus efektif dan efesien serta sesuai 9

10 e. kesetaraan; dan Huruf e f. penegakan hukum. Huruf f BAB VII PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN Pasal 11 Pasal 11 (1) Pelestarian dan pengembangan kebudayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan hasil cipta, karsa dan karya. (2) Hasil kebudayaan cipta, karsa dan karya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa nilai-nilai, norma, pengetahuan, benda cagar budaya, seni, adat istiadat dan tradisi luhur yang mengakar dalam masyarakat DIY. dengan perecanaan. Yang dimaksud dengan kesetaraan adalah bahwa penyelenggaraan pemerintahan harus adil dan memandang semua masyarakat Yogyakarta adalah sama. Yang dimaksud dengan penegakan hukum adalah bahwa penyelenggaraan pemerintahan DIY harus tegas dan menjunjung tinggi. BAB VIII TATA KELOLA PERTANAHAN Pasal 12 Pasal 12 (1) Kewenangan keistimewaan dalam rangka penyelenggaraan tatakelola pertanahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( 2) huruf d diwujudkan dengan menetapkan Kasultanan dan Kadipaten ditetapkan sebagai subyek hak. (2) Sebagai subyek hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kasultanan mempunyai hak milik atas Sultanaat Grond (SG). Ayat (2) Yang dimaksud dengan Sultanaat Grond, yang sering disebut Kagungan Dalem, adalah tanah yang selama ini diakui oleh Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai milik Kesultanan, yang meliputi tanah 10

11 (3) Sebagai subyek hak, Kadipaten mempunyai hak milik atas Pakualaman Grond (PAG). Keprabon dan bukan keprabon. Tanah keprabon adalah tanah yang digunakan untuk bangunan istana dan pendukungnya, Seperti alun-alun, masjid, taman sari, pesanggrahan dan petilasan. Tanah bukan keprabon terdiri dari atas dua jenis tanah, yaitu: tanah yang digunakan penduduk/ lembaga dengan hak (magersari, ngindung, hak pakai, hutan, kampus dan lain-lain), dan tanah yang digunakan penduduk tanpa alas hak. Ayat (3) Yang dimaksud dengan Pakualamanaat Grond, yang sering disebut Kagungan Dalem, adalah tanah yang selama ini diakui oleh Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Kadipaten Paku Alam, yang meliputi tanah keprabon dan bukan keprabon. Tanah keprabon adalah tanah yang digunakan untuk bangunan istana dan pendukungnya, seperti alun-alun, masjid, taman sari, pesanggrahan dan petilasan. Tanah bukan keprabon terdiri dari atas dua jenis tanah, yaitu: tanah yang digunakan penduduk/ lembaga dengan hak (magersari, ngindung, hak pakai, hutan, kampus dan lain-lain), dan tanah yang digunakan penduduk tanpa alas hak. (4) Sebagai subyek hak, Kasultanan dan Kadipaten berwenang mengelola dan memanfaatkan Sultan Grond dan Pakualaman Grond untuk sebesar-besarnya ditujukan kesejahteraan masyarakat, pengembangan kebudayaan dan kepentingan sosial. (5) Tanah SG-PAG yang sedang/masih dibebani Hak Guna Bangunan dan/atau Hak Pakai diatasnya dari lembaga atau perseorangan yang berkepentingan yang diperoleh berdasarkan surat kekancingan dari Kasultanan Ayat (5) Yang dimaksud dengan surat kekancingan dalam ayat ini adalah surat resmi (sertifikat) yang dikeluarkan oleh Kasultanan atau 11

12 dan surat kekancingan dari Kadipaten masih tetap sesuai dengan peruntukannya dan status kepemilikan tetap berada pada Kasultanan dan Kadipaten. (6) Selebihnya dari tanah SG-PAG termasuk yang dimaksud ayat (4) dan tanah SG-PAG yang telah dilekati Hak Eigendom yang sudah dikonversi menjadi Hak Milik serta tanah yang sudah diatur dalam Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1954 baik sudah atau belum dikonversi menjadi Hak Milik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA), adalah tanah Pemerintah Daerah DIY. Kadipaten untuk menggunakan tanah SG- PAG. Ayat (6) Yang dimaksud dengan hak eigendom adalah hak milik bersama terjadi dalam hal pemilikan lebih dari satu orang. BAB IX BENTUK DAN SUSUNAN PEMERINTAHAN Bagian Kesatu Umum Pasal 13 Pasal 13 (1) Pemerintahan Daerah DIY terdiri atas DPRD DIY, dan Pemerintah Daerah. (2) Pemerintah Daerah terdiri atas Gubernur beserta perangkat Pemerintah Daerah lainnya. (3) Pada Kabupaten/Kota dibentuk DPRD Kabupaten dan DPRD Kota serta Pemerintah Kabupaten/Kota. (4) Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri atas Bupati/Walikota beserta perangkat pemerintah Kabupaten/Kota lainnya. (5) Pada Desa dibentuk Badan Musyawarah Desa dan Pemerintah Desa. Bagian Kedua DPRD DIY Pasal 14 Pasal 14 (1) DPRD DIY merupakan lembaga legislatif daerah yang anggotanya dilantik berdasarkan hasil Pemilihan Umum dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 12

13 (2) DPRD DIY mempunyai fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. (3) DPRD DIY mempunyai hak untuk membentuk alat kelengkapan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan status keistimewaan DIY. Pasal 15 Pasal 15 (1) DPRD DIY mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD DIY dengan berpedoman pada peraturan perundangundangan. Pasal 16 Pasal 16 (1) Setiap anggota DPRD DIY mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundangundangan. (2) Pelaksanaan hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD DIY dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Pemerintah DIY Paragraf 1 Umum Pasal 17 Pasal 17 (1) Pemerintah DIY dipimpin oleh seorang Gubernur sebagai Kepala Pemerintah DIY dan dibantu oleh seorang Wakil Gubernur. (2) Gubernur dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh perangkat daerah DIY. (3) Gubernur bertanggung jawab dalam penetapan kebijakan Pemerintah DIY pada semua bidang pemerintahan termasuk keistimewaan DIY, pelayanan masyarakat dan ketenteraman serta ketertiban masyarakat. Pasal 18 Pasal 18 (1) Gubernur karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil Pemerintah. 13

14 (2) Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah, Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal 19 Pasal 19 (1) Pemerintah kabupaten/kota dipimpin oleh seorang bupati/walikota sebagai kepala pemerintah kabupaten/kota dan dibantu oleh seorang wakil bupati/wakil walikota. (2) Bupati/walikota dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh perangkat kabupaten/kota. (3) Bupati/walikota bertanggung jawab dalam penetapan kebijakan pemerintah kabupaten/kota di semua sektor pelayanan publik termasuk ketentraman dan ketertiban masyarakat. Paragraf 2 Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Pasal 20 Pasal 20 (1) Pemerintah menetapkan Sri Sultan Hamengku Buwono dan Sri Paduka Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. (2) Tata cara penetapan Sri Sultan Hamengku Buwono dan Sri Paduka Paku Alam sebagai pemimpin tertinggi di Kasultanan dan Sri Paduka Paku Alam sebagai pemimpin tertinggi di Kadipaten ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Kasultanan dan Kadipaten. (3) Dalam hal Sri Sultan Hamengku Buwono belum memenuhi syarat sebagaimana syarat umum seorang Kepala Daerah, maka yang menjalankan tugas Gubernur adalah Wakil Gubernur sampai dikukuhkannya Sultan Hamengku Buwono. (4) Dalam hal Sri Paku Alam belum memenuhi syarat umum seorang Wakil Kepala Daerah, maka jabatan Wakil Kepala Daerah tidak diisi sampai dikukuhkannya Sri Paku Alam. (5) Dalam hal Sri Sultan Hamengku Buwono dan Sri Paku Alam belum memenuhi syarat, atau berhalangan tetap secara bersama-sama maka Presiden selaku Kepala Negara dengan persetujuan Kasultanan dan Kadipaten menunjuk Pelaksana Tugas Kepala Daerah, 14

15 sampai ditetapkannya Gubernur dan Waki Gubernur. (6) Dalam hal Sri Sultan Hamengku Buwono memangku jabatan sebagai Pejabat Negara, maka jabatan Gubernur tetap melekat, sedang yang menjalankan tugas Kepala Daerah adalah Wakil Gubernur. (7) Dalam hal Sri Paku Alam memangku jabatan sebagai Pejabat Negara, maka jabatan Wakil Gubernur tetap melekat, sedang tugas Wakil Gubernur dijalankan sepenuhnya oleh Kepala Daerah. BAB X KASULTANAN DAN KADIPATEN Bagian Kesatu Umum Pasal 21 Dalam rangka penyelenggaraan keistimewaan DIY Kasultanan dan Kadipaten memiliki kewenangan tertentu dalam rangka penyelenggaraaan pemerintahan dan perlindungan serta pengembangan budaya. Pasal 21 Pasal 22 Pasal 22 (1) Kasultanan dan Kadipaten berfungsi dan berperan sebagai wahana partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kewenangan keistimewaan dan pemerintahan kabupaten/kota di bidang kebudayaan, pertanahan, keamanan, ketenteraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat. (2) Pembinaan kehidupan kebudayaan dan adat istiadat DIY dilakukan sesuai keistimewaan dan dilaksanakan oleh Kasultanan dan Kadipaten. Bagian Kedua Kasultanan Pasal 23 Pasal 23 Kasultanan mempunyai tugas dan wewenang: a. menobatkan Sri Sultan Hamengku Buwono sebagai langkah suksesi didalam Kasultanan; b. mengatur rumah tangga internal Kasultanan; dan 15

16 c. mengurus kewenangan keistimewaan bersamasama Pemerintah Daerah. Pasal 24 Pasal 24 Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Kasultanan mempunyai hak : a. memperoleh protokoler dan anggaran; dan b. melaksanakan kerjasama dengan Kadipaten dan pemerintah daerah untuk pelaksanaan kewenangan keistimewaan. Pasal 25 Pasal 25 Kasultanan mempunyai kewajiban : a. menjaga paugeran Kasultanan; Yang dimaksud dengan paugeran adalah aturanaturan atau kebiasan tertulis maupun tidak tertulis. b. menjaga adat istiadat dan budaya Yogyakarta; dan c. menyiapkan calon pemimpin tertinggi Kasultanan dengan memperhatikan syaratsyarat seorang kepala daerah. Bagian Ketiga Kadipaten Pasal 26 Pasal 26 Kadipaten mempunyai tugas dan wewenang: a. menobatkan Sri Paku Alam sebagai langkah suksesi di dalam Kadipaten; b. mengatur rumah tangga internal Kadipaten; dan c. mengurus kewenangan keistimewaan bersamasama Kasultanan dan Pemerintah Daerah. Pasal 27 Pasal 27 Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Kadipaten mempunyai hak : a. memperoleh protokoler dan anggaran; dan b. melaksanakan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam pelaksanaan kewenangan keistimewaan. 16

17 Pasal 28 Pasal 28 Kadipaten mempunyai kewajiban : a. menjaga paugeran Kadipaten; b. menjaga adat istiadat dan budaya Yogyakarta; dan c. menyiapkan calon pemimpin tertinggi kadipaten dengan memperhatikan syarat-syarat seorang wakil kepala daerah. BAB XI KEUANGAN Bagian Kesatu Umum Pasal 29 Pasal 29 (1) Seluruh ketentuan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan keuangan berlaku di DIY, kecuali yang diatur lain dalam Undang-Undang ini. (2) Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah DIY yang mencakup kewenangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (3) Penyelenggaraan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan pada Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (4) Penyelenggaraan kewenangan Keistimewaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Bagian Kedua Pengelolaan Keuangan Pasal 30 Pasal 30 (1) Anggaran dalam rangka pelaksanaan kewenangan keistimewaan DIY sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) ditetapkan sebesar 50 % (lima puluh per seratus) dari hasil pajak pusat yang dipungut Pemerintah di DIY. 17

18 (2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan anggaran yang diperuntukkan dan dikelola oleh Pemerintah DIY yang dipergunakan untuk pembiayaan kewenangan keistimewaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2). (3) Gubernur setiap akhir tahun anggaran wajib melaporkan seluruh pelaksanaan kegiatan dan mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Pengelolaan Aset Pasal 31 Pasal 31 (1) Semua ketentuan perundang-undangan yang mengatur barang daerah berlaku bagi DIY. (2) Pencatatan dan pengelolaan asset/barang daerah diatur dalam peraturan daerah. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Pasal 32 (1) Undang-Undang yang berlaku pada saat Undang-Undang ini diundangkan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang- Undang ini. (2) Peraturan Perundang-undangan dibawah Undang-Undang yang berkaitan secara langsung keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta disesuaikan dengan Undang- Undang ini. Pasal 33 Pasal 33 Kewenangan Istimewa yang dimiliki Pemerintah Daerah DIY tentang pelaksanaan Undang-Undang ini, diatur dengan Peraturan Daerah. Pasal 34 Pasal 34 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan 18

19 penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR 19