BAB III BAHAN DAN METODE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

IV. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan September 2004 di

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) yaitu dengan pemberian insektisida golongan IGR dengan

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

Lampiran 1. Penyiapan media bakteri Aeromonas hydrophila

Lampiran 1. Pengambilan Sampel Daun Rhizophora mucronata Lamk. dari Kawasan Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

Transkripsi:

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai dengan Februari 2013. Penelitian utama dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Peralatan yang digunakan untuk uji zona hambat ekstrak daun nangka terhadap bakteri : Alumunium foil digunakan untuk membungkus alat-alat. Autoclave dengan tekanan 1 atm, pada suhu 121 0 C untuk mensterilkan alat dan media. Bunsen untuk mensterilkan alat inokulasi bakteri. Erlenmeyer 250 ml merk Pyrex sebagai alat untuk menempatkan media agar. Falcon Centrifuge Tube 15 ml sebagai alat untuk membuat larutan bakteri Aeromonas hydrophila. Gelas ukur 1 L merk Pyrex sebagai alat untuk mengukur volume bahan cair yang akan digunakan. Hot plates dan magnetic stirer sebagai alat untuk menghomogenkan media agar. Inkubator sebagai tempat untuk inkubasi bakteri. 17

18 Jangka sorong digital ketelitian 0,1 mm sebagai alat untuk mengukur zona bening yang terbentuk. Jarum ose sebagai alat untuk mengambil biakan bakteri. Kapas sebagai penutup pada tabung reaksi. Kertas saring Whatman no. 42 dengan diameter 5 mm sebagai kertas cakram untuk menentukan zona bening. L glass sebagai alat untuk meratakan bakteri dalam petri dish. Laminar air flow sebagai ruang kerja aseptis dengan bantuan sterilisasi UV. Mikropipet merk Eppendorf sebagai alat untuk mengambil suspensi. Parafilm sebagai segel cawan petri untuk mencegah kontaminasi. Petri dish merk Pyrex sebagai tempat pembiakan bakteri sebanyak 6 buah. Plastik tahan panas sebagai pembungkus alat-alat setelah sebelumnya dibungkus oleh alumunium foil untuk disterilisasi. Spektrofotometer Genesys 10 UV sebagai alat untuk menghitung kepadatan mikrooganisme. Timbangan analitik merk Precisa ketelitian 0,001 g sebagai alat untuk menimbang bahan. 2. Peralatan yang digunakan untuk uji LC 50 : Aerator, selang aerasi dan batu aerasi sebagai alat untuk memasok O 2 pada setiap akuarium dan bak fiber. Akuarium ukuran 20 x 40 x 30 cm 3 sebagai wadah penelitian sebanyak 8 buah. Serok kain kasa sebagai alat untuk mengambil ikan mas. Software Epa Probhit Analysis untuk menganalisis nilai toksisitas ekstrak daun nangka.

19 3. Peralatan yang digunakan dalam penelitian utama : Aerator, selang aerasi dan batu aerasi sebagai alat untuk memasok O 2 pada setiap akuarium dan bak fiber Akuarium ukuran 20 x 40 x 30 cm 3 sebagai wadah penelitian sebanyak 15 buah. Alat Suntik dengan ketelitian 0,1 ml sebagai alat untuk menginfeksikan bakteri pada ikan. Serok kain kasa sebagai alat untuk mengambil ikan 4. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran kualitas air : DO meter merk Hanna HI-3810 sebagai alat untuk mengukur oksigen terlarut. ph meter merk Lutron ph-44 sebagai alat untuk mengukur dan mengontrol derajat keasaman air. Termometer dengan ukuran 0 0 C 100 0 C sebagai alat untuk mengukur suhu air. 3.2.2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan mas dengan ukuran 7 10 cm berasal dari Balai Benih Ciparay. 120 ekor untuk uji pendahuluan LC 50 48 jam ekstrak daun nangka dan 30 ekor untuk stok. 225 ekor untuk penelitian utama dan 75 untuk stok. 2. Daun Nangka Daun nangka diperoleh dari PEDCA FPIK UNPAD Jatinangor-Sumedang. 3. Bakteri Bakteri yang digunakan adalah Aeromonoas hydrophila yang berasal dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor.

20 4. Media Bakteri Media yang digunakan untuk kultur adalah Nutrien Agar merk dagang Oxoid dengan dosis pembuatan 28 gram/l. 5. Aquades dan alkohol Aquades dan alkohol digunakan untuk mencuci preparat dan alat yang telah digunakan. 6. Etanol 96 % Etanol digunakan sebagai bahan pelarut ekstrak daun nangka. 7. NaCl Fisiologis 0,9 % NaCl fisiologis sebagai larutan suspensi bakteri. 8. Pakan Pakan yang digunakan merupakan pelet komersil merk PF-600 dengan kandungan protein 39 %. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang diberikan adalah perendaman benih ikan mas dalam larutan ekstrak daun nangka dengan konsentrasi berbeda. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian, didasarkan atas penelitian pendahuluan. 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Penelitian Pendahuluan 1. Pembutan Ekstrak Daun Nangka Pembuatan ekstrak daun nangka dilakukan untuk mendapatkan stok ekstrak yang digunakan dalam penelitian. Tahapan pembuatan ekstrak daun nangka (Lampiran 1).

21 2. Uji Fitokimia Daun Nangka Uji fitokimia daun nangka dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terdapat di dalam daun nangka. Pengujian dilakukan yaitu uji kandungan alkaloid, falvonoid, saponin dan tanin. Tahapan pengujian fitokimia (Lampiran 2). 3. Uji Zona Hambat Uji zona hambat dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun nangka sebagai antibakteri dalam menghambat metabolisme kerja bakteri Aeromonas hydrophila. Uji zona hambat dilakukan pada berbagai konsentrasi yaitu 100.000 ppm, 10.000 ppm, 1000 ppm, 100 ppm dan 10 ppm dengan tiga kali ulangan dan kontrol menggunakan ampisilin dengan konsetrasi 10.000 ppm, 1000 ppm dan 100 ppm dengan dua kali ulangan. Langkah kerja untuk uji zona hambat sebagai berikut : 1. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk uji zona hambat disterilisasi terlebih dahulu dengan autoclave pada suhu 121 0 C dan tekanan 1 atm selama 15 menit. 2. Pembuatan konsentrasi ekstrak daun nangka dilakukan dengan cara pengenceran dengan aquades (Lampiran 3). 3. Pembuatan media NA sebagai media pertumbuhan Aeromonas hydrophila (Lampiran 4). 4. Pembuatan larutan bakteri dengan kepadatan 10 8 cfu/ml pada tabung falcon (Lampiran 5). 5. Pengambilan suspensi cairan bakteri kepadatan 10 8 cfu/ml sebanyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. 6. Meratakan penyebaran bakteri dalam media agar menggunakan L glass. 7. Meletakan kertas cakram yang telah dipersiapkan diatas media petri dish agar NA yang telah diinokulasi dengan bakteri Aeromonas hydrophila. 8. Meneteskan ekstrak daun nangka dengan konsentrasi sebesar 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm, 10.000 ppm dan 100.000 ppm ke atas kertas cakram.

22 9. Metode pengerjaan dilakukan secara steril di ruang laminar air flow untuk mencegah kontaminasi. 10. Menginkubasikan selama 18 24 jam pada suhu 27 0 C. 11. Diameter zona hambatan yang dihasilkan berupa zona bening pada uji ini kemudian diamati. Hasil pengamatan uji zona hambat yang disebabkan oleh ekstrak daun nangka pada metode difusi agar dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Hasil pengamatan uji zona hambat pada metode difusi agar Perlakuan (ppm) Zona Hambat Ulangan ke- I II III Rata-rata (mm) 100.000 9,52 10,69 10,03 10,08 10.000 8,86 9,2 9,12 9,06 1000 8,24 9,16 8,79 8,73 100 8,03 8,66 7,04 7,91 10 7,27 7,21 6,41 6,96 Tabel 2. Hasil pengamatan kontrol uji zona hambat pada metode difusi agar Perlakuan (ppm) Zona Hambat Ulangan ke- I II Rata-rata (mm) 10.000 9,81 9,16 9,48 1000 8,17 8,36 8,26 100 8,07 7,94 8,01 Berdasarkan tabel diatas, diketahui konsentrasi minimum rata-rata yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah pada konsentrasi 10 ppm dengan diameter zona hambat rata-rata 6,96 mm dan konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan terbesar adalah 100.000 ppm dengan diameter zona hambat rata-rata 10,08 mm. Kontrol yang dilakukan untuk penelitian ini mengunakan ampisilin karena diketahui bahwa ampisilin merupakan antibiotik yang dapat mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh bakteri dan telah banyak diaplikasikan dalam bidang kesehatan.

23 Berdasarkan hasil uji zona hambat dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya konsentrasi ekstrak yang diberikan, maka zona hambat yang dihasilkan juga semakin besar (Lampiran 6). Sehingga semakin besar konsetrasi ekstrak maka semakin efektif untuk membunuh bakteri Aeromonas hydrophila. 4. Uji LC 50 (Lethal Concentration 50 %) Perendaman Ekstrak Daun Nangka Uji LC 50 perendaman ekstrak daun nangka dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak dengan mortalitas ikan mas sebanyak 50 % selama 48 jam. Perlakuan pada uji LC 50 dilakukan dengan dua ulangan pada konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 300 ppm, dan 600 ppm (Lampiran 3). Ikan uji dimasukan ke dalam wadah perlakuan berupa akuarium dengan padat penebaran 15 ekor/akuarium. Sebelum dilakukan uji LC 50 ikan mas terlebih dahulu diaklimatisasi selama 7 hari dan diberi pakan pelet secara adlibitum. Kemudian akuarium diisi ekstrak daun nangka sesuai perlakuan. Hasil uji LC 50 perendaman ekstrak daun nangka terhadap benih ikan mas yang dilakukan pada penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji LC 50 48 jam ekstrak daun nangka pada benih ikan mas Perlakuan Mortalitas pada jam ke- 24 48 Jumlah A1 15 Tidak dihitung lagi 15 A2 15 Tidak dihitung lagi 15 B1 14-14 B2 14-14 C1 9-9 C2 11-11 D1 - - 0 D2 - - 0 E1 - - 0 E2 - - 0 Keterangan : A = Ekstrak daun nangka konsentrasi 600 ppm B = Ekstrak daun nangka konsentrasi 300 ppm C = Ekstrak daun nangka konsentrasi 100 ppm D = Ekstrak daun nangka konsentrasi 50 ppm E = Tanpa perendaman ekstrak daun nangka (0 ppm)

24 Kelangsungan hidup ikan dalam uji LC 50 dianalisis melalui program Probit Analysis menggunakan software dari US Environmental Protection Agency (US EPA). Nilai LC 50 yang diperoleh adalah 101,910 ppm ekstrak daun nangka dapat mengaikbatkan mortalitas benih ikan mas sebanyak 50 % dalam waktu 48 jam (Lampiran 7). Berdasarkan hasil zona hambat dan uji LC 50, konsentrasi yang efektif untuk menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila berada diatas nilai zona hambat terkecil dan dibawah nilai LC 50 48 jam. Sehingga perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Perlakuan A = Tanpa perendaman ekstrak daun nangka (0 ppm) Perlakuan B = Ekstrak daun nangka konsentrasi 20 ppm Perlakuan C = Ekstrak daun nangka konsentrasi 30 ppm Perlakuan D = Ekstrak daun nangka konsentrasi 40 ppm Perlakuan E = Ekstrak daun nangka konsentrasi 50 ppm Model umum rancangan yang digunakan adalah : = µ + + (Gaspersz 1991) Keterangan : Xij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j µi = Rata-rata umum τj = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh faktor random perlakuan ke-i ulangan ke-j 3.4.2 Penelitian Utama Penelitian utama dilakukan dengan rancangan perlakuan berdasarkan penelitian pendahuluan. Perlakuan tersebut yaitu pada konsentrasi ekstrak daun nangka 0 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm. Prosedur yang dilakukan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Persiapan wadah perlakuan sebanyak 15 buah. 2. Wadah perlakuan diisi dengan air sebanyak 15 L. 3. Penempatan wadah perlakuan.

25 4. Ikan uji dimasukan ke dalam wadah perlakuan yang telah disiapkan dengan kepadatan 15 ekor per wadah. 5. Ikan dipelihara selama 7 hari dan diberi pakan pelet secara adlibitum. 6. Penginfeksian bakteri Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 10 8 cfu/ml sebanyak 0,1 ml dengan cara menyuntikkan pada tubuh ikan secara intramuscular. 7. Ekstrak daun nangka dipersiapkan sesuai perlakuan yaitu 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm (Lampiran 3). 8. Pengamatan gejala klinis. Jika gejala klinis telah nampak, baru dilakukan perendaman dengan ekstrak daun nangka sesuai perlakuan selama 48 jam. 9. Setelah 48 jam perendaman, air pemeliharaan diganti dengan air baru tanpa diberi ekstrak daun nangka selama masa pemeliharaan. 10. Pada masa pemeliharaan dilakukan penyiponan dan pergantian air. 11. Pemberian pakan pelet komersil secara adlibitum dengan frekuensi dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 16.00 WIB. 12. Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan setiap hari selama masa pengobatan (2 hari) dan masa pemeliharaan (14 hari). 3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1 Gejala Klinis Gejala klinis yang diamati adalah kerusakan tubuh dan tingkah laku ikan yang mencakup respon terhadap pakan dan uji refleks (respon terhadap kejutan) dengan cara mengetuk kaca akuarium. Perubahan gejala klinis yang disebabkan oleh serangan bakteri Aeromonas hydrophila yaitu warna tubuh ikan menjadi agak gelap, kulit kasar dan timbul pendarahan selanjutnya menjadi borok, kemampuan berenang turun dan sering megap-megap di permukaan air karena insang rusak dan sulit bernapas, perut terlihat agak kembung, seluruh sirip rusak dan berwarna keputihan, serta mata rusak dan agak menonjol (Cahyono 2011). Pengamatan dilakukan setiap hari selama masa pengobatan (2 hari) dan masa pemeliharaan (14 hari).

26 3.5.2 Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup ikan mas diamati dengan cara menghitung jumlah ikan yang mati setiap hari selama masa pengobatan. Rumus kelangsungan hidup Effendie (1997) : = % Keterangan: KH = Tingkat kelangsungan hidup ikan (%) Nt = Jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan uji yang hidup pada awal penelitian (ekor) 3.5.3 Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur antara lain suhu, ph, DO, dan amonia yang diukur dua kali, yaitu pada tahap awal penelitian (hari pertama), tahap pertengahan penelitian (hari ketujuh), dan pada tahap akhir penelitian (hari keempat belas). 3.6 Analisis Data Pengaruh perlakuan perendaman benih ikan mas dalam ekstrak daun nangka terhadap kelangsungan hidup dianalisis menggunakan Anova (Analisis of Variance) atau uji F dan jika terdapat pengaruh pada perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95 % (Gasperz 1991). Gejala klinis yang terjadi dianalisis secara deskriptif.