TINJAUAN PUSTAKA Ikan Mas (Cyprinus carpio) Jenis ikan yang banyak dibudidayakan dan digemari masyarakat khususnya Sumatera utara salah satunya adalah ikan mas. Ikan mas adalah salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan dan makanan yang tersedia. Selain itu juga memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan karena mudah untuk dipijahkan, tahan terhadap penyakit, pemakan segala dan pertumbuhannya cepat. Menurut Cahyono (2000), ikan mas memiliki pertumbuhan yang tergolong cepat karena pada umur 5 bulan sejak telur menetas bobot badannya sudah mencapai 500 g/ekor, sedangkan kecepatan pertumbuhan ikan mas di kolam biasanya 3 cm setiap bulan, serta kegemaran masyarakat dimana akan memilih ikan yang memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan dengan yang lain. Padat penebaran merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan budidaya. Padat penebaran dalam suatu kegiatan budidaya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran benih, jenis ikan, sistem budidaya yang dilakukan, namun biasanya semakin rendah kepadatan ikan dalam kolam budidaya maka akan mempengaruhi pertumbuhan ikan begitu pula sebaliknya (Rochdianto, 2005). Pada padat penebaran yang tinggi akan menghasilkan produksi yang tinggi tetapi berat individu kecil tetapi sebaliknya apabila padat penebaran rendah akan menghasilkan produksi yang rendah dengan berat individu besar (Vass dan Van Oven (1995) diacu oleh Hatimah (1991). Jika
kepadatan populasi tinggi maka pertumbuhannya cenderung kurang pesat (Suyanto, 2002). Kualitas pakan pada hakekatnya adalah menentukkan sejauh mana pakan / pelet yang diberikan mempengaruhi pertumbuhan ikan (panjang dan berat). Effendi (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah perubahan dimensi sel organ maupun makhluk hidup yang mengakibatkan pertambahan bobot atau panjang dalam waktu tertentu. Kordi (2006) menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah kandungan nutrisi yang dikandung dalam pakan ikan yang diberikan. Kandungan nutrisi pakan akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. pakan dberikan untuk mengetahui pengaruh nutrisi bahan baku yang dibuat dengan mengamati pertumbuhan ikan selama beberapa waktu. Dalam praktiknya, pakan alami atau pakan buatan diberikan kepada ikan dengan dosis 3-8 % bobot ikan per hari.pembarian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang atau malam.tatapi dalam terapan budidaya banyak pula disarankan untuk memberikan pakan kapan saja selagi ikan mau makan.dengan demikian pakan yang diberikan lebih dari 3-5 %.Hal ini dapat dilakukan dengan syarat pakan termakan secara optimal oleh ikan. Fungsi dari makanan utamanya itu sendiri yaitu untuk pemeliharaan tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang rusak, menunjang aktivifas metabolisme dan untuk pertumbuhan secara reproduksi. Selain itu beberapa keuntungan kita dapatkan jika menggunakan pakan bautan antara lain : a. Kita dapat meningkatkan produksi melalui padat penebaran tinggi dengan waktu pemeliharaan yang pendek.
b. Kita dapat memampaatkan limbah industri pertanian yang berupa sisa-sisa buangan seperti ampas dan dedak padi juga mengunakan produk pertanian yang memiliki protein dan karbonhidrat yang dibutuhkan ikan seperti jagung. c. Rasa daging ikan dapat kita atur sesuai dengan selera kita yaitu dengan jalan mengatur susunan ramuan. d. Bentuk dan warna pada ikan juga bisa kita atur dengan member pakan yang menunjang hal tersebut. Suryaingsih (2010) menyatakan bahwa kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi yang dikandungnya melainkan pada sifat fisik pakan seperti kelarutannya, ketercernaanya, warna, bau, rasa dan anti nutrisi yang dikandung. Kualitas pakan juga dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Pemilihan baku yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya kecernaannya (digestibility); dan daya serap (biovaibility). Pakan yang berkualitas akan mendukung tercapainya tujuan produksi yang optimal. Oleh karena itu pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi serta kualitas secara fisik perlu diketahui. Secara tradisional jenis pakan yang berbentuk pellet atau moist pellet yang terdiri dari kombinasi beberapa bahan baku yang sudah terseleksi berdasarkan atas kandungan proksimasi dan memperhitungkan kebutuhan nutrient optimal yang harus tersedia dalam pakan agar pertumbuhan dapat maksimal. Dalam penyusunan pakan berupa pellet prosedur yang di gunakan dalam formulasi pakan, pemberian pakan dalam formulasi lengkap berkaitan dengan susunan nutrisi pakan yang
lengkap dengan bahan baku berkualitas tinggi dan mengandung profile nutrient sesuai kebutuhan yang dibudidayakan (Hutabarat,1999). Lovell (1989) menyatakan untuk memberikan pertumbuhan maksimum banyaknya protein makanan yang diperlukan akan menurun bersamaan dengan meningkatnya umur ikan. Permberian pakan pada ikan harus memperhatikan kualitas dan jumlah pakan.kualitas pakan meliputi sifat-sifat fisik yaitu bentuk serta ukurannya harus tepat dan sifat kimia yaitu kandungan zat-zat didalam bahan pakan yang mempengaruhi nilai nutrisi pakan. Warna merupakan salah satu alasan ikan yang diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu memperhatikan warna ikan yaitu dengan cara memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan disebabkan adanya sel kromatofora yang terdapat pada kulit bagian dermis. Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar yaitu eritrifora yang menghasilkan warna merah dan oranye, xanthofora yang menghasilkan warna kuning, melanofora yang menghasilkan warna hitam, leukofora yang menghasilkan warna putih, dan iridefora yang dapat memantulkan refleksi cahaya. Ikan hanya dapat mensintesis pigmen warna hitam dan putih, warna merah, orange dan kuning tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan sehingga pembentukan warna pada ikan mas sangat bergantung pada jumlah karatenoid yang ada pada pakan seperti jagung (Imam,2012). Kebutuhan mendasar dalam pembuatan pakan ikan adalah nutrisinya, maka perlu pertimbangan untuk menambahkan bahan tambahan sebagai sumber pewarnaan dalam pakan ikan budidaya. Bahan pewarna itu lebih dikenal dengan karotenoid yang paling efektif dan dominan untuk pewarnaan pada ikan adalah
karatenoid dari kelas xantofil, jagung merupakan bahan baku sumber energy dan juga sumber xantofil dan karatenoid (Lesmana dan Sugito, 1997). Kandungan pakan Selain jagung kuning, masih ada 2 warna lagi, pada jagung (Zea mays), yaitu jagung putih dan jagung merah.diantara ketiga warna itu, jagung merah dan jagung putih jarang terlihat di Indonesia. Jagung kuning merupakan bahan baku ternah dan ikan yang populer digunakan di Indonesia dan di beberapa negara. Jagung kuning digunakan sebagai bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein yang rendah (8,9%), bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan triptofan. Kandungan nutrisi jagung menurut Murtidjo (2001) adalah sebagai berikut : karbohidrat : 25 % Protein : 10 % Lemak : 1,3 % Murtidjo (2001) menyatakan sebagai sumber energi yang rendah serat kasarnya, sumber Xantophyll, dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan lagi. Asam linoleat jagung kuning sebesar 1,6%, tertinggi diantara kelompok biji-bijian. Jenis pellet yang digunakan merupakan pellet tenggelam dengan ukuran 3 mm dengan nilai nutrisi yang terdapat didalamnya adalah sebagai berikut: Karbohidrat : 28 % Protein : 28 % Lemak : 5,5 %
Kandungan pellet tersebut sudah terdapat didalam kemasan, protein, lemak, karbohidrat merupakan unsure terpenting dalam membuat ransum pakan agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Jagung banyak mengandung karotin pro vitamin A. Di pasaran jagung yang digunakan untuk campuran formulasi pakan ialah jagung giling halus, baik dari jenis jagung putih, jagung kuning, maupun jagung agak merah.penggunaan jagung giling diperbolehkan hanya dengan jumlah 10-30%. Penggunaan jagung yang terlalu banyak dalam komposisi pakan tidak baik karena menyebabkan kandungan protein pakan rendah, sebaliknya kandungan protein akan menjadi tinggi, Jagung hampir sama dengan tepung terigu yaitu sebagai sumber karbohidrat yang mudah dicerna karena tidak mengandung sumber serat kasar selain itu jagung dapat digunakan sebagai perekat untuk menjaga stabilitas kandungan air dalam pakan. Beberapa bahan yang dapat dijadikan sebagai perekat pakan ikan adalah tepung terigu, sagu, jagung, agar-agar, gelatin, dan tepung kanji (Mudjiman, 2008). Davids (1991) menyatakan untuk mendapat karotenoid biasa didapat dari ekstraksi beberapa bahan, seperti jagung.warna dari karatenoida banyak menarik perhatian dari berbagai disiplin ilmu karena bermacam-macam fungsi dan sifat yang penting, warnaya berkisar dari kuning pucat sampai orange yang terkait dengan strukturnya.karena permintaan yang tinggi dari karotenoid juga memunculkan suatu teknologi sintesis karotenoid. Pemanfaatan protein pakan akan optimal kalau disertai seimbangnya energi protein yang tepat pula. Energi non protein dari lemak dan karbohidrat harus tersedia sehingga protein sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan.hubungan
antara karbohidrat dan protein dikenal sebagai protein sparing effect dari karbohidrat (NRC, 1983 diacu Aryansyah 2007). Pertumbuhan ikan bergantung kepada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis, dan kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat penebaran (Hepher dan Pruginin, 2000). Pakan harus mengandung seluruh nutrien yang diperlukan ikan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup dan seimbang dimana terdapat dalam pakan jagung. Kadar protein harus imbangan atau rasio protein terhadap energi pakan merupakan hal yang sangat penting dalam proses penyusunan pakan bagi ikan. Lovell (1989) mengemukakan bahwa sebelum terjadi pertumbuhan, kebutuhan energi untuk maintenance harus terpenuhi terlebih dahulu, kemudian kelebihan energi dalam pakan akan digunakan untuk pertumbuhan. Protein merupakan molekul kompleks yang terdiri dari asam amino esensial dan asam amino non esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan. Dalam kasus ikan mas yang diberi pakan dengan kandungankarbohidrat 3%- 4% dan protein 28%-63%,kecernaan karbohidrat dan protein pada ikan mas adalah 87%-91% dan 88%-89%. Kecernaan protein pakan pada ikan mas adalah konstan dan tidak dipengaruhi oleh kadar karbohidrat dalam pakan (Shimeno, 1974; Shimeno.dkk.., 1977). Hasil ini didukung oleh hasil percobaan Ogeno & Chen (1973) bahwa ikan mas dapat mencerna dan mengabsorbsi nutrient secara efektif pada berbagai kadar karbohidrat pakan.
Menurut Pandian (1999) kebutuhan protein dan pertumbuhan ikan memiliki hubungan yang linear. Dengan demikian, kadar protein dan rasio protein terhadap energi pakan harus sesuai dengan kebutuhan ikan agar pakan buatan dapat efisien dan memberikan pertumbuhan yang optimal. Selain itu, bahan-bahan sumber protein relatif mahal, sehingga perlu dilakukan usaha untuk menurunkan kadar protein dalam pakan dan meningkatkan rasio energi terhadap protein dengan menambah bahan-bahan lain yang mengandung lemak atau karbohidrat sebagai sumber energi lain (protein sparing effect) dalam pakan seperti jagung. Bila biaya produksi pakan dapat ditekan, maka usaha budidaya ikan mas dapat lebih menguntungkan. Sumber energi yang berasal dari lemak dan karbohidrat pada pakan dapat digunakan sebagai protein sparing effect dalam pembentukan jaringan. Selain itu, nilai retensi protein pakan juga ditentukan oleh sumber protein yang digunakan dalam pakan yang sangat erat kaitannya dengan kualitas protein yang ditentukan oleh komposisi asam amino dan kebutuhan ikan akan asam amino tersebut (Webster dan Lim, 2002). Pakan yang diberikan kepada ikan mas digunakan untuk kelangsungan hidupnya, sedangkan kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan, sebagian dicerna dan diabsorbsi kemudian digunakan untuk memenuhi keperluan proses pemeliharaan tubuh, gerakan acak serta kegiatan mencari makan (New, 1987). Makanan yang dicerna tetapi tidak diabsorsi akan dibuang sebagai feses, sedangkan makanan yang mengandung nitrogen yang diabsorsi dan tidak digunakan untuk sintesa protein akan disimpan di dalam tubuh sebagai simpanan energi/lemak (Kompiang dan Ilyas, 2000).
Pemberian pakan jagung dapatmenyebabkan pertumbuhan pada ikan dikarenakan jagung mengandungcukup gizi, serat kasar (Suprapto,2001) dan zat-zat lainnya yang membantu dalam pertumbuhan sedangkan jagung ragi dalam proses peragiannyamenyebabkan peningkatan protein karena terjadi sintesis protein dari non nitrogen(npn) oleh sel yang berkembang. Pemberian pakan jagung ini sangat bergunauntuk komposisi makanan ikan karena kandungan proteinnya lebih mudah dicerna(murtidjo 2001). Kualitas Air diperairan Oksigen adalah hal yang sangat penting dalam budidaya ikan karena dapat mempengaruhi nafsu makan sehingga mempunyai keefisienan dalam pemberian pakan kisaran batas minimal konsenterasi oksigen untuk kehiduopan ikan yaitu 4 ppm, yang dimana apabila dibawah 4 ppm ikan masih mampu bertahan hidup akan tetapi nafsu makan ikan sangat rendah sehingga pertumbuhan ikan akan terlambat, kadar oksigen didalam peraian yang sangat bagus bagi ikan adalah 5 ppm di mana dengan kadar tersebut ikan memiliki nafsu makan yang tinggi sehingga pertumbuhan ikan akan sangat cepat dan ikan tidak akan mengalami sters (Hickling, 1971). Kenaikan suhu mempengaruhi kelarutan oksigen. Menurut penelitian Harminani dalam Jamilah (2006) kenaikan suhu dalam keadaan normal adalah 27 C sampai 28 C menjadi suhu 36 C sampai 38 C. selama 24 jam yang dapat menyebabkan pergerakan ikan menjadi sangat lambat dan kurang memberikan respon terhadap stimulant dan penurunan kadar oksigen terlarut, bertambahnya CO2 terlarut dengan ph relatif tetap. Selain itu ada juga suhu optimum untuk
meningkatkan selera makan ikan yaitu berkisar antara 25 C yang dimana pada suhu tersebut ikan memiliki nafsu makan yang tinggi. Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu indikator kualitas lingkungan air. Air yang mendekati basah dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran bahan organik menjadi mineral seperti ammonia, nitrat, phosfat. Garam mineral tersebut akan diserap oleh tumbuh-tumbuhan didalam air, yang akan menjadi makan alami bagi ikan. Pada umumnya perairan yang basah lebih produktif dari perairan yang asam (Soeseno, 2000).