TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE BLADDER TRAINING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

(Informed Consent) yang berjudul Pengaruh Bladder Training Terhadap Pola Berkemih Pada Pasien Post

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

EDUKASI KLIEN BPH POST TURP DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB I PENDAHULUAN. Monako dengan rata-rata usia 90 tahun (Mubarak, 2012). atau World Health Organization (WHO) tahun 1999 meliputi: Usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

Anita Widiastuti Poltekkes Semarang Prodi Keperawatan Magelang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

PENGARUH BLADDER TRAINING

BAB III METODE PENELITIAN. setelah dilaksanakan intervensi ( Arikunto, 2006) dengan menggunakan. Intervensi A 1. Bladder training

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

PENGARUH KEGEL EXERCISE DAN ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP INCONTINENCIA URINE PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dari latihan kegel akan diperoleh jika frekuensi latihan berkisar

Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Vol VI, No I, Maret 2014 ISSN

Lucky Angelia Shabrini*), Ismonah**), Syamsul Arif***)

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi penduduk usia lanjut dewasa yang bertambah memiliki

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB V PEMBAHASAN. bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan dan membuktikan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

PENGARUH LATIHAN KEGEL TERHADAP INKONTINENSIA URINE PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA MECI ANGI BIMA. Dahlan D.

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

nonfarmakologi misalnya, teknik

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental randomized pre

BLADDER TRAINING MODIFIKASI CARA KOZIER PADA PASIEN PASCABEDAH ORTOPEDI YANG TERPASANG KATETER URIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI IRNA B (BEDAH UMUM) RSUP DR M DJAMIL PADANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BAK PADA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema

CATATAN PERKEMBANGAN. vital. posisi semi fowler. tenang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MASALAH ELIMINASI FECAL

Kompresi Bimanual. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Jurnal Kesehatan Kartika 7

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

Transkripsi:

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

1. Definisi Bladder Training Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (potter & perry, 2005). Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologi. Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda berkemih), dan scheduled bathroom trips (jadwal berkemih), Suhariyanto (2008). Latihan kegel (kegel execises) merupakan aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh. Latihan otot dasar panggul dapat membantu memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara refleks menghambat kontraksi kandung kemih. (Kane, 1996 dalam Nursalam 2006). 2. Tujuan Bladder Training untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005). memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan pada pasien anak pasca bedah yang di pasang kateter (Suharyanto, 2008). Karon (2005) menyatakan tujuan dilakukan bladder training yaitu Membantu anak mendapat pola berkemih yang rutin, Mengembangkan tonus otot kandung kemih, Memperpanjang interval waktu berkemih, Meningkatkan kapasitas kandung kemih. 3. Indikasi Bladder Training Bladder Training dapat dilakukan pada pasien yang mengalami retensi urin, pada pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi spingter kandung kemih terganggu (Suharyanto, 2008). Bladder training juga bisa dilakukan pada pasien yang menggunakan kateter yang lama, dan pasien yang mengalami inkontinensia urin.

4. Kontraindikasi Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal, karena akan terdapat batu ginjal, yang diobservasi hanya kencingnya, jadi tidak boleh dibladder training. 5. Pengkajian Pengkajian yang dilakukan antara lain : a. Pola berkemih Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari. b. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu yang sama. c. Kebutuhan klien akan bladder trainning d. Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder trainning 6. Prosedur Bladder Training a. Persiapan pasien Sampaikan salam Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan b. persiapan alat Jam Klem Air minum dalam tempatnya Obat deuritik jika diperlukan c. Pelaksanaan scheduled bathroom trips Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari. Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk berkemih. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan berkemihnya tidak dapat di tahan. Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah ditentukan 2-3 jam sekali 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul. Kegel exercise Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus

Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada klien Delay urination Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian memulainya kembali. Praktikan setiap kali berkemih d. Pasien dengan kateter Masih dalam kateter Prosedur 1 jam : Cuci tangan. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum,catheter di klem. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d. jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka. Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan lancar dan berhasil. Prosedur 2 jam: Cuci tangan. Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d jam 21.00 dengan cara klem catheter dibuka. Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan lancar dan berhasil. Bebas kateter Prosedur ini dilakukan setelah prosedur masih dengan kateter sudah dilakukan Cuci tangan. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan. Kemudian catheter dilepas.

Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal. Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien dari basahnya urine pada malam hari. Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan urinal. 7. Penatalaksanaan Pengaturan diet dan menghidari makanan / minuman yang mempengaruhi BAK pola berkemih (seperti kafein, alkohol) Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program kateterisasi intermitten. Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy. Selain behavioral therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu perawatan dan pemanfaatan berbagai alat bantu terapi. DAFTAR PUSTAKA 1. Anne Griffin Perry, A. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta : EGC

2. Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Volume 2. Jakarta: EGC 3. Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC 4. Widyawati, I. W. 2012. Modul Praktikum Keperawatan Sistem Perkemihan. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga : Surabaya