PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN OPTIMASI PEMBUATAN KURTO (KURMA TOMAT)

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

METODE. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2012

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. labu ukur, gelas ukur, labu erlenmeyer, alat UV-Vis Auto UV-2600,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

METODOLOGI PENELITIAN

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

3. METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 30 November Mei 2016

METODE. Materi. Rancangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman sukun tumbuh tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pembuatan Mie Basah Rasa Sayur Bayam Hijau

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

OPTIMASI SUHU DAN LAMA PENGUKUSAN UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN GETUK PISANG RAINBOW. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

Transkripsi:

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.2 ; November 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING * RIZKI AMALIA 1, AK QOYUM FINARIFI 1 1 Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km. 6, Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan Naskah diterima : 30 September 2016 ; Naskah disetujui : 28 Oktober 2016 ABSTRAK Program penganekaragaman pangan dari buah sukun dilakukan sebagai salah satu cara untuk memanfaatkan buah sukun yang berlimpah pada musim panen dan mengembangkan produk pangan. Salah satu upaya penganekaragaman sukun yaitu pembuatan tepung sukun sebagai formulasi penambahan dalam proses pembuatan mie kering. Tujuan dari penelitian ini adalah optimasi formulasi penambahan tepung sukun dalam pembuatan mie kering. Analisa terhadap mie kering dilakukan dengan uji organoleptik dan kadar air. Hasil uji organoleptik diolah menggunakan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa mie kering perlakuan terbaik adalah 100 g tepung sukun dan 900 g tepung terigu dengan suhu dan waktu pengukusan 80 o C selama 30 menit dan rata-rata kadar air 28,2%. Kata Kunci : Sukun, Tepung Sukun, Mie Kering PENDAHULUAN Sukun (Artocarpus communis) adalah tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili Moraceae yang banyak terdapat di kawasan tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Ketinggian tanaman ini biasanya mencapai 20 meter. Sukun bukan buah bermusim meskipun biasanya berbunga dan berbuah dua kali setahun. Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal. Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun (Mustafa, 1998). Tujuan dari pembuatan tepung sukun antara lain untuk memperpanjang masa simpan, dapat disubsitusikan ke produk lain yang disukai masyarakat. Tepung sukun diperoleh dari buah sukun tua yang diolah melalui proses penepungan. Tepung sukun digunakan sebagai produk perantara karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi sehingga dapat menunjang gizi masyarakat. Keunggulan dari pengolahan buah sukun menjadi tepung sukun adalah tepung sukun lebih praktis dan lebih mudah didistribusikan, meningkatkan daya guna, hasil guna, nilai guna, dan lebih mudah diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, lebih mudah dicampur dengan tepungtepung dan bahan lainnya (Fatmawati, 2012). Salah satu jenis makanan yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat Indonesia adalah mie. Konsumsi mie sangat meningkat karena dipengaruhi oleh beberapa keunggulan yang dimiliki yaitu selain rasanya yang enak dan mudah dikunyah, penyajian mie juga cukup praktis. Dengan demikian peluang usaha industri pengolahan mie baik dalam industri skala kecil maupun besar berpontensi besar. Berdasarkan kandungan kadar air, mie dibedakan menjadi dua yaitu mie basah dan mie kering. Mie kering merupakan mie mentah yang telah dikeringkan hingga kadar * Korespondensi: Telp. : 081314912116 Email : ra.amalia.rizki@gmail.com 30

airnya mencapai 8-10%. Pengeringan umumnya dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari, dioven, dan dapat juga dengan frying. Karena bersifat kering, maka mie ini mempunyai daya simpan yang relatif panjang dan mudah penanganannya (Nasution, 2005). Pembuatan mie kering yang berbahan baku utama tepung terigu dapat meningkatkan ketergantungan terhadap kebutuhan tepung terigu yang semakin tinggi sehingga akan mengakibatkan kebutuhan impor gandum yang semakin tinggi pula, karena Indonesia bukan merupakan negara penghasil gandum. Sehingga diperlukan alternatif lain yaitu untuk menambahkan bahan yang memiliki fungsi sama seperti tepung terigu. Berdasarkan penelitian ini akan dilakukan formulasi penambahan tepung sukun sebagai bahan tambahan yang dapat dicampurkan dengan tepung terigu untuk pembuatan mie kering sehingga dapat menentukan pengaruh formulasi penambahan tepung sukun yang terbaik. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung sukun yang akan ditambahkan dalam pembuatan mie kering. Tepung sukun didapatkan dengan penjemuran dibawah sinar matahari, sedangkan mie kering dikeringkan dengan menggunakan oven. Parameter yang diamati akan didapatkan melalui uji organolepti dan penghitungan kadar air. Data yang didapatkan akan dianalisis dengan Analysis Of Variance (ANOVA) dan Uji Duncans Multiple Range Test (DMRT). Pelaksanaan Penelitian 1. Prosedur Pembuatan Tepung Sukun Kulit buah sukun tua dikupas dan kemudian dicuci bersih. Buah sukun yang telah dibersihkan dipotong kecil-kecil kemudian dijemur di bawah terik sinar matahari sampai benar benar kering. Potongan sukun kering ditumbuk atau digiling menggunakan alat yang bersih. Selanjutnya tepung sukun diayak sehingga menghasilkan tepung yang halus dan siap digunakan sebagai bahan penelitian. 2. Prosedur Pembuatan Mie Kering Semua bahan disiapkan sesuai yang dibutuhkan kemudian dilakukan pencampuran bahan sampai homogen dengan perbandingan sebagai berikut; 0% tepung sukun + 100% tepung terigu (M1) sebagai kontrol, 10% tepung sukun + 90% tepung Terigu (M2), dan 50% tepung sukun + 50% tepung terigu (M3). Setelah adonan kalis, dibuat lembaran tipis adonan tersebut dimasukkan kedalam mesin pres (roll press), sehingga diperoleh lembaran adonan dengan ketebalan 2 mm. Lembaran-lembaran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam roll pencetak mie (stiller) yang berfungsi mengubah lembaran mie menjadi untaian mie yang bergelombang. Setelah melalui proses pencetakan dilakukan pengukusan (steaming) dengan suhu dan waktu yang bervariasi sesuai perlakuan yaitu: 60 C selama 20 menit, 60 C selama 30 menit, 60 C selama 40 menit, 70 C selama 20 menit, 70 C selama 30 menit, 70 C selama 40 menit, 80 C selama 20 menit, 80 C selama 30 menit, dan 80 C selama 40 menit untuk mendapatkan suhu yang standar. Untaian mie yang telah dikukus kemudian didinginkan, dan dikeringkan dengan cara dioven selama 1 jam dengan suhu 70ºC. Mie yang sudah kering kemudian dimasak dengan waktu yang sama yaitu selama 2 menit. 3. Uji Organoleptik Mendapatkan pengaruh formulasi penambahan tepung sukun pada proses pengukusan (steam) mie yaitu dengan cara melakukan uji organoleptik pada masing-masing sampel dengan perlakuan yang berbeda. Uji organoleptik dilakukan dengan mengisi score sheet yang terdiri dari 31

uji hedonik yaitu uji kesukaan. Panelis yang digunakan dalam uji sebanyak 15 orang yang seluruhnya terdiri dari pelajar penggemar mie. 4. Perhitungan Kadar Air Uji kadar air dilakukan dengan metode pengeringan oven. Sampel mie sebelum dikeringkan ditimbang dengan berat yang sama yaitu masing-masing sebanyak 30 gram, kemudian sampel dioven selama 1 jam dengan suhu 70 C. Mie kering sesudah dioven didinginkan kemudian ditimbang beratnya. Dilakukan perhitungan kadar air: Kadar air = x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Tepung Sukun Dalam Pembuatan Mie Kering Pembuatan tepung sukun dilakukan dengan pengeringan sinar matahari. Buah sukun sebanyak 10 kg diolah menjadi tepung sukun dan menghasilkan tepung sukun sebanyak 2 kg. Rendamen tepung sukun sebagai berikut : Rendamen (%) = x 100% = x 100% = 20% Uji Organoleptik Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan pada produk mie kering dengan perlakuan suhu dan waktu Pengukusan (steam) yang berbeda diperoleh hasil terbaik yaitu pada suhu 80 C selama 30 menit. Sehingga pada produk M1 (0% tepung sukun + 100% tepung terigu ), M2 (10% tepung sukun + 90% tepung Terigu ) dan M3 (50% tepung sukun + 50% tepung terigu) dikukus pada suhu 80 C selama 30 menit selanjutnya dilakukan analisa Uji Anova untuk mengetahui pengaruh produk terbaik dari setiap perlakuan. Gambar 1. Hasil Uji Organoleptik Keterangan: M1 : 0% tepung sukun + 100% tepung terigu M2 : 10% tepung sukun + 90% tepung Terigu M3 : 50% tepung sukun + 50% tepung terigu (M3). 32

Formulasi Tepung Sukun Dalam Pembuatan Mie Kering Pengeringan pada proses pembuatan tepung sukun dilakuakan dengan metode pengeringan sinar matahari. Berat awal buah sukun sebelum dikeringkan yaitu 10 kg dan hasil rendamen tepung sukun yang dihasilkan adalah 20%. Proses pembuatan mie kering memiliki tiga perlakuan dimana persen penambahan tepung terigu dan tepung sukun terhadap mie berbeda-beda, yaitu produk M1 (0% tepung sukun + 100% tepung terigu) M2 (10% tepung sukun + 90% tepung Terigu) dan M3 (50% tepung sukun + 50% tepung terigu). Analisa Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Warna Warna penting bagi banyak makanan baik yang diproses maupun tidak diproses. Bersamasama dengan bau, rasa dan tekstur, warna memegang peranan penting dalam penerimaan makanan. Selain itu warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan seperti pencoklatan dan karamelisasi (Anwar, 2012). Hasil uji hedonik terhadap warna mie kering diperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah perlakuan dengan komposisi 100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu dengan nilai 4,2. Dari data tersebut menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai warna/ penampakan mie kering yang ditunjukkan oleh perlakuan dengan komposisi 100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu dengan hasil berwarna kuning pekat. Berdasarkan uji Anova setiap perlakuan sangat berbeda nyata dilakukan uji Duncan. Setelah dilakukan uji Duncan dapat diketahui bahwa pada tingkat kesalahan 5% dan 1% yaitu perlakuan komposisi 0% tepung sukun + 100% tepung terigu dengan perlakuan komposisi 100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu tidak berbeda nyata yaitu tidak ada perbedaan pengaruh antara perlakuan komposisi 0% tepung sukun + 100% tepung terigu dengan perlakuan komposisi 100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu. Perlakuan komposisi 0% tepung sukun + 100% tepung terigu dan perlakuan komposisi 100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu berbeda nyata dengan perlakuan komposisi 50% tepung sukun + 50% tepung terigu yaitu terdapat pengaruh antara perlakuan komposisi 0% tepung sukun + 100% tepung terigu, perlakuan komposisi 100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu dengan perlakuan komposisi 50% tepung sukun + 50% tepung terigu. Hal tersebut dipengaruhi oleh penambahan tepung sukun, karena semakin banyak tepung sukun yang ditambahkan maka akan mempengaruhi perubahan warna mie kering yaitu warna akan semakin coklat. Analisa Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Aroma Aroma adalah salah satu faktor yang menentukan mutu dari bahan pangan, pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama yaitu harum, asam, tengik dan hangus (Winarno, 2004). Hasil uji hedonik terhadap aroma mie diperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah perlakuan komposisi 100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu dengan nilai 4. Dari data tersebut menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai aroma mie yang ditunjukkan oleh M2 (100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu). Hal tersebut karena penambahan tepung sukun yang sedikit membuat aroma mie menjadi lebih khas berbau sukun sedangkan jika penambahan tepung sukun semakin banyak akan mempengaruhi aroma mie menjadi tengik. Berdasarkan uji Anova setiap perlakuan sangat berbeda nyata sehingga dilakukan uji lanjutan yaitu uji Duncan. Setelah dilakukan uji Duncan dapat diketahui pada tingkat kesalahan 5% dan 1% perlakuan M1 dan M2 tidak berbeda nyata yaitu tidak ada perbedaan pengaruh antara perlakuan M1 dengan M2 sedangkan perlakuan M1, M2 berbeda 33

nyata dengan perlakuan M3 yaitu terdapat pengaruh antara perlakuan M1, M2 dengan Perlakuan M3. Analisa Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Tekstur Menurut Anwar (2012), tekstur adalah penginderaan yang berhubungan dengan rabaan atau sentuhan. Kadang-kadang tekstur lebih penting dibandingkan dengan bau, rasa dan warna karena mempengaruhi citra makanan. Tekstur paling penting pada makanan lunak dan renyah. Ciri yang paling sering diacu adalah kekerasan, kekhohesifan, dan kandungan air. Tekstur adalah kehalusan suatu irisan pada saat disentuh dengan jari oleh panelis. Hasil uji hedonik terhadap tekstur mie diperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah M2 dengan nilai 4. Dari data tersebut menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai tekstur mie yang ditunjukkan oleh M2 (100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu). Hal tersebut dipengaruhi oleh penambahan tepung sukun yang sedikit membuat mie menjadi lebih kenyal dan licin. Berdasarkan uji Anova setiap perlakuan sangat berbeda nyata sehingga dilakukan uji Duncan. Setelah dilakukan uji Duncan dapat diketahui bahwa pada tingkat kesalahan 5% dan 1% perlakuan M1 dengan M2 tidak berbeda nyata yaitu tidak ada perbedaan pengaruh antara perlakuan M1 dengan M2 sedangkan perlakuan M1, M2 berbeda nyata dengan perlakuan M3 yaitu terdapat pengaruh antara perlakuan M1, M2 dengan Perlakuan M3.. Perlakuan M1 dan M2 tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur mie karena penambahan tepung sukun yang sedikit. Sedangkan pada perlakuan M3 berpengaruh nyata, karena semakin banyak tepung sukun yang ditambahkan maka mempengaruhi tekstur mie yang mudah putus dan lengket. Penambahan tepung sukun pada pembuatan mie diduga akan mempengaruhi karakteristik dari mie kering yang dihasilkan. Menurut Mendrofa (2003) penambahan tepung sukun yang terlalu banyak dalam pembuatan mi basah, menghasilkan mi basah dengan sifat yang mudah putus (kuning lentur). Analisa Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Rasa Rasa lebih banyak melibatkan panca indera lidah. Bahan makanan yang mempunyai sifat merangsang syaraf perasa akan menimbulkan perasaan tertentu. Cita rasa makanan merupakan salah satu faktor penentu bahan makanan. Makanan yang memiliki rasa yang enak dan menarik akan disukai oleh konsumen. Tekstur atau konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang dtimbulkan oleh bahan tersebut (Winarno, 2004). Hasil uji hedonik terhadap tekstur mie diperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah M2 dengan nilai 4,3. Dari data tersebut menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai mie yang ditunjukkan oleh M2 (100 gram tepung sukun + 900 gram tepung terigu). Hal tersebut dipengaruhi oleh kekenyalan mie karena ada penambahan tepung sukun yang sedikit membuat rasa mie enak dan disukai. Berdasarkan uji Anova setiap perlakuan sangat berbeda nyata sehingga dilakukan uji Duncan. Setelah dilakukan uji Duncan dapat diketahui bahwa pada tingkat kesalahan 5% dan 1% perlakuan M1 dengan M2 tidak berbeda nyata yaitu tidak ada perbedaan pengaruh antara perlakuan M1 dengan M2 sedangkan perlakuan M1, M2 berbeda nyata dengan perlakuan M3 yaitu terdapat pengaruh antara perlakuan M1, M2 dengan Perlakuan M3. Perhitungan Kadar Air Kadar air dilakukan dengan pengeringan menggunakan metode oven. Semua sampel dioven dengan suhu 70 C selama 1 jam. Berdasarkan uji kadar air, rata rata kadar air produk M1 = 36,24% lebih rendah dibandingkan M2 = 28,2% dan kadar air produk M3 = 26,17% lebih tinggi dibandingkan kadar air produk M1 dan M2. 34

Kadar air (moisture) adalah bagian/contoh yang hilang jika dipanaskan pada kondisi uji tertentu. Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut. Semakin rendah kadar air maka akan memperpanjang masa simpan produk pangan tersebut sedangkan semakin tinggi kadar air pangan umumnya semakin mudah rusak, baik karena kerusakan mikrobiologis maupun reaksi kimia. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Perlakuan penambahan tepung sukun terbaik adalah dengan perbandingan 100 g tepung sukun + 900 g tepung terigu, karena menghasilkan uji organoleptik terbaik dengan warna kuning pekat, aroma terbaik, tekstur kenyal dan licin, dan rasa enak 2. Untuk tujuan penyimpanan, perlakuan terbaik adalah dengan perbandingan 0 g tepung sukun + 1000 g tepung terigu, karena menghasilkan kadar air paling rendah, sehingga akan lebih tahan jika disimpan. DAFTAR PUSTAKA Anwar, A. dan Putri, M.P. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Terigu Terhadap Sifat Sensoris Nugget Ikan Haruan. Tugas Akhir Diploma III. Program Studi Teknologi Industri Pertanian. Politeknik Tanah Laut. Hal. 14-23. Fatmawati, T.W., 2012. Pemanfaatan Tepung Sukun Dalam Pembuatan Produk Cookies. Universitas Negeri Yogyakarta. Mendrofa, A. 2003. Pengaruh Substitusi Tepung Sukun pada Tepung Terigu terhadap Sifat Fisik Kimiawi dan Organoleptik Mi Basah yang Dihasilkan. Skripsi. FTP UGM. Semarang. Mustafa, A.M., 1998. Isi Kandungan Artocarpus communis, Food Science Nasution, Z.E., 2005. Pembuatan Mie Kering Dari Tepung Terigu Dengan Tepung Rumput Laut Yang Difortifikasi Dengan Kacang Kedelai. Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155. Winarno, FG, 2002. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 35