ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencari pekerjaan atau menganggur.dengan demikian, pembangunan

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mencapai jiwa (BPS, 2014). Menurut Jhingan (2003) jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

Pengaruh pendidikan, upah dan kesempatan kerja terhadap pengangguran terdidik di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses perbaikan yang berkesinambungan dari suatu masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme dari personal pencari kerja. Dari tahun-ketahun selalu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

I PUTU BAYU SUPRISMA NIM

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

PENGARUH INFLASI, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), DAN UPAH MINIMUM TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI BALI PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

ANALISIS DISPARITAS ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DAN PUSAT PERTUMBUHAN DI PROVINSI BALI. Oleh : INDAH SRI MULYANI NIM :

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

Abstrak. Kata kunci: Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Belanja Modal.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)

BAB I PENDAHULUAN. Sampai tahun 2006, BPS memperkirakan hampir 17,4 persen dari total penduduk

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

ANALISIS SKALA EKONOMIS PADA INDUSTRI KRIYA KAYU DI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

Transkripsi:

Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040 ABSTRAK Pengangguran tidak hanya terjadi bagi tenaga kerja tak terdidik tetapi juga tenaga kerja terdidik. Pengangguran terdidik dalam penelitian adalah tenaga kerja yang berpendidikan diploma dan strata namun tidak memiliki pekerjaan. Pengangguran terdidik kemungkinan disebabkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin tinggi pula keinginan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan aspirasi mereka sehingga membuat lama menganggur lebih lama. Penelitian ini memiliki tujuan yang pertama untuk mengetahui pengaruh non labor income (X 1 ), mutu sumber daya manusia (D 2 ) dan tingkat upah (X 3 ) terhadap lama menganggur pengangguran terdidik (Y) secara simultan. Kedua, untuk mengetahui pengaruh X 1, D 2 dan X 3 terhadap Y secara parsial. Model regresi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa keseluruhan variabel bebas (non labor income, mutu sumber daya manusia dan tingkat upah) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar. Non labor income dan tingkat upah secara parsial berpengaruh positif terhadap lama menganggur sedangkan mutu sumber daya manusia berpengaruh negatif terhadap lama menganggur. Nilai R 2 sebesar 0,586 yang berarti 58,6 dari variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, sisanya 41,4 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang digunakan. Terlalu lama menganggur akan merugikan pihak penganggur. Dilihat dari umur, apabila umur tidak sesuai dari kriteria lowongan kerja maka secara otomatis akan langsung ditolak. Sebaiknya tenaga kerja terdidik tidak lama menganggur dan menerima pekerjaan walaupun upah tidak sesuai dengan yang diharapkan. Memasuki pasar kerja akan menambah pengalaman dan juga keterampilan. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik 1

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALISTAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 11 1.3 Tujuan Penelitian... 11 1.4 Kegunaan Penelitian... 12 1.5 Sistematika Penulisan... 13 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 14 2.1.1 Konsep Ketenagakerjaan dan Tenaga Kerja. 14 2.1.2 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja... 18 2.1.3 Pengangguran... 22 2.1.4 Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik... 26 2.1.5 Pasar Kerja... 29 2.1.6 Lama Menganggur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya... 32 2.1.7 Non Labor Income... 33 2.1.8 Peningkatan Sumber Daya Manusia... 35 2.1.9 Upah... 37 2.1.10 Hubungan antara Non Labor Income Dengan Lama Menganggur... 44 2.1.11 Hubungan antara Mutu Sumber Daya Manusia dengan Lama Menganggur... 45 2.1.12 Hubungan antara Tingkat Upah dengan Lama Menganggur... 46 2.2 Hipotesis... 47 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 48 3.2 Lokasi Penelitian... 48 2

3.3 Obyek Penelitian... 49 3.4 Identifikasi Variabel... 49 3.5 Definisi Operasional Variabel... 49 3.6 Jenis dan Sumber Data... 50 3.6.1 Jenis Data Berdasarkan Sifatnya... 50 3.6.2 Jenis Data Berdasarkan Sumbernya... 51 3.7 Populasi dan Sampel... 51 3.8 Metode Pengumpulan Data... 52 3.9 Teknik Analisis Data... 53 3.10 Pengujian Terhadap Gejala Penyimpangan Asumsi Klasik... 53 1). Uji Normalitas... 54 2). Uji Multikolinearitas... 54 3). Uji Heterokedastisitas... 55 3.11 Pengujian Hipotesis... 56 3.11.1 Uji Koefisien Determinasi (R-Square/R 2 )... 56 3.11.2 Uji Simultan Model (F-Test)... 56 3.11.3 Uji Analisis Struktural (t-test)... 56 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 58 4.1.1 Geografis... 58 4.1.2 Kependudukan... 59 4.1.3 Keadaan Perekonomian... 63 4.2 Karakteristik responden... 67 4.2.1 Jenis Kelamin... 67 4.2.2 Umur... 68 4.2.3 Non Labor Income... 68 4.2.4 Mutu Sumber Daya Manusia... 69 4.2.5 Tingkat Upah... 70 4.2.6 Lama Menganggur... 72 4.2.7 Hubungan Non Labor Income dengan Lama Menganggur Pengangguran Terdidik... 73 4.2.8 Hubungan Mutu SDM dengan Lama Menganggur Pengangguran Terdidik... 74 4.2.9 Hubungan Tingkat Upah dengan Lama Menganggur Pengangguran Terdidik... 75 4.3 Hasil Analisis data... 77 4.3.1 Uji Asumsi Klasik... 77 1) Uji Normalitas... 77 2) Uji Multikolinearitas... 77 3) Uji Heterokedastisitas... 78 4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda... 78 3

4.3.3 Uji Koefisien Secara Parsial (Uji t)... 80 4.3.4 Uji Koefisien Secara Simultan (Uji F)... 81 4.4 Pembahasan Pengaruh Masing-Masing Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat... 84 4.4.1 Pembahasan Pengaruh Non Labor Income Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik... 84 4.4.2 Pembahasan Pengaruh Mutu SDM Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik. 85 4.4.3 Pembahasan Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik... 86 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 87 5.2 Saran... 87 DAFTAR RUJUKAN... 89 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 95 4

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Pencari Kerja Terdaftar Menurut Pendidikan di Provinsi Bali Tahun 2011-2015... 6 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Per kabupaten/kota di Provinsi Bali Tahun 2015... 8 1.3 Tingkat Pendidikan Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Denpasar Tahun 2011-2014... 8 4.1 Luas Wilayah Kota Denpasar Per Kecamatan... 58 4.2 Jumlah Penduduk Kota Denpasar Menurut Umur Tahun 2010-2015... 59 4.3 Jumlah Penduduk ysng Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Denpasar Tahun 2013-3015... 61 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kota Denpasar Tahun 2011-2015 (Jutaan Rupiah)... 62 4.5 Laju Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kota Denpasar Tahun 2011-2015 (Persen)... 63 4.6 PDRB Kota Denpasar Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)... 66 4.7 Indikator Agregatif PDRB Kota Denpasar2011-2015... 66 4.8 Jumlah dan Persentase Responden Pengangguran Terdidik Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Denpasar... 67 4.9 Jumlah dan Persentase Responden Penggangguran Terdidik Menurut Umur di Kota Denpasar... 68 4.10 Jumlah dan Persentase Responden Pengangguran Terdidik Menurut Non Labor Income di Kota Denpasar. 69 4.11 Jumlah dan Persentase Responden Pengangguran 5

Terdidik Menurut Mutu Sumber daya Manusia di Kota Denpasar... 70 4.12 Jumlah dan Persentase Responden Pengangguran Terdidik Menurut Tingkat Upah di Kota Denpasar... 71 4.13 Jumlah dan Persentase Responden Pengangguran Terdidik Menurut Lama Menganggur di Kota Denpasar... 72 4.14 Hubungan Non Labor Income dengan Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar... 73 4.15 Hubungan Mutu Sumber Daya Manusia dengan Lama MenganggurPengangguran Terdidik di Kota Denpasar... 75 4.16 Hubungan Tingkat Upah dengan Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar... 76 4.17 Koefisien Regresi Hasil Uji Multikolinearitas... 77 4.18 Koefisien Regresi Hasil Uji Heterokedastisitas... 78 4.19 Rangkaian Hasil Regresi antara X 1,D 2, dan X 3 Terhadap Y... 79 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk membantu mengembangkan kegiatan ekonomi yang akan berdampak pada taraf hidup masyarakat (Arsyad, 1997:56). Pembangunan itu sendiri dapat dikatakan berhasil apabila mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Pengaruh jumlah penduduk yang memiliki kualitas yang memadai akan menjadi pendorong keberhasilan pembangunan dan sebaliknya kualitas penduduk yang rendah akan menjadi beban dalam pembangunan tersebut. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan peningkatan pendapatan perkapita penduduk dalam jangka yang panjang (Sukirno, 2003:15). Menurut Celik (2011), salah satu sektor pembangunan ekonomi adalah ketenagakerjaan, karena salah satu syarat yang signifikan untuk membangun dan menumbuhkan ekonomi adalah dengan menghasilkan tenaga kerja. Menurut pendekatan Gainful Worker, tingkat keberhasilan perekonomian suatu negara atau daerah yang dicapai dapat diukur melalui luasnya kesempatan kerja yang dapat diciptakan atau dihitung dari jumlah orang yang berhasil mendapatkan pekerjaan (Soebagiyo, 2007). 7

Pengangguran adalah salah satu masalah yang dihadapi semua negara di dunia sebagai akibat adanya kesenjangan antara jumlah penduduk usia kerja yang tergolong ke dalam angkatan kerja dengan ketersediaan lapangan kerja. Dengan adanya penciptaan lapangan pekerjaan baru, permintaan tenaga kerja di pasar kerja akan meningkat sehingga angkatan kerja yang tersedia di serap di pasar kerja. Penyerapan angkatan kerja ini akan berdampak pada penurunan angka penggangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini cukup memprihatinkan. Pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya manusia dan potensi yang ada, menjadi beban masyarakat, sumber kemiskinan, dapat memicu peningkatan keresahan sosial, kriminal dan menghambat pembangunan dalam jangka panjang (Depnaketrans, 2004). Suatu keluarga dapat mengatur siapa yang bekerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga, pada dasarnya tergantung dari pendapatan rumah tangga dan jumlah tanggungan keluarga. Tenaga kerja terdidik atau tenaga kerja yang memiliki pendidikan yang tinggi umumnya berasal dari keluarga yang mampu terutama untuk masyarakat Indonesia pendidikan masih di rasakan mahal (Supratikno, 2011). Bila satu keluarga mempunyai pendapatan rumah tangga yang lebih baik, biasanya keluarga tersebut juga mampu membiayai anaknya menganggur satu sampai dua tahun lagi dalam proses mencari kerja yang lebih baik. Sebaliknya pencari kerja tenaga tak terdidik yang biasanya datang dari keluarga miskin, tidak mampu menganggur lebih lama dan terpaksa menerima pekerjaan apa saja yang tersedia (Simanjuntak, 2001:77). 8

Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas karena pendidikan mampu menghasilkan SDM yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir modern dan cara bertindak yang cepat. Menurut Dao (2012:77), menyatakan bahwa peningkatan pada sektor pendidikan perlu dilakukan pemerintah karena memberikan dampak positif terhadap human capital. SDM seperti ini yang diharapkan mampu menggerakkan roda pembangunan. Salah satu upaya dalam mewujudkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan yang dikenal dengan kebijakan link and match. Kebijakan ini bertujuan mengoptimalkan dan mengefisiensikan sumber daya manusia dengan sistem pendidikan. Semakin selaras struktur tenaga kerja yang disediakan oleh sistem pendidikan dengan struktur lapangan pekerjaan maka semakin efisienlah sistem pendidikan yang ada. Karena dalam pengalokasian sumber daya manusia akan diserap oleh lapangan pekerjaan (Rahmawati,dkk, 2004). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman dan yang dimaksud 9

dengan sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan upaya pemenuhan manusia siap pakai seperti halnya beberapa kritik yang muncul dewasa ini. Khususnya masalah pengangguran terdidik yang cenderung menyalahkan dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Kecenderungan makin meningkatnya tingkat pendidikan akan berakibat meningkatnya angka penggangguran terdidik yang mempunyai produktivitas sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja (Sutomo, dkk, 1999). Selain itu, meningkatnya pengangguran terdidik telah menjadi sesuatu yang serius. Kemungkinan ini disebabkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula keinginan untuk mendapatkan kedudukan dan kesempatan kerja yang lebih sesuai aspirasi mereka, sehingga proses untuk mencari kerja lebih lama pada kelompok pencari kerja terdidik disebabkan tenaga kerja terdidik lebih banyak mengetahui informasi di pasar kerja, dan memiliki kemampuan untuk memilih pekerjaan yang diminati. Pengangguran terdidik di negara-negara berkembang adalah sebagai konsekuensi dari berperannya faktor penawaran (Supply Factors) (Bloom dalam Elfindri dan Bachtiar, 2004:83). Proses bergesernya kelompok umur penduduk yang lahir dua puluh sampai tiga puluh tahun sebelumnya dan mereka itu secara potensial memasuki pasar kerja, baik setelah menyelesaikan jenjang pendidikan menengah atau berhenti (Oshima dalam Elfindri dan Bachtiar, 2004:83). Selain itu, proses pendidikan di negara-negara berkembang telah menghasilkan bebagai dilema, 10

upaya yang dilakukan untuk memperluas fasilitas pendidikan guna pencapaian pemerataan hasil-hasil pendidikan ternyata tidak diiringi dengan peningkatan kualitas tamatannya. Efek ganda yang disebabkan dari dilema tersebut adalah semakin banyaknya pencari kerja usia muda dan berpendidikan (Elfindri dan Bachtiar, 2004:83). Menurut BPS (2014), tingkat pengangguran terdidik merupakan rasio jumlah pencari kerja yang berpendidikan SMA ke atas (sebagai kelompok umur terdidik) terhadap besarnya angkatan kerja pada kelompok umur tersebut. Selain itu, menurut Sriyanti (2009), pengangguran tenaga kerja terdidik adalah suatu masalah makro ekonomi. Faktor-faktor tenaga kerja terdidik dapat dikatakan hampir sama disetiap negara, krisis ekonomi, struktur lapangan pekerjaan yang tidak seimbang, jumlah angkatan kerja yang lebih besar dengan kesempatan kerja yang tersedia. Sari (2008), menyatakan bahwa para pengangguran terdidik ini lebih memilih pekerjaan yang formal dan mereka mempunyai kemauan bekerja di tempat yang langsung menempatkan mereka di posisi yang baik, dapat banyak fasilitas dan langsung menerima gaji yang besar. Menurut Sutomo, dkk (1999) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran terdidik yaitu, 1) ketimpangan struktural persediaan dengan kesempatan kerja, 2) kuatnya pengaruh teori human capital terhadap cara berpikir masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan sekolah merupakan cara menghasilkan tenaga kerja yang terampil, 3) program pendidikan kejuruan yang terlalu diatur dengan besarnya peranan menengah dan 11

pendidikan profesional jenjang pendidikan tinggi. Sementara peranan dunia usaha dan lembaga swasta yang masih sangat kecil. Tingginya angka pengangguran saat ini menjadi cerminan bahwa pendidikan saat ini buruk. Lulusan perguruan tinggi yang diharapkan mampu menurunkan angka pengangguran ternyata tidak mampu menjawab tantangan saat ini. Para lulusan perguruan tinggi yang diharapkan memperbaiki bangsa ini ternyata terperangkap dalam pengangguran terdidik yang mengalami fluktuasi setiap tahun. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka harapan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai keinginan dan aspirasi semakin tinggi. Hal ini menimbulkan angkatan kerja terdidik lebih suka menganggur dibandingkan dengan memperoleh pekerjaan yang tidak sesuai keinginannya (Elwin dalam Danim, 2003:65). Tabel 1.1 Pencari Kerja Terdaftar Menurut Pendidikan di Provinsi Bali Tahun 2011-2015 No Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015 1 SD Kebawah 168 87 65 81 145 2 SMTP 509 290 170 219 368 3 SMTA 20.525 13.294 12.515 7.663 5.732 4 Diploma 8.033 5.100 7.510 8.532 4.136 5 Universitas 16.715 13.152 7.097 5.790 6.450 Jumlah 45.950 31.923 27.339 22.285 16.821 Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali, 2015. Tabel 1.1 menunjukkan pencari kerja terdaftar menurut pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Bali. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pencari kerja dengan tamatan pendidikan SMTA terus menurun dari tahun 2011 sebesar 20.525 orang menjadi 5.732 orang ditahun 2015. Berbeda dengan tamatan pendidikan SD kebawah, SMTP, diploma dan universitas yang mengalami fluktuasi. Pada tahun 12

2015, jumlah pencari kerja diploma menurun dari 8.532 di tahun 2014 menjadi 4.136 orang. Jumlah pencari kerja menurun sebanyak 4.396 orang. Berbeda dengan tamatan pendidikan universitas, ditahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 660 orang menjadi 6450 orang setelah sebelumnya di tahun 2014 sebanyak 5.790 orang. Peningkatan pencari kerja pada tingkat pendidikan universitas kemungkinan disebabkan karena semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi lama durasi mencari pekerjaan terkait dengan aspirasi untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan biaya return pendidikannya. Lapangan pekerjaan merupakan indikator keberhasilan penyelenggaraan pendidikan maka merebaknya isu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencanaan pendidikan di negara-negara berkembang. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang terdapat wilayah administratif Provinsi Bali. Dipilihnya Kota Denpasar sebagai obyek penelitian disebabkan daerah tersebut memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja kedua terendah sesudah kabupaten Jembrana yaitu sebesar 72,69 persen. Gambaran selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut: 13

Tabel 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2015 Kabupaten/Kota Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (Persen) Kab. Jembrana 70.90 Kab. Tabanan 77.77 Kab. Badung 72.92 Kab. Gianyar 76.40 Kab. Klungkung 78.99 Kab. Bangli 82.70 Kab. Karangasem 82.14 Kab. Buleleng 73.94 Kota Denpasar 72.69 Prrovinsi Bali 75.51 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015 Pengangguran di Kota Denpasar juga mengalami fluktuasi. Pengangguran terdidik yaitu tamatan diploma dan universitas mengalami peningkatan sedangkan tamatan SD, SLTP dan SMA menurun. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 1.3. Tabel 1.3 Tingkat Pengangguran Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Di Kota Denpasar Tahun 2010-2014 (Persen) Pendidikan Tahun Diploma I/II/III SD ke bawah SLTP SLTA SMK / Universitas 2011 0,81 2,6 2,85 4,67 4,31 2012 1,01 1,83 2,66 3,82 2,54 2013 0,71 1,31 2,88 3,25 2,78 2014 0,56 1,78 2,29 4,51 5,97 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Denpasar,2015 Dilihat dari Tabel 1.3, tingkat pengangguran yang terjadi saat ini yaitu pengangguran dengan tamatan pendidikan SD ditahun 2013 mengalami penurunan dari 1,01 persen menjadi 0,71 persen dan di tahun 2014 kembali menurun menjadi 0,56 persen. Pengangguran dengan tamatan pendidikan SLTP mengalami penurunan 14

dari 2,6 persen tahun 2011 menjadi 1,31 persen di tahun 2013. Artinya pengangguran dengan tamatan pendidikan SLTP terserap baik di dunia tenaga kerja. Namun berbeda di tahun 2014, pengangguran ini mengalami peningkatan 0,47 persen menjadi 1,78 persen. Pengangguran dengan tamatan SLTA dan SMK dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami fluktuasi. Pengangguran dengan tamatan SLTA di tahun 2014 sebesar 2,29 persen mengalami penurunan dimana pada tahun 2013 sebesar 2,88 persen. Sementara pengangguran dengan tamatan pendidikan SMK dari tahun 2011 hingga tahun 2013 terus menurun dari 4,67 persen menjadi 3,25 persen. Hal ini membuktikan bahwa penduduk dengan tamatan SMK mampu menerapkan keterampilannya di dunia kerja. Namun perbedaan terjadi di tahun 2014, pengangguran ini meningkat sebesar 1,36 persen menjadi 4,51 persen. Berbeda dengan pengangguran dengan tamatan SD, SLTP, SLTA dan SMK, pengangguran dengan tamatan pendidikan Diploma ke atas terus mengalami peningkatan dari tahun 2012 hingga 2014. Di tahun 2011, pengangguran ini menurun cukup jauh dari 4,31 persen menjadi 2,54 persen. Namun meningkat menjadi 2,78 persen di tahun 2013 dan menjadi 2,89 persen di tahun 2014. Penyebab pengangguran terdidik meningkat karena lulusan pendidikan tinggi saat ini tidak memiliki keterampilan khusus, sehingga sulit untuk memasuki pasar kerja secara langsung. Belum lagi pada saat ini pencari kerja tenaga kerja terdidik cenderung berusaha mencari pekerjaan dengan upah, jaminan sosial dan lingkungan kerja yang lebih baik (Kuncoro, 2003:89). Umumnya tenaga kerja jenis ini cenderung mencari pekerjaan dengan upah yang tinggi akibat pemikiran bahwa mereka memiliki 15

pendidikan yang tinggi. Apabila upah yang ditawarkan terlalu rendah, mereka lebih memilih menganggur dan mencari pekerjaan yang lebih baik karena pengetahuan tentang informasi pasar kerja lebih besar. Fenomena mengenai pengangguran yang di dominasi oleh lulusan perguruan tinggi di wilayah perkotaan disebabkan oleh ketidakmampuan lulusan itu beradaptasi dengan kebutuhan dunia industri modern. Sementara perubahan lingkungan yang dihadapi oleh industri modern memerlukan kemampuan adaptasi yang tinggi akan infrastruktur suatu perekonomian (Adawiyah, 2007). Menurut Moelyono (1997), kecenderungan meningkatnya lama menganggur pengangguran terdidik telah menjadikan masalah yang semakin serius. Kemungkinan ini disebabkan karena latar pendidikan mereka yang tinggi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar aspirasi dan keinginan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai keinginannya. Proses untuk mencari kerja yang lebih lama pada kelompok pencari kerja terdidik disebabkan mereka lebih banyak mengetahui perkembangan informasi di pasar kerja, dan mereka lebih berkemampuan untuk memilih pekerjaan yang diminati dan menolak pekerjaan yang tidak sesuai. Hal ini menjadi masalah pemerintah daerah sesuai dengan otonomi yang berlaku karena pengangguran terdidik tersebut mencerminkan kegagalan pemerintah dalam hal melakukan perluasan kesempatan kerja dan kegagalan dalam menerapkan sistem pendidikan yang lebih baik lagi yang tidak hanya mengandalkan kemampuan akademik saja melainkan kemampuan untuk dapat bersaing di dunia kerja. 16

Berdasarkan pada kenyataan-kenyataan yang telah dijelaskan diatas maka menarik untuk mengamati masalah pengangguran terdidik dan mengkaji lebih lagi kondisi pengangguran terdidik di Kota Denpasar. Judul penelitian yang diangkat adalah: Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik Di Kota Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana pengaruh non labor income, mutu sumber daya manusia dan tingkat upah secara simultan terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar? 2) Bagaimana pengaruh non labor income secara parsial terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar? 3) Bagaimana pengaruh mutu sumber daya manusia secara parsial terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar? 4) Bagaimana pengaruh tingkat upah secara parsial terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 17

1) Untuk mengetahui pengaruh non labor income, mutu sumber daya manusia dan tingkat upah secara simultan terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar. 2) Untuk mengetahui pengaruh non labor income secara parsial terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar. 3) Untuk mengetahui pengaruh mutu sumber daya manusia secara parsial terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar. 4) Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah secara parsial terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini merupakan wadah bagi penulis untuk pemahaman dan mampu mengaplikasikan teori-teori ekonomi pembangunan mengenai non labor income, mutu sumber daya manusia dan tingkat upah terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar yang di dapat selama kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Diharapkan mampu menambah referensi di lingkungan akademis sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. 18

2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan informasi kepada pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya dalam mengambil kebijakan mengenai pengangguran terdidik di Kota Denpasar. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya yang disusun secara sistematis dan terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika ini masingmasing bab dapat diperinci sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitiannya. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah. Dalam laporan penelitian ini, hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini serta disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada. 19

BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini akan menyajikan gambaran umum wilayah, perkembangan, dan data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh variabel non labor income, mutu sumber daya manusia dan tingkat upah terhadap lama menganggur pengangguran terdidik di Kota Denpasar. BAB IV SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan mengemukakan simpulan berdasarkan hasil uraian pembahasan pada bab sebelumnya, keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan dan saran atas penelitian yang dilakukan agar nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. 20