PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN DAYA SAING GULA MERAH UNTUK MEMPERKUAT EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN DAYA SAING JERUK LOKAL UNTUK MEMPERKOKOH EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

SENSITIVITAS DAYA SAING JERUK LOKAL KABUPATEN JEMBER [SENSITIVITY OF JEMBER LOCAL CITRUS COMPETITIVENESS]

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

Oleh: Ari Purwaningsih, Endang Sriningsih, dan Anisur Rosyad Fakultas Pertanian UNSOED Purwokerto (Diterima: 11 Januari 2005, disetujui 7 Juli 2005)

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI PADI SAWAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRACT

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

Latar Belakang Pembangunan bidang ekonomi, keseimbangan bidang pertanian dengan industri Pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan; Pembangunan ekono

PROFIL AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA. Watemin Pujiati Utami

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

III. METODE PENELITIAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 LokasI dan Waktu Studi. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan metode

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

DAYA SAING DAN PROFIL PRODUK AGROINDUSTRI KOPI SKALA KECIL (KAJIAN DI PROPINSI LAMPUNG) Adang Agustian

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PENINGKATAN DAYA SAING KOPI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI VCO DI KABUPATEN KULON PROGO (VCO AGROINDUSTRIAL DEVELOPMENT STRATEGY IN KULON PROGO REGENCY)

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

IV METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI BUBUK ARABIKA PADA BERBAGAI SKALA USAHA DI KABUPATEN SITUBONDO

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

PENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan ekonomi daerah di era otonomi sekarang ini, setiap

PERANAN AGROINDUSTRI PEDESAAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA. Supriyati. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Pemberdayaan Gapoktan

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* )

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH MELALUI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

ANALISIS DAYA SAING BUAH STROBERI DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga)

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

I. PENDAHULUAN. pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Kakao Indonesia

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR KETELA POHON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN DAYA SAING GULA MERAH UNTUK MEMPERKUAT EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN [MODEL DEVELOPMENT OF ENHANCING COMPETITIVENESS OF SUGAR TO STRENGTHEN RURAL ECONOMIC COMMUNITY] Teguh Hari Santosa *) Noor Salim **), Henik Prayuginingsih *), Oktarina *) *) Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember **) Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model peningkatan daya saing gula merah sebagai upaya memperkuat ekonomi masyarakat pedesaan. Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan metode PRA, FGD, RRA, indept interview dan survei. Sampel ditentukan melalui stratified random sampling sebanyak 150 orang. Teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan DRCR dan PCR. Analisis kualitatif adalah fenomenologis dan pola kecenderungan yang dilakukan sepanjang rentang waktu penelitian. Penelitian dilakukan di dua kecamatan penghasil gula merah di Kabupaten Jember sejak bulan Pebruari 2016 sampai Juni 2016. Hasil penelitian pada agroindustri rumah tangga gula merah di Kabupaten Jember menunjukkan: (1) Keuntungan per 25 pohon/bulan sistem kemitraan Rp 1.014.575, sistem non mitra sebesar Rp 301.408 (skala kecil), Rp 668.113 (menengah) dan Rp 691.369 (besar); (2) pendapatan usaha gula merah/bulan sistem kemitraan Rp 4.426.688, sistem non mitra sebesar Rp 2.545.469 (skala kecil), Rp 3.467.260 (menengah) dan Rp 4.355.938 (besar), dengan kontribusi terhadap pendapatan total keluarga sebesar 94,36% pada sistem kemitraan, dan non mitra 85,83% (skala kecil), 90,52% (menengah) dan 93,36% (besar); (3) Daya saing kompetitif termasuk dalam kategori rendah (nilai PCR mitra= 0,84; non mitra skala menengah =0,92; besar = 0,90) bahkan skala kecil non mitra masuk dalam kategori sangat rendah (PCR =1,031); (4) Daya saing komparatif baik sistem kemitraan maupun non mitra termasuk dalam kategori sedang (nilai DRCR mitra = 0,65; non mitra skala kecil= 0,72; menengah= 0,70; besar= 0,67). Kata kunci : gula merah, ekonomi pedesaan, daya saing komparatif dan kompetitif. ABSTRACT This study aims to formulate a model of improving the competitiveness of sugar as an effort to strengthen the economy of rural communities. To achieve the objectives, the method used PRA, FGD, RRA, indept interviews and surveys. Samples determined via stratified random sampling as many as 150 people. Mechanical analysis of quantitative and qualitative data. DRCR and quantitative analysis using PCR. Qualitative analysis is phenomenological and pattern trends conducted throughout the study period. The study was conducted in two districts brown sugar in Jember since February 2016 to June 2016. The results of the study on household sugar agroindustry in Jember show: (1) Gain per 25 trees / month partnership Rp 1,014,575, a non partners Rp 301 408 (smallscale), Rp 668 113 (medium) and US $ 691 369 (large); (2) revenues brown sugar / month partnership Rp 4,426,688, non-system partners Rp 2,545,469 (small scale), USD 3.46726 million (medium) and Rp 4,355,938 (big), with a contribution to total revenues family of 94.36% on the partnership system, and non-partner 85.83% (small scale), 90.52% (medium) and 93.36% (great); (3) competitive competitiveness included in the low category (grades PCR partners = 0.84; non-partner medium scale = 0.92; large = 0.90) even a small-scale non-partner in the category of very low (PCR = 1.031); (4) The comparative competitiveness of both partnership and non partners included in the medium category (DRCR partners = 0.65; non small-scale partners = 0.72; medium = 0.70; large = 0.67). Keywords: brown sugar, rural economy, the competitiveness of comparative and competitive. PENDAHULUAN Gula merah dengan sistem kemitraan sebagai salah satu komoditas nasional memiliki potensi daya saing yang tinggi. Faktor pemicu daya saing terdiri dari teknologi, produktivitas, input dan biaya, struktur industri dan kondisi permintaan (Rahman dkk., 2007). Upaya peningkatan daya saing gula merah tersebut akan memperkuat ekonomi masyarakat secara nasional melalui perbaikan teknologi budidaya (meliputi perbaikan produktivitas, mutu, input dan biaya), manajemen struktur pasar, struktur industri dan kondisi permintaan gula merah. Sentra utama produksi gula merah di Indonesia (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat), dimana Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah merupakan produsen gula kelapa terbesar di Indonesia, sebesar 172 ton gula kelapa/tahun (Andrianto, 2013). Potensi produksi gula kelapa dan daya saingnya masih 48 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

bisa terus ditingkatkan untuk mengejar kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia sebesar 4,5 kg/kapita/tahun atau 810.000 ton per tahun (Santoso dkk., 2013), sekaligus untuk mengembangkan industri pedesaan. Mengingat hal tersebut, fokus kajian yang dipilih dalam penelitian ini yaitu model pengembangan daya saing gula merah untuk memperkuat ekonomi masyakat pedesaan sekaligus memperkuat penyediaan bahan baku untuk produksi gula nasional dengan melibatkan berbagai institusi yang terkait (perguruan tinggi, balai penelitian, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Disperindag, Pabrik Gula, APTRI dan lainnya). Hal ini berpegangan pada komitmen nasional dan kehendak politik pemerintah Indonesia dalam UU RI No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pasal 3 bahwa Sistem budidaya tanaman bertujuan: (a) meningkatkan dan memperluas penganekaragaman hasil tanaman, guna memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, industri dalam negeri, dan memperbesar ekspor; (b) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pengrajin; (c) mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Hasil penelitian sebelumnya oleh Santoso dkk. (2010-2011) menemukan bahwa (i) Gula kelapa bukan hanya sebagai usaha sambilan, namun sudah menjadi andalan industri pedesaan; (ii) Permodalan pengrajin untuk agroindustri pedesaan masih lemah; (iii) Teknologi baru perlu diintroduksikan untuk meningkatkan efisien teknis dan efisiensi ekonomi; (iv) Struktur pasar dan tata niaga gula kelapa masih kurang menguntungkan produsen. Hal ini berakibat pada lemahnya ekonomi pengrajin gula merah di pedesaan dan mengancam upaya peningkatan produksi gula nasional, karena memicu keinginan mereka untuk berpindah komoditas non pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model peningkatan daya saing gula merah sebagai upaya memperkuat ekonomi masyarakat pedesaan. METODE PENELITIAN Penentuan sampel (responden) dilakukan dengan stratified random sampling atau acak bertingkat, mengingat bahwa rumah tangga yang tinggal di pedesaan sebagai populasi terdiri dari kelompok yang cukup heterogen. Tahapan pemilihan responden adalah sebagai berikut : (1) mengadakan stratifikasi populasi, yaitu mengklasifikasikan populasi menjadi kelompok-kelompok yang homogen dilihat dari jenis pekerjaan dan aktivitas ekonominya; (2) pemilihan responden dilakukan setelah memperoleh stratifikasi populasi, yakni masing-masing strata diambil 75 orang pada setiap kecamatan secara random. demikian total sampel sebanyak 150 orang. Dengan Tabel 1. Penentuan sampel penelitian Jumlah Sampel Skala Usaha Kecamatan Wuluhan Kecamatan Tempurejo Kecil : 25 pohon 24 0 Menengah : 26 50 pohon 82 40 Besar : > 50pohon 4 0 Jumlah 110 40 Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan macam data (meliputi data primer dan sekunder). Sumber data primer diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Sumber data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini selain menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Focus Group Discussion (FGD), juga menggunakan metode Rapid Rural Apprasial (RRA), Indept Interview dan Survey. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif terkait dengan daya saing gula merah didekati dengan analisis keunggulan komparatif dan kompetitif dengan perhitungan nilai DRCR (Domestic Resources Cost Ratio) dan PCR (Private Cost Ratio) (Agustian, 2007) dengan rumus : DRCR = DFC HS ( RHS TICHS Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 49 ) Keterangan : DFC HS = jumlah biaya faktor domestik dengan harga sosial = (X d P dhs ) R HS = jumlah penerimaan kotor dengan harga sosial = (Q y P yhs ) TIC HS = jumlah biaya input tradable dengan harga sosial = (X t P HS ) DRCR = Domestic Resources Cost Ratio. X d = jumlah penggunaan faktor domestik. P DHS = harga sosial faktor domestik. Q y = jumlah output tradable. P yhs = harga sosial output tradable. X t = jumlah penggunaan input tradable. = harga sosial input tradable. P ths PCR = DFCHP ( R TIC ) HP HP Keterangan : DFC HP = jumlah biaya faktor domestik dengan harga private = (X d P dhp ), R HP = jumlah penerimaan kotor dengan harga private = (Q y P yhp )

TIC HP PCR X d P DHP Q y P yhp X t P thp = jumlah biaya input tradable dengan harga private = (X t P HP ) = Private Cost Ratio. = jumlah penggunaan faktor domestik. = harga private faktor domestik. = jumlah output tradable. = harga private output tradable. = jumlah penggunaan input tradable. = harga private input tradable. Kriteria penentuan daya saing : jika nilai DRCR dan PCR (< 0,25 = daya saing sangat tinggi dan sangat efisien), (0,25 0,5 = tinggi dan efisien, (0,51 0,75 = sedang dan kurang efisien), (> 0,75 = rendah dan tidak efisien). Analisis kualitatif yang dipilih adalah analisis fenomenologis dan pola kecenderungan yang dilakukan sepanjang rentang waktu penelitian dengan menggunakan analisis FGD, RRA, PRA. Profil Usaha Tani Gula Merah HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Pengrajin gula merah di lokasi penelitian Kabupaten Jember Kecamatan Kecamatan Wuluhan (Non Mitra) Nomor Profil Pengrajin Satuan Tempurejo Skala Menengah Skala Besar 1 Umur (tahun) 40,63 45,75 41,46 39,50 2 Pendidikan (tahun) 7,23 6,5 7,27 6,75 3 Pengalaman Usaha (tahun) 8,45 16,3 12,06 11,25 4 Anggota keluarga (jiwa) 4 4 4 4 Tabel 3. Profil agroindustri rumah tangga gula merah di Kabupaten Jember Kecamatan Kecamatan Wuluhan (Non Mitra) No. Profil Satuan Tempurejo Skala Menengah Skala Besar 1 Hari kerja hari/bulan 27 25 26 26 2 Jumlah pohon pohon 47 22 39 63 3 Produksi kg/hari 24,98 11,13 19,00 29,75 4 Produktivitas kg/pohon 0,53 0,51 0,49 0,48 5 Status pohon a. Milik sendiri b. Sewa % % 0 100 83,01 16,99 59,76 40,24 76,00 24,00 6 Umur pohon tahun 16,95 17,29 15,09 9,5 Tabel 4. Penerimaan agroindustri rumah tangga gula merah di Kabupaten Jember Kecamatan Kecamatan Wuluhan (Non Mitra) No. Uraian Satuan Tempurejo Skala Menengah 1. Produktivitas kg/pohon 0,53 0,51 0,49 0,48 2. Produksi kg/usaha/hr 24,98 11,13 19,00 29,75 3. Harga jual Rp/kg 12.119 11.038 11.030 11.000 4. Penerimaan usaha/hari usaha/bulan Rp/usaha/hr Rp/usaha/bl 25 pohon/bulan Rp/25 phn/bl 301.814 7.968.789 4.287.339 122.879 3.120.029 3.504.676 209.304 5.397.519 3.481.386 327.250 8.508.500 3.400.506 50 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Tabel 5. Keuntungan agroindustri rumah tangga gula merah di Kabupaten Jember Kecamatan Kecamatan Wuluhan (Non Mitra) No. Uraian Satuan Tempurejo Skala Menengah 1. Produktivitas kg/pohon 0,53 0,51 0,49 0,48 2. Produksi kg/usaha/hr 24,98 11,13 19,00 29,75 3. Harga jual Rp/kg 12.119 11.038 11.030 11.000 4. Penerimaan usaha/hari usaha/bulan 25 pohon/bulan Rp/usaha/hr Rp/usaha/bl Rp/25 phn/bl 301.814 7.968.789 4.287.339 122.879 3.120.029 3.504.676 209.304 5.397.519 3.481.386 327.250 8.508.500 3.400.506 5. Biaya Total Rp/25 phn/bl 3.272.765 3.202.208 2.813.274 2.709.118 6. Keuntungan Rp/25 phn/bl 1.014.575 301.468 668.113 691.388 7. Effisiensi Biaya - 1,31 1,09 1,24 1,26 Tabel 6. Pendapatan keluarga pengrajin agroindustri gula merah di Kabupaten Jember tahun 2016 (Rp/usaha/bulan) No Asal Pendapatan Tempurejo Wuluhan (Non Mitra) Skala Menengah Skala Besar 1. Keuntungan gula merah 2.191.938 296.767 1.149.591 2.082.485 2. Sewa Pohon kelapa 0 831.827 715.621 1.168.452 3. Upah mengambil nira 1.425.000 870.833 1.023.735 650.000 4. Upah memasak 809.750 546.042 578.313 455.000 5. Pendapatan gula merah 4.426.688 2.545.469 3.467.260 4.355.938 6. Pendapatan lain-lain 256.250 402.083 376.506 287.500 7. Pendapatan keluarga 4.682.938 2.947.552 3.843.766 4.643.438 8. Kontribusi Gula merah 94,36 % 85,83% 90,52% 93,36% Analisis Daya Saing Gula merah Tabel 7. Beberapa indikator daya saing gula merah di Kabupaten Jember Skala Usaha Sistem Non Mitra No Indikator Daya Saing Sistem Mitra Kecil Menengah Besar 1. Private Profitability (PP) 616.607 (87.920) 326.345 361.938 2. Social Profitability (SP) 1.983.557 1.451.041 1.912.076 1.910.616 3. Private Cost Ratio (PCR) 0,856179658 1,025093676 0,9062689 0,8935635 4. Domestic Ratio (DRCR) 0,659118842 0,721152535 0,6329249 0,6242979 Sumber: Data Primer Diolah (2016) Pengembangan Model Peningkatan Daya Saing Gula Merah untuk Memperkuat Ekonomi Masyarakat Pedesaan Untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam proses produksi maka diperlukan penggunaan teknologi tepat guna yang dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain dinas terkait (Dinas Perindustrian, perguruan tinggi LSM dan lain-lain) melalui kegiatan penyuluhan, pembinaan dan pendampingan. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 51

INTERNAL - faktor produksi - produktivitas EKSTERNAL - harga produk - ekosistem - sumberdaya alam dan manusia USAHA GULA MERAH Supply gula merah Pembinaan instansi terkait (Dinas Pengrajinan, Perindag, Koperasi dll) Kuantitas dan kualitas Distribusi Sarana dan prasarana Teknologi Kelompok Usaha Pengrajin Gula merah KELEMBAGAAN AGRIBISNIS GULA MERAH Net working INTERNAL - Struktur pasar - Sistem Pemasaran - Perilaku pasar EKSTERNAL - Permintaan pasar PASAR INVESTASI AGROINDUSTRI GULA MERAH Pembinaan Disperindag Koperasi dan Pengrajinan Investor/Perbankan Teknologi Sarana dan prasarana Keunggulan komparatif (didekati dengan provitabilitas sosial, nilai DRCR) PENINGKATAN DAYA SAING GULA MERAH Penguatan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Keunggulan kompetitif (didekati dengan provitabilitas privat, nilai PCR) Gambar 1. Pengembangan model peningkatan daya saing gula merah Peningkatan Daya Saing Gula Merah dalam Memperkuat Ekonomi Masyarakat Pedesaan Daya saing gula merah dapat dipertahankan apabila pengrajin dapat berproduksi dengan produktivitas dengan kualiatas yang tinggi dan seluruh produknya terserap pasar dengan harga yang menguntungkan. Oleh karena itu peningkatan daya saing gula merah dapat dilakukan melaui dua sisi, yaitu: 52 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 1. peningkatan produktivitas dan kualitas produk 2. diversifikasi produk. 1. Peningkatan produktivitas dan kualitas produk Produktivitas dan kualitas yang tinggi sesuai harapan pasar akan menjamin harga pada tingkat yang menguntungkan pengrajin. Pemenuhan permintaan

pasar baru dapat dilaksanakan apabila pengrajin memiliki ketrampilan dan teknologi yang cukup. Pembinaan dan penyuluhan dari instansi terkait terhadap pengrajin masih diperlukan agar pengrajin dapat mengikuti informasi dan teknologi selalu berkembang. Pembinaan dan penyuluhan akan lebih efektif dilakukan apabila dilakukan melalui kelompok tani. 2. Diversifikasi Produk Insentif harga yang tinggi, ketrampilan dan penguasaan teknologi budidaya pengrajin yang meningkat menyebabkan peningkatan produktivitas dan mutu produk. Kondisi ini dapat memicu kondisi over supply yang menyebabkan kemerosotan harga karena tidak terserapnya produk pengrajin oleh pasar. Untuk memperluas daya serap pasar maka diperlukan diversifikasi produk. Permasalahannya adalah usaha ini membutuhkan ketrampilan dan investasi yang besar sehingga diperlukan kerja sama antara berbagai fihak terkait untuk mewujudkannya, antara lain lembaga/kelompok pengrajin, dinas koperasi, pertanian, disperindag, perguruan tinggi dan lembaga keuangan. Peningkatan produktivitas dan diversifikasi usaha merupakan kombinasi yang ideal untuk memperkuat perekonomian pedesaan karena dapat memperluas kesempatan kerja. Selain dampak langsung berupa meningkatnya keuntungan pengrajin dan tersedianya kesempatan kerja yang lebih banyak, juga ada dampak tidak langsung berupa efek pengganda (multiplyer efffect) dari sejumlah investasi yang ditanamkan pada usaha ini. Effek pengganda adalah pengaruh berlipat-lipat akibat adanya invesatsi yang diukur dari tambahan pendapatan agregat masyarakat. Bertambahnya pendapatan agregat masyarakat disebabkan karena setiap orang yang meperoleh pendapatan langsung dari agroindustri gula merah akan membelanjakan pendapatannya untuk berbagai kebutuhannya, sehingga muncullah permintaan. Permintaan akan menggerakkan pelaku ekonomi pedesaan untuk berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga tumbuhlah berbagai kegiatan ekonomi yang memberikan keuntungan bagi setiap pelakunya. Dengan demikian peningkatan daya saing gula merah diharapkan akan mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi yang memberikan pendapatan kepada setiap pelakunya, sehingga secara keseluruhan pendapatan agregat masyarakat meningkat dan ekonomi masyarakat pedesaan menjadi kuat. KESIMPULAN 1. Keuntungan usahatani gula merah per 25 pohon/bulan sistem kemitraan Rp 1.014.575, sistem non mitra sebesar Rp 301.408 (skala kecil), Rp 668.113 (menengah) dan Rp 691.369 (besar). 2. Pendapatan usahatani gula merah/bulan sistem kemitraan Rp 4.426.688, sistem non mitra sebesar Rp 2.545.469 (skala kecil), Rp 3.467.260 (menengah) dan Rp 4.355.938 (besar), dengan kontribusi terhadap total keluarga sebesar 94,36% pada sistem kemitraan, dan non mitra 85,83% (skala kecil), 90,52% (menengah) dan 93,36% (besar). 3. Daya saing kompetitif gula merah termasuk dalam kategori rendah (nilai PCR mitra= 0,84; non mitra skala menengah =0,92; besar = 0,90) bahkan skala kecil non mitra masuk dalam kategori sangat rendah (PCR =1,031). 4. Daya saing komparatif gula merah baik sistem kemitraan maupun non mitra termasuk dalam kategori sedang (nilai DRCR mitra = 0,65; non mitra skala kecil= 0,72; menengah= 0,70; besar= 0,67). Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kami ucapkan kepada Ditlitabmas, Kemenristekdikti yang telah mendanai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Agustian, A. 2007. Daya Saing dan Profil Produk Agroindustri (Kajian di Propinsi Lampung). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pasca Panen untuk Pengembangan Agroindustri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Hal. 979 989. Andrianto, A. 2013. Banyumas Sentra Gula Kelapa Terbesar. http://www.tempo.co. Rahman, R., A. Nuhung, dan M. Rachmat. 2007. Studi Pengembangan Sistem Agribisnis Perkebunan Rakyat dalam Perspektif Globalisasi Ekonomi. Makalah Seminar Hasil Penelitian. Puslitbang Sosek Pertanian. Bogor. Santoso, T.H., N. Salim. H. Prayuginingsih dan M.C. Is. 2010-2011. Pengembangan Gula Kelapa di Kabupaten Blitar, Tulungagung, Kediri, dan Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Jurnal Agritrop (Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian). Vol. 6, No.2, 2011. Santoso, T.H., N. Salim. H. Prayuginingsih dan M.C. Is. 2012-2013. Analisis Mutu dan Produktivitas Gula Kelapa pada Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Jember. Jurnal Agritrop (Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian). Vol. 7, No.2, 2012. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 53