BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di bab sebelumnya tentang hasil temuan serta analisa penelitian tentang pelaksanaan program pelatihan TIK di Broadband Learning Center (BLC) pada periode tahun 2014-2015 yang diselenggarakan oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan. Bahwa Dinas Kominfo Pemkot Surabaya secara maksimal telah menyampaikan pesan kepada masyarakat kota Surabaya dengan tujuan agar mempunyai literasi internet yang bagus, dimana hal tersebut dilakukan melalui ajakan pelatihan TIK di BLC. Diantara indikator yang menunjukkan tentang tersampaikannya pesan tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya masyarakat kota Surabaya yang memanfaatkan BLC sebagai media pembelajaran TIK. Baik mereka yang datang ke BLC sebagai pengunjung maupun sebagai peserta pelatihan TIK, dimana semuanya berasal dari bermacam strata sosial di masyarakat. Seperti pelajar & mahasiswa, organisasi masyarakat (UKM, PKK, Bunda PAUD, Karang Taruna, Badan Kesejahteraan Masyarakat, Institusi Masyarakat Perkotaan dan Kader Lansia), pekerja (PNS, karyawan Swasta, guru dan wiraswasta) serta kategori non pekerja (belum bekerja, pensiunan dan ibu rumah tangga). Berdasarkan hasil laporan bulanan tentang jumlah pengunjung dan peserta pelatihan BLC diketahui bahwa setiap tahunnya ada penambahan yang cukup signifikan. Tidak hanya diisi oleh masyarakat yang masih berusia produktif atau berstatus sebagai pelajar saja, tetapi juga mereka yang sudah berusia diatas 50 tahun, bahkan ada peserta pelatihan BLC yang berusai 70 tahun. Misalnya yang terpantau di BLC Taman Prestasi di Jl Gentengkali Surabaya, khususnya di periode pelatihan pada bulan Maret 2015 untuk materi internet, blog dan social network. Rata-rata mereka terdiri dari ibu rumah tangga dan Bunda PAUD. 174
Sampai saat ini warga kota Surabaya yang memanfaatkan program BLC terus bertambah. Seperti yang terpantau dari hasil rekap data jumlah pengunjung dan peserta pelatihan TIK di 23 BLC, dimana terjadi peningkatan jumlah pengunjung BLC pada tahun 2015 daripada tahun 2014 pada periode bulan Januari sampai April. Dengan rincian, total jumlah pengunjung BLC pada tahun 2014 terhitung sejak bulan Januari sampai April sebanyak 21.721 orang. Sedangkan pada tahun 2015 dalam periode interval waktu yang sama mencapai 25.569 orang. Dengan demikian, ada peningkatan jumlah pengunjung sampai 3.848 orang. Peningkatan juga terjadi pada jumlah peserta pelatihan TIK di BLC pada tahun 2015 dengan interval waktu yang sama, terhitung mulai bulan Januari sampai April. Jika pada tahun 2014 jumlah peserta pelatihan TIK sebanyak 6.118 orang, maka pada tahun 2015 mencapai 13.100 orang. Dengan demikian, jumlah peserta program BLC pada periode pelatihan TIK di bulan Januari sampai April 2015 jauh meningkat signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014. Total peningkatan jumlah peserta sampai 6.982 orang atau dengan prosentase kenaikannya sampai 100% lebih. Adanya peningkatan jumlah peserta dan pengunjung BLC tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat kota Surabaya merespon pelaksanaan program dengan baik. Hal itu ditunjukkan melalui tingginya antusiasme belajar mereka pada saat mengikuti pelatihan TIK di BLC. Keterlibatan langsung masyarakat dalam pelaksanaan program BLC merupakan wujud partisipasi aktif serta pemberian dukungan terhadap program Pemkot Surabaya di bidang TIK yang bertujuan untuk menjadikan seluruh masyarakat kota Surabaya melek IT. Sehingga ada sinergitas dan simbiosis mutualisme yang terjalin antara Pemkot Surabaya melalui Dinas Kominfo dengan masyarakat kota Surabaya di dalam memanfaatkan fasilitas pembelajaran TIK. Dengan demikian, adanya hubungan timbal balik dalam pola komunikasi sebagai interaksi yang bersifat multi dimensi antara komunikator (Dinas Kominfo Pemkot Surabaya serta tim BLC) dengan komunikan (masyarakat Surabaya) 175
dalam penyampaian pesan berupa literasi internet tersebut berdampak positif dalam menjadikan masyarakat Surabaya melek IT. Komunitas cyber community yang terdiri dari sekumpulan masyarakat melek IT tersebut pada akhirnya mewujudkan kota Surabaya sebagai Smart City, yaitu kota yang didalamnya terdapat masyarakat yang cerdas, dimana mereka memiliki kemauan untuk terus belajar TIK serta berpartisipasi aktif dalam memanfaatkan fasilitas TIK yang telah disediakan oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya melalui program BLC. Dalam penelitian ini terungkap bahwa Dinas Kominfo bersama jajaran tim tenaga pengajar (instruktur) BLC berperan sebagai penggerak komunitas dengan memberikan stimuli serta mengajak masyarakat kota Surabaya agar mau belajar TIK. Tujuannya menjadikan warga melek IT secara keseluruhan, sehingga dapat mewujudkan Cyber Society yang benar-benar smart. Tidak hanya cukup sampai pada fase pemahaman dan penguasaan TIK saja, melainkan mendorong masyarakat agar mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik yang bersifat pemenuhan kebutuhan pelayanan publik secara online maupun pemenuhan kebutuhan yang memiliki sifat keekonomian dan nilai tambah bagi peningkatan kualitas hidupnya. Misalnya, pemanfaatan internet oleh masyarakat/ pelaku UKM di kota Surabaya untuk mempromosikan produk-produknya secara Online yang saat ini telah banyak dilakukan oleh peserta pelatihan TIK di BLC. Dengan adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat berkat melek IT tersebut, maka secara otomatis akan ikut meningkatkan daya saing kota Surabaya. Pemkot Surabaya akan lebih mudah di dalam menerapkan berbagai kebijakannya yang saat ini telah memberlakukan sistem e-government. Kondisi masyarakat yang melek IT akan memudahkan bagi Pemkot Surabaya untuk mengintegrasikan sekaligus melibatkan masyarakat di dalam pembangunan yang berkelanjutan melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat. Sehingga akan menjadikan kota Surabaya menjadi kota cyber dengan kondisi masyarakat yang merupakan komunitas smart city dan adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi. 176
Penerapan dan pengembangan konsep cyber city sebagai hasil penetrasi program BLC oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya tersebut pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sistem pemerintahan berbasis teknologi atau e-government yang selama ini telah dilaksanakan. Meningkatnya jumlah masyarakat yang telah melek IT menjadi modal utama untuk mewujudkan Surabaya Cyber City, yaitu terintegrasinya penerapan techno-government atau e-government dengan terbangunnya hubungan timbal balik antara government to government (G to G), government to business (G to B), government to community (G to C) business to business (B to B), business to costumer/ community (B to C) dan community to community (C to C). B. Saran Berdasarkan data empiris yang terungkap pada bab sebelumnya diketahui bahwa program BLC masih belum dapat menjangkau semua lapisan masyarakat kota Surabaya, seperti yang ditargetkan oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya selama ini. Sehingga, pelaksanaan program BLC yang diselenggarakan oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya pada periode 2014 sampai bulan April 2015, masih terdapat beberapa hal yang masih harus diperbaiki ke depannya. Yang perlu digarisbawahi adalah, jangan sampai program BLC hanya dimanfaatkan oleh masyarakat yang sebenarnya sudah masuk kategori e-literate atau telah melek IT. Misalnya, kalangan pelajar dan mahasiswa. Jika hal itu terjadi, maka hal tersebut akan berpotensi menyebabkan terjadinya digital divide atau kesenjangan digital pada masyarakat kota Surabaya. Sedangkan dari segi ketersediaan infrastruktur diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih belum familiar dengan software Linux yang digunakan dalam program BLC. Dari hasil wawancara yang dilakukan dalam kegiatan Forum Group Discussion (FGD) yang melibatkan peserta pelatihan di BLC Taman Prestasi pada tanggal 11 Maret 2015 lalu diketahui bahwa hampir semua peserta menyatakan ketidaktahuannya tentang sistem operasi komputer Linux varian Ubuntu yang digunakan dalam program BLC. Hal ini karena mereka telah 177
terbiasa menggunakan Windows. Sehingga mereka memerlukan waktu untuk beradaptasi, karena harus mengubah kebiasaan sebelumnya, yaitu dari penggunaan Windows ke Linux. Padahal, syarat utama dari efektifitas sebuah program pelatihan TIK adalah bagaimana caranya agar masyarakat dapat memanfaatkan hasil pelatihannya untuk dioperasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar dari kelas pelatihan. Software yang biasanya digunakan adalah Windows, bukan Linux. Penggunaan Linux dapat mengurangi fungsi dan kegunaan pelatihan TIK dari materi ajar yang telah dipelajarinya di dalam kelas. Untuk itu, Dinas Kominfo Pemkot Surabaya perlu mempertimbangkan penggunaan Windows sebagai software utama yang digunakan dalam pelatihan TIK. Dari segi analisa program, BLC sebagai pusat pembelajaran TIK di kota Surabaya masih bersifat instan. Artinya, pelatihan TIK yang diperoleh masyarakat hanya diberikan pada saat mereka terdaftar sebagai peserta di salah satu BLC dalam periode waktu pelatihan yang telah ditentukan, yaitu selama 22 kali pertemuan. Akan tetapi setelah peserta menyelesaikan paket materi yang diambil dan memperoleh sertifikat, masih belum ada kelanjutan untuk pemantaban program selanjutnya dari Dinas Kominfo Pemkot Surabaya sebagai pihak pengelola program. Sehingga tidak ada pendampingan serta keberlanjutan program yang berkelanjutan. Untuk itu, perlu dilakukan pendampingan secara termonitor terhadap peserta pelatihan, sekalipun mereka telah dinyatakan lulus dan bersertifikat. Sehingga ada bentuk pendampingan user maintanance untuk pemantaban program pelatihan TIK yang berkelanjutan. Misalnya, dengan menggelar training lanjutan bagi para peserta pelatihan BLC yang telah lulus. Sehingga ada pendampingan dan keberlanjutan program ke fase berikutnya, dimana untuk dapat menguasai TIK tidak hanya cukup dengan menyelesaikan satu tahap pelatihan saja, melainkan harus tetap dilaksanakan secara intens secara terprogram. Hal ini bertujuan agar masyarakat benar-benar mampu melek serta menguasai IT serta membiasakan mereka untuk berpikir kreatif dan inovatif. Hal tersebut dapat ditunjang dengan melakukan survei untuk mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap program BLC. Tujuannya untuk 178
mengevaluasi keberlangsungan pelaksanaan program BLC selanjutnya agar mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.. Catatan penting lainnya yang juga menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dalam pelaksanaan program BLC yaitu kegiatan publikasi tentang BLC yang masih belum maksimal. Dari hasil Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan peserta pelatihan TIK di BLC Taman Prestasi pada tanggal 11 Maret 2015 diketahui bahwa sampai saat ini upaya sosialisasi untuk mempromosikan program BLC masih kurang intens. Padahal seharusnya, fasilitas pelatihan TIK yang ditujukan bagi terwujudnya literasi internet masyarakat kota Surabaya tersebut wajib diketahui oleh semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Untuk mewujudkan Surabaya Cyber City di semua lini, Dinas Kominfo Pemkot Surabaya dituntut lebih mengoptimalkan pelaksanaan program BLC sebagai pusat pelatihan TIK untuk membekali warga kota Surabaya agar melek IT. Dibutuhkan strategi kerangka kebijakan pengembangan infrastruktur kota yang mengarah pada pembentukan Smart City secara berkelanjutan, dimana Dinas Kominfo perlu memberi dukungan kepada stake holder (masyarakat, pihak swasta), baik dalam bentuk rencana strategi pembangunan, kebijakan regulasi maupun kemudahan investasi pengembangan Cyber City. Diantara bentuk dukungan tersebut bisa dilakukan dengan upaya berikut ini: Pertama, memaksimalkan penerapan e-government untuk pembangunan perkotaan dan tata pemerintahan. Kedua, lebih membuka peluang investasi swasta seluas-luasnya untuk pengembangan serta pengoptimalan aplikasi Cyber City. Ketiga, meningkatkan pembangunan infrastruktur publik untuk mendukung pengembangan dan perluasan Cyber City, seperti ruang terbuka hijau dan area publik lainnya. Keempat, peningkatan penguasaan teknologi pada SDM pemerintahan. Kelima, peningkatan literasi TIK pada seluruh masyarakat kota Surabaya. Keenam, siap untuk membuka akses informasi yang berguna bagi warga yang terdistribusikan secara digital. 179
Dari segi penguatan terhadap program BLC yang selama ini telah dilaksanakan dengan cukup baik, Dinas Kominfo Pemkot Surabaya juga harus semakin memperluas networking dengan dunia luar serta bekerjasama dengan pihak ketiga yang bertugas mendampingi, mengontrol serta mengavaluasi pelaksanaan program BLC. Jika selama ini penyediaan sarana dan infrastruktur program BLC merupakan hasil kerjasama dengan PT Telkom Divre V Jawa Timur melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)-nya, maka ke depan Dinas Kominfo Pemkot Surabaya perlu memperluas kerjasama dengan pihak lain. Misalnya, mencoba peluang untuk menjalin kerjasama dengan International Business Machines (IBM) Indonesia yaitu perusahaan lisensi Amerika Serikat, produsen perangkat keras dan perangkat lunak komputer, untuk penambahan kapasitas bandwidth pada masing-masing BLC. Hal itu dibutuhkan karena besaran bandwidth sangat mempengaruhi tingkat kecepatan akses internet yang digunakan untuk pelatihan TIK. Apalagi, saat ini Dinas Kominfo Pemkot Surabaya telah menambah titik BLC menjadi 23 lokasi, ditambah dengan pembaruan materi ajar TIK yang sudah pasti memerlukan kecepatan internet jauh lebih kencang. Sehingga berbanding lurus dengan penambahan kapasitas bandwidth di semua BLC, dimana sebelumnya total bandwdith yang tersedia di masing-masing BLC hanya sekitar 2 Mbps. Jika dilihat dari unsur kedekatan komunikasi yang telah terjalin dengan pihak IBM, Dinas Kominfo Pemkot Surabaya sangat berpeluang besar untuk melakukan kerjasama dengan IBM Indonesia dalam menambah kapasitas bandwidth BLC. Apalagi pada kunjungan rombongan Vice President manajemen IBM pada tanggal 24 April 2013 lalu diketahui bahwa mereka terkesan dan mengapresiasi penggunaan TIK oleh Dinas Kominfo Pemkot Surabaya yang menurutnya sudah sangat berkembang. Ke depan, Dinas Kominfo Pemkot Surabaya harus lebih berinovasi dalam merekrut masyarakat yang masih belum melek IT agar dapat berpartisipasi mengikuti pelatihan TIK di BLC. Hal itu dapat dilakukan dengan penguasaan data khalayak yaitu publik yang ada di kota Surabaya. Dibutuhkan mapping 180
segmentasi yang lebih komprehensif agar dapat mengetahui road map atau acuan yang digunakan untuk menentukan publik peserta program BLC. Sehingga ke depannya bisa diperoleh peserta pelatihan yang sesuai dengan target khalayak, yaitu warga kota Surabaya yang masih belum melek IT. Mapping segmentasi juga dapat digunakan sebagai pertimbangan utama untuk menentukan titik-titik mana saja yang akan dijadikan hot spot area atau dipasang wifi. Di samping itu, Dinas Kominfo Pemkot Surabaya harus mampu menjadi agent of change dalam merubah pola pikir PNS di lingkungan Pemkot Surabaya dalam menerapkan e-government. Yaitu bagaimana menjadikan seluruh PNS di semua instansi atau Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) bisa memberikan pelayanan publik dengan lebih maksimal. Hal ini karena, pelayanan prima kepada masyarakat merupakan ujung tombak dari pemerintahan di era reformasi birokrasi saat ini. Dengan bermacam prestasi di bidang TIK yang telah diraih selama ini, Dinas Kominfo Pemkot Surabaya berkewajiban untuk berperan sebagai endorser atau pendorong bagi SKPD lainnya dalam melaksanakan beragam inovasi pelayanan publik yang berbasis IT. Dalam hal ini, penerapan e-government harus diposisikan sebagai tools atau alat untuk melakukan de-birokratisasi melalui peningkatan pelayanan publik. BLC adalah diantara media pembelajaran TIK yang bertujuan untuk dapat mengintegrasikan semua sistem pemerintahan berbasis digital. Sekaligus berperan sebagai media utama untuk mewujudkan transformasi kehidupan masyarakat kota Surabaya menuju information society dalam kerangka Surabaya Cyber City. 181