BAB I. yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita 2.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki. diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

HUBUNGAN ANTARA RASA TAKUT JATUH DENGAN KESEIMBANGAN DAN STATUS FUNGSIONAL PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jatuh pada lanjut usia merupakan salah satu isu utama untuk masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga. memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut Busse, EW, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.

IKRIMA RAHMASARI J

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam kategori 10 besar provinsi di

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi dalam dua tahap yaitu lanjut usia awal (early old age) yaitu usia 60-70

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sendi yang menyerang sendi sendi penopang berat. (American Academy of Orthopedic Surgeons, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), stroke. merupakan penyebab kematian kedua di dunia sebanyak 6,9 juta di

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di negara Indonesia. Persentase penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Lansia/Lanjut usia adalah seseorang yang sudah berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangkan kesempatan atlet profesional mendapatkan sumber. olahraga non-kontak yang memerlukan lompatan, perubahan cepat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia hidup sehat, mandiri, dan produktif. Kemandirian dan produktivitas lansia tercermin dari Activities

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS ABIANSEMAL II BADUNG

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk usia lanjut dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia ratarata

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

MANAJEMEN. dengan KETERGANTUNGAN TOTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. polusi, dataran tinggi dan gaya hidup di mana ada yang hidup santai dan ada yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembang dari APIKES PENA HUSADA SURABAYA, yaitu Akademi Rekam

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

FALL RISK ASSESSMENT

BAB V KESIMPULAN. Diajukan pada Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lanjut usia atau disebut sebagai lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita 2. Pada lansia banyak sekali masalah fisik yang sering terjadi salah satunya yaitu jatuh 3. Jatuh biasanya didefinisikan sebagai tidak sengaja beristirahat di tanah, lantai atau tingkat yang lebih rendah lainnya 4. Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi faktor instrinsik dari dalam diri lanjut usia tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope, dan dizziness serta faktor ekstrinsik dari lingkungan yang tidak mendukung (bahaya) meliputi lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, obat-obatan yang diminum dan alat bantu berjalan 5. Sekitar 28-35% orang berusia lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahun dan meningkat bagi mereka yang berusia lebih dari 70 1

tahun sebesar 32-42%. Frekuensi jatuh meningkat sesuai dengan usia dan tingkat kelemahan. Insiden jatuh tampaknya bervariasi diantara negara-negara juga. Misalnya, di China sebesar 6-31% dan di Jepang sebesar 20% lansia jatuh setiap tahun. Sebuah studi di Daerah Amerika (Latin/Karibia) ditemukan proporsi lansia yang jatuh setiap tahun mulai dari 21,6% di Barbados sampai 34% di Chile 6. Kasus jatuh yang terjadi di poliklinik layanan terpadu usia lanjut Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pada tahun 2000 sebesar 15,53% (285 kasus). Pada tahun 2001 tercatat 15 pasien lansia (dari 146 pasien) yang dirawat karena instabilitas dan sering jatuh. Pada tahun 1999, 2000, dan 2001 masing-masing tercatat sebanyak 25 pasien, 31 pasien, dan 42 pasien yang harus dirawat karena fraktur femur akibat jatuh 2. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, usaha pencegahan terjadinya jatuh pada lansia merupakan langkah yang perlu dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh, pasti akan menyebabkan komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan kondisi lansia 5. Jatuh dan cedera adalah akibat dari masalah utama kesehatan masyarakat yang sering membutuhkan perhatian medis. Jatuh menyebabkan 20-30% dari luka ringan sampai luka parah, dan 2

mendasari penyebab 10-15% dari semua kunjungan gawat darurat. Lebih dari 50 % dari rawat inap cedera terkait dengan orang-orang lebih dari 65 tahun. Penyebab utama yang mendasari untuk masuk rumah sakit terkait dengan jatuh adalah patah tulang pinggul, luka traumatis otak dan cedera ekstremitas atas. Durasi tinggal di rumah sakit karena jatuh bervariasi; namun jauh lebih lama dari cedera lainnya. Dan dengan semakin meningkatnya usia dan tingkat kelemahan, orang tua akan tetap di rumah sakit atau di rumah saja setelah mengalami jatuh yang terkait dengan cedera untuk sisa hidup mereka. Jatuh juga dapat mengakibatkan sindrom pasca jatuh yang mencakup ketergantungan, hilangnya otonomi, kebingungan, imobilisasi dan depresi, yang akan menyebabkan pembatasan lebih lanjut dalam kegiatan sehari-hari 6. Setiap lansia yang jatuh, dengan atau tanpa cedera berkelanjutan, dapat mengembangkan rasa takut akan jatuh 7. Takut jatuh merupakan masalah kesehatan utama pada kehidupan lansia di masyarakat yang juga dapat dialami pada orang tua yang tidak pernah mengalami jatuh 8. Penelitian epidemiologi berbasis komunitas menemukan angka kejadian jatuh 32-83% pada lansia, dilaporkan sekitar 33-46% lansia yang tidak jatuh mengalami rasa takut jatuh. Pada lansia yang 3

mengalami rasa takut jatuh, hampir 70% menghindari aktivitas karena takut jatuh. Pada beberapa kasus, lansia mengurung diri di rumah karena rasa takut tersebut 9. Hal ini dapat menyebabkan pembatasan kegiatan, menyebabkan penurunan mobilitas dan kebugaran fisik, dan meningkatkan risiko jatuh dan cedera 7. Menurut WHO tahun 2007, rasa takut dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan dan meningkatkan risiko jatuh melalui penurunan aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga rasa percaya diri, keyakinan, kekuatan dan keseimbangan. Selain itu, rasa takut dapat menyebabkan perubahan maladaptif dalam kontrol keseimbangan yang dapat meningkatkan risiko jatuh 6. Penilaian rasa takut jatuh, diikuti oleh intervensi yang tepat, sangat penting untuk mempromosikan kemandirian, fungsi, kesehatan, dan keselamatan orang dewasa yang lebih tua. Penilaian rasa takut jatuh dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah Falls Efficacy Scale-International (FES-I). FES-I adalah alat tes yang singkat, mudah dijalankan untuk mengukur tingkat kekhawatiran akan jatuh selama kegiatan sosial dan fisik, baik didalam maupun diluar rumah apakah orang tersebut sebenarnya melakukan aktivitas atau tidak 7. Penurunan mobilitas yang disebabkan oleh rasa takut akan jatuh ini akan mempengaruhi status 4

fungsional lansia dan dapat menyebabkan perubahan maladaptif dalam kontrol keseimbangan sehingga makin meningkatkan risiko jatuh. Penelitian pada lansia yang datang ke Poli Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya melaporkan bahwa rasa takut jatuh yang diperiksa dengan menggunakan kuesioner Falls Efficacy Scale- International (FES-I) tidak berhubungan dengan keseimbangan yang diperiksa dengan menggunakan Biodex Balance System Static Dynamic (BBS_SD) 9. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui hubungan antara rasa takut jatuh yang diukur menggunakan FES-I dengan keseimbangan pada lansia yang diukur melalui Functional Reach Test (FRT), dan status fungsional yang diukur melalui nilai Barthel Index-Activities Daily Living (BI-ADL). Dengan diketahuinya batas kemampuan lansia, nantinya diharapkan terjadinya jatuh dapat diprediksi terlebih dahulu dan lansia tidak terlalu membatasi aktivitasnya. Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya, merupakan salah satu perkumpulan lansia yang memiliki sejumlah besar lansia yang masih aktif dalam kegiatan komunitas, sehingga banyak lansia yang dapat memenuhi kriteria peneliti. Tidak adanya data mengenai jatuh dan belum adanya 5

penelitian ini pada Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya mendorong peneliti untuk melakukan penelitianya di paguyuban ini. Tempat penelitian ini dipilih juga dikarenakan lebih terjangkau dan merupakan paroki yang juga pernah bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dalam hal tenaga kesehatan saat acara paskah Gereja Gembala Yang Baik. 1.2. Rumusan Masalah 1) Apakah rasa takut jatuh berhubungan dengan keseimbangan pada lanjut usia di Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya. 2) Apakah rasa takut jatuh berhubungan dengan status fungsional pada lanjut usia di Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara rasa takut jatuh dengan keseimbangan dan status fungsional pada lanjut usia di Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya. 6

1.3.2. Tujuan Khusus 1) Menganalisis hubungan antara rasa takut jatuh dengan keseimbangan pada lanjut usia di Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya. 2) Menganalisis hubungan antara rasa takut jatuh dengan status fungsional pada lanjut usia di Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Memberikan informasi tentang keterkaitan antara rasa takut jatuh dengan keseimbangan dan status fungsional pada lanjut usia di Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya. 1.4.2. Manfaat Praktis 1) Bagi Peneliti Memahami hubungan antara rasa takut jatuh dengan keseimbangan dan status fungsional di Paguyuban Lansia Bapa Abraham Paroki Gembala Yang Baik Surabaya. 7

2) Bagi Masyarakat Mendapatkan informasi tentang kondisi keseimbangan dan status fungsional lansia untuk pencegahan jatuh sejak dini dan lansia tidak terlalu membatasi aktivitasnya. 3) Bagi Penelitian Lebih Lanjut Data yang didapat digunakan untuk menunjang penelitian lebih lanjut. 1.5. Risiko Penelitian Kemungkinan adanya lansia jatuh pada saat pemeriksaan atau risiko-risiko lain yang sehubungan dengan kondisi fisik lansia yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Tetapi hal tersebut tidak berbahaya bagi subjek penelitian karena pada saat pengukuran responden didampingi asisten peneliti. 8