BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB 1. Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

Spektrofotometer UV /VIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minuman energi adalah minuman ringan non-alkohol yang dirancang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. HCl. Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat adalah unsur aktif secara fisiologi dipakai dalam diagnosis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sirup dalah bentuk sediaan cair yang mengandung Saccharosa atau gula. Konsistensi sirup kental kadar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai aroma serta rasa yang merangsang. Saus yang umum

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mirip dengan cairan tubuh (darah), sekitar 280 mosm/kg H 2 O. Minuman isotonik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). Kebanyakan pengawet lebih bersifat bakteriostatik daripada bakterisid, dan merupakan golongan asam(asam parahidroksibenzoat, asam benzoat, asam borat, asam sorbat, dan garam-garamnya) dan non asam/netral (klorobutanol, benzyl alkhol, dan beta feniletil alkhol). Pengawet biasanya mengandung gugus fungsi yang reaktif, yang memegang peran penting dalam aktivitas antimikroba (Anwar,2012). Pengawet harus mempunyai toksisitas rendah, stabil terhadap pemanasan dan selama penyimpanan, dan efektif terhadap kontaminasi fungi, bakteri, dan khamir (Anief, 2000). Contoh pengawet yang biasa digunakan antaralain metil p-hidroksi benzoat (Nipagin), propilen p-hidroksi benzoat (Nipasol), asam sorbat atau garamnya, garam natrium benzoat dalam suasana asam, dan pengawet lain yang disetujui (Anwar, 2012).

2.1.1. Nipagin Pemeriaan Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak larut dalam air, dalam benzene dan karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter (Ditjen POM, 1994). Methylparaben (Nipagin) 2.1.2. Nipasol Pemerian Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam air mendidih (Ditjen POM, 1994). Propylparaben (Nipasol) 2.1.3. Aktivitas Mikrobiologi Nipagin dan Nipasol Nipagin dan nipasol merupakan senyawa fenolik, stabil di udara, sensitif terhadap pemaparan cahaya, tahan terhadap panas dan dingin termasuk uap sterilisasi, stabilitas menurun dengan meningkatnya ph yang dapat menyebabkan hidrolisis. Mekanisme kerja senyawa fenolik adalah dengan menghilangkan

permebilitas membran sehingga isi sitoplasma keluar dan menghambat sistem transport elekrolit yang lebih efektif terhadap kapang dan khamir dibandingkan terhadap bakteri, serta lebih efektif menghambat bakteri Gram posistif dibandingkan dengan bakteri Gram negativ (Ayahtullah, 2011). 2.1.3. Farmakologi Nipagin dan Nipasol Paraben terabsorbsi dalam saluran cerna di mana rantai esternya dihidrolisis dalam hati dan ginjal menghasilkan asam p-hidroksibenzoat yang diekskresi melalui urine sebagai asam p-hidroksihipurat, ester asam glukoronat atau sulfat. Pada beberapa orang menyebabkan efek alergi, terutama pada kulit dan mulut(ayahtullah, 2011). 2.2. Krim Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim dibedakan dalam dua tipe, krim tipe minyak-air dan krim tipe air-minyak. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik/tube, ditempat sejuk (Depkes RI, 1978). Catatan: 1. Stabilitas Krim rusak jika terganggu sistem campurannya terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan/ pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan. Agar lebih stabil disamping zat pengawet, ditambahkan zat antioksidan. Zat pengawet yang digunakan umumnya metilparaben 0,12%-

0,18% atau propilparaben 0,02%-0,15%. Untuk pembuatan krim digunakan air yang telah dididihkan dan segera digunakan setelah dingin. 2. Dianjurkan peracikannya secara aseptik. 3. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengenceran yang cocok dan harus dilakukan secara aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 bulan. 4. Semua alat yang digunakan untuk pembuatan krim harus bersih dan sebelum digunakan harus direbus dalam air dan kemudian didinginkan dan dikeringkan. 5. Jika krim diwadahkan dalam tube aluminium, tidak boleh digunakan zat pengawet senyawa raksa organik. 6. Tube yang mudah berkarat bagian tube sebelah dalam harus terlebih dahulu dilapisi dengan larutan damar dalam pelarut yang mudah menguap. 7. Pada etiket harus juga tertera: Obat Luar. 2.2.1. Sifat Krim Sifat umum krim adalah mudah melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim juga dapat memberikan efek mengkilap, berminyak, melembabkan, dan mudah tersebar merata (Anwar, 2012). 2.3. Emulsi Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak mau bercampur, biasanya air dan minyak dimana cairan satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain (Anief, 2007).

2.3.1. Tipe Emulsi Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispresi ke dalam fase air, dan tipa A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak (Anief, 2007). 2.3.2. Penggunaan Emulsi Emulsi digunakan untuk pemakaian dalam dan pemakaian luar. Pemakaian dalam meliputi per-oral atau per-injeksi, sedangkan pemakaian luar digunakan pada kulit atau membran mukosa seperti lotion, liniment, kream, dan salep (Anief, 1986). 2.3.3. Permasalahan dalam Sistem Emulsi (Krim) Menurut Anwar (2007), Permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan formulasi sediaan emulsi antara lain: 1. Pemilihan emulglator Emulgator yang dipilih harus memenuhi persyaratan - Dapat tercampurkan dengan bahan formulatif lain - Tidak menggangu stabilitas atau efikasi dari zat terapeutik - Harus stabil - Harus tidak toksik pada pada penggunaan yang dimaksud jumlahnya - Harus berbau, berasa, dan berwarna lemah 2. Mendapatkan konsistensi yang tepat Konsistensi suatu sediaan emulsi kadang-kadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk meningkatkan konsistensi emulsi cair dapat dilakukan: - meningkatkan kekentalan fase luar.

- meningkatkan persentase volume fase terdispersi. - memperkecil ukuran partikel, meningkatkan homogenitas - menambah jumlah emulgator - menambah pengental atau emulgator hidrofob - Persiapan mengatasi kemungkinan terjadinya oksidasi atau reaksi mikrobiologi (pemilihan antioksidan dan pengawet yang cocok). - Cara pembuatan, termasuk alat yang digunakan - Pemilihan wadah. 2.4. Spektrofotometri Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 2003). Metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk menetapkan kadar sediaan dalam jumlah yang cukup banyak. 2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Ultraviolet Menurut Rohman (2012), Terdapat berbagai faktor yang mengatur pengukuran serapan UV yakni: 1. Adanya gugus penyerap (kromofor) Kromofor merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet.

2. Pengaruh pelarut Spketrum serapan UV senyawa-senyawa sediaan sebagian tergantung pada pelarut yang digunakan untuk melarutkan sediaan. Suatu senyawa dapat menyerap sinar UV dalam jumlah yang maksimal disatu pelarut dan akan meyerap secara minimal dipelarut yang lain. 3. Pengaruh Suhu Suhu rendah menawarkan pita serapan senyawa-senyawa obat yang lebih tajam dibandingkan suhu kamar. 4. Ion-ion anorganik 5. Pengaruh Ph ph pelarut dalam mana solut terlarut didalamnya dapat mempunyai suatu pengaruh yang penting dalam spektrum. 2.4.2. Instrumentasi Spektrofotometri Ultraviolet Komponen-komponen sederhana spektrofotometer ultraviolet meliputi: 1. Sumber sinar Untuk senyawa-senyawa yang menyerap dispektrum daerah ultraviolet, digunakan lampu deuterium. Deuterium merupakan salah satu isotop hydrogen, yang mempunyai satu netron lebih banyak dibanding hydrogen biasa dalam inti atomnya. Suatu lampu deuterium merupakan sumber energi tinggi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang 200-370 nm dan digunakan untuk semua spektroskopi dalam daerah spektrum ultraviolet.

2. Monokromator Pada kebanyakan pengukuran kuantitatif, sinar harus bersifat monokromatik, yakni sinar dengan satu panjang gelombang tertentu. Hal ini dicapai dengan melewatkan sinar polikromatik (yakni sinar dengan beberapa panjang gelombang) melalui suatu monokromator. 3. Detektor Setelah sinar melalui sampel, maka penurunan intensitas apapun yang disebabkan oleh absorpsi diukur dengan suatu detector (Rohman, 2012).