TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II LANDASAN TEORI

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

II. TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Program Pengembangan Usaha Agribisnis di pedesaan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh investasi: pembelian aset seperti saham, pembelian barang modal untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK CIMB NIAGA LAJU TEBING TINGGI

Transkripsi:

12 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Unsur-Unsur Kredit Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat kita. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau badan hukum yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang, atau jasa (Suyatno, et al., 2007). Prestasi dan kontraprestasi dapat berbentuk barang terhadap barang, barang terhadap uang, barang terhadap jasa, jasa terhadap jasa, jasa terhadap uang, jasa terhadap barang, uang terhadap uang, uang terhadap barang, dan uang terhadap jasa. Diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan datang, maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk uang, barang, maupun jasa. Disini terlihat pula bahwa faktor waktu merupakan faktor utama yang memisahkan prestasi dan kontraprestasi. Kredit berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang, atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontraprestasi akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu). Dalam hitungan ini, kredit dapat pula diartikan sebagai hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barangbarang sekarang (Kent, 1988).

13 Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai Pokok-Pokok Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Uang sering dijumpai pada proses perkreditan karena uang dalam transaksi kredit lebih mudah/lancar dibandingkan dengan barang dan jasa, terutama untuk mengukur pembayaran di hari yang akan datang. Jalannya transaksi semakin diperlancar dengan adanya ukuran yang tepat mengenai berapa yang akan diterima oleh kreditur dan berapa yang harus dibayar oleh debitur pada masa yang akan datang. Kredit juga memiliki konsekuensi penanggungan resiko bersama baik oleh kreditur maupun debitur. Resiko yang mungkin ditanggung oleh kreditur adalah apabila jasa kredit yang diberikan mempunyai masalah di dalam pengembaliannya, sedangkan resiko yang mungkin ditanggung oleh debitur adalah jika ia tidak mampu membayar lunas kredit yang ia terima sesuai dengan perjanjian jatuh tempo maka debitur dapat dituntut dan akan kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit. Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah: 1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada

14 sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan, semakin tinggi pula tingkat resikonya karena terdapat unsur ketidakpastian yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Adanya unsur resiko inilah yang mengakibatkan perlunya jaminan dalam pemberian kredit. 4. Prestasi, atau objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan. 2.2 Tujuan dan Fungsi Kredit Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pembelian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima, dan karena pancasila adalah dasar dan falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila. Dengan demikian maka tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk (Suyatno, et al.,2007):

15 1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya. Pemberian kredit harus mencakup kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat, dan kepentingan pengusaha. Dimana kredit tidak semata-mata menguntungkan pihak debitur maupun kreditur, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas. Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain dapat meningkatkan daya guna uang, meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, meningkatkan daya guna dan peredaran barang, sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi, meningkatkan kegairahan berusaha, meningkatkan pemerataan pendapatan, dan sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. 2.3 Jenis-Jenis Kredit Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.

16 Kasmir (2008) mengklasifikasikan jenis-jenis kredit yaitu: 1. Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalanya. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa. b. Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

17 c. Kredit Perdagangan Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3. Dilihat dari segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang. c. Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya,

18 setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa Jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit Peternakan Dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi. c. Kredit Industri Yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah, atau besar. d. Kredit Pertambangan Yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak, atau tambang timah.

19 e. Kredit Pendidikan Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar. f. Kredit Profesi Diberikan kepada kalangan para profesional seperti dosen, dokter, atau pengacara. g. Kredit Perumahan Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. 2.4 Prinsip Penilaian Kredit Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan bagi pihak bank dalam melakukan seleksi pengajuan kredit. Dua jenis prinsip yang biasa diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit), yaitu prinsip 6C dan prinsip 6A. Adapun prinsip 6C (Dendawijaya, 2001) meliputi: 1. Character (Kepribadian) Prinsip ini menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan dalam membayar angsuran kredit (willingness to pay) yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar. Karakter ini dapat dilihat dari: a. Berkelakuan baik, dalam arti tidak membiasakan diri beringkar janji dan selalu berupaya untuk memenuhi janjinya. Hal ini dapat diketahui dengan melihat riwayat pinjaman terdahulu, atau riwayat pembayaran tagihan rutin nasabah setiap bulan (tagihan listrik, air, telepon)

20 b. Tidak mempunyai predikat penjudi, pencuri, pemabuk atau penipu. c. Kedudukan calon debitur di lingkungan masyarakat. 2. Capacity (Kemampuan) Terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon debitur untuk melunasi pokok pinjamannya disertai bunga dan syarat-syarat lain dalam perjanjian kredit. Kemampuan ini dapat diukur dari kondisi usaha, pendapatan/omzet usaha yang dapat mencerminkan tingkat likuiditas dan profitabilitas usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya, maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain akan semakin besar. 3. Capital (Modal) Merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah (pengusaha) dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dinilai melalui debt to equity ratio. Hal ini dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit. 4. Condition of economy (Kondisi ekonomi) Pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang tentunya berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit. 5. Collateral (Agunan) Berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak perlu merasa khawatir ketika

21 terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman (kredit) karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit yang macet. 6. Constraints (Keterbatasan) Merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat atau pembatas berupa faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek/usaha tidak memungkinkan untuk dijalankan. Metode analisis 6A adalah metode analisis kredit yang lebih teliti, tepat, dan akurat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pihak bank (pemberi kredit) diharuskan untuk melakukan penelitian yang seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan debitur untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian kredit yang diterimanya. Adapun prinsip 6A menurut Dendawijaya (2001) meliputi: 1. Aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan dari bank. 2. Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. 3. Aspek teknis, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek/usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya nanti sebagai suatu business entity. 4. Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.

22 5. Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya. 6. Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makroekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah. 2.5 Kolektibilitas (Kualitas) Kredit Kolektibilitas (kualitas) kredit adalah kemampuan debitur untuk mengembalikan dana yang dipinjam dari bank, baik pinjaman pokok maupun bunga kreditnya pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Penggolongan kolektibilitas (kualitas) kredit dapat diukur melalui ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan. Berdasarkan tingkat kelancaran dalam pengembalian kredit, Bank Indonesia menggolongkan kolektibilitas kredit ke dalam empat kategori yaitu: 1. Kredit lancar (Pass) Kredit lancar adalah kredit yang pelunasan angsuran pokok dan/atau bunga dilakukan tepat waktu (tidak pernah melakukan penunggakan). 2. Dalam Perhatian Khusus (Special mention) Suatu kredit dikatakan daam perhatian khusus apabila terdapat penunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari. 3. Kredit kurang lancar (Sub-standard)

23 Kredit kurang lancar adalah kredit yang mengalami penunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari. 4. Kredit diragukan (Doubtful) Kredit yang diragukan merupakan kredit yang mengalami penunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yan telah melampaui 180 hari. 5. Kredit macet (Loss) Kredit macet adalah kredit yang mengalami penunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari. 2.6 Defenisi dan Ruang Lingkup Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil, pengertian usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, pengertian Usaha kecil adalah usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi, dan bukan merupakan anak perusahan atau cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Besar, serta memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Berdasarkan Inpres Nomor 10 Tahun 1999, tentang Pemberdayaan Usaha Menengah, pengertian usaha menengah adalah usaha produktif milik Warga

24 Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi, yang berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, serta memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta, sampai dengan Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha kecil jika memiliki omzet kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha menengah, batasannya adalah usaha yang memiliki omzet antara Rp 1 sampai dengan Rp 50 milyar per tahun. BPS juga menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1-19 orang, usaha menengah memiliki pekerja 20-99 orang. Bank Indonesia (BI) menggolongkan Usaha Kecil dengan merujuk pada UU Nomor 9 Tahun 1995, sedangkan untuk usaha menengah, BI menentukan sendiri kriteria aset tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur (Rp 200 juta s/d Rp 5 miliar) dan non manufaktur (Rp 200 s/d 600 juta). BI juga mendefinisikan bahwa kredit mikro adalah kredit dengan plafond Rp.0,- sampai dengan maksimum Rp.50 juta, kredit kecil adalah kredit dengan plafon lebih dari Rp.50 juta sampai dengan maksimum Rp.500 juta, kredit menengah adalah kredit dengan plafon lebih dari Rp.500 juta sampai dengan maksimum Rp.5 miliar. Namun dalam penyaluran KMU, pihak BJB KCP Dramaga medefinisikan kredit mikro adalah kredit dengan palfond Rp.0,- sampai dengan maksimum Rp.100 juta.

25 2.7 Lembaga Keuangan Bank Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas memberikan layanan yang menyangkut keuangan, termasuk di dalamnya pemberian jasa bantuan permodalan atau pembiayaan. Lembaga keuangan ini dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan non bank. Bank merupakan salah satu institusi yang menyediakan jasa keuangan, kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang artinya adalah uang. Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Pengertian bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, secara sederhana pengertian bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2008). Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prof. G.M. Verryn Stuart (2001) mendefinisikan bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok

26 perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas. 2.8 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian menyangkut kredit telah banyak dilakukan diantaranya oleh Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha pedesaan (Kupedes) sektor agribisnis di BRI unit Ciomas, Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet Kupedes adalah jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan Bank, dan omzet usaha yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan semakin jauh jaraknya dari rumah ke bank serta semakin kecil omzet usaha yang diperoleh maka kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi logistik (logit). Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian kredit umum pedesaan (Kupedes) untuk usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kabupaten Bogor (kasus di BRI unit Leuwiliang) menggunakan model analisis logistik biner (logit biner). Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik individu yang berpengaruh nyata dan negatif terhadap pengembalian Kupedes adalah jarak rumah debitur dengan BRI. Sedangkan karakteristik usaha yang berpengaruh nyata dan positif terhadap pengembalian Kupedes adalah omzet, pengalaman kredit, dan jangka waktu pinjaman.

27 Asih (2007) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada pengembalian kredit pengusaha kecil dalam program kemitraan Corporate Social Responsibility (studi kasus pada PT. Telkom Divre II Jakarta). Dengan menggunakan teknik analisis model binar (probit) diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada dua faktor yang berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit yaitu jumlah pinjaman dan penghasilan bersih usaha. Sedangkan yang terbukti berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit adalah tingkat suku bunga, bencana, dan penghasilan di luar usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammamah (2008) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh UMKM (studi kasus nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor) menyimpulkan bahwa hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata bersifat positif/searah terhadap kelancaran pengembalian kredit yakni omzet usaha dan frekuensi pinjaman. Sedangkan variabel lainnya yakni usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha, nilai plafond, dan jangka waktu pengembalian tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat pengembalian kredit. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnnya ialah lokasi penelitian yang tergolong masih tergolong baru dan belum pernah ada yang meneliti di Bank Jabar Banten KCP Dramaga, Bogor. Ditambah lagi dengan program pengucuran Kredit Mikro Utama dari Bank Jabar Banten kepada pelaku usaha UMKM yang juga masih tergolong baru sehingga perlu dilakukan penelitian seperti ini untuk penyusunan strategi yang tepat agar program

28 penyaluran Kredit Mikro Utama dapat berjalan dengan lancar baik pada periode awal dan seterusnya. Disamping itu, dalam penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis deskriptif yang membandingkan karakteristik debitur responden yang tergolong lancar dan menunggak dalam mengembalikan kredit. Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini juga lebih beragam agar dapat diketahui dengan jelas faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kelancaran Kredit Mikro Utama dari semua kemungkinan faktor-faktor yang diduga berpengaruh, baik itu faktor ekonomi maupun non-ekonomi. 2.9 Kerangka Pemikiran 2.9.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 2.9.1.1 Kekuatan dan Kelemahan UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada kenyataannya mampu bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang disebabkan inflasi atau berbagai faktor lainnya. Tanpa subsidi maupun proteksi, UMKM mampu menambah devisa negara khususnya industri kecil di sektor informal dan mampu berperan sebagai penyangga perekonomian masyarakat kecil lapisan bawah. Sebahagian besar UMKM merupakan kegiatan padat karya, yang banyak memanfaatkan sumber daya lokal. Pada umumnya produk UMKM adalah produk yang khusus, unik, dan spesial. Hal ini dilakukan agar UMKM mampu bersaing dengan usaha besar yang memiliki banyak kekuatan dalam aktivitas produksinya. Hal inilah yang justru menjadi salah satu keunggulan UMKM. Ruang lingkup pemasaran yang tidak terlalu luas juga menjadikan UMKM mampu memahami sifat dan tabiat dari konsumennya. Hal ini jelas menjadi

29 kelebihan UMKM dibanding usaha besar yang jangkauan pemasarannya lebih luas dan jauh sehingga kurang memiliki hubungan langsung dengan para konsumennya. Kedekatan dengan konsumen tersebut dapat menjadi alat bagi UMKM untuk mencapai keberhasilan usaha. Disamping memiliki keunggulan yang sangat prospektif di atas, UMKM juga menghadapi kelemahan yang tidak sedikit. Pemberdayaan UMKM sampai sekarang ini masih bergelut pada masalah-masalah klasik seperti masalah keuangan khususnya menyangkut permodalan baik dalam membiayai aktivitas operasional maupun dalam pengembangan usaha. Dalam hal pemasaran juga

30 terdapat banyak kekurangan diantaranya kurangnya kemampuan promosi, posisi nilai tawar yang rendah ketika mengembangkan penetrasi usaha dalam konteks kompetensi global dan juga persaingan antar perusahaan kecil. Kelemahan juga terletak pada keberadaan UMKM sebagai usaha informal yang tidak memliki struktur organisasi yang jelas dan bersifat sederhana tanpa adanya aturan baku baik menyangkut status dan pembagian tugas karyawan dan sistem pengupahan. Dalam bidang admistrasi dan pembukuan juga masih ada kelemahan dimana pada umumnya UMKM tidak melakukan penganggaran dan pencatatan yang memadai terkait dengan pendapatan dan pengeluaran usaha. Masalah permodalan merupakan salah satu kelemahan dominan dalam pertumbuhan dan perkembangan UMKM. Meskipun memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian, namum UMKM memiliki kendala dalam memperoleh dana sebagai modal usaha. Oleh karena itu diperlukan peranan dari sektor perbankan maupun lembaga keuangan lainnya seperti pegadaian, modal ventura, leasing, dan juga lembaga keuangan informal dalam menyalurkan pendanaan dalam bentuk kredit. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan formal masih menjadi salah satu alternatif sumber permodalan bagi UMKM. Perbedaan persepsi antar UMKM dan bank khusunya mengenai kelayakan kredit kiranya dapat dipecahkan agar pelaku UMKM tidak terjerumus pada lembaga keuangan informal dengan bunga yang kredit yang tinggi. 2.9.1.2 Peran Kredit Bagi UMKM Kredit dapat berperan sebagai salah satu alternatif pembiayaan dalam mengatasi persoalan modal yang dihadapi UMKM. Pemberian kredit bagi pihak

31 UMKM diharapkan dapat mendukung kelancaran arus barang dan jasa sebagai sektor riil dan berguna dalam peningkatan produktivitas dalam masyarakat apabila kredit tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan produktif. Kredit bagi UMKM juga berperan dalam pemerataan pembangunan, memperluas kesempatan kerja, dan memperluas kesempatan berusaha yang pada ujungnya akan meningkatakan kesejahteraan, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan pendapatan pelaku UMKM. Pada umumnya, pemberian kredit bagi UMKM akan memberikan manfaat yang luas dalam perbaikan kehidupan masyarakat, tidak hanya dalam dunia usaha tapi juga dalam hal-hal lain menyangkut kesejahteraan dan kualitas hidup. 2.9.2 Kerangka Pemikiran Operasional Penyaluran Kredit Mikro Utama oleh Bank Jabar Banten yang dioperasikan di tingkat cabang dan kantor cabang pembantu diharapkan mampu membantu pelaku UMKM yang membutuhkan bantuan modal baik dalam menjalankan usahanya maupun untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberian Kredit Mikro Utama yang tepat sasaran bagi sektor UMKM akan menjadi pendorong berkembangnya skala usaha pada sektor ini dan meningkatkan produktivitas usahanya yang diharapkan dapat menambah pendapatan yang diterima dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Hal ini merupakan salah satu tolak ukur penyaluran Kredit Mikro Utama oleh Bank Jabar Banten. Namun permasalahan yang kadang muncul ialah adanya keterlambatan pengembalian/pelunasan kredit yang dipengaruh oleh faktor-faktor dari sisi nasabah. Hal ini tentu saja merugikan bagi pihak bank karena modal bank menjadi beku dan menurunnya pendapatan yang semestinya diperoleh dari hasi pemberian

32 kredit. Hal inilah yang mendorong perlunya dilakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pengembalian kredit. Pengembalian Kredit Mikro Utama digolongkan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu berdasarkan perjanjian. Sedangkan kredit digolongkan tidak lancar (menunggak) dalam pengembailannya jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang diperjanjikan. Pengembalian kredit yang tidak lancar digolongkan dalam empat tingkatan/status oleh Bank Jabar Banten yaitu (1) DPK (dalam perhatian khusus), status ini diberikan kepada debitur yang menunda pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama selama satu sampai tiga bulan dari tanggal yang ditentukan. (2) Kurang lancar, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak angsuran Kredit Mikro Utama selama empat sampai lima bulan dari tanggal yang ditentukan. (3) Meragukan, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama selama enam bulan. (4) Macet, status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kredit Mikro Utama di atas tujuh bulan. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama dan membedakan kelompok debitur yang tergolong lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit tersebut diduga terdiri dari faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status nasabah, dan jumlah tanggungan dalam keluarga yang merupakan karakteristik personal. Sedangkan karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama meliputi pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, dan total pendapatan usaha bersih. Selain itu, karakteristik kredit yang

33 diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Mikro Utama meliputi plafond pinjaman, jangka waktu pelunasan, pengalaman kredit, jaminan kredit, dan tingkat suku bunga. Pemilihan semua faktor atau variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit tersebut berdasarkan hasil diskusi terhadap pihak analis kredit Bank Jabar Banten KCP Dramaga serta didukung oleh referensi dari penelitian sebelumnnya. Pengaruh yang diduga berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik Personal Jenis kelamin wanita diduga memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit (KMU Bank Jabar Banten KCP Dramaga) dibandingkan pria sehingga wanita diduga memiliki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada pria. Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena usia yang lebih muda menunjukkan produktifitas yang lebih tinggi dibanding dengan usia yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah menunjukkan kemampuan manajerial yang semakin baik dalam pengelolaan usaha. Status nasabah lama diduga memilki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada nasabah yang bersatatus masih baru karena nasabah yang berstatus lama memiliki rekam jejak pengembalian kredit dengan lancar di peminjaman sebelumnya. Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit karena semakin banyak tanggungan

34 dalam keluaraga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari hari. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang sedianya digunakan dalam pengembalian kedit. 2. Karakteristik Usaha Pengalaman usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin lama keberadaan usaha debitur maka dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung usaha yang digeluti dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan serta memberikan peluang kemampuan pengembalian kredit secara lancar. Aset usaha diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena tingginya aset usaha yang dimiliki menunjukkan kemampuan membayar dan penalangan yang lebih besar dibandingkan dengan debitur yang aset usahanya lebih kecil. Omzet penjualan diduga berpengaruh positif dalam kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi omzet penjualan maka akan berpeluang lebih tinggi untuk mengembalikan kredit sesuai jadwal yang ditetapkan bank. Total pendapatan usaha bersih diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar pendapatan bersih usaha maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga akan semakin besar sehingga peluang pengembalian kredit dengan lancar juga semakin besar. 3. Karakteristik Kredit Plafond pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai plafond yang diterima maka akan memperbesar beban angsuran dan bunga yang harus dibayar sehingga

35 menurunkan peluang pengembalian kredit secara lancar. Jangka waktu pelunasan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit, dengan asumsi semakin lama jangka waktu pelunasan kredit maka tanggungan angsuran akan semakin kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu pelunasan yang lebih cepat dengan besar pinjaman yang sama. Pengalaman menerima kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin sering debitur memperoleh pinjaman kredit menunjukkan bahwa kredibilitas debitur tersebut tidak diragukan lagi dalam memenuhi angsuran kredit. Jaminan kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai jaminan yang diberikan debitur pada saat penerimaan kredit maka keseriusannya dalam mengembalikan kredit akan semakin tinggi juga agar jaminnya kembali. Tingkat suku bunga diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka beban angsuran bunga akan semakin tinggi juga yang mengakibatkan peluang nasabah dalam pengembalian kredit akan semakin kecil. Faktor-faktor di atas akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Besarnya pengaruh masing-masing faktor akan dapat terlihat dengan melakukan analisis regresi logistik biner. Hasil analisis akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan ditempuh guna mengatasi permasalahan kredit di Bank Jabar Banten KCP Dramaga. Kerangka pemikiran operasional yang telah diuraikan di atas dapat dirangkum dalam Gambar 2.1

36 Bank Jabar Banten Cabang Cibinong Bank Jabar Banten KCP Dramaga Kredit Mikro Utama UMKM Penunggakan Kredit (Kredit Bermasalah) Karakteristik Personal a. Jenis Kelamin b. Usia c. Tingkat Pendidikan d. Status Debitur e. Jumlah Tanggungan dalam Keluaga Karakteristik Usaha a. Pengalaman Usaha b. Aset Usaha c. Omzet Penjualan d. Total Pendapatan Usaha Bersih Karakteristik Kredit a. Plafond Pinjaman b. Jangka Waktu Pelunasan Kredit c. Pengalaman Memerima Kredit d. Jaminan Kredit e. Tingkat Suku Bunga Lancar Tingkat Pengembalian Kredit Tidak Lancar Analisis Kualitatif (Deskriptif) Analisis Kuantitatif (Regresi Logistik) dan Korelasi Output: 1. Karakteristik debitur yang lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit (Deskriptif) 2. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi dan memiliki keterkaitan terhadap tingkat pengembalian kredit (Regresi Logistik dan Korelasi) Bahan evaluasi dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan Kredit Mikro Utama Bank Jabar Banten KCP Dramaga pada masa yang akan datang Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Operasional