SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

dokumen-dokumen yang mirip
RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

ELEVASI KAKI EFEKTIF MENJAGA KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN SPINAL ANESTESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seventh Report of Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation,

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

Anestesi spinal adalah pemberian obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid.

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I PENDAHULUAN. selama berabad-abad. Bagaimanapun, kemajuan tehnik anestesi modern. memungkinkan operasi menjadi lebih aman. Ahli anestesi yang

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh. lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal (subarachnoid) merupakan salah satu jenis dari anestesi

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan tekanan onkotik dan volume intravaskuler. Partikel ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. subarachnoid sehingga bercampur dengan liquor cerebrospinalis (LCS) untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FIRMAN FARADISI J

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kebutuhan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. Usia bersifat irreversibel dan merupakan fenomena fisiologis progressif

SISTEM CARDIOVASCULAR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

PROFIL KESEHATAN. BERAT BADAN YANG DIREKOMENDASIKAN kg LINGKAR PERUT YANG DIREKOMENDASIKAN cm

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

LAMPIRAN. : Drs.Rumonda Napitupulu,Apt : Mala Rhodearny Estomihi Munthe. : Mayor (CKM) dr.immanuel Es Stevanus Purba,SpTHT-KL Nama Anak : -

BAB I PENDAHULUAN. maju. Penyakit Jantung Koroner ini amat berbahaya karena yang terkena adalah organ

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. spinalis dan cairan serebrospinalis (LCS). Cairan ini mempunyai total volume

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF CLOSE FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

PATHWAY THALASEMIA. Mutasi DNA. Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang. Kelainan pada eritrosit. Pengikatan O 2 berkurang

LAMPIRAN 1: DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI. IDENTITAS DIRI dr.sonny Lesmana Surya Tempat/tanggal lahir Medan / 12 April 1981

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan Ilmu Anestesi. Waktu pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui sampai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TEUNGKU PEUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI PERUT TERHADAP WAKTU FLATUS PASCABEDAH ORTOPEDI DENGAN ANESTESI SPINAL

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi lebih luas daripada anestesi spinal. Blok epidural dapat dilakukan pada

TERHADAP KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN OPERASI SECSIO CAESAREA DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT AISYIYAH BOJONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

PRESENTASI KASUS ANESTESI SPINAL. Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Akhir Stase Anestesi di RSUD Tidar Magelang

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan tenaga perawat agar diperoleh hasil ketenagaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

PENATALAKSANAAN HIPOTENSI PADA ANESTESI SPINAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui faktor risiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi pada

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

Transkripsi:

PERBANDINGAN ANTARA PEMASANGAN TOURNIQUET UNILATERAL DAN BILATERAL PADA EXTREMITAS INFERIOR UNTUK MENGURANGI PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANESTESI SPINAL DI RSO. Prof. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J500 060 048 Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Goodman analgesia regional berkembang dengan pesat di Indonesia. Teknik ini pertama kali dilakukan pada manusia dan dijelaskan oleh Bier pada tahun 1989 (Goodman G.A, 2008). Anestesi spinal pada umumnya dianggap sebagai salah satu metode yang paling dapat diandalkan pada metode blok regional (Fettes P, 2009). Pada pembedahan ortopedik, teknik yang sering kali digunakan adalah anestesi regional dan lokal, terutama jika dibutuhkan relaksasi otot yang sedikit (Boulton & Blogg,1994). Anestesi spinal adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestesi lokal kedalam ruang subarakhnoid. Anestesi spinal disebut juga sebagai analgetika/blok subdural atau blok intratekal (Mansjoer A, 2007). Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan analgetika lokal kedalam ruang subarakhnoid melalui celah antara prosesus spinalis dibawah L 2 sesampainya ujung jarum di rongga subdural ditandai dengan keluarnya cairan serebrospinal (Latief S.A, 2007). Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus seperti bedah endoskopi urologi, bedah rektum, perbaikan fraktur tulang panggul, bedah obstetri, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi dan anak kecil dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi umum (Mansjoer A, 2007). Kejadian penurunan tekanan darah pada tindakan anestesi spinal merupakan manifestasi fisiologi yang biasa terjadi. Hal ini sangat berbahaya pada pasien dengan kelainan pembuluh koroner (misalnya pada geriatri). Oleh karena itu kejadian hipotensi harus dicegah (Covino B.G, 1994). Definisi hipotensi sebagai salah satu akibat atau komplikasi dari anestesi spinal yaitu tekanan darah sistolik < 100 mmhg atau < 90 mmhg, penurunan 20% dari tekanan darah dasar (awal) atau penurunan tekanan darah sistolik >30 mmhg. Hipotensi merupakan efek yang tidak diinginkan yang segera timbul kurang lebih 1

2 3-10 menit pertama, bahkan bisa sampai dengan 25 menit pertama (Morgan, G.E, 2006). Hipotensi atau tekanan darah rendah, terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara kapasitas vaskuler dan volume darah atau jika jantung terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan yang dapat mendorong darah (Sherwood L, 2001). Pada suatu penelitian ditemukan bahwa dari > 11.000 pasien yang dilakukan tindakan spinal anesthesia, terjadi hipotensi sekitar 38 % (Covino, B.G, 1994). Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya hipotensi. Prabeban volume dengan 1-2 liter cairan intravena (Kristaloid ataupun Koloid), pasien dibebani dengan 500-1000 ml. Jumlah volume cairan yang diberikan untuk mencegah terjadinya hipotensi adalah sekitar 10-20 ml/kg BB dalam waktu 10 menit atau 20 menit. Dengan prabeban volume darah akan meningkat sehingga mengurangi penurunan darah balik akibat penumpukan darah karena blokade simpatis. Meskipun digunakan secara luas tetapi penggunaannya harus hati-hati pada pasien dengan fungsi jantung yang lemah karena ada resiko edema pulmonum dan gagal jantung. Dan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan pemberian prabeban cairan dalam mencegah terjadinya hipotensi karena anestesi spinal tidak bisa secara sempurna meniadakan kejadian hipotensi tetapi hanya menurunkan insidensi (Covino, B.G, 1994). Jika penyebab umum hipotensi adalah menurunnya aliran balik vena, kemungkinan dirumitkan oleh frekuensi jantung yang menurun, obat vasoaktif yang cenderung bersifat vasokontriktif dan konotropik lebih disukai. Dengan alasan ini efedrin 5 sampai 10 mg secara intravena, sering merupakan obat pilihan (Goodman G.A, 2008). Pembuluh darah vena mempunyai system tekanan rendah, dinding tipis dan terisi sebagian besar volume darah sirkulasi (70 %). Kontrol simpatis pada sistem vena sangat penting dalam memelihara darah balik. Total volume darah yang terdapat di daerah extremitas inferior sekitar 300-500 ml (Ganong W.F, 2003). Pada spinal anestesi dimana terjadi blokade simpatis, kontrol simpatis hilang dan darah balik menjadi tergantung pada gravitasi (Covino, B.G, 1994).

3 Pengurangan perdarahan paling baik dilakukan dengan meningkatkan aliran balik vena dan dengan meninggikan bagian tubuh yang dibedah sampai diatas batas jantung. Dibantu dengan pengurangan tekanan aliran darah arteri sitemik, yang dapat dilakukan dengan manipulasi yang bervariasi dari torniquet sampai kepada manipulasi farmakologis (Boulton & Blogg, 1994). Tourniquet menurut wikipedia merupakan alat yang berfungsi dalam penekanan dan digunakan untuk mengontrol sirkulasi vena dan arteri pada daerah pembedahan dalam jangka waktu tertentu (Wikipedia, 2010). Tekanan tourniquet harus melebihi tekanan sistolik, biasanya untuk ekstremitas bawah tekanan yang dibutuhkan 450 mmhg (atau 150 mmhg di atas tekanan arteri sistolik), dan untuk ekstremitas atas 250 mmhg (atau 100 mmhg di atas tekanan arteri sistolik) (Aitkenhead A.R, 2007). Penelitian Wilgi memberikan pedoman dalam hal perluasan waktu tourniquet, setelah 1 jam penyesuaian intervalnya adalah 5 sampai 10 menit, setelah 1,5 jam 10 hingga 15 menit, dan setelah 2 jam adalah 15 hingga 20 menit (Green D.P, 1993). Tourniquet merupakan alat yang berfungsi dalam penekanan perdarahan pada pembedahan, pada operasi Extremitas Inferior dengan menggunakan anestesi spinal pooling darah di segmen yang diblok menyebabkan penurunan darah, dan dikarenakan penggunaan torniquet merupakan prosedur tetap pembedahan di RSO Prof. Dr. R. Soeharso, oleh karena itu maka dilakukan pemilihan alternatif dengan menggunakan torniquet di area yang tidak dilakukan pembedahan, yang diharapkan dapat membantu mengurangi penurunan perdarahan akibat anestesi spinal.

4 B. Perumusan Masalah Apakah ada perbedaan antara pemasangan tourniquet unilateral dan bilateral pada extremitas inferior untuk mengurangi penurunan tekanan darah pada anestesi spinal C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara pemasangan tourniquet unilateral dan bilateral pada extremitas inferior untuk mengurangi penurunan tekanan darah pada anestesi spinal. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritik Sebagai informasi ilmiah yang dapat bermanfaat dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu anestesi. 2. Praktis Dari penelitian ini diharapkan pemasangan (penggunaan) tourniquet bilateral pada extremitas inferior akan mempunyai efek yang lebih baik daripada pemasangan tourniquet unilateral, sehingga dapat dianjurkan sebagai salah satu prosedur dalam klinik.