Kekuatan dari hasil persetujuan internasional tidak akan bertahan, jika. negara pelaksananya tidak mampu menjaga kekuatan dari konvensi internasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Melihat kenyataan ini, maka tidaklah mengherankan jika Indonesia

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

Simanjuntak, P.N.H. S.H., Kabinet-kabinet Republik Indonesia dari Awal. Kemerdekaan sampai Reformasi, Jakarta: Djambatan, 2003.

BAB II KESADARAN TERHADAP KEUTUHAN WILAYAH LAUT REPUBLIK INDONESIA ( ) 2.1. Kemerdekaan Tanpa Kedaulatan Wilayah Laut ( )

SKRIPSI PENANGANAN TINDAK PIDANA PELAYARAN DI WILAYAH MARITIM INDONESIA SEBAGAI PENUNJANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN OLEH :

BAB III PENUTUP. tahun 2006 tentang tim nasional pembakuan rupa bumi. Saat ini ada

Jurnal Ilmiah. Peraturan Perundang-undangan

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, T. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, D. (2007). Metodologi penelitian sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

STUDI SEJARAH INDONESIA DEWASA INI

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

SILABUS MATA KULIAH. : Didin Saripudin, Ph.D. Farida Sarimaya, M.Si. Prof. dr. H. Ismaun, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NEGARA INDONESIA TIMUR TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

dinyatakanlah wilayah yang menjadi tanah airnya 111. Deklarasi ini mengandung konsep tanah air yang tidak lagi memandang laut sebagai alat pemisah dan

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II. mengadakan diplomasi lewat jalan perundingan. Cara diplomasi ini

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keberhasilan diplomatik yang monumental. Perjuangan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proses Jalannya Diplomasi. pernyataan berdirinya negara Republik Indonesia. Negara yang bebas dari

SAMBUTAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN RI PADA ACARA HARI ULANG TAHUN KE-72 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 17 AGUSTUS 2017

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN PANEL 45 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981.

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM GARIS-GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBPP) HUKUM PERBATASAN

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

Hukum Laut Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Buku Asshiddiqie, J. (2007). Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi. Jakarta : BIP.

2015 TENTARA KEAMANAN RAKYAT DI SUKABUMI : PEMBENTUKAN DAN PERANANNYA DALAM PERTEMPURAN KONVOI SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

BAB III PENUTUP. bahwa upaya Indonesia dalam menangani masalah illegal fishing di zona

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. Satuan Acara Perkuliahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

DAFTAR PUSTAKA. Aly, Rum. (2004). Menilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter. Jakarta: Kompas.

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA

Kontrak Kuliah, Terminologi dan Ruang Lingkup Ilmu dan Kemaritiman. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si Chapter 01

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 95/Kpts/KL.500/2/2003 TENTANG

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA : GEOPOLITIK-GEOSTRATEGI. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: 11Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia

KEDAULATAN NEGARA PANTAI (INDONESIA) TERHADAP KONSERVASI KELAUTAN DALAM WILAYAH TERITORIAL LAUT (TERRITORIAL SEA) INDONESIA

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

BAB V KESIMPULAN. Sub-Wehrkreise 106 Kulon Progo Dalam Pertempuran Mempertahankan

DAFTAR REFERENSI. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1. Bandung: Alumni, 1994.

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010), aset adalah

PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP]

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah

PROSPEK KEWENANGAN MPR DALAM MENETAPKAN KEMBALI KETETAPAN MPR YANG BERSIFAT MENGATUR*

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. Namun demikian, konstruksi pemikiran hukum post positivisme dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

DAFTAR PUSTAKA. A. Gunawan Setiardja, 1990, Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia, Yogyakarta, Kanisius.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FPIPS

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

SILABUS MATA KULIAH FILSAFAT DAN TEORI HUKUM (3 SKS)

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

DAFTAR PUSTAKA. Buku: Gautama, Sudargo Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria. Bandung: Alumni.

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1996 TENTANG DEWAN KELAUTAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

Transkripsi:

120 Kekuatan dari hasil persetujuan internasional tidak akan bertahan, jika negara pelaksananya tidak mampu menjaga kekuatan dari konvensi internasional tersebut. Negara dengan wilayah kedaulatan laut yang kuat baru akan terwujud dengan dilaksanakannya dua langkah perjuangan secara bersama-sama; yaitu langkah perjuangan diplomasi dan perbaikan yang menyeluruh terhadap sektor kelautan di dalam negeri. Dengan usaha yang panjang dan berani, Delegasi Indonesia telah meminta kepada dunia internasional untuk melayakkan negara Indonesia memiliki wilayah laut yang luas di dalam daerah kedaulatannya, untuk dijaga dan dipakai bagi kesejahteraan Indonesia dan dunia. Dunia internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya mewujudkan keinginan Indonesia atas keutuhan wilayah lautnya. Oleh karena itu, adanya upaya peningkatan dan perbaikan terhadap sektor kelautan Indonesia merupakan langkah pembuktian kepada dunia internasional bahwa perjuangan Delegasi Indonesia dalam Konferensi Hukum Laut Internasional tidaklah sia-sia, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sungguh layak dengan asas negara kepulauan yang telah dimilikinya. DAFTAR SUMBER

121 Arsip Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Sumber Primer yang Telah Diterbitkan Bahar, Saafroedin dan Nannie Hudawati (Peny), Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Pesiapan Kemerdekaan Indonesia-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia : 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998. Hamzah, Dr.A. S.H., Laut, Teritorial dan Perairan Indonesia : Himpunan Ordonansi, Undang-Undang dan Peraturan Lainnya, Jakarta: Akademika Pressindo, 1984. Himpunan Pidato Presiden Republik Indonesia Tahun 1977, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Ketetapan MPR RI Tahun 1973: Naskah Departemen Penerangan Republik Indonesia (cetakan ketiga), Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1976. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1972, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Tambunan, Artha, dkk, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, Jakarta: Departemen Luar Negeri Direktorat Perjanjian Internasional, 1983. Sumber yang Belum Diterbitkan

122 Drs. Sutanto, Pengaruh UNCLOS 82 Terhadap Pertahanan Keamanan Negara di Laut, Program Pasca Sarjana, Depok: Thesis yang belum diterbitkan, 1993. Trisulistiyono, Singgih, 50 Tahun Deklarasi Djuanda: Mengembangkan Kesadaran Wawasan Nusantara Bagi Masyarakat Indonesia (Makalah pada Seminar 50 Tahun Deklarasi Djuanda), 13-14 Desember 2007. Zuhdi, Susanto, Perspektif Tanah-Air dalam Sejarah Indonesia, (Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya ), 2006. Koran Berita Indonesia : Membawa Soeara Rakjat Merdeka Tahun 1948 dan 1957. Harian Umum : Surat Kabar Kebangsaan Non-Partai Tahun 1957-1958. Majalah Majalah Satria Studi Pertahanan, Vol.4 No.2, April-Juni 2008, Tempo, Juni dan September 1976. Buku Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri, Perjuangan Indonesia di Bidang Hukum Laut, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri, 1986. Basrie, Drs.Chaidir. M.Si., Wawasan Nusantara Wawasan Nasional Indonesia, Jakarta: Lembaga Ilmu Humaniora Institut Teknologi Indonesia, 1995. Booth, Anne, William.J.O Malley dan Anna Weidemann (Peny), Sejarah Ekonomi Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1988.

123 Danuredjo, Sumitro.L.S., Hukum Internasional Laut Indonesia, Jakarta: Bharatara, 1971. Danusaputro, Prof.Mr.St. Munadjat, Wawasan Nusantara : dalam Pendidikan dan Kebudayaan (Buku III), Bandung: Penerbit Alumni, 1981. Djalal, Dino. P., The Geopolitics of Indonesia s MaritimeTerritorial Policy, Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1996. Djalal, Hasjim, Indonesia and The Law of The Sea, Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995. Djalal, Hasjim,dkk, Setengah Abad Deklarasi Djuanda 1957-2007: Sejarah Kewilayahan Indonesia (Kumpulan Makalah), Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007. Djamin, Awaloedin (Peny), Ir. H. Djuanda : Negarawan, Administrator, dan Teknokrat Utama, Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2001. Engelen, O.E.,dkk, Lahirnya Satu Bangsa dan Negara, Jakarta: Penerbit, 1997. Hakim, Drs. Masfar. R dan Zamzulis Ismail, BA, Laksamana R.E. Martadinata, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1984. Jusuf, Sudono, Sedjarah Perkembangan Angkatan Laut, Pusat Sedjarah ABRI: Departemen Pertahanan dan Keamanan, 1971. Kahin, George Mc.Turnan, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik : Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia (diterjemahkan oleh: Nin Bakdi Soemanto), Solo: Sebelas Maret University Press dan Pustaka Sinar Harapan, 1995.

124 Kanumoyoso, Bondan, Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001. Kartodirdjo, Sartono, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975. Koers, Albert. W., Konvensi PBB tentang Hukum Laut : Suatu Ringkasan, Yogyakarta: Konsorsium Ilmu Hukum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Gadjah Mada University Press. Komar, Mieke, Etty. R. Agoes dan Eddy Damian (ed), Mochtar Kusumaatmadja: Pendidik dan Negarawan (Kumpulan Karya Tulis Menghormati 70 Tahun Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M., Bandung: Alumni, 1999. Kusumaatmadja, Prof.Dr. Mochtar. S.H., LL.M., Konsepsi Hukum Negara Nusantara Pada Konferensi Hukum Laut III, Bandung: P.T. Alumni, 2003. Lapian, A.B. dan P.J. Drooglever (peny), Menelusuri Jalur Linggarjati, Jakarta: Pustaka Utama, 1992. Purwaka, Tommy. H., Pelayaran Antar-Pulau Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama dengan Bumi Aksara, 1993. Rahardjo, Iman Toto. K. dan Herdianto. W.K. (ed), Bung Karno dan Ekonomi Berdikari: Kenangan 100 Tahun Bung Karno, Jakarta: Grasindo (bekerjasama dengan Panitia Peringatan 100 Tahun Bung Karno), 2001. Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern (diterjemahkan oleh Dharmono Hardjowidjono), Jogjakarta : Gadjah Mada University Press, 1999.

125 Simanjuntak, P.N.H. S.H., Kabinet-kabinet Republik Indonesia dari Awal Kemerdekaan sampai Reformasi, Jakarta: Djambatan, 2003. Soerapoetra, H.R. Soenar, Sejarah Pelayaran Niaga di Indonesia Jilid II: Seperempat Abad Pelayaran Nasional di Indonesia (1945-1970), Jakarta: Yayasan Pusat Studi Pelayaran Niaga di Indonesia, Juli 2001. Sulistiyono, Singgih Tri, Pengantar Sejarah Maritim Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Program Hibah Penulisan Buku Teks, 2004. Suraputra, D. Sidik, Revolusi Indonesia dan Hukum Internasional, Jakarta: Penerbit, 1991. Wallace, Rebecca. M.M., Hukum Internasional, London : Sweet and Maxwell, 1986. Lampiran 1. Deklarasi Djuanda