IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kurun waktu belakangan ini, sektor jasa di Indonesia telah

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik

PENDAHULUAN Latar Belakang

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri nyaris tidak ada perbedaan karena kemudahan akses dari barang dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

USULAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN (Studi Kasus Di CAFE ATMOSPHERE)

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

Boks 1 SURVEI : DAMPAK ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP UMKM DI PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat menjadi lebih peduli terhadap produk-produk yang mereka

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Business plan..., Bogi Sukmono, FE UI, 2008

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi cukup besar bagi penerimaan negara. Selain berorientasi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan selalu diawali oleh terjadinya suatu masalah yang perlu untuk segera dicari solusinya agar masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB I PENDAHULUAN. negara dan telah terbukti terutama di saat resesi ekonomi pada tahun 1985 dan

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Pe n g e m b a n g a n

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti adalah keragaan dan strategi pemasaran agroindustri

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi usaha yang terkenal. Potensi usaha masyarakat yang dari Cirebon salah

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara tidak mampu untuk memproduksi suatu barang atau jasa

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

III. METODE PENELITIAN

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

Oleh: Emil Salim (Ketua Badan Pengurus Lembaga Ekolabel Indonesia/LEI) dan Dradjad Wibowo (Direktur Eksekutif Lembaga Ekolabel Indonesia/LEI)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

: Bachtiar Rifai NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Komsi Koranti, MM.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk itu untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. Produsen

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan merupakan salah satu bagian integral yang tidak terpisahkan dari pembangunan

Adanya indikasi penurunan kayu bulat tersebut ternyata telah disadari oleh

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metoda Kerja Kerangka Pemikiran Konseptual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini, banyak perusahaan menyadari bahwa orientasi pada jumlah

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF WISHNU TIRTA, 2006. Analisis Strategi Penggunaan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel Di Indonesia. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI dan BUDI SUHARDJO Laju kerusakan hutan di Indonesia yang semakin lama semakin meningkat setiap tahunnya dikhawatirkan akan menyebabkan Indonesia kehilangan hutan alam dalam kurun waktu 10 20 tahun mendatang. Salah satu upaya untuk mengatasi laju kerusakan hutan, adalah dengan mengembangkan pengelolaan hutan berkelanjutan. Jaminan pengelolaan hutan berkelanjutan dapat diberikan dengan diberikannya sertifikat ekolabel yang menjamin bahwa seluruh pengelolaan hutan dilakukan berdasarkan aspek kelestarian. Sertifikat ekolabel merupakan sebuah alat yang dapat dipakai untuk menjembatani kepentingan produsen dan konsumen yang menginginkan sumber-sumber bahan baku berasal dari sebuah pengelolaan hutan berkelanjutan. Keterkaitan antara industri permebelan dengan sertifikasi ekolabel sangatlah erat dimana industri permebelan merupakan salah satu sektor unggulan yang memberikan kontribusi cukup besar bagi penerimaan negara. Hingga saat ini potensi pasar produk ekolabel masih belum dapat diisi oleh para pelaku bisnis di dalam negeri. Sementara tekanan dari konsumen terutama negara Eropa, Amerika dan jepang terhadap penggunaan bahan baku kayu ramah lingkungan semakin lama semakin tinggi. Industri mebel merupakan industri yang membutuhkan bahan baku kayu dalam setiap produksinya. Di beberapa negara Eropa, konsumen mendorong setiap produk berbahan baku kayu yang masuk ke pasar mereka berasal dari sebuah proses produksi yang mengutamakan aspek kelestarian. Sehingga dikenal adanya persyaratan sertifikat ekolabel bagi setiap produk yang masuk ke negara tersebut. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan upaya pengembangan sertifikasi ekolabel di Indonesia dan juga melihat sejauh mana minat industri permebelan dalam mengisi peluang pasar produk berbahan baku kayu bersertifikat ekolabel.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel di Indonesia, berapa besar minat industri permebelan dalam negeri untuk menggunakan bahan baku kayu bersertifikat sebagai bahan baku produksi. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan bahan baku kayu oleh industri mebel, dan bagaimana segmentasi industri mebel yang berpotensi untuk menggunakan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Merumuskan strategi pengembangan penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel di Indonesia, mengkaji minat industri permebelan terhadap penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel, menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahan baku kayu oleh industri permebelan, serta menganalisa segmentasi industri mebel yang menggunakan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada industri permebelan yang berada di Jepara Jawa Tengah sebagai salah satu sentra produksi mebel di Indonesia. Pemilihan industri mebel sebagai objek penelitian, dikarenakan industri ini merupakan industri yang memerlukan bahan baku kayu dalam memenuhi kebutuhan produksinya. Sementara itu perumusan strategi dilakukan dengan melibatkan responden yang merupakan representasi dari lembaga akreditasi, LSM, Pemerintah dan praktisi bisnis yang dilakukan di Bogor dan Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2005 di Jepara, Jawa Tengah dan Bogor, Jawa Barat dengan menggunakan metode survei untuk melihat sejauh mana minat (preferensi) industri mebel terhadap penggunaan bahan baku kayu yang bersertifikat ekolabel. Desain riset yang digunakan bersifat kuantitatif deskriptif yang akan menggambarkan minat industri dalam memenuhi kebutuhan akan bahan baku kayu. Perumusan strategi pengembangan sertifikasi ekolabel dilakukan pada bulan juni 2006 dengan mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel di Indonesia. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan hasil wawancara dengan bantuan kuesioner yang dilakukan terhadap para pengusaha industri mebel di Jawa Tengah. Data sekunder digunakan untuk

mendukung informasi lapangan yaitu data perkembangan ekspor impor furniture, data-data industri yang menggunakan bahan baku kayu bersertifikat, data mengenai sertifikasi pengelolaan hutan lestari di Indonesia. Industri mebel yang menjadi responden adalah industri penghasil produk jadi dan setengah jadi dengan pangsa pasar ekspor maupun domestik Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang yang bertanggung jawab dalam memutuskan pembelian bahan baku kayu pada suatu perusahaan, yakni manajer yang membawahi urusan pembelian bahan baku, pemilik perusahaan, atau direktur utama perusahaan. Teknik pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode non probability sampling yaitu quota sampling dimana industri yang akan dipilih menjadi responden terlebih dahulu diategorikan sesuai dengan variabel segmentasi populasi berdasarkan skala industri yaitu besar, menengah dan kecil. Responden kemudian dipilih secara convenience atau judgement sesuai dengan proporsi populasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, dan analisis khi kuadrat. Pada penelitian untuk merumuskan strategi pengembangan penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel, responden yang dipilih adalah merupakan keterwakilan dari unsur pemerintah, akademisi, LSM, Lembaga Akreditasi dengan total jumlah responden sebesar 22 orang. Pemilihan responden dilakukan berdasarkan metoda convenience atau judgement. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa industri di Jepara dapat dikategorikan kedalam empat kelompok skala industri yaitu industri mikro, industri kecil, industri menengah dan industri skala besar. Pembagian kelompok ini berdasarkan banyaknya jumlah karyawan yang terlibat dalam sebuah industri. Industri mikro, kecil, menengah merupakan indsutri yang dominan memproduksi produk jadi untuk dipasarkan memenuhi pasar domestik. Kualitas produk yang dihasilkan adalah kualitas menengah ke bawah. Industri skala besar merupakan industri yang fokus untuk memenuhi pasar ekspor. Produk yang dihasilkan adalah produk jadi dengan kualitas tinggi. Secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh seluruh kelompok industri adalah aktivitas pengolahan dan penjualan. Aktivitas pengolahan adalah aktivitas dimana industri memiliki kegiatan mengolah bahan baku kayu menjadi aneka macam produk. Ada beberapa industri

yang bersifat hanya melakukan pengolahan saja. Untuk memasarkannya mereka memasok pengusaha-pengusaha yang telah memiliki jaringan pasar yang luas dan memiliki ruang pamer. Faktor harga dan kualitas merupakan variabel utama yang menjadi pertimbangan dalam pembelian bahan baku kayu oleh industri. Terkait dengan kayu bersertifikat ekolabel, sebagian besar industri masih belum mengetahui informasi mengenai sertifikasi ekolabel. Minat industri dalam menggunakan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel masih kecil dikarenakan informasi mengenai sertifikasi ini belum diperoleh. Industri bersedia memenuhi persyaratan penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel apabila pasar menuntut hal tersebut dan secara ekonomis harga yang ditawarkan sesuai. Sementara itu dari kajian faktor internal dan eksternal diperoleh hasil dimana faktor harga jual produk kayu bersertifikat yang lebih tinggi dan terdapatnya lembaga akreditasi nasional yang mampu mengeluarkan sistem sertifikasi pengelolaan hutan berkelanjutan menjadi faktor kekuatan utama dalam mendorong pengembangan sertifikasi di Indonesia. Sementara itu kurangnya kurang optimalnya kinerja Lembaga Ekolabel Indonesia, perbedaan persepsi terhadap isu sertifikasi pengelolaan hutan di kalangan pemerintah, pelaku usaha serta kurangnya promosi dan sosialisasi terhadap sertifikasi ekolabel menjadi faktor yang merupakan kelemahan yang harus segera diperbaiki. Strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel adalah mengembangkan jaringan pemasaran produk berbahan baku kayu bersertifikat ekolabel tersebut serta berupaya menjamin ketersediaan pasokan bahan baku kayu bersertifikat dengan memperluas areal hutan bersertifikat ekolabel sebagai sumber pasokan bahan baku kayu yang dikelola secara lestari. Sosialisasi proses sosialisasi terkait isu sertifikasi harus terus diupayakan baik oleh Lembaga Ekolabel Indonesia, pihak Pemerintah, maupun dari pihak Asosiasi. Membuka akses pasar seluas-luasnya terhadap pasar produk ekolabel perlu dilaksanakan dengan membangun jaringan pemasaran di negara-negara Eropa. Selain itu, pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan harus mendorong agar para pengelola hutan bisa mendapatkan sertifikasi ekolabel dalam rangka menyediakan bahan baku kayu.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah minat penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel di kalangan industri belum besar. Hal ini dikarenakan rendahnya sosialisasi terkait isu sertifikasi ekolabel itu sendiri. Dengan demikian upaya sosialisasi mengenai sertifikasi ekolabel harus terus didorong di kalangan industri permebelan sebagai salah satu pelaku pasar. Hingga saat ini, kelompook industri skala besar merupakan kelompok industri yang potensial dalam menggunakan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel. Peluang penggunaan bahan baku kayu bersertifikat ekolabel untuk kelompok industri menengah cukup terbuka sepanjang sosialisasi informasi mengenai sertifikasi ekolabel terutama berkaitan dengan manfaat yang diperoleh oleh industri disampaikan kepada para pengusaha. Kata Kunci: Kayu, Sertifikasi Ekolabel, Manajemen Pemasaran, Preferensi Industri, Tabulasi Silang, SWOT, Strategi.