BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:588 ), konsep adalah gambaran mental dari

dokumen-dokumen yang mirip
TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

ANIS SILVIA

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

PERUBAHAN BUNYI PADA TUTURAN RESMI YANG DIGUNAKAN MAHASISWA IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

BAB I Pendahuluan. a. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

PERUBAHAN BUNYI FONEM PADA KOSAKATA BAHASA INDONESIA DALAM KOSAKATA BAHASA MELAYU THAILAND

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

BAB II FONOLOGI, SINDROM DOWN, DAN PSIKOLINGUISTIK. bahasa. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan fungsi, perilaku, serta

Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan

PROSES FONOLOGIS DALAM PENGADOPSIAN KATA BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA CIACIA DI KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA

BAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah

Bahasa Indonesia (Pertemuan

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang pada dasarnya mempunyai kesamaan. Diantaranya pendapat Roger Lass

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menguraikan penelitian-penelitian yang dijadikan acuan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia. Please purchase 'e-pdf Converter and Creator' on to remove this message.

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Muh. Faisal

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

BAB 2. Landasan Teori

SISTEM FONOLOGI BAHASA LAMALERA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 HBML1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

Proses Fonologis Dan Kaidah-Kaidah Fonologis

BAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BENTUK DAN FUNGSI RAGAM BAHASA GAUL REMAJA KOTA METROPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik.

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang

BBM 1: OBJEK KAJIAN FONETIK, ALAT UCAP, KLASIFIKASI BUNYI BAHASA, DAN PROSES TERBENTUKNYA BUNYI BAHASA

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1

BAB III METODE PENELITIAN

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemikiran Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi berbahasa secara fonologis hampir dimiliki setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39

BAB I PENDAHULUAN. Bagi pemelajar Bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa atau

FONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk. 1985:46). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:588 ), konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep, yaitu konsep variasi dan bunyi vokal. 2.1.1 Variasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1259) variasi adalah tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula, variasi dalam lingkungan yang sama, terutama dalam beberapa kata yang tidak berubah maknanya. Aslindaf (2007:17) memberikan pengertian tentang variasi dalam kajian bahasa adalah bentuk-bentuk atau bagian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya. Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa adalah bentuk perbedaan untuk membedakan bahasa berdasarkan penutur dan penggunanya, berdasarkan penutur berarti siapa

yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, bagaimana situasi keformalannya. Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil simpulan bahwa variasi adalah bentuk-bentuk perubahan untuk membedakan antara satu bahasa dengan bahasa lain tetapi tidak mempengaruhi bahasa induknya. 2.1.2 Bunyi Vokal Jones (dalam Marsono 2008) mengatakan secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi-vokal. Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Verhaar (1977:17) mengatakan hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja, hambatan yang hanya terjadi pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi. Vokal dihasilkan dengan hambatan pita suara maka pita suara bergetar. Glotis dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali, dengan demikian semua vokal bunyi bersuara. Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita suara tanpa penyempitanatau penutupan apa pun pada daerah artikulasi mana pun. Bunyi vokal terjadi apabila pita suara terbuka dan menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru dan arus udara, keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan, kecuali bentuk rongga

mulut yang berbentuk sesuai dengan jenis vokal yang dihasilkan. Jadi bunyi vokal semuanya bersuara sebab dihasilkan dengan pita suara yang terbuka sedikit. Lyons (1995: 102) menjelaskan bahwa vokal umumnya diklasifikasikan menurut tiga dimensi artikulatoris: tingkat terbukanya mulut; posisi bagian lidah yang tertinggi; dan posisi bibir. Jadi, bunyi tertentu mungkin dideskripsikan sebagai vokal rapat, depan, dan bundar dan bunyi lain sebagai rapat, depan, dan tak bundar. Contoh vokal depan tak bundar /i/ : [lidah]. Selanjutnya, Chaer (1994: 113) membagi vokal berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah dapat bersifat vertikal dan dapat bersifat horizontal, sedangkan bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tidak bundar. Seperti terlihat dalam tabel berikut: depan tengah belakang TB B TB B TB B i u tinggi I U e o tengah ᴐ rendah a Gambar: Peta Vokal Bahasa Indonesia Secara vertikal vokal dibedakan atas vokal tinggi /i/ dan /u/, vokal tengah /e/ dan / ə /, vokal rendah /a/. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan /I/ dan /e/, vokal pusat / ə /, vokal belakang /u/ dan /o/. Kemudian pada diagram terdapat vokal bundar yaitu /o/ dan vokal /u/. Vokal tidak bundar yaitu /i/ dan /e/

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Fonologi Secara garis besar, fonologi adalah suatu subdisiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang bunyi bahasa. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organsasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik; berbeda dengan fonetik, yang berupa kajian yang lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsurunsur fisiologikal, anatomikal, neurologikal, dan psikologikal manusia yang membuat bunyi-bunyi itu. Verhaar (1996: 67) menyatakan bahwa fonologi juga bisa disebut sebagai bunyi yang fungsional misalnya dalam bahasa inggris, [t] dalam stop dan [t h ] dalam top kebetulan merupakan bunyi yang sama secara fungsional. Bunyi fungsional tersebut disebut fonem. Jadi [t] dan [t h ] merupakan dua bentuk bunyi yang berbeda dari fonem yang sama. Fonem itu dilambangkan sebagai huruf t diapit diantara dua garis miring menjadi bentuk seperti ini: /t/. demikian pula, bunyi [Ɂ] dan [k] dalam bahasa Indonesia merupakan dua bentuk yang berbeda dari fonem /k/ yang sama. Rogger (1998:1) berpendapat bahwa secara garis besar, fonologi adalah suatu subdisiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang bunyi bahasa. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik. Berbeda dengan fonetik yang berupa kajian lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena

dalam dunia fisik dan unsur-unsur fisiologikal, anatomikal, neurologikal, dan psikologikal manusia yang membuat bunyi-bunyi itu. Fonologi adalah linguistik, dalam pengertian bahwa sintaksis, morfologi, semantik juga termasuk linguistik, sedangkan fonetik berangsur-angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi perceptual, akustik, dan sebagainya. Kegunaan fonologi dalam kajian variasi bunyi vokal bahasa Indonesia ini adalah untuk membedakan variasi-variasi apa saja yang terjadi dalam bunyi vokal bahasa Indonesia dan untuk mengetahui perubahan bentuk bunyi vokal apa saja yang dituturkan oleh masyarakat keturunana Tionghoa 2.2.2 Fonetik Artikulatoris Verhaar (1996:27) mengatakan fonetik artikulatoris adalah jenis fonetik yang membahas bunyi-bunyi bahasa dari cara menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat-alat bicara. Hal utama yang harus diperhatikan pada fonetik artikulatoris adalah alat-alat bicara. 1. Paru-paru 2. Batang tenggorokan 3. Pangkal tenggorok 4. Pita-pita suara 5. Krikoid 6. Tiroid atau lekum 7. Aritenoid 8. Dindingrongga kerongkongan 9. Epiglottis 10. Akar Lidah 11. Pangkal Lidah 12. Tengah Lidah 13. Daun Lidah 14. Ujung Lidah

15. Anak Tekak 16. Langit-langit lunak 17. Langit-langit keras 18. Gusi, lengkung kaki gigi 19. Gigi atas 21. Bibir atas 22. Bibir bawah 23. Mulut 24. Rongga mulut 25. Rongga hidung 20. Gigi bawah Pike, 1947 dan Lapoliwa, 1981 (dalam Marsono 2008) mengatakan sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa adalah udara dari paruparu. Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama saat bernafas. Udara yang dihembuskan itu kemudian mendapatkan hambatan di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang dilewati oleh udara tersebut. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara dalam keadaan terbuka. Jika udara tidak

mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi seperti dalam bernafas. 2.2.3 Bunyi Vokal Salah satu kajian fonologi yang mengkaji tentang bunyi vokal bahasa Indonesia adalah teori yang dipakai adalah teori Marsono (1986:29-34) mengklasifikasikan vokal berdasarkan: a. Tinggi rendahnya lidah, vokal terbagi atas: vokal tinggi [i, u] vokal madya [e, ƹ, ǝ, o, ᴐ], vokal rendah [a]. b. Bagian lidah yang bergerak, vokal dibedakan menjadi: vokal depan [i, e, ᴐ, a], vokal tengah [ǝ], vokal belakang [u, o, ƹ, a] c. Struktur yaitu keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif (Lapoliwa, 1981: 18 dalam Marsono). Vokal dibedakan atas: vokal tertutup yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal. Vokal tertutup ini terletak pada garis yang menghubungkan antara [i] dengan [u], vokal semi tertutup yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau duapertiga di atas vokal yang paling rendah, terletak pada garis yang menghubungkan antara vokal [e] dengan [o], vokal semi terbuka yaitu vokal yang diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah terletak pada garis yang menghubungkan vokal [ƹ] dengan [ᴐ], vokal terbuka yaitu vokal 22

yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin, kira-kira pada garis yang menghubungkan antara vokal [a]. d. Bentuk bibir, berdasarkan bentuk bibir waktu vokal diucapkan (Jones, 1958: 16 dalam Marsono), vokal dapat dibedakan atas: vokal bulat yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat seperti vokal [ᴐ] posisi bibir terbuka bulat, vokal [o, u] posisi bentuk bibir tertutup bulat, vokal netral yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral seperti vokal [ a ] vokal tak bulat yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir terbentang lebar seperti vokal [i, e,, ᴐ, a]. Lain halnya dengan bunyi vokal dalam bahasa mandarin. Bunyi vokal dasar bahasa mandarin terdiri atas: [a], [o]. [e]. [u], [i], [ Ü]. Contoh variasi bunyi vokal [e] pada keturunan Tionghoa adalah sebagai berikut: Bunyi [ e ] bervariasi dengan bunyi [ u ] Contoh : tepung diucapkan [ tupung ] semut diucapkan [ sumut ] tebu diucapkan [ tubu ] sembuh diucapkan [ sumbuh ] Bunyi [ e ] bervariasi dengan bunyi [ i ] Contoh : senang diucapkan [ sinaη ] sedang diucapkan [ silaη ] segar diucapkan [ sikal ] 23

seperti diucapkan [ sipalti ] senantiasa diucapkan [ sinaηtiasa ] 2.2.4 Bunyi Vokal Bahasa Mandarin Walsh (2009:13) mengatakan bahwa huruf vokal dasar dalam bahasa Mandarin ada enam jenis yaitu: [a, o, e, i, u, Ü] depan tengah belakang TB B TB B TB B i u tinggi Ü e o tengah rendah a Gambar: Peta Variasi Bunyi Vokal Bahasa Mandarin Berikut keterangan pada peta variasi bunyi vokal bahasa Mandarin di atas: Vokal /a/ bertemu dengan vokal /i/ bunyi pelafalan menjadi /ai/. Contoh: [ai] artinya cinta Vokal /e/ bertemu dengan vokal /i/ bunyi pelafalan menjadi bunyi /ei/. Contoh: [wei] artinya kenapa Vokal /a/ bertemu dengan vokal /o/ bunyi pelafalan menjadi bunyi /ao/. Contoh: [hao] artinya baik 24

Vokal /o/ bertemu dengan vokal /u/ bunyi pelafalan menjadi bunyi /ou/. Contoh : [qou] artinya mulut Vokal /i/ bertemu dengan vokal /a/ bunyi pelafalan menjadi bunyi /ia/. Contoh : [jiao] artinya nama Vokal /i/ bertemu dengan vokal /e/ bunyi pelafalan menjadi bunyi /ie/. Contoh: [xie-xie] artinya terima kasih Vokal /u/ bertemu dengan vokal /a/ bunyi pelafalan menjadi bunyi /ua/. Contoh Contoh : [huaŋ] artinya berhenti 2.2.5 Macam-Macam Perubahan Bunyi 2.2.5.1 Asimilasi Verhaar (1990: 33) berpendapat bahwa asimilasi adalah perubahan bunyi yang terjadi diantara bunyi-bunyi yang berdampingan (bunyi kontigu) atau antara yang berdekatan tetapi dengan bunyi lain diantaranya dalam ujaran (bunyi diskret). Asimilasi yang mengubah fonem tertentu menjadi fonem tertentu disebut dengan asimilasi fonemis, sedangkan asimilasi yang tidak mengubah status fonem bunyi yang diperngaruhi disebut dengan asimilasi fonetis. Untuk membedakan antara asimilasi fonetis dengan asimilasi fonemis, perhatikan bagan dibawah ini: 25

Asimilasi fonemis fonem 1 menjadi fonem lain Fonologi fonem sama Jadi aternasi alofonemis saja dengan mempertahankan Fonetik asimilasi fonetis penyesuaian bunyi dengan bunyi yang lain Bagan Asimilasi fonetis dengan Asimilasi Fonemis Dari bagan di atas, asimilasi fonetis termasuk bidang fonetis, dan perubahan bunyi dalam asimilasi jenis ini terjadi sedemikian rupa sehingga identitas fonemis bunyi yang bersangkutan tidak berubah. Sejauh ini asimilasi fonetis hanya menyangkut bidang fonetik saja. Akan tetapi, bila perubahan bunyi terjadi sedemikian rupa sehingga bunyi yang merupakan alternasi alofonemis, perubahan tersebut termasuk fonologi. Akhirnya, seluruh asimilasi fonemis termasuk fonologi, karena fonem tertentu yang satu diubah menjadi fonem tertentu yang lain. 26

Verhaar (1996:79) membagi asimilasi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Asimilasi progresif yaitu bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikannya. Contoh dalam bahasa belanda, ik eet vis saya makan ikan. Kata vis ikan, yang memiliki bentuk fonemis /vis/, dimulai dengan frikatif labio-dental bersuara /v/, sedangkan kata eet, setiap /v/ berubah menjadi konsonan homorgan tak bersuara, yaitu /f/. akibatnya klausa tadi memiliki analisis fonemis sebagai berikut: /ik et fis/. Bunyi fonem /v/ berubah menjadi fonem /f/. 2. Asimilasi regresif yaitu bunyi yang diasimilasikan terletak sebelum bunyi yang mengasimilasikannya. Contoh dalam bahasa Belanda op de weg di jalan (de adalah kata sandang) dengan bentuk pelafalan /obd w x/, dengan /b/ yang bersuara karena pengaruh /d/ yang bersuara pada awal kata sandang de. Asimilasi ini merupakan asimilasi fonemis, karena /p/ dan /b/ dalam bahasa ini terbukti merupakan fonem-fonem yang berbeda. 3. Asimilasi resiprokal yaitu bunyi yang diasimilasikan sehingga menimbulkan bunyi baru. Contoh dalam Kata bahasa Batak Toba holan ho hanya kau diucapkan /holakko/, suan hon diucapkan /suatton/. Bunyi /n/ pada holan dan bunyi /h/ pada ho saling disesuaikan atau diasimilasikan menjadi /k/, sedangkan /n/ pada suan han /h/ pada hon saling disesuaikan atau diasimilasikan menjadi /t/. adanya perubahan bunyi yang menimbulkan bunyi baru disebut dengan asimilasi resiprokal. 27

2.2.5.2 Disimilasi Seperti halnya asimilasi menyebabkan penyamaan dua fonem yang berbeda, maka yang dimaksud dengan disimilasi adalah dua fonem yang sama (berdekatan atau tidak) menjadi fonem yang lain. Verhaar (1996:86) menyatakan bahwa disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda. Dalam sebuah contoh kasus beberapa kata dalam bahasa Indonesia, Verhaar (1996:86) membedakan disimilasi menjadi dua bagian yaitu: 1. Pada kata belajar yang dihasilkan dari menggabungkan awalan ber- dan ajar. Akan tetapi bentuk berajar mempunyai dua /r/, dan dalam bahasa Indonesia ada kecenderungan untuk menghindari dua /r/ dalam kata yang berawalan ber-. Contoh kata belajar adalah kasus disimilasi sinkronik. 2. Contoh dalam kasus disimilasi diakronik adalah pada kata cinta dan cipta. Kedua kata itu berasal dari kata sanskerta citta, jadi /tt/-nya menjadi /pt/ untuk cipta dan /nt/ untuk cinta. Contoh lain terdapat pada kata langsir, langsir, yang dulu pernah dipungut dalam bahasa Belanda itu, /r/ yang pertama, dalam pemungutan, secara disimilatif diubah menjadi /l/. 28

2.2.5.3 Metatesis Verhaar (1996: 86) berpendapat bahwa dalam proses metatesis yang diubah adalah urutan fonem-fonem tertentu. Biasanya bentuk asli dan bentuk yang mengalami metatesis itu terdapat bersama-sama, sehingga ada variasi bebas. Contoh yang terdapat dalam bahasa Indonesia Brantas dan bantras, jalur dan lajur, kerikil dan kelikir 2.2.5.4 Modifikasi vokal Verhaar (1996: 81) mengatakan bahwa modifikasi vokal adalah modifikasi yang menyebabkan fonem vokal tertentu berubah menjadi fonem vokal yang lain. Ada tiga jenis modifikasi vokal yaitu: 1. Modifikasi Vokal: Umlaut, yaitu perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal lebih tinggi, sebagai akibat vokal (biasa /i/) atau semivokal (yaitu [y]) yang mengikutinya (langsung atau tidak langsung) yang tinggi. Tentunya umlaut itu merupakan salah satu jenis asimilasi. Peninggian vokal seperti itu dapat merupakan perubahan fonetis saja, dapat juga merupakan perubahan fonemis. Contoh dalam bahasa Jerman bucher buku (jamak) dengan bentuk tunggal buch /bux/. Akhiran jamak er tidak memadai untuk menyebabkan umlaut pada suku kata pertama, karena vokal dalam akhiran itu tidak cukup tinggi (kualitas /ǝ/, jadi bunyi 29

pepet) karena itu, tidak ada dasar sinkronik untuk pengumlautan dari /u-/ menjadi / Ü /, tetapi dulu pernah akhiran jamak untuk buch memiliki bunyi /i/, sehingga /u/ berubah menjadi / Ü /. 2. Modifikasi vokal: Ablaut, yaitu perubahan vokal yang ditemukan dalam bahasa-bahasa german. Contohnya adalah pemarkah kala dalam bahasa inggris: sing, sang, sung bernyanyi atau dalam bahasa Belanda duiken, dook. gedoken terjun. Secara diakronik, ablaut itu berdasarkan aksen, Oleh karena itulah termasuk fonologi. Secara diakronik, perubahan sing menjadi sang lalu menjadi sung termasuk morfologi lalu diberi nama modifikasi internal. 3. Modifikasi vokal: harmoni vokal adalah perubahan vokal di bawah pengaruh vokal yang lain, sedemikian rupa sehingga vokal dalam setiap silabel (dalam kata yang sama) secara fonemis berubah menjadi vokal yang lain. Bahasa Turki terkenal karena harmonisasi vokal tersebut, seperti contoh at : atlar kuda ; oda : odalar kamar. Vokal /a/ dalam bentuk tunggal menyebabkan akhiran penjamak memiliki vokal /a/ juga. Hal terpenting dalam harmonisasi vokaladalah betuk keselarasan dengan melibatkan tiga kualitas vokal, yaitu; depan belakangnya, tinggi rendahnya, dan bundar tidaknya. 30

2.2.5.5 Netralisasi Crystal (dalam Lubis 2011) memberi arti bahwa netraslisasi adalah istilah yang digunakan dalam fonologi untuk menggambarkan apa yang terjadi perbedaan antara dua fonem hilang dalam tertentu. Fungsi fonem adalah membedakan makna,suatu fungsi yang nampak dalam pasangan minimal. Misalnya /t/ dan /d/ berfungsi dalam pasangan minimal dalam banyak bahasa. Jika pada satu waktu atau pada satu lingkungan perbedaan atara dua fonem itu tidak lagi atau satu fonem menjadi fonem yang lain, maka netralisasi telah terjadi karena telah terjadi perpindahan identitas fonem yang satu menjadi satu fonem yang lain. Verhaar (1996:85) mengambil contoh dalam bahasa Belanda yaitu antara hard atau hart. Hard keras sama ucapannya dengan hart karena memang dalam bahasa Belanda tak terdapat /d/ pada akhir kata. Tetapi anehnya bila kata-kata yang dua itu diberi akhiran maka jadilah /herder/ dan /harter/ fonem /t/ pada kata hard berubah menjadi /d/. Dengan demikian oposisi antara /d/ dan t/ menjadi batal. Bentuk fonem akhir pada hard adalah /d/ dan /t/, karena kedua fonem itu memiliki fungsi yang sama maka disebutlah dengan arkifonem. Arkifonem selalu dilambangkan dengan huruf besar. 31

2.2.5.6 Monoftongisasi Verhaar (1996) mengatakan bahwa monoftongisasi adalah perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (difftong) menjadi vokal tunggal (monoftong). Peristiwa penunggalan vokal ini banyak terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap pemudahan pengucapan terhadap bunyi-bunyi diftong. Kata ramai diucapkan [rame], petai diucapkan [pəte]. Perubahan ini terjadi pada bunyi vokal rangkap [ai] ke vokal tunggal [e]. Penulisan juga disesuaikan menjadi rame dan pete. Contoh lain: - kalau [kalau] menjadi [kalo] - danau [danau] menjadi [dano] - satai [satai] menjadi [sate] 2.2.5.7 Anaptiksis Verhaar (1996) berpendapat bahwa anaptiksis atau suara bakti adalah perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan untuk memperlancar ucapan. Bunyi yang biasa ditambahkan adalah bunyi vokal lemah. Dalam bahasa Indonesia, penambahan bunyi vokal lemah ini biasa terdapat dalam kluster. Seperti contoh: putra menjadi putera; bahtra menjadi bahtera; srigala menjadi serigala 32

Akibat penambahan [ə] tersebut, berdampak pada penambahan jumlah silabel. Konsonan pertama dari kluster yang disisipi bunyi [ə] menjadi silabel baru dengan puncak silabel pada [ə]. Jadi, [tra] menjadi [tə+ra], [tri] menjadi [tə+ri], [sri] menjadi [sə+ri], dan [slo] menjadi [sə+lo]. 2.2.5.8 Penambahan Bunyi 1.Protesis adalah proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada awal kata. Misalnya: mpu menjadi empu; mas menjadi emas 2.Epentesis adalah proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada tengah kata. Misalnya: kapak menjadi kampak; sajak menjadi sanjak. 3.Paragog adalah proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada akhir kata. Misalnya: adi menjadi adik; hulubala menjadi hulubalang 2.2.5.8 Zeroinisasi / Penghilangan Bunyi Verhaar (1996) berpendapat bahwa zeronisasi adalah penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan. Peristiwa ini biasa terjadi pada penuturan bahasa-bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia, asalkan saja tidak menggangu proses dan tujuan komunikasi. Peristiwa ini terus berkembang karena secara diam-diam telah didukung dan 33

disepakati oleh komunitas penuturnya. Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian kata yang menghilangkan beberapa fonem. Penghilangan beberapa fonem tersebut dianggap tidak baku oleh tatabahasa baku bahasa Indonesia. Tetapi demi kemudahan dan kehematan, gejala itu terus berlangsung. Apabila diklasifikasikan, zeronisasi dibagi menjadi, yaitu: 1. Aferesis adalah proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada awal kata. Misalnya: tetapi menjadi tapi, tidak menjadi tak. Apokop adalah proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada akhir kata. Misalnya: president menjadi presiden, pelangit menjadi pelangi 2. Sinkop adalah proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem pada tengah kata. Misalnya: dahulu menjadi dulu, baharu menjadi baru. 2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai fonologi maupun mengenai variasi bunyi bahasa bukanlah baru pertama kali ini dilakukan, sudah ada penelitian terdahulu tentang masalah tersebut. Namun, penelitian yang membicarakan tenang variasi bunyi bahasa Indonesia dalam suatu etnis belum pernah dilakukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 34

Sidriana (2011) dalam skripsinya berjudul Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina (2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan dan faktor pengucapan dalam Bahasa Mandarin yang dibuat oleh mahasiswa program studi Sastra Cina USU, juga upaya untuk mengetahui kesalahan pengucapan yang dibuat oleh narasumber karena campur tangan dari bahasa ibu, gangguan dialek kuno dan kurangnya pengetahuan fonologi. Metodologi yang digunakan dalam skripsi ini adalah adalah metodologi deskriptif. teori digunakan untuk menentukan kesalahan pengucapannya adalah teori vokal, konsonan, nada, fonologi dan fonetik. Hasil menunjukkan sebagian besar siswa membuat beberapa kesalahan dalam percakapan mereka pada bahasa Mandarin adalah vokal, konsonan, dan nada sulit untuk diucapkan. Skripsi ini dijadikan sebagai salah satu tinjauan pustaka agar dapat dijadikan referensi dalam penambahan kosakata pada penelitian skripsi ini nantinya, selain itu teori dan hasil juga dapat dijadikan referensi dalam mendukung penelitian skripsi ini. Vira (2010) dalam skripsinya berjudul Analisis Asimilasi Bunyibunyi Nasal pada Surah Al-Mulk Program studi Sastra Arab, Universitas Sumatera Utara (2010), dalam skripsinya yang diteliti adalah tentang proses asimilasi dilihat dari perubahan bunyi, serta bunyi-bunyi nasal yang mengalami perubahan bunyi yang terdapat pada Surah Al-Mulk. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui proses asimilasi, dan 35

bunyi-bunyi nasal yang mengalami perubahan bunyi pada Surah Al-Mulk. Untuk menganalisis asimilasi bunyi-bunyi nasal ini penulis menggunakan teori Marsono dan metode análisis deskriftif. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat 57 bunyi nasal pada Surah Al-Mulk yang terdiri atas bunyi-bunyi nasal dan bunyi oro-nasal. Adapun yang dapat diambil sebagai bahan referensi ini adalah penggunaan bentuk teori dan hasil yang digunakan yaitu teori Marsono tentang klasifikasi bunyi vokal dan hasil dari penelitian yang mengklasifikasikan bentuk bunyi-bunyi yang berubah. Dardanilla (Jurnal Ilmiah logat vol.1 No.1 Tahun 2005) berjudul Bunyi Vokal Bahasa Gayo Dialek Gayo Lut. Dalam penelitiannya, dia menganalisis ragam ragam bunyi vokal yang digunakan oleh masyrakat gayo dalam bahasa gayo dialek gayo lut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan bunyi vokal bahasa Gayo dialek Lut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode simak, metode cakap dan metode padan. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Marsono (1993) yang membagi bunyi vokal atas tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur dan bentuk bibir. Dalam bahasa Gayo dialek Gayo Lut terdapat delapan bunyi vokal yaitu: [a, i, I, u, U, ǝ, ε, o]. Hal yang dapat diambil dari jurnal ilmiah ini adalah teori yang digunakan sama dengan teori yang akan dipakai serta hasil dan metode yang digunakan dalam jurnal ilmiah ini menjadi referensi untuk penelitian skripsi nantinya. 36

Salliyanti (karya ilmiah e-repository USU tahun 2005) berjudul Proses fonologis dan kaidah-kaidah fonologis, dalam tulisannya ia mendeskripsikan tentang proses fonologis dan kaidah-kaidah fonologis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hal yang dapat dijadikan referensi untuk proposal penelitian ini adalah teknik dalam mendeskripsikan proses fonologis dan kaidah-kaidah fonologis. Lumonggom (2002) dalam tesisnya berjudul Analisis Konstrastif Bunyi Konsonan dan Vokal Bahasa Batak Angkola dan Bahasa Inggris (2002), Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pendistribusian bunyi konsonan dan vokal bahasa Batak Angkola dan bahasa Inggris pada posisi awal, tengah dan akhir kata, mendeskripsikan persamaan dan perbedaan pelafalan bunyi-bunyi yang ada, memprediksi dan menjelaskan tingkat kesulitan penutur asli bahasa Batak Angkola dalam pengujaran bahasa Inggris yang mengacu pada teori Clifford Prator (1967). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis kontrastif melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Hal yang dapat diambil dari tesis ini adalah tmetode dalam mendeskripsikan persamaan dan perbedaan pelafalan bunyi-bunyi bahasa yang ada pada bunyi vokal bahasa Indonesia pada Etnis Tionghoa di Kota Medan. Anni (karya ilmiah e-repository USU tahun 2002) berjudul Variasi Dialek Bahasa Indonesia di Kota Madya Medan, dalam tulisannya ia mendeskripsikan gambaran dan keterangan variasi bunyi bahasa secara fonologis dan morfologis dialek bahasa Indonesia di 37

kotamadya Medan, variasi dialek yang diteliti adalah dialek beberapa penutur bahasa Indonesia yang ada di Kotamadya Medan dari daerah : Toba, Karo, Angkola/Mandailing, Simalungun, Jawa, Minangkabau, Melayu Deli, dan Cina. Jurnal ilmiah ini dijadikan sebagai salah satu tinjauan pustaka penulis karena dalam jurnal ilmiah ini teori yang dipakai adalah teori Marsono dan juga sebagai referensi bacaan tentang variasi bunyi vokal dalam bahasa Indonesia yang dipakai oleh masyarakat keturunan etnis Tionghoa. 38