Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse) Oleh Kelompok 2 A4-B: 1. AA. SG Mirah Purnamawati (10.321.0731)(A4-B) 2. Desak Made Arista Dewi (10.321.0732)(A4-B) 3. I Gusti Agung Gede Winantara (10.321.0735) (A4-B) 4. I Ketut Ary Pranata (10.321.0744) (A4-B) 5. I Made Yogi Nugraha (10.321.0746) (A4-B) 6. I Wayan Mahardyatmaja Putra (10.321.0750) (A4-B) 7. Kadek Ayu Yulita Sari (10.321.0754) (A4-B) 8. Ni Kadek Netiari (10.321.0763) (A4-B) 9. Ni luh Putu Suwati Artini (10.321.0769) (A4-B) 10. Ni Putu Siska Ambayati Dewi (10.321.0776) (A4-B) STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI Program Studi Ilmu Keperawatan 2010/201
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat Beliaulah penulis dapat menyelesaikan paper yang bertemakan Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse) tepat pada waktu. Berbagai bantuan berupa bimbingan, perhatian dan dorongan sungguh berarti dan berharga bagi penulis dalam penyusunan paper ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian paper ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil paper ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Denpasar, 16 Maret 2011 (Penulis)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Child abuse atau perlakuan salah terhadap anak adalah kesalahan atau kesemenaan memperlakukan anak-anak yang seharusnya diposisikan sebagai amanat Tuhan. Amanat dari- Nya itu seharusnya dijaga, dilindungi, atau diberi pendidikan agar mereka dapat menjalani masa depan dengan bekal yang cukup. Perlakuan salah terhadap anak (child abuse) itu dapat berbentuk kekerasan fisik dan psikis berupa perlakuan yang tidak mencerminkan kasih sayang. Sangat sukar dipercaya ada orangtua yang melakukan penganiayaan terhadap anaknya sampai perlu dirawat di Rumah Sakit atau sampai meninggal dunia. Tidak hanya orang tua atau keluarga saja yang melakukan perlakuan salah terhadap anak melainkan masyarakat bahkan pendidik sekalipun dapat melakukan tindak tersebut. Contohnya adalah kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, sodomi, penculikan, dan berbagai bentuk ancaman yang dapat menciptakan ketakutan di jiwa mereka. Apabila tidak ditanggulangi, tentunya hal itu akan menambah panjang daftar korban jiwa anak-anak yang merupakan bibit-bibit harapan mengeksiskan bangsa, negara, dan agama ke depan. 1.2 Rumusan Masalah Masalah pokok dalam pembahasan ini yaitu 1. Apa pengertian dari child abuse? 2. Apa saja klasifikasi dari child abuse? 3. Apa saja faktor resiko dari child abuse? 4. Apa akibat dari child abuse? 5. Apa contoh nyata perlakuan salah (child abuse) pada anak? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu 1. Memahami pengertian dari child abuse 2. Memahami klasifikasi dari child abuse 3. Memahami faktor resiko dari child abuse
4. Menetahui akibat dari child abuse 5. Mengetahui contoh nyata perlakuan salah (child abuse) pada anak 1.4 Metode Penulisan Metode yang dipakai oleh penulis adalah metode kepustakaan yaitu dengan cara membaca buku-buku yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Child Abuse Child abuse atau perlakuan salah terhadap anak adalah kesalahan atau kesemenaan memperlakukan anak-anak yang seharusnya diposisikan sebagai amanat Tuhan. Amanat dari- Nya itu seharusnya dijaga, dilindungi, atau diberi pendidikan agar mereka dapat menjalani masa depan dengan bekal yang cukup. Perlakuan salah terhadap anak (child abuse) itu dapat berbentuk kekerasan fisik dan psikis berupa perlakuan yang tidak mencerminkan kasih saying. Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi. Selain itu Child Abuse dapat diartikan perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual. Sumber lain mengartikan Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak. 2.2 Klasifikasi dari Child Abuse Child abuse dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu: a. Emotional Abuse Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak. Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan. Indikator perilaku kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukulmukul)
b. Physical Abuse Physical abuse adalah penganiayaan fisik ketika anak-anak mendapatkan luka atau terluka oleh karena tindakan orang tua atau orang lain. Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan. Indikator fisik luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut, cakaran Indikator perilaku waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri. c. Neglect Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya. Indikator fisik :: kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani. Indikator kebiasaan :: Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan. d. Sexual Abuse Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak. Indikator fisik kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital/ rektal, berpenyakit kelamin.
Indikator kebiasaan pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku permisif/ berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol) 2.3 Faktor Resiko dari Child Abuse Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah: 1. Stress yang berasal dari anak a) Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna. b) Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya c) Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah. d) Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. e) Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2. Stress keluarga a) Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga. b) Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak. c) Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua. d) Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb 3. stres berasal dari orang tua a) Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain. b) Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya. c) Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.
2.4 Dampak Child Abuse Child abuse ini menimbulkan dampak (Moore,2004) diantaranya : 1. Anak kehilangan hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Anak bisa saja kehilangan keceriaannya karena kekerasan yang dialaminya hingga malas untuk bermain. 2. Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan dari orang dewasa. Anak yang pernah menjadi korban kekerasan lagi dan semakin ditindas orang dewasa bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat. 3. Sering pada saat dewasa membawa dampak psikologis : labilitas emosi, perilaku agresif, tindak kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, perilaku sex bebas, dan perilaku anti social 2.5 Contoh Nyata Child Abuse Kasus: Yani (30 th) sering menghukum kenakalan; anaknya yang bersusia 5 tahun. Bentuk kenakalan itu antara lain, menuang sabun di kamar mandi, tak mau makan, mengotori jemuran dan menganggu adik. Kalau nakalnya di kamar mandi, ya saya pukul pakai gayung. Kalau tak mau makan, saya pukul pakai sendok atau piring. Kalau menggangu adiknya, saya pukul pakai maiannya. Menurut Yani, anak harus dihukum supaya jera dan tidak mengulangi perbuatan yang dilarang. Yani tak ingin disalhkan suami karena tak mampu mendidik anak. Dampak fisik: Memar, luka, patah tulang terutama di daerah rusuk dan gangguangangguan di bagian tubuh lain seperti kepala, perut, pinggul, kelak di usia selanjutnya. Dampak emosi: - Merasa terancam, tertekan, gelisah dan cemas. - Membangun pemahaman bahwa memukul dibenarkan untuk memberi disiplin. Di usia dewasa, anak akan menggunakan pendekatana kekerasan untuk mendisiplinkan anak.
Orang tua diharapkan: Konsultasi pada psikologi untuk latihan mengelola emosi, menggali masalah suami siteri yang tidak selesai dan mempelajarai perkembangan anak. Ajak anak ke dokter untuk memeriksakan kondisi fisik. Pahami perkembangan anak. Di usia 5 hingag 8 tahun, anak sedang berada pad atahap ingin menunjukkan kemampuan, mereka ingin berekreasi. Tidak semua tindakan anak merupakan kenakalan, mereka tidak tahu bahwa tingkah lakunya salah atau kurang tepat. Bantuan untuk anak: Pemeriksaan psikologis oleh psikolog untuk mengetahui gangguan emosi yang dialaminya dan mendapat terapi yang sesuai. Tumbuhkan kemabli rasa percaya diri anak. Terimalah apa yang mereka lakukan dengan tidak lupa memberitahu tindakan apa yang seharusnya dilakukan. Bila orang tua bukan pelaku kekerasan, yakinkan anak bahwa ia sangat dicintai.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Child abuse merupakan kesalahan atau kesemenaan memperlakukan anak-anak yang seharusnya diposisikan sebagai amanat Tuhan. Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi. Perlakuan salah terhadap anak bisa dipicu oleh beberapa tekanan dalam keluarga (family stress), di antaranya berasal dari anak, orangtua, dan situasi. Bentuk perlakuan salah terhadap anak atau child abuse antara lain adalah penganiayaan fisik, kelainan, penganiayaan emosional, dan penganiayaan seksual.