Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan ateoretik dan deskriptif.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

Pedologi. Batasan Pedologi Bidang Terapan. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

PSIKIATRI. Klasifikasi Gangguan Jiwa dan Diagnosa Multiaksial. Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri.

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Juni 2013, pukul WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

Classification and Diagnosis. Kuliah 2 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

Pendahuluan. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

PENGANTAR PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Retardasi Mental. Dr.dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

Transkripsi:

Gangguan jiwa (DSM-IV) = Mental disorder is a conceptualised as clinically significant behavioural or psychological syndrome or pattern that occurs in an individual and that is associated with present distress (e.g., a painful symptom) or disability (i.e., impairment in one or more important areas of functioning) or with significant increased risk of suffering death, pain, disability, or an important loss of freedom. Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan ateoretik dan deskriptif. Urutan hierarki blok diagnosis (berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas): 1. F00-09 dan F10-19 2. F20-29 3. F30-39 4. F40-49 5. F50-59 6. F60-69 7. F70-79 8. F80-89 9. F90-98 10. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis (kode Z) Klasifikasi Gangguan Jiwa F0 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik Gangguan mental organic = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak. Gambaran utama: Gangguan fungsi kongnitif Gangguan sensorium kesadaran, perhatian

Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya. F7 Retardasi Mental Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada. F8 Gangguan Perkembangan Psikologis Gambaran umum Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat

Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja Diagnosis Multiaksial Aksis I Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99) Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R69) Aksis II Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme defensi maladaptif) Retardasi Mental (F70-79) (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R46.8) Aksis III Kondisi Medik Umum Aksis IV Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial) Aksis V Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale) 100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi 90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa

80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik 60-51 gejala dan disabilitas sedang 50-41 gejala dan disabilitas berat 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi 30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang 20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri 10-01 persisten dan lebih serius 0 informasi tidak adekuat Tujuan diagnosis multiaksial Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan outcome Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama Penggunaan model bio-psiko-sosial Referensi 1. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993. 2. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001.

Contoh Laporan diagnosis multiaksial LAMPIRAN 2 : Formulir Laporan Diagnosis Multiaksial AKSIS I : - GANGGUAN KLINIS - KONDISI LAIN YANG MENJADI FOKUS PERHATIAN KLINIS Nomor kode diagnosis Nama diagnosis menurut PPGDJ III F 32.2 Episode Depresi berat tanpa gejala psikotik AKSIS II : - GANGGUAN KEPRIBADIAN - RETARDASI MENTAL Nomor kode diagnosis Nama diagnosis menurut PPDGJ III F 60.0 Gangguan kepribadian paranoid F 66.1.x1 Orientasi seksual egodistonik AKSIS III : Nomor kode - KONDISI MEDIK UMUM diagnosis Nama diagnosis menurut PPGDJ III (Lampiran) J00-J99 Penyakit sistem pernapasan AKSIS IV : MASALAH PSIKOSOSIAL dan LINGKUNGAN ( ) Masalah dengan primary support group (kelurga), jelaskan : Tidak ada pendampingan dari keluarga dan belum pernah cerita kepada orang lain, sangking tertutupnya. ( ) Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, jelaskan : saya lebih suka menyendiri di dalam kamar dibandingkan ke luar rumah, karena kalau keluar saya seperti merasakan ribuan kamera menyorot saya, memperhatikan setiap gerak gerik saya, seperti tidak nyaman saja diliatin orang. Saya suka suka berprasangka yang tidak tidak ke orang lain dan menganalisa serta menghakimi mereka, kalau mereka itu benar-benar melakukannya (mengamati gerakgerik dia), tapi akibatnya saya dijauhi mereka, mereka tidak mau angkat telpon saya,

facebook saya dihapus, namun saya berusaha tetap dekat dengan mereka dengan menjadi orang lain sebagai teman mereka di facebook karena saya butuh banget perhatian mereka, karena mereka saya anggap teman terbaik saya, seperti terobsesi gitu deh..kalau sudah dicuekin gitu dada dan kepala saya sakit, uring-uringan, bisa marah, dendam dan sangat sulit menerima kenyatan, tapi suatu saat saya pasti berusaha pengen baikan lagi sama mereka karena saya lebih mengingat kebahagiaan sewaktu bersama mereka. ( ) Masalah pendidikan, jelaskan : Pendidikan lulusan S1 Sarjana Ekonomi Akuntasi, lulus dengan nilai cukup memuaskan 2.84. ( ) Masalah pekerjaan, jelaskan : Kerjaan jadi administrasi keuangan di dealer mobil, terus setahun kemudian saya diterima kerja dibank ekonomi, disana saya bekerja jadi back office. Terus berhenti karena saya merasa tidak cocok bekerja disana karena penuh dengan tekanan, saya nganggur sekitar 5 bulanan kemudian saya dapat pekerjaan di BPR Mandiri saya pengen bekerja jadi back office. Tapi mereka menawarkan saya jadi accounting sekarang lagi masa training untuk program komputer accounting di BPR ( ) Masalah perumahan, jelaskan : Saya sekarang tinggal dirumah orang tua tapi sendiri saja dulu bersama istri tapi karena dia suda kabur, ya jablay deh sampai sekarang. Orang tua tinggal dirumahnya yang lain, tinggal lingkungan perumahan dari SD saya sudah tinggal disini, rumah sekarang yang saya tempati bisa dibilang rumah tua keluarga ( ) Masalah ekonomi, jelaskan : Sekarang yang nanggung orang tua bersama adik, saya juga punya sedikit tabungan. Gaji dari pekerjaaa sebelumnya, awal 2.2 jt. Terkhir sebelum keluar 3.5 jt. Di perusahaan yang baru sekarang gajinya lebih rendah cuma 1.85 jt. ( ) Masalah akses ke pelayanan kesehatan, jelaskan : Deket banget, ada rumah sakit ibnu sina, dokter praktek umum ada di dekat Samping rumahku, apotek juga dekat ada disamping, puskesmas juga dekat ( ) Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/ kriminal, jelaskan : Pernah Mencuri Kartu kredit tapi tidak di polisikan ( ) Masalah psikososial & lingkungan lain, jelaskan :

Apa yang di alami klien terjadi sudah sekitar 5 bulan lebih. Permasalahan dikantor yg dulu dengan lingkungan rumah sangat berkaitan erat hal ini terjadi karena : Saya stres bekerja dikantor sebelumnya karena banyak tekanan apalagi, saya punya tanggungjawab besar dikantor apalagi ditambah dengan masalah keluarga dengan istri. Alhasil pikiran saya mumet.dikantor stres dirumah apalagi. Dan tidak bisa secara berpikir logika. Saya dendam banget sama pimpinan saya yang menurunkan jabatan saya tanpa sebab akibat. Padahal hasil kerja saya fine2 aja, malahan bisa dibilang baik kok.apalagi dia tidak jantan menurunkan jabatan saya dengan sms lewat bawahannya ke saya tanpa alasan yg jelas, sebagai bentuk dendam saya, saya curi kartu kredit dia dikantor, terus saya merencanakan untuk menghabiskannya bersama teman dekat lingkungan rumah. pada saat itu saya masih sempat mengurungkan niat saya untuk tidak melakukan itu, namun karena saya merasa percaya sama teman saya dari kecil itu, saya titipkan kartu itu dengan dia. Setelah itu tanpa sepengetahuan saya, teman saya itu bekerjasama dengan teman yang lain menghabiskan itu tanpa sepengetahuan saya. Beberapa hari sesudah kejadian mereka menghabiskan dana dikartu kredit itu, saya ingin mengurungkan niat untuk membatalkan rencana pencurian itu dengan meminta kembali kartu itu. Namun dikantor, saya dengar kabar pimpinan saya itu sudah dibobol kartu kreditnya sebesar 14,5 juta. Alhasil saya tidak tenang dikantor. Apalagi teman saya itu tidak mengakui kalau kartu itu dia yang menghabiskan, singkat cerita akhirnya orang kantor tau kalau dalang dari semua ini adalah saya namun ortu dan adik saya memohon agar saya tidak dimasukkan bui, saya bersyukur pimpinan saya itu menempuh jalan damai. Dengan membayar dana 14.5 juta itu ke bos saya. Tapi saya diberhentikan dg hormat. itupun karena bantuan keluarga saya agar saya bisa dapat pengalaman kerja ditempat lain. Namun tanpa tedeng aling2 teman saya itu malah memfitnah saya kalau sayalah yang menghabiskan seluruh uang dikartu kredit itu, padahal sumpah demi Allah sebesar zarahpun saya tidak ada memakannya apalgi ditambah dia bersama temannya itu menjelek2kan saya, memfitnah saya ke orang-orang dilingkungan tempat tinggal. saya jadi bener-benar tidak nyaman tinggal disini apalagi mau keluar rumah makanya saya lebih senang didalam kamar, benar2 biadab mereka. malahan sekarang mereka dan keluarganya merasa tidak pernah terjadi apa-apa dan tidak mau mengganti segala kerugian yang telah dilakukan oleh anak mereka, saya cuma bisa ikhlas hanya Allah saja yg nanti bisa membalas kebiadaban mereka. Kesimpulannya tindakan kriminal yg saya lakukan seperti itu namun saya tidak pernah berhubungan dengan polisi AKSIS V : - SKALA PENILAIAN FUNGSI SECARA GLOBAL