HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 DKI JAKARTA (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KARANGANYAR (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

Seuntai Kata. Sendawar, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat. Akhmad Fikri, S.ST

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (ANGKA SEMENTARA)

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 DKI JAKARTA

LUAS TANAM, LUAS PANEN, TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI SAWAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN Luas Panen (Ha)

Seuntai Kata. Bandung, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Gema Purwana


Seuntai Kata. Bengkulu, Juli 2014 Kepala BPS Provinsi Bengkulu. Dody Herlando

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MENURUT SUBSEKTOR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Propinsi NTB Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI SUMATERA BARAT MENURUT SUBSEKTOR

KALIMANTAN TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

Seuntai Kata. Bengkulu, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Ir. Dody Herlando, M.Econ.

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MENURUT SUBSEKTOR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Seuntai Kata. Tanjung, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara. Ir. Muhammad Ahyar

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Jayapura. Muchlis Malik Sotting, B.St

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU

Drs. Morhan Tambunan, M.Si

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU

Drs. H. Basiran Suwandi

Seuntai Kata. Tarempa, 1 September 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Anamabs. Drs. Bustami

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Banjarmasin Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

KALIMANTAN UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Kotamobagu Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MOJOKERTO

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Seuntai Kata. Jakarta, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Dr. Suryamin, M.Sc.

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sarmi. Selvina De Lima

Drs. Muhamad Saphoan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Seuntai Kata. Gedung Tataan, Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran. Risma Pijayantini, S.Si.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANGANDARAN

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA DENPASAR

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Tomohon Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Seuntai Kata. Kota Maba, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Halmahera Timur. Ir. Salahuddin

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANGKA BARAT

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Singkawang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Metro Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Seuntai Kata. Jakarta, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Kabupaten Malinau. Suryamin

Seuntai Kata. Semarang, 1 September 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Semarang. Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si

Jumlah usaha pertanian di Indonesia tahun 2013 sebanyak 26,1 juta usaha. Jumlah sapi dan kerbau di Indonesia tahun 2013 sebanyak 14,2 juta ekor

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2013 sebanyak rumah tangga

POTRET USAHA PERTANIAN KEPULAUAN RIAU (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013)

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten rumah tangga

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Tojo Una-una Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Seuntai Kata. Limboto, 15 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo. Arifin M. Ointu, SE

Seuntai Kata. Bulukumba, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba. Ir. H. Yunus

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI XXXXXXXXXX Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Telp. : (021) , , , Fax.

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SAMARINDA

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Kediri Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BATU BARA

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Transkripsi:

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUTAI BARAT No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 1.398 RUMAH TANGGA, TURUN 77,58 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 22.108 rumah tangga, subsektor tanaman pangan 10.272 rumah tangga, hortikultura 5.752 rumah tangga, perkebunan 17.790 rumah tangga, peternakan 6.671 rumah tangga, perikanan 3.234 rumah tangga, dan kehutanan 2.090 rumah tangga. Jumlah rumah tangga petani gurem di Kutai Barat tahun 2013 sebanyak 1.398 rumah tangga atau sebesar 6,62 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, mengalami penurunan sebanyak 4.838 rumah tangga atau turun 77,58 persen dibandingkan tahun 2003. Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 34.423 orang, terbanyak di subsektor perkebunan sebesar 24.827 orang dan terkecil di subsektor perikanan kegiatan budidaya ikan sebesar 2.213 orang. Petani utama Kutai Barat sebesar 29,85 persen berada di kelompok umur 35-44 tahun. Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian seluas 2,65 ha, terjadi peningkatan sebesar 85,36 persen dibandingkan tahun 2003 yang hanya sebesar 1,47 ha. Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 5.805 ekor, terdiri dari 5.446 ekor sapi potong dan 359 ekor kerbau. 1. PENDAHULUAN Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menetapkan The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada Mei-Oktober 2014. Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, data jumlah rumah tangga usaha pertanian 2003 dihitung dari data mentah ST2003 dengan menggunakan konsep ST2013 yang tidak menggunakan Batas Minimal Usaha dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian. Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 1

Jumlah Rumah Tangga 2. USAHA PERTANIAN Berdasarkan Hasil pencacahan lengkap ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 sebesar 22.108 rumah tangga. Subsektor perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan merupakan tiga subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak yaitu masing-masing 17.790 rumah tangga, 10.272 rumah tangga, dan 6.671 rumah tangga. Sementara itu, kehutanan merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki rumah tangga usaha pertanian, yaitu sebanyak 2.090 rumah tangga. Gambar 1. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013 30,000 25,000 20,000 26,976 22,108 16,921 17,790 15,000 10,000 5,000 0 KUTAI BARAT 10,272 Tanaman Pangan 8,404 9,443 5,752 9,108 6,671 3,982 3,234 13,221 2,090 1,083 527 Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan Jasa Pertanian 2003 2013 Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 4.868 rumah tangga dari 26.976 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 22.108 rumah tangga, yang berarti terjadi rata-rata penurunan sebesar 1,8 persen per tahun. Secara absolut penurunan terbesar terjadi di subsektor kehutanan dan penurunan terendah di subsektor perikanan, yaitu masing-masing turun sebanyak 11.131 rumah tangga dan 718 rumah tangga. Kondisi yang sama juga terjadi pada penurunan secara persentase dimana subsektor kehutanan merupakan subsektor yang mengalami penurunan paling besar selama 10 tahun terakhir yaitu sebesar 84,19 persen, sedangkan subsektor perikanan menjadi subsektor dengan tingkat penurunan terendah yaitu sebesar 18,78. persen. 2 Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian Sektor/Subsektor Perubahan 2003 2013 Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) SEKTOR PERTANIAN 26,976 22,108-4,868-18.05 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 16,921 10,272-6,649-39.29 Padi 15,615 9,448-6,167-39.49 Palawija 6,549 3,091-3,458-52.80 2. Hortikultura 8,404 5,752-2,652-31.56 3. Perkebunan 9,443 17,790 8,347 88.39 4. Peternakan 9,108 6,671-2,437-26.76 5. Perikanan 3,982 3,234-748 -18.78 Budidaya Ikan 1,218 1,798 580 47.62 Penangkapan Ikan 3,816 2,671-1,145-30.01 6. Kehutanan 13,221 2,090-11,131-84.19 Budidaya Tanaman Kehutanan 4,672 1,412-3,260-69.78 Penangkapan Satwa/Tumbuhan Liar 14 100 86 614.29 Pemungutan Hasil Hutan/Penangkapan Satwa Liar 9,719 770-8,949-92.08 7. Jasa Pertanian 1,083 527-556 -51.34 Keterangan : Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 sub subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor tanaman pangan, hortrikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Jumlah rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar) di Kabupaten Kutai Barat tahun 2013 sebanyak 1.398 rumah tangga. Komposisi terbanyak berada di Kecamatan Penyinggahan sebesar 298 rumah tangga, disusul Kecamatan Muara Pahu sebesar 240 rumah tangga dilanjutkan Kecamatan Jempang sebesar 171 rumah tangga. Sementara komposisi rumah tangga petani gurem terkecil berada di Kecamatan Long Bagun yaitu tidak ada rumah tangga petani guremnya dan Kecamatan Bentian Besar serta Long Pahangai masing-masing hanya ada 2 rumah tangga. Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 3

Gambar 2. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kecamatan, Tahun 2003 dan 2013 1,200 1,000 1,065 914 800 600 586 471 481 653 400 200 0 218 35 171 325 298 240 246 190 91 45 13 18 16 2 38 15 232 177 87 82 152 149 110 95 110 70 69 88 13 15 20 11 10 0 2 11 2003 2013 Dibandingkan dengan kondisi tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem di tahun 2013 mengalami penurunan. Jika pada tahun 2003 petani gurem di Kutai Barat sebanyak 6.236 rumah tangga, maka pada tahun 2013 berkurang menjadi 1.398 rumah tangga atau turun sebesar 77,58 persen. Penurunan terbesar secara absolut terjadi di Kecamatan Barong Tongkok yang mencapai 955 rumah tangga. Ditinjau secara persentase penurunan rumah tangga petani gurem terbesar terjadi di Kecamatan Long Bagun sebesar 100,00 persen. Sementara peningkatan jumlah rumah tangga petani gurem secara absolut terjadi di Kecamatan Muara Pahu dengan jumlah peningkatan mencapai 50 rumah tangga dan secara persentase terjadi di Kecamatan Siluq Ngurai yang mencapai 38,46 persen. Penurunan jumlah rumah tangga petani gurem sebagian besar berasal dari penurunan 5.547 rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 1000 m 2. Selain itu bertambahnya jumlah rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan 30.000 m 2 sebanyak 2.097 rumah tangga juga turut menyumbang terjadinya penurunan jumlah rumah tangga petani gurem secara keseluruhan pada tahun 2013. 4 Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013

Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2003 dan 2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan No. Kecamatan Perubahan 2003 2013 Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) [010] BONGAN 1,695 1,405-290 -17.11 [020] JEMPANG 592 1,043 451 76.18 [030] PENYINGGAHAN 614 588-26 -4.23 [040] MUARA PAHU 1,020 578-442 -43.33 [041] SILUQ NGURAI 981 623-358 -36.49 [050] MUARA LAWA 685 330-355 -51.82 [051] BENTIAN BESAR 641 477-164 -25.59 [060] DAMAI 1,741 1,042-699 -40.15 [061] NYUATAN 1,226 1,054-172 -14.03 [070] BARONG TONGKOK 2,648 2,860 212 8.01 [071] LINGGANG BIGUNG 1,438 2,315 877 60.99 [080] MELAK 572 558-14 -2.45 [081] SEKOLAQ DARAT 1,060 1,307 247 23.30 [082] MANOR BULATN 1,642 1,447-195 -11.88 [090] LONG IRAM 933 1,010 77 8.25 [091] TERING 1,350 1,217-133 -9.85 [100] LONG HUBUNG 1,320 1,142-178 -13.48 [101] LAHAM 315 324 9 2.86 [110] LONG BAGUN 814 644-170 -20.88 [120] LONG PAHANGAI 914 623-291 -31.84 [130] LONG APARI 653 533-120 -18.38 [02] KUTAI BARAT 22,854 21,120-1,734-7.59 Dari seluruh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013, sebesar 95,53 persen merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (21.120 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 4,47 persen, atau sebanyak 988 rumah tangga. Selama kurun waktu sepuluh tahun, rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan mengalami penurunan sebesar 1.734 rumah tangga atau sebesar 7,59 persen. Penurunan jumlah rumah tangga terbesar secara absolut terjadi di Kecamatan Damai yang mencapai 699 rumah tangga. Sementara itu penurunan jumlah rumah tangga pengguna lahan terbesar secara persentase terjadi di Kecamatan Muara Lawa yang mencapai 52,82 persen. Peningkatan jumlah rumah tangga pengguna lahan secara absolut terjadi di Kecamatan Linggang Bigung. Pada tahun 2003, jumlah rumah tangga pertanain pengguna lahan di Kecamatan Linggang Bigung mencapai 1.438 rumah tangga selanjutnya pada tahun 2013 menjadi 2.315 rumah tangga atau meningkat 60,99 persen. Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 5

No. Tabel 3. Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun 2013 (m 2 ) Provinsi Lahan Bukan Pertanian Lahan Sawah Lahan Pertanian Lahan Bukan Sawah Jumlah Lahan yang Dikuasai 2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) [010] BONGAN 8,701.02 477.29 7,066.58 1,199.71 15,585.26 30,175.88 22,651.84 31,375.59 31,352.86 31,852.88 [020] JEMPANG 100.00 253.54 21.04 3.60 270.57 18,269.03 291.61 18,272.63 391.61 18,526.17 [030] PENYINGGAHAN 199.61 123.43 1.56 1,271.31 1,826.29 5,229.87 1,827.85 6,501.18 2,027.46 6,624.62 [040] MUARA PAHU 3,323.40 208.64 910.03 371.86 6,940.62 11,623.66 7,850.65 11,995.52 11,174.05 12,204.16 [041] SILUQ NGURAI 8,397.86 176.54 11.11 147.84 19,849.54 16,188.18 19,860.65 16,336.01 28,258.51 16,512.56 [050] MUARA LAWA 7,192.19 399.78 1,359.02 268.91 7,910.52 19,096.18 9,269.54 19,365.09 16,461.73 19,764.87 [051] BENTIAN BESAR 521.29 633.92 201.31 20.96 8,659.18 29,398.33 8,860.50 29,419.29 9,381.79 30,053.22 [060] DAMAI 3,948.59 3,432.23 2,021.53 0.00 11,532.66 32,934.09 13,554.19 32,934.09 17,502.78 36,366.32 [061] NYUATAN 3,504.03 1,000.51 950.67 245.50 13,593.59 39,402.76 14,544.26 39,648.25 18,048.29 40,648.77 [070] BARONG TONGKOK 2,219.81 881.06 383.34 122.38 7,362.81 17,176.68 7,746.15 17,299.06 9,965.96 18,180.12 [071] LINGGANG BIGUNG 1,892.04 1,059.39 1,919.47 126.61 3,610.09 28,878.47 5,529.56 29,005.08 7,421.60 30,064.47 [080] MELAK 1,022.97 913.96 94.56 295.11 3,615.51 21,701.67 3,710.07 21,996.78 4,733.04 22,910.74 [081] SEKOLAQ DARAT 3,837.36 1,068.27 659.72 137.07 12,799.37 18,158.01 13,459.09 18,295.08 17,296.45 19,363.35 [082] MANOR BULATN 14,252.51 325.07 3,522.11 1,955.37 18,738.81 37,033.86 22,260.92 38,989.23 36,513.43 39,314.31 [090] LONG IRAM 2,656.81 559.67 1,684.47 838.03 8,619.31 20,290.68 10,303.78 21,128.71 12,960.59 21,688.38 [091] TERING 6,737.61 485.50 828.01 15.89 9,078.64 19,565.63 9,906.65 19,581.51 16,644.25 20,067.01 [100] LONG HUBUNG 7,745.39 470.23 1,230.85 585.55 22,222.24 49,684.82 23,453.09 50,270.37 31,198.48 50,740.60 [101] LAHAM 1,620.92 342.85 12.82 0.00 16,573.68 55,769.56 16,586.50 55,769.56 18,207.41 56,112.41 [110] LONG BAGUN 662.34 497.42 9.97 0.00 5,624.14 32,457.56 5,634.11 32,457.56 6,296.45 32,954.98 [120] LONG PAHANGAI 61.24 74.04 93.01 0.00 18.20 22,276.18 111.21 22,276.18 172.44 22,350.22 [130] LONG APARI 92.36 256.14 68.33 0.00 4.60 15,734.98 72.94 15,734.98 165.29 15,991.11 [02] KUTAI BARAT 4,007.72 735.69 1,332.30 401.56 8,938.08 25,328.79 10,270.38 25,730.35 14,278.10 26,466.04 Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan yang dimiliki rumah tangga pertanian pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2003 rata-rata lahan yang dikuasai sebesar 1,43 ha, maka pada tahun 2013 rata-rata lahan yang dikuasai meningkat menjadi 2,65 ha untuk setiap rumah tangga pertanian. Peningkatan rata-rata lahan yang dikuasai terutama berasal dari peningkatan penguasaan lahan pertanian dari 1,02 ha pada tahun 2003 menjadi 2,57 ha pada tahun 2013. Sebaliknya pada penguasaan lahan bukan pertanian terjadi penurunan penguasaan lahan yang dimiliki oleh rumah tangga pertanian dari 0,40 ha pada tahun 2003 menjadi hanya 0.07 ha pada tahun 2013. Rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga pertanian terbesar tahun 2013 terdapat di Kecamatan Laham seluas 5,61 ha, sedangkan rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga terkecil terdapat di Kecamatan Penyinggahan seluas 0,66 ha. Kecamatan dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terbesar juga Kecamatan Laham seluas 5,58 ha dan Kecamatan dengan rata-rata penguasaan 6 Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013

lahan pertanian per rumah tangga terkecil juga Kecamatan Penyinggahan seluas 0,65 ha. Sementara itu, pengusaan lahan sawah terbesar terdapat di Kecamatan Manor Bulatn sebesar 0,20 ha dan terkecil terdapat di 5 kecamatan yaitu Damai, laham, Long Bagun, Long Pahangai dan Long Apari karena ke-5 kecamatan tersebut tidak memiliki lahan sawah. Sedangkan untuk penguasaan lahan pertanian bukan sawah terbesar berada di Kecamatan Laham yaitu sebesar 5,58 ha dan terkecil berada di Kecamatan Penyinggahan sebesar 0,52 ha per rumah tangga pertanian. Berdasarkan kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah petani sebanyak 34.423 orang yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2013 didominasi oleh petani laki-laki sebesar 23.014 orang (66,86 %). Sedangkan jumlah petani perempuan yang bekerja di sektor ini hanya berjumlah 11.409 orang atau sebesar 33,14 persen. Kondisi ini berlaku umum untuk komposisi petani di masing-masing subsektor pertanian baik di tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Persentase jumlah petani laki-laki terbesar berada di subsektor penangkapan ikan yang mencapai 96.02 persen sementara persentase petani laki-laki paling sedikit berada di subsektor peternakan yang mencapai 62,51 persen. Tabel 4. Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Sektor/Subsektor Laki-Laki Perempuan Jumlah Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SEKTOR PERTANIAN 23,014 66.86 11,409 33.14 34,423 100,00 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 10,733 66.13 5,496 33.87 16,229 100,00 2. Hortikultura 5,372 67.96 2,533 32.04 7,905 100,00 3. Perkebunan 17,676 71.20 7,151 28.80 24,827 100,00 4. Peternakan 5,383 62.51 3,229 37.49 8,612 100,00 5. Perikanan Budidaya Ikan 1,860 84.05 353 15.95 2,213 100,00 Penangkapan Ikan 2,796 96.02 116 3.98 2,912 100,00 6. Kehutanan 2,115 82,07 462 17,93 2,577 100,00 Sementara itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 juga diketahui bahwa sebanyak 24.827 petani yang bekerja di sektor pertanian berada di subsektor perkebunan atau terbesar dari seluruh subsektor pertanian. Subsektor lain yang juga banyak meyerap jumlah tenaga kerja berturut-turut adalah subsektor tanaman pangan dan peternakan dengan jumlah petani yang masing-masing sebesar 16.229 orang dan 8.612 orang. Dari Tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 2,876 rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utamanya antara 25-34 tahun. Sementara jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya kurang dari 15 tahun sebanyak 4 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya di atas 64 tahun sebanyak 2,254 rumah tangga. Pada tabel ini juga menunjukkan bahwa petani utama Kutai Barat terbesar berada di kelompok usia 35-44 tahun yakni Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 7

sebesar 6,599 rumah tangga (29.85%) atau dengan kata lain kelompok usia produktif mendominasi kelompok umur di bidang usaha pertanian. Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama Tahun 2013 Kelompok Umur Petani Utama (Tahun) Laki-Laki Perempuan Absolut Jumlah Distribusi (Persen) (1) (2) (4) (6) (7) < 15 4 0 4 0.02 15 24 212 9 221 1.00 25 34 2,759 117 2,876 13.01 35 44 6,271 328 6,599 29.85 45 54 5,769 525 6,294 28.47 55 64 3,401 455 3,856 17.44 65 + 1,947 311 2,258 10.21 Jumlah 20,363 1,745 22,108 100.00 Distribusi (Persen) 92.11 7.89 100.00 Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masingmasing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 20,363 rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan petani utama perempuan yang tercatat sebesar 1,745 rumah tangga. Persentase jumlah rumah tangga pertanian dengan petani utama laki-laki terbesar berada pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 30.80 persen dan terendah berada pada kelompok umur dibawah 15 tahun yang mencapai 0.02 persen. Sedangkan pada rumah tangga pertanian dengan petani utama perempuan secara persentase terbesar berada pada kelompok umur 45-54 tahun (30.09 %) dan terendah berada pada kelompok umur kurang dari 15 tahun dan 15-19 tahun (0.52 %). 8 Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013

Gambar 3. Jumlah Petani Utama dan Persentase Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 Kelompok umur 65+, 2,258 10% Kelompok umur 55-64, 3,856 17% Kelompok umur 45-54, 6,294, 29% Kelompok umur <15, 4, 0% Kelompok umur 15-24, 221 1% Kelompok umur 25-34, 2,876, 13% Kelompok umur 35-44, 6,599 30% Komposisi jumlah petani utama secara keseluruhan terbesar berada pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 29.85 persen, kemudian disusul kelompok umur 45-54 tahun (28.47%) dan kelompok umur 55-64 tahun (17.44%). Kelompok umur dibawah umur 15 dan kelompok umur 15-24 tahun merupakan dua kelompok umur yang paling sedikit jumlah petani utamanya dengan nilai masing-masing sebesar 0.02 persen dan 1.00 persen Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 9

Jumlah Perusahaan 3. PERUSAHAAN PERTANIAN BERBADAN HUKUM DAN USAHA PERTANIAN LAINNYA Ditinjau dari jumlah perusahaan pertanian yang berbadan hukum, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa terdapat 4 perusahaan pertanian. Semua perusahaan pertanian yang berbadan hukum bergerak di subsektor perkebunan yaitu 4 perusahaan pertanian. Sedangkan tanaman pangan dan subsector pertanian lainnya tidak ada perusahaan pertaniannya. Gambar 4. Perbandingan Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum Menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013 (Perusahaan) 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kutai Barat Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan Jasa Pertanian 2003 2013 Jumlah Perusahaan Pertanian pada tahun 2013 meningkat dibanding tahun 2003. Jika pada tahun 2003 jumlah perusahaan pertanian sebanyak 2 unit maka pada 10 tahun kemudian tumbuh menjadi 4 unit atau dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 2 unit (100.00 %). Peningkatan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tertinggi antara tahun 2003 sampai tahun 2013 secara absolut terjadi di subsektor perkebunan, yang mengalami peningkatan jumlah unit usaha mencapai 2 perusahaan pertanian. Sedangkan jika ditinjau secara persentase maka perusahaan perkebuanan merupakan subsektor dengan jumlah peningkatan terbesar yang mencapai 100.00 persen. 10 Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013

Tabel 6. Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum dan Usaha Pertanian Lainnya Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013 Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan) Usaha Pertanian Sektor/Subsektor Perubahan Lainnya 2013 2003 2013 Absolut % (Unit) (1) (2) (3) (4) (5) (6) SEKTOR PERTANIAN 2 4 2 100.00 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan Padi Palawija 2. Hortikultura 3. Perkebunan 2 4 2 100.00 4. Peternakan 5. Perikanan Budidaya Ikan Penangkapan Ikan 6. Kehutanan 7. Jasa Pertanian 4. SAPI DAN KERBAU Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 5.805 ekor, terdiri dari 5.446 ekor sapi potong dan 359 ekor kerbau. Jumlah sapi potong betina lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah sapi potong jantan. Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi potong betina sebanyak 3.726 ekor dan jumlah sapi potong jantan sebanyak 1.720 ekor. Sementara itu populasi kerbau betina sebanyak 247 ekor dan jumlah kerbau jantan sebanyak 112 ekor. Gambar 5. Jumlah Sapi Potong dan Kerbau Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 Jantan, 1,720, 32% Jantan, 112 31% Betina, 3,726, 68% Betina, 247 69% Sapi Potong Kerbau Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 11

Kecamatan dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kecamatan Barong Tongkok, dengan jumlah sapi dan kerbau sebanyak 836 ekor. Sedangkan Kecamatan Long Apari adalah kecamatan dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (12 ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Kecamatan Barong Tongkok, yaitu sebanyak 827 ekor. Sedangkan jumlah ternak kerbau terbesar berada di Kecamatan Jempang yang berjumlah 136 ekor. Tabel 7. Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (ekor) Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Jumlah No. Provinsi Betin Jumla Sapi dan Jantan Betina Jumlah Jantan Jantan Betina Jumlah a h Kerbau (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 [010] BONGAN 167 377 544 0 0 0 21 44 65 609 2 [020] JEMPANG 69 191 260 0 0 0 34 102 136 396 3 [030] PENYINGGAHAN 13 84 97 0 0 0 0 0 0 97 4 [040] MUARA PAHU 46 95 141 0 0 0 8 12 20 161 5 [041] SILUQ NGURAI 2 3 5 0 0 0 4 9 13 18 6 [050] MUARA LAWA 57 150 207 0 0 0 7 8 15 222 7 [051] BENTIAN BESAR 10 21 31 0 0 0 14 42 56 87 8 [060] DAMAI 47 82 129 0 0 0 5 9 14 143 9 [061] NYUATAN 51 130 181 0 0 0 1 1 2 183 10 [070] BARONG TONGKOK 298 529 827 0 0 0 4 5 9 836 11 [071] LINGGANG BIGUNG 266 374 640 0 0 0 0 0 0 640 12 [080] MELAK 123 273 396 0 0 0 2 1 3 399 13 [081] SEKOLAQ DARAT 184 476 660 0 0 0 7 11 18 678 14 [082] MANOR BULATN 21 85 106 0 0 0 3 2 5 111 15 [090] LONG IRAM 136 324 460 0 0 0 2 1 3 463 16 [091] TERING 140 370 510 0 0 0 0 0 0 510 17 [100] LONG HUBUNG 47 65 112 0 0 0 0 0 0 112 18 [101] LAHAM 15 41 56 0 0 0 0 0 0 56 19 [110] LONG BAGUN 7 23 30 0 0 0 0 0 0 30 20 [120] LONG PAHANGAI 12 30 42 0 0 0 0 0 0 42 21 [130] LONG APARI 9 3 12 0 0 0 0 0 0 12 22 [02] KUTAI BARAT 1,720 3,726 5,446 0 0 0 112 247 359 5,805 Bila dirinci menurut wilayah (Tabel 6), tiga kecamatan yang memiliki sapi potong paling banyak adalah Kecamatan Barong Tongkok dengan jumlah populasi sebanyak 827 ekor, kemudian Kecamatan Sekolaq Darat (660 ekor), dan Kecamatan Linggang Bigung (640 ekor). Sementara itu, kecamatan yang memiliki sapi potong paling sedikit adalah Kecamatan Long Apari dengan jumlah populasi sebanyak 12 ekor. Kerbau paling banyak terdapat di Kecamatan Jempang dengan jumlah populasi sebanyak 136 ekor, kemudian Kecamatan Bongan ( 65 ekor), dan Kecamatan Bentian Besar (56 ekor). Kecamatan yang sama sekali tidak memiliki populasi kerbau adalah Kecamatan Penyinggahan, Linggang Bigung, Tering serta 5 kecamatan di daerah ulu lainnya. 12 Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013

5. KONSEP DAN DEFINISI Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. Pada kegiatan Sensus Pertanian 2013, pencacahan rumah tangga usaha pertanian dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dan status pengelola usaha pertanian. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST 2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST 2013. Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda. Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian. Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian. Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian. Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 13

Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar. Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian. Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Produksi Hasil Pertanian Sendiri adalah rumah tangga yangg melakukan kegiatan mengubah bahan baku hasil pertanian sendiri menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang lebih tinggi nilainya. Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/lainnya. 14 Berita Resmi Statistik No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013