BAB I PENDAHULUAN. dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Logika merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode dan hukumhukum

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

PERTEMUAN II PENGENALAN LOGIKA

Logika Matematika. Rukmono Budi Utomo March 14, Prodi S3 Matematika FMIPA-ITB

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

Logika Matematika. Rukmono Budi Utomo Pengampu: Prof. Dr. Taufiq Hidayat. March 16, 2016

Dasar Dasar Logika. Oleh: Novy Setya Yunas. Pertemuan 1 dan 2

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

DASAR-DASAR LOGIKA. Ruang Lingkup Logika. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

Silabus. Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS

Silabus. Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS Himpunan Relasi & Fungsi Bagian Aljabar Boolean UAs

DASAR-DASAR LOGIKA. Pemetaan Dasar. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

Pengenalan Logika Informatika. Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng

BAB 7 LOGIKA. Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI UMA 2017

DASAR-DASAR LOGIKA 1

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

MODUL 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22

PENGENALAN LOGIKA INFORMATIKA

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.

PENGENALAN LOGIKA MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ARGUMEN DAN METODE DEDUKSI. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI

: SRI ESTI TRISNO SAMI

PETA PERKULIAHAN MATA KULIAH : LOGIKA MATEMATIKA KODE MATA KULIAH : GD 321. SEMESTER : GANJIL (5) DOSEN : MAULANA, S.Pd., M.Pd.

Hubungan Logika dengan Bahasa, Psikologi, dan Metafisika MAKALAH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : LOGIKA. Dosen Pengampu :Bpk.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk bertindak sesuai dengan pikirannya.

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

LOGIKA MATEMATIKA Talisadika Maifa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

PERTEMUAN 3 DASAR-DASAR LOGIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF

Filsafat Umum. Filsafat Timur. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol

Nama Mata Kuliah LOGIKA FORMAL. Masyhar, MA. Fakultas Psikologi. Modul ke: Fakultas. Program Studi Program Studi.

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

RESUME TENTANG LOGIKA HUKUM

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kata Motivasi. Malas belajar hanya akan membuat suatu pelajaran semakin sulit dipelajari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara berpikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk Apa Belajar Logika? Oleh Al Jupri, S.Pd., M.Sc. Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia 2009

Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015

Ranty Aditya Anggriamurti Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia

untuk mempelajari matematika lebih lanjut. Untuk menunjang kemampuankemampuan tersebut diharapkan Anda dapat menguasai beberapa kompetensi khusus

APAKAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ITU?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Skripsi pada hakikatnya adalah laporan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, untuk bisa

Pendahuluan. Bab I Logika Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

Matematika Industri I

ARGUMEN (ARGUMENT) Drs. C. Jacob, M.Pd LOGIKA BERUSAHA UTK MEMBEDAKAN ARGUMEN VALID (CORRECT) & INVALID (INCORRECT)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

EKSKLUSIF OR (XOR) DEFINISI

METODE RISET (TMK602)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

BAB I PERKEMBANGAN LOGIKA FUZZY

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan orang dalam bahasa matematika melalui tabel, grafik, diagram,

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

UNIVERSITAS PADJADJARAN

I. PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, dalam Permendiknas tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017

SIL/PKP241/01 Revisi : 00 Hal. 1 dari 5 Gasal Judul praktek: - Jam: SILABUS. Menjelaskan epistemologi sebagai bagian dari cabangcabang

Program Studi Teknik Informatika STMIK Tasikmalaya

BAB II. Kajian Teoretis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 5 Proposisi Lanjutan 29 BAB V PROPOSISI LANJUTAN TUJUAN PRAKTIKUM TEORI PENUNJANG

YESI MARINCE, S.IP., M.SI

ARGUMENTASI. Kalimat Deklaratif Kalimat Deklaratif (Proposisi) adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, sejak berabad-abad yang lalu diperlihatkan oleh para ahli

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Etika dan profesi humas

ARGUMEN DAN METODE PENARIKAN KESIMPULAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap rangkaian kehidupan manusia pastilah tidak akan lepas dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasanalasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari berbagai hal yang berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, serta membahas suatu realitas (Poespoprodjo, 1999, h.13). Setiap kali manusia melakukan suatu pekerjaan, berbicara, menulis, mendengarkan, menarik kesimpulan-kesimpulan dari apa yang dilihat atau didengarkan, semuanya diawali dari kegiatan berpikir. Menurut Poespoprojo, Dalam kegiatan berpikir, benar-benar dituntut kesanggupan pengamatan yang kuat dan cermat, melihat hubungan-hubungan, kejanggalan-kejanggalan, kesalahan-kesalahan yang terselubung, waspada terhadap pembenaran diri, serta waspada terhadap prasangka-prasangka yang tidak relevan. Begitu banyak celah untuk melakukan kesalahan dalam berpikir, baik datang dari diri sendiri maupun dari luar. Oleh karena itu, setiap orang harus mengetahui aturan-aturan atau hukum-hukum tentang bagaimana cara berpikir yang benar, atau bagaimana seseorang menentukan apakah penalarannya tepat atau tidak. Hal itu dapat diperoleh dengan mempelajari logika, karena dalam logika kita dapat mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan

untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah (Copi dalam Mundiri, 1994, h. 2). Catatan paling tua tentang logika ditemukan di Yunani, yang merupakan hasil karya Socrates dan Plato, sehingga mereka disebut sebagai perintis logika. Namun pembakuan yang lebih sistematis dilakukan oleh Aristoteles, sehingga orang menganggapnya sebagai bapak logika. Karya Aristoteles tentang logika diberi nama To Organon oleh Andronikos (Poespoprodjo, 1999, h.41-42). Kemudian pada abad XIII lahirlah logika modern yang dipelopori oleh Petrus Hispanus, Raymundus Lullus, dan Welhelm Ocham, logika ini berbeda sekali dengan metode Aristoteles. Selanjutnya para ahli filsafat terus mengembangkan dan menyempurnakan logika (Poespoprodjo, 1999, h.43). Berkembangnya hukum-hukum dan aturan dalam logika ini, menyebabkan konsepsi ilmiah yang menjurus pada munculnya logika simbolis. Bermula dari Leibniz (1636-1934) yang melihat keterbatasan Logika Aristoteles, Leibniz melakukan suatu studi tentang proses berpikir dalam ruang yang lebih luas. Menurutnya, suatu bahasa universal akan dapat dibentuk, jika suatu sistem simbol dapat diciptakan. Kemudian Leibniz menciptakan hukum-hukum simplifikasi, tautologi, identitas, transposisi, komposisi, dan hal lain yang merupakan dasar perkembangan logika simbolis (Poespoprodjo, 1999, h.52-53). J.H. Lambert (1728-1777) melanjutkan studi Leibniz, dan menggunakan simbol matematis untuk mengungkapkan proses logis. Setelah

itu banyak matematisi yang mengembangkan logika dengan menggunakan simbol-simbol matematis, sehingga lahirlah teori logika matematis dan berbagai pengembangannya dari hukum-hukum sebelumnya. Hal ini menyebabkan logika matematis menjadi populer dan pada abad XX logika matematis mengalami zaman Renaissance yang ditandai dengan terbitnya Principia Mathematica Jilid I karya A.N. Whitehead dan Bertrand A. Russel (Poespoprodjo, 1999, h.54). Karena perkembangan logika matematis yang begitu pesat, maka saat ini muncul berbagai anggapan bahwa logika itu merupakan bagian dari matematika dan hanya orang-orang yang bergelut di bidang matematika saja yang bisa mempelajari dan memanfaatkan logika. Dalam simbol-simbol matematis, logika yang seharusnya menjadi milik semua orang menjadi sesuatu yang terkesan sulit dan menakutkan. Simbol-simbol yang diharapkan menjadi bahasa universal justru menjadi alasan bagi orang awam untuk menghindari mempelajarinya. Padahal logika sangat bermanfaat bagi orang-orang yang mempelajarinya. Beberapa manfaat dari logika di antaranya adalah: (1) membantu untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren; (2) meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, objektif, tajam dan mandiri; (3) menambah kecerdasan; (4) memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan asas-asas sistematis; (5) meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan

berpikir, kekeliruan, dan kesesatan; (6) mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian. Namun, karena anggapan bahwa logika milik matematika maka mereka tidak menyadari pentingnya logika sehingga masyarakat kurang memaksimalkan manfaat dari logika. Walaupun pada kenyataannya logika tetaplah digunakan dalam masyarakat. Berdasarkan obyek yang dipelajarinya, logika dibagi ke dalam dua jenis yaitu logika formal dan logika non-formal. Logika formal mempelajari tentang inferensi dalam bahasa formal atau simbolis. Sedangkan logika nonformal mempelajari argumen dan indikator-indikatornya. Studi mengenai penalaran logis merupakan cabang yang penting dalam logika non-formal. Menurut Galotti (Jacob, 1997, h.30) bahwa penalaran logis berarti menstransformasikan informasi yang diberikan untuk memperoleh suatu konklusi. Jadi, logika terutama penalaran logis ini merupakan milik semua orang, dan supaya dapat bernalar dengan benar maka setiap orang harus memiliki pengetahuan tentang penalaran logis ini. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pembenaran pada masyarakat umum bahwa penalaran logis itu milik semua orang dan semua menyadari pentingnya mempelajari penalaran logis. Menurut Matlin penalaran logis terdiri dari penalaran silogistik atau silogisme dan penalaran kondisional (Jacob, 1997, h.30). Silogisme terdiri dari dua premis yang harus diasumsikan benar, ditambah suatu konklusi (Jacob, 1997, h.32). Penalaran kondisional berhubungan dengan pernyataan jika...,

maka... Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam percakapan formal, kedua penalaran logis tersebut seringkali digunakan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui, mempelajari, serta memasyarakatkan penalaran logis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi indikatorindikator apa saja yang ada dalam penalaran logis. Selain itu perlu juga adanya transfer bahasa matematis yang penuh dengan simbol-simbol ke dalam bahasa yang mudah dicerna dan difahami oleh setiap orang. Dengan adanya transfer bahasa dan identifikasi terhadap indikatorindikator yang ada dalam penalaran logis ini, maka diharapkan bahwa setiap orang dapat dengan mudah mempelajari penalaran logis, sehingga manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh orang-orang yang bergelut dalam bidang matematika, tetapi dirasakan juga oleh setiap orang. Untuk lebih memahami dan mempelajari penalaran logis, maka penalaran kondisional yang merupakan bagian dari penalaran logis ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan utama. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana validitas dari tipe-tipe penalaran kondisional? 2. Bagaimana mengidentifikasi indikator-indikator yang ada dalam penalaran kondisional?

3. Bagaimana menentukan argumen yang valid dan argumen yang tidak valid? 4. Bagaimana menggunakan penalaran kondisional dalam kehidupan seharihari dan matematika? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui validitas dari tipe-tipe penalaran kondisional. 2. Mengetahui indikator-indikator yang ada dalam penalaran kondisional. 3. Mengetahui mana argumen yang valid dan argumen yang tidak valid. 4. Mengetahui penggunaan penalaran kondisional dalam kehidupan seharihari dan matematika.