YUNITA WAHYUDI. Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Produksi Krisan Potong dengan Menggunakan Analisis Biaya Sumberdaya Domestik (Studi Kasus di PT. X, Desa Kawung Luwuk, Kecamatan Sukaresmi- Cipanas, Jawa Barat), dibawah bimbingan Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Total hasil industri bunga -nasional diperkirakan pada tahun 1996 adalah sebesar Rp. 57,s milyar atas dasar pengamatan konsumsi dan terus bertumbuh sebesar 15-25% untuk mencapai nilai permintaan dalam negeri Rp. 428 milyar pada tahun 2005. (ASBINDO, 1997). Hal ini menunjukkan bahwa bisnis bunga dalam negeri mencakup nilai transaksi yang tidak kecil dan melibatkan banyak tenaga manusia. Selain itu permintaan bunga potong krisan dunia sampai saat ini belum dapat diimbangi dengan produksi yang ada. Hal ini disebabkan karena semakin mahalnya lahan dan tenaga kerja di negara-negara maju. Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa perkembangan permintaan hortikultura Indonesia, termasuk bunga potong cukup prospektif. Namun demikian, usaha bunga potong krisan ini memerlukan su~nberdaya (modal, lahan, dan lain-lain) yang tidak sedikit, sedangkan sumberdaya yang tersisa semakin terbatas sehingga harus diusahakan seefisien mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh dari pengusahaan krisan potong, baik dari sisi finansial maupun ekonomi; tingkat keung.qian komparatif dan kompetitif pengusahaan krisan potocg serta untuk ~ dan kompetitif. Data penelitian yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiii dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan dan wawancara di PT. X. Data sekunder diperoleh dari lembaga dan instansi terkait. Hasil analisis pendapatan finansial maupun ekonomi menunjukkan bahwa pengusahaan krisan potong di PT. X pada tipe spray maupun standar menguntungkan untuk kedua orientasi perdagangan, yaitu promosi ekspor (PE) dan perdagangan antardaerah (FAD). Hal ini ditunjukkan dari nilainya yang positif. Pada analisis pendapatan finansial per seribu tangkai krisan potong, pendapatan terbesar diperoleh
~. dari produksi krisan potong tipe standar untuk orientasi PAD, yaitu sebesar 86,050.23 rupiah. Sedangkan dari hasil analisis pendapatan ekonomi, pendapatan yang terbesar diperoleh dari produksi krisan potong tipe standar untuk orientasi PE, yaitu sebesar 679,106.66 rupiah. Adanya perbedaan pada kedua pendapatan tersebut disebabkan oleh perbedaan dasar penilaian harga input dan output. Dilihat dari hasil perhitungan nilai BSD dan koefisien BSD (KBSD) pengusahaan krisan potong tipe spray dan standar untuk orientasi PE dan orientasi PAD di lokasi penelitian, yaitu di PT. X, berkisar antara Rp 3,112.89lUS $ hingga Rp 4,757.26111s $ seluruhnya lebih kecil dari harga bayangan nilai tukar uang yang bernilai 7,667.00 rupiah per dolar, artinya untuk menghasilkan satu satuan unit devisa hanya diperlukan harga bayangan nilai tukar uang sebesar 7,667.00 rupiah per dolar. Sedangkan DSD di kedua tipe krisan potong dan kedua orientasi perdagangan tersebut bernilai kurang dari satu, berkisar antara 0.406 hingga 0.620, berarti untuk menghasilkan satu satuan devisa yang dinilai dengan harga bayangan nilai tukar uang hanya diperlukan pengorbanan sebesar 0.406 hingga 0.620. Hal ini mencerminkan bahwa produksi krisan potong baik tipe spray maupun tipe standar di PT. X mempunyai keunggulan komparatif dan dapat dikatakan efisien secara ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya domestik. Secara ekonomi pengusahaan krisan potong di PT. X yang paling efisien dalam menghemat sumberdaya domestik adalah jika diusahakan pada krisan potong tipe standar dengan orientasi perdagangan promosi ekspor. uruh tipe danorientasi perdagangan krisanpotong di PT: Xmempunyai ~ nilai BSDh yang lebih kecil dari nilai tukar uang resmi yang berlaku yaitu sebesar 7 598 rupiah per dolar AS. Hal ini menyebabkan nilai KBSD" lebih kecil dari satu, pang nilainya berkisar antara 0.861 sampai 0.948, sehingga dapat dikatakan menipunyai keunggulan kompetitif dan dapat bersaing di pasar internasional dengan asumsi adanya sisitem pemasaran dan intervensi dari pemerintah. Nilai KBSD* yang terendah adalah : krisan potong tipe standar- dengan orientasi perdagangan antardaerah, menandakan bahwa krisan potong tersebut lebih memiliki keunggulan kompetitif. Dengan demikian, perusahaan akan lebih untung bila pengusahaankrisan