Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK KEAKTORAN TOKOH NYI CINDHE

Enggit Arjanggi. Mahasiswa pendidikan Seni Drama Tari Musik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri. Surabaya,

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

TEKNIK PENYUTRADARAAN LUDRUK-AN DENGAN NASKAH NYI CINDHE AMOH KARYA CAK EDI KARYA SUTRADARA AHMAD FATONI Ahmad Fatoni

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D.

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 5. DRAMALatihan Soal 5.5. Pembahasan Teks : Orang yang mengatur jalannya pertunjukan drama disebut sutradara

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

KD Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

SILABUS PEMBELAJARAN

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

SILABUS PEMBELAJARAN

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENULISAN NASKAH DRAMA

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. The House of Bernarda Alba (La Casa De Bernarda Alba) karya Federico

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL RANCANGAN PRODUKSI. pendek) yang berjudul sama, Sepeda Untuk Shania karangan Aditya Rizky

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik

1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Pert Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar Kegiatan Pembelajaran Rujukan

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

Karena teater cenderung merupakan cakupan semua jenis seni BAB 3 ELEMEN-ELEMEN TEATER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

TEKNIK PENYUTRADARAAN PADA NASKAH DRAMA HANYA SATU KALI KARYA HOLWORTHY HALL & ROBERT MIDDLEMASS SADURAN SITOR SITUMORANG SUTRADARA ILHAM AULIA Ilham Aulia 09020134206 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, iambaroz19@gmail.com Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd. Dosen Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Surabaya, hidajadarif@yahoo.com Abstrak Naskah drama Hanya Satu Kali karya Sitor Situmorang merupakan saduran dari naskah The Valiant karya Holworthy Hall & Robert Middlemass. Menceritakan tentang seorang terpidana mati yang akan segera dieksekusi, namun masih terdapat beberapa persoalan yang belum usai dan sedikit mengganggu pikirannya. Dari naskah tersebut disadur karena terdapat kesesuaian dengan peristiwa Agresi Militer Belanda II dan pemberontakan di Madiun. Sehingga penulis tertarik untuk menyutradarai naskah ini untuk dibawa kembali pada tahun 1956 dimana pada tahun tersebut yang mendekati dengan 2 peristiwa tersebut. Teori penyutradaraan dengan menggunakan pengembangan teknik penyutradaraan W.S. Rendra dan Suyatna Anirun digunakan penulis untuk menciptakan sebuah pertunjukan yang hidup dan pesan tersirat dapat tersampaikan secara utuh. Langkah yang dilakukan yang paling mendasar adalah eksplorasi, lalu masuk pada tahap memberi isi dan ruh dalam peran, berikutnya yaitu tahap pengembangan. Setelah langkah dasar sudah tercapai, hasil tersebut secara rutin kembali dimantapkan dengan memberi arahan latihan pada umumnya. Hingga pada pertunjukan dan evaluasi secara menyeluruh baik itu tim artistik dan juga tim produksi. Pada proses penyutradaraan naskah Hanya Satu Kali pencapaian yang diharapkan sutradara adalah mampu meramu dan meracik dengan menggunakan kombinasi teknik-teknik penyutradaraan yang sudah ada. Sehingga formula tersebut mampu diaplikasikan menjadi satu kesatuan dan sebuah pertunjukan yang utuh untuk dijadikan sebuah tuntunan bukan hanya sebagai tontonan. Kata kunci: Teknik, Penyutradaraan, Realis 1

PENDAHULUAN Perkembangan teater dan sifat yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia sebagai pengabdi kepentingan umat manusia merupakan hal yang memiliki ketertarikan tersendiri bagi penulis. Karenanya penulis menuangkan gagasan dalam bentuk sajian tugas akhir karya. Naskah yang penulis analisa sebagai aplikasi tindakan proses selama perkuliahan adalah naskah Hanya Satu Kali, disadur oleh Sitor Situmorang kedalam bahasa Indonesia dari naskah drama radio dengan judul The Valiant karya Holworthy Hall & Robert Middlemass. Naskah drama Hanya Satu Kali merupakan naskah kategori drama realis dimana kisah yang diangkat merupakan sebuah hasil dari proses transformasi dari realita pada saat terjadi pemberontakan besar-besaran di Indonesia. Secara tidak disadari, lewat sudut pandang tertentu segala bahan dan interpretasi terhadap dunia luar harus diseleksi. Teater realis sendiri ditentukan oleh sikap atau perlakuan manusia dalam menyikapi kehidupannya secara langsung, sebab teater realis adalah representasi kehidupan sehari-hari. Di dalam naskah drama Hanya Satu Kali saduran Sitor Situmorang ini menarik untuk dianalisa dan dipentaskan dengan latar belakang bagaimana membentuk jati diri dari seorang manusia. Bercerita tentang seorang tahanan dalam sebuah kasus pembunuhan yang akan menjalani hukuman mati di tiang gantungan. Sedangkan yang menjadi persoalan adalah tidak ada seorangpun yang mengetahui jati diri tahanan ini, membuat banyak orang bertanya siapakah dia, apakah keluarga mereka yang telah lama hilang atau hanya sekedar ingin tahu identitas tahanan tersebut. Melihat keadaan yang terdapat dalam naskah ini, penulis berpandangan bahwa perkembangan sistim informasi saat ini dengan gambaran yang diangkat, yang secara tidak langsung berpengaruh dan membentuk karakteristik manusianya. Sumber informasi untuk mencari tahu dan isu-isu yang beredar mempengaruhi sudut pandang individu. Hal itu pula yang kemudian membuat mayoritas masyarakat menjadi labil dan juga gampang dipengaruhi. Sedangkan secara tersirat makna yang ditangkap penulis dari naskah Hanya Satu Kali saduran Sitor Situmorang ini adalah bagaimana tokoh utama dalam naskah ini 2

yaitu Sudarso menyembunyikan identitas yang sebenarnya. Kekuatan sifat idealis tokoh Sudarso yang memilih untuk tetap menjadi seorang pembunuh dan akan menjalani eksekusi mati tanpa mempedulikan pertanyaan orang-orang, dari surat-surat yang dikirimkan padanya atau bahkan penghuni penjara termasuk kepala penjara itu sendiri. Dalam hal ini keberadaannya menjadi sangat penting dan mampu mempengaruhi jalan hidup orang lain di sekitarnya sehingga dari diri seorang Sudarso yang meyakini dan mendasari keputusannya tersebut, penulis menangkap dan memasukkan ke dalam latar belakang ketertarikan penulis untuk menggarap naskah drama Hanya Satu Kali sebagai sutradara. Penulis merasakan bahwa realitas yang pernah penulis alami memiliki ikatan emosional seperti apa yang dirasakan Sudarso dalam naskah tersebut. PEMBAHASAN 4.1. Pra Penciptaan Pra penciptaan penulis lakukan dengan tahapan membaca naskah berulang-ulang, dari sana penulis berimajinasi ingin membawa pementasan tersebut dalam Penulis merasa tertantang untuk membawa naskah ini ke tahun dimana naskah Hanya Satu Kali disadur yaitu tahun 1956. 4.1.1. Memilih Naskah Proses awal bagi seorang seorang sutradara adalah pijakan untuk merencanakan proses penciptaan. Memilih naskah adalah salah satu yang harus dilakukan seorang creator dalam menciptakan karya yang akan dipentaskannya. Adapun naskah Hanya Satu Kali adalah keputusan terakhir penulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Meskipun sebelumnya penulis juga sempat berfikir bahwa naskah ini sangat berat untuk digarap, tetapi penulis sangat percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam kehidupan ini, akhirnya penulis memutuskan bahwa naskah Hanya Satu Kali adalah naskah yang penulis pentaskan sebagai Tugas Akhir. 4.1.2. Analisa Naskah Naskah Hanya Satu Kali adalah sebuah naskah dengan jalinan konflik yang sangat sederhana, sehingga terkesan naskah ini begitu linear strukturnya. Bagi penulis hal itu adalah sebuah tantangan dalam penggarapan menuju pementasan naskah saduran Sitor Situmorang 3

ini, agar tidak terjadi kebosanan (monoton) sehingga akhir kisah yang menjadi kunci, membuka tanda-tanda dari persoalan yang dihadapi setiap tokoh terhadap Soedarso yang muncul di awal. 4.1.3. Observasi Untuk memudahkan proses pencarian, sutradara perlu menilik segala aspek yang dirasa bisa menunjang kekaryaan dan penulisan yang digarapnya. Dalam hal ini sutradara melakukan studi pustaka terlebih dahulu dengan banyak mencari data pustaka maupun narasumber yang berkaitan dengan naskah, selain itu sutradara juga melakukan banyak diskusi dengan beberapa orang yang pernah menggarap naskah realis, sutradara memilih beberapa pementasan teater realis yang telah penulis dapatkan dari media online sebagai bahan studi banding dan observasi. 4.1.4. Memilih Aktor Proses pemilihan aktor dengan menggunakan Casting to Type penulis lakukan, yaitu pemilihan berdasarkan kecocokan fisik si pemain yang meliputi tinggi badan, bentuk tubuh serta dan lain-lain demi mendapatkan karakter yang sesuai dengan peran yang penulis inginkan. Karena untuk membawakan tokoh-tokoh dalam naskah ini bisa dibilang tidak mudah. 4.1.5. Penyatuan Pemikiran Dalam menciptakan sebuah pagelaran, mencakup tim kreatif yang membantu dalam bekerja sebagai tim pelaksana dari pra hingga pasca pertunjukan. Diawal persiapan mereka diberikan wacana untuk kemudian merealisasikan rencana yang telah disusun, dalam hal ini adalah menyelenggarakan pertunjukan. Pentingnya penyatuan pikiran antar sesama tim kreatif agar proses dan penciptaan kekaryaan berjalan dalam satu tujuan yang sama. 4.2. Penyutradaraan Drama Realis Hanya Satu Kali 4.2.1. Olah pikiran 5. Mengolah pikiran bukan hanya sekadar berpikir, namun pengolahan disini berarti melakukan pencarian dari berbagai kemungkinan cara untuk menggarap naskah ini. Untuk membedah naskah ini. dalam 4

pembahasaan W.S. Rendra maka penulis mengambil spirit Permainan Yang Hidup yaitu seorang aktor yang baik adalah yang bisa menjelmakan perannya dengan sangat baik sekali sehingga ia harus benar-benar bisa menghayati perannya itu. Artinya ia harus bisa membuat fikiran, perasaan, watak, dan jasmaninya berubah untuk sementara, menjadi pikiran, perasaan, watak, dan jasmani peran yang ia mainkan. (Rendra, 2009:1) 4.2.2. Bedah naskah Setelah penulis melakukan pengembangan dalam pemikiran kemudian penulis menerapkannya dalam membedah naskah yang penulis garap tersebut, pertama naskah penulis bedah adapun langkah awal yang penulis lakukan ialah dengan membaca naskah tersebut berulangulang, karena menurut Suyatna Anirun naskah ialah instansi pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan sutradara dan aktor (Suyatna Anirun, 2002:56) 4.2.3. Olah Tubuh Aktor Penulis juga menggunakan teknik latihan keaktoran Rendra untuk memperhitungkan segala kemungkinan baik positif maupun negatif yang terjadi ketika proses kreatif berlangsung. Setelah memilih naskah, teknik penyiasatan medan digunakan untuk memaksimalkan proses kreatif yang berhubungan dengan kondisi dan situasi sekitar area permainan berlangsung. Oleh karena itu seorang sutradara membaca keadaan di sekitarnya agar proses kreatif berjalan lancar. Imajinasi dalam berperan sangat penting karena dalam berperan, seorang aktor berpurapura menjadi orang lain secara sungguh-sungguh dan untuk itu diperlukan daya imajinasi seseorang, sehingga kepurapuraannya itu tidak diketahui oleh penonton. Proses pelatihannya antara lain : 4.2.3.1. Kelenturan Proses awal kelenturan ini digunakan agar meregangkan tubuh yang sudah lama tidak berolahraga. Latihan ini wajib dilakukan mengingat 5

permainan diatas panggung membutuhkan stamina yang prima agar emosi juga mampu dikontrol. Berjalan menekuk lutut, dan menggerak-gerakan tubuh dengan lincah setiap berdialog diselipkan agar vokal para aktor terbiasa. 4.2.3.2. Pencak Dimaksudkan agar setiap gerakan, motivasi, bisnis akting terlihat tegas dan memiliki isi. Proses pelatihan pencak sendiri dikombinasikan dengan gerakan stilisasi tarian sederhana yang dikomando Enggit serta Andy. 4.2.3.3. Pemantapan Dalam proses pemantapan penulis memberi latihan ala militer yang lebih membutuhkan ketahanan daya tubuh serta reflek yang baik. Hal ini dimaksudkan agar menghindari kemungkinan terburuk di atas panggung dalam menyikapi suasana serta mengimbangi silent act. 4.2.4. Reading Setelah para aktor bisa mengontrol antara pernafasan dan vokal dalam waktu bersamaan, latihan selanjutnya penulis arahkan pada reading yang tentu saja berdasarkan membaca naskah biasa tanpa memberikan tendensi apa-apa misalnya membaca tanpa emosi, kemudian membaca cepat, membaca lambat, dan kemudian membaca dengan bermain-main bahkan juga menyanyikan masing-masing dialog dalam latihan reading, hingga pada akhirnya masingmasing dialog membekas dalam ingatan para aktor. Antara lain : - Membaca keselurahan dialog beserta kramagung dalam naskah dengan cepat tanpa tanda baca. - Membaca per suku kata - Membaca pelan dengan ekspresi - Membaca datar 4.2.5. Eksplorasi 4.2.5.1. Eksplorasi cerita dan Karakter tokoh 6

Hal pertama yang harus diketahui dan dipahami aktor terlebih dahulu apa itu eksplorasi, dan kemudian mencoba menerapkannya mulai dari bentuk yang sederhana. Adapun eksplorasi cerita yang dilakukan tanpa ada dialog, para aktor mengeksplorasi cerita dengan tubuh sampai pada menemukan pendekatan karakter tokoh yang di inginkan, akhirnya setelah itu baru kemudian dimulai dengan menggunakan dialog cerita naskah. 4.2.5.2. Eksplorasi aksi dan emosi Eksplorasi aksi dan emosi merupakan suatu tahapan latihan yang membutuhkan konsentrasi penuh terhadap lawan main mengingat naskah ini termasuk kategori drama tragedi. Setiap dialog membutuhkan emosi dan tindakan yang pas agar tidak seperti berlebihan atau bahkan monoton. Musikalitas dalam masing-masing aktor harus bisa dikontrol sesuai dengan keinginan guna membuat penonton ikut terbawa dalam suasana. 4.2.4.3. Properti dan Hand Properti Property dan hand property merupakan faktor pendukung yang bisa membantu para aktor dalam berakting dan memperkaya bisnis akting. Keberadaan properti yang terdapat dalam naskah penulis hadirkan dan ditambah agar sesuai dengan kebutuhan dan mampu menunjang permainan aktor seperti menghadirkan meja, bufet, sofa, kursi kantor, meja kantor, rak buku, dan sebagainya. 4.2.4.4. Eksplorasi setting panggung Setting panggung merupakan penunjang yang sangat penting dalam pertunjukan. Bagi sutradara, setting berfungsi sebagai penguat gambaran peristiwa, alat bantu aktor ketika berperan, dan juga pembangun imajinasi penonton. 4.2.4.5. Eksplorasi Komposisi Penulis merencanakan pengaturan komposisi lakon yang menurut dia mampu menghasilkan suatu 7

pertunjukan yang hidup, dramatis dan menarik. Untuk itu penulis memberi intruksi agar aktor lebih peka, karena mereka diajak bereksplorasi komposisi agar terbiasa menyadari komposisi ketika bermain. Eksplorasi komposisi baik dimulai dari tubuh pemeran, kemudian mengalir pada respon komposisi blocking dengan menggunakan property, hand property, dan setting. 4.2.5.6. Moving dan Bloking Moving adalah setiap gerakan yang dilakukan oleh seorang pemeran berhubungan langsung dengan motivasi yang mendorong perbuatan tersebut. Serta bloking adalah upaya untuk menghidupkan laku dengan gerakan-gerakan ke arah posisi tertentu. (Anirun, Suyatna. Menjadi Sutradara; 109-110 ) 4.3. Pementasan 4.3.1. Struktur Dramatik Struktur dramatik setiap naskah drama tentu saja berbeda-beda, misalnya ada naskah yang memiliki struktur dramatik konvensional, biasanya sering terdapat pada naskah-naskah realis. Pada naskah Hanya Satu Kali sutradara menggunakan plot linear dimana dalam jalinan peristiwa yang dibangun berpusat pada satu titik temu dan meletakkannya di akhir cerita. 1. Adegan Pertama ( Eksposisi ) Kepala Penjara dan Ulama sedang berdiskusi untuk mencari tahu keterangan dari tokoh Soedarso. Ulama dipersilahkan berangkat untuk mendampingi Soedarso, sedangkan Kepala Penjara semakin panik ketika Opas masuk dan membawa berkasberkas yang diminta dan kembali melanjutkan membuat laporan. Opas berangkat untuk mempersiapkan tempat berlangsungnya hukuman gantung akan dilaksanakan. Tidak lama kemudian, Ulama memasuki ruang kantor. Kepala Penjara menanyakan apakah Soedarso sudah mau mengakui dirinya yang sebenarnya, dan semakin keheranan dengan tingkah 8

lakunya. Ditengah perasaan dan pikiran Kepala Penjara yang semakin tertekan dan terdesak, dia mendapat telepon dari Karesidenan untuk menunda penggantungan Soedarso karena ada seorang Gadis yang mengaku adik Soedarso ingin mencari tahu benar tidaknya tahanan mati tersebut kakaknya atau bukan. 2. Adegan 2 ( Konflik ) Soedarso masuk dan bertemu dengan Gadis, acuh tak acuh dan berusaha menyembunyikan reaksinya. Gadis mulai menanyakan masa lalu dan kenangan-kenangan bersama kakaknya dan berharap bahwa Soedarso akan mengingatnya, namun yang keluar dari mulut Soedarso bertolak belakang dengan keinginan Gadis. Soedarso semakin berusaha menghindar dari pertanyaan-pertanyaan Gadis. 3. Adegan 3 ( Komplikasi ) Soedarso mengetahui keadaan ibu sedang sakit keras, dan merasa bersalah karena perbuatannya. Berusaha mencari hal yang bisa menenangkan dan meredam kegelisahan ibu. 4. Adegan 4 ( Klimaks ) Dengan perasaan berat hati karena hanya tinggal menghitung menit menuju ke tiang gantungan untuk dieksekusi, Soedarso dipertemukan dengan adiknya. 5. Adegan 5 ( Penyelesaian ) Dalam keadaan hati dan pikiran berkecamuk, Soedarso berjalan selangkah demi selangkah semakin mantap dan yakin menuju tiang gantungan sendiri tanpa dibantu. Ulama dan Kepala Penjara masih dengan pikiran bertanya-tanya namun juga harus menjalankan tugas negara untuk melaksanakan eksekusi mati. 4.3.2. Suasana Suasana dalam naskah Hanya Satu Kali dibangun sutradara menjadi situasi yang genting, waktu di dalam ruang kantor setiap detiknya menjadi sangat berharga karena itu apapun yang disampaikan terdakwa disini yaitu Soedarso bersifat penting. Penuh emosi kekesalan, 9

penyesalan, gelisah, terdesak, marah, terharu dibangun perlahan dari tiap persoalan. Suasana dalam setiap pemeran masing-masing yang akan mempengaruhi dan membuat suasana di dalam ruangan menjadi semakin berarti. 5.1.1. Tata Teknik Pentas Pentingnya dalam menata tiap teknik-teknik dalam menciptakan pementasan yang ideal, sehingga persoalan teknis dalam setiap pementasan seakan-akan bisa tersamarkan, dalam hal ini, dari penempatan setting dan properti yang ada di atas panggung. 4.3.3.1. Setting Setting dalam naskah Hanya Satu Kali ini dipentaskan dalam panggung prosenium yang mengambil gambaran di dalam sebuah kantor rumah tahanan atau penjara. Serta pementasan ini dibawa pada tahun 1950-an yang benar-benar mendukung keadaan saat itu sehingga aktor bisa merasakan suasananya. Dengan memberikan aksen pintu-pintu sel yang menunjukkan bahwa latar tersebut adalah kantor rumah tahanan sehingga akan memberikan perbedaan dengan kantor polisi atau sejenisnya. 4.3.3.2. Properti Adapun properti yang mendukung dan menjadi simbol bahwa keadaan saat itu berada pada tahun 1950-an, serta menjadikan aktor atau aktris kaya dalam mengeksplorasi dan menghidupkan properti yang dihadirkan. 4.3.3.3. Tata Rias dan Busana Penciptaan tata rias dan busana diharapkan memperkuat karakter tokoh yang penulis ciptakan. Make-up dalam sebuah pementasan adalah sebagai media memperkuat karakter serta menjelaskan tokoh yang diperankan. Selain media memperkuat karakter serta menjelaskan tokoh yang diperankan. 4.3.3.4. Musik Ilustrasi Musik ilustrasi adalah elemen yang juga sangat penting dalam setiap 10

pementasan, karena dengan musik juga bisa dijadikan sebagai penanda, baik itu pergantian adegan, maupun peningkatan suasana adegan. Musik ilustrasi disini tidak hanya sebagai pengiring, melainkan juga menjadi salah satu bahasa isyarat non verbal dalam penegasanpengadeganan, sehingga setiap aksi dan reaksi yang dimunculkan oleh masing masing aktor menjadi kuat, sehingga menjadi spektakel yang bisa membangunkan penonton untuk meresapi setiap adegan. PENUTUP Naskah Hanya Satu Kali bagi seorang sutradara adalah suatu hal yang lebih dari sekedar pesan. Pada proses penyutradaraan naskah Hanya Satu Kali, sutradara meramu teknik penyutradaraan Suyatna Anirun dan W.S Rendra yang kemudian dikombinasikan demi mendapatkan pertunjukan yang diinginkan. Teknik yang penulis gunakan disesuaikan dengan kebutuhan naskah Hanya Satu Kali. Teknik yang dimaksud adalah : 5.1.2. Perencanaan 5.1.3. Memilih naskah garapan 5.1.4. Mengkaji naskah 5.1.5. Penentuan versi dan type produksi 5.1.6. Memilih pemain 5.1.7. Proses produksi Sedangkan dari kerangka pemikiran di atas untuk mengolah aktor, penulis menggunakan metode pelatihan sebelas langkah menciptakan peran yang dikemukakan W.S. Rendra. Sutradara adalah pusat dari segala aspek yang dibutuhkan pada suatu tim produksi. Kesuksesan pertunjukan dan produksi ditentukan juga oleh kesiapan seorang sutradara untuk memimpin timnya, dimulai dari divisi terkecil hingga yang terbesar. 11

DAFTAR RUJUKAN Anirun, Suyatna. 2002. Menjadi Sutradara. Bandung. STSI Press Rendra, W.S. 2007. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta. Burung Merak Press 12