BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan berbagai tujuan dan menggunakan jenis transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB I PENDAHULUAN. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan yang pesat dalam segala aspek kehidupan mendorong

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan mensejahterakan masyarakat. Dalam mendukung peran pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. memilki banyak pulau sehingga moda transportasi udara dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 56,5 persen dari total jumlah penduduk (Kelas Menengah dan Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. menuju lokasi yang sangat jauh. Khususnya transportasi udara saat ini banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

perputaran roda ekonomi semakin cepat. Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang cukup penting bagi pembangunan suatu negara. Transportasi berperan sebagai

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

BAB I PENDAHULUAN. persaingan didalam dunia usaha hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Strategi Bisnis (Business Strategy Analysis)

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia berkaitan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

1 PENDAHULUAN. 1 Sumber dari 2 Sumber dari

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Daftar Maskapai Penerbangan di Indonesia Nama Maskapai Penerbangan

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini memberikan perubahan yang sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu:

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan perkembangan bisnis. Secara letak geografis, Indonesia

TINGKAT PEMAHAMAN PENUMPANG LCC (LOW COST CARRIER) TERHADAP PENGEMBALIAN UANG (REFUND) DI BANDARA INTERNASIONAL ADI SOETJIPTO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vii

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan penerbangan adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang angkutan udara yang mengangkut penumpang, barang, pos, dan kegiatan keudaraan lainnya dengan memungut bayaran, dengan menggunakan pesawat terbang bersayap tetap (fixed wing) maupun bersayap putar (rotary wing) yang melakukan kegiatan penerbangan secara berjadwal maupun tidak berjadwal (Handoyo dan Sudibyo, 2011:14). Berdasarkan data dari Kementrian Perhubungan Republik Indonesia tahun 2014, industri penerbangan sedang mengalami perkembangan. Jumlah penumpang pesawat domestik tahun 2009 sampai dengan 2013 terus meningkat. Selain itu jumlah perusahaan penerbangan komersial pun terus meningkat dan pangsa pasarnya di dominasi oleh maskapai berbiaya rendah atau Low Cost Carrier. Hingga tahun 2014 terdapat 15 penerbangan komersial yang terdaftar dan masih beroperasi di Indonesia. Empat diantaranya kategori full service, empat diantaranya kategori LCC, dan sisanya maskapai penerbangan khusus seperti private airlines dan penerbangan wilayah Indonesia bagian timur (www.hubud.dephub.go.id diakses pada tanggal 29 Oktober 2014). Pertumbuhan maskapai penerbangan kategori Low Cost Carrier di Indonesia itu sendiri hampir mendekati 80% dari penerbangan domestik (www.centreforaviation.com diakses pada tanggal 29 Oktober 2014). Maskapai penerbangan Low Cost Carrier (LCC) adalah maskapai penerbangan yang memberikan tarif rendah dengan gantinya menghapus beberapa layanan yang biasa didapatkan oleh penumpang. Konsep ini diperkenalkan di Amerika Serikat sebelum menyebar ke Eropa pada awal 1990-an dan seluruh dunia. Model bisnis yang diterapkan maskapai Low Cost Carrier adalah efisiensi. Dimana maskapai berusaha menekan segala pengeluaran seminimal mungkin mulai dari penghematan bahan bakar hingga jumlah SDM yang dimiliki. Pada maskapai LCC, penumpang hanya perlu membayar fasilitas yang ia butuhkan seperti nomer tempat duduk, bagasi, serta makanan saat di pesawat 1

(www.kompas.com, diaskes pada tanggal 10 Januari 2015). Berikut adalah gambaran empat maskapai low cost carrier yang digunakan sebagai objek penelitian ini. Gambaran objek penelitian mencakup nama maskapai, market share, tahun beroperasi, armada, rute, dan logo maskapai. No 1. Tabel 1.1 Maskapai Kategori Low Cost Carrier di Indonesia Tahun 2014 Nama Maskapai & Tagline Lion Air We Make People Fly 2. Air Asia "Now Everyone Can Fly" 3. Citilink Your Right Link 4. Wings Air Fly Is Cheap Market Share (Tahun 2013) Tahun Beroperasi 67% 2000 15% 2001 11% 2012 7% 2002 Armada Rute Logo 178 armada a. Boeing 737-900ER b. Boeing 737-300 c. Boeing 737-400 d. Boeing MD- 90 29 armada a. Boeing 737 b. Airbus A320 c. A320neo 29 armada a. Airbus A320 b. Boeing 737-300 c. Boeing 737-400. 30 armada a. ATR 72-500 b. ATR 72-600 Sumber: www.airasia.com, www.lionair.co.id, dan www.citilink.co.id (diakses pada tanggal 30 Desember 2014) 36 36 70 47 1.2 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya memperoleh maanfaat dari kegiatan-kegiatan sosial ekonomi, hampir semua individu melakukan pergerakan atau perjalanan. Kegiatan sosial ekonomi tersebut seperti rekreasi, pendidikan, perbelanjaan, lapangan kerja, serta peluang lainnya. Hal tersebut memerlukan jasa transportasi sehingga gerakan atau perjalanan dapat terjadi dan berlangsung (Gunawan, 2014:7). Pergerakan atau 2

Jum;ah Penumpang (jutaan) perjalanan tersebut dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Definisi dari transportasi itu sendiri adalah kegiatan untuk melakukan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain (Salim, 2013:6). Transportasi terbagi menjadi tiga yaitu transportasi darat, transportasi udara, dan transportasi laut. Dimana transportasi darat mencakup transportasi jalan raya dan rel kereta seperti, mobil, motor, kereta api, truk, dan bus. Transportasi laut mencakup transportasi di laut, danau, atau sungai, seperti kapal laut. Sedangkan transportasi udara seperti pesawat terbang dan helikopter (Salim, 2013:11). Pertumbuhan penumpang dengan transportasi darat terlihat terus meningkat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Berikut adalah data jumlah penumpang transportasi darat, laut, dan udara. Gambar 1.1 Jumlah Penumpang Transportasi Darat, Laut, dan Udara Tahun 2009-2013 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014) Jumlah Penumpang Transportasi Darat, Laut, dan Udara Tahun 2009-2013 120000000 100000000 80000000 60000000 40000000 20000000 0 2009 2010 2011 2012 2013 Transportasi Darat 67539716 77110424 85800688 94575473 104334979 Transportasi Laut 1422296 1313713 1476547 1459466 1260473 Transportasi Udara 39915283 51932170 63558752 68610219 65286338 Gambar 1.1 menunjukan penumpang transportasi darat dan udara yang meningkat dalam lima tahun. Namun peningkatan jumlah transportasi darat merupakan akumulasi penumpang dari berbagai jenis moda transportasi darat 3

Jumlah Penumpang (jutaan) yang ada seperti kendaraan roda dua dan roda empat. Peningkatan transportasi udara yaitu peningkatan dari penumpang pesawat terbang yang merupakan moda transportasi udara satu-satunya. Penumpang menggunakan jasa transportasi ini untuk keberangkatan domestik maupun internasional. Dari peningkatan jumlah penumpang pesawat terbang di Indonesia, terlihat penerbangan domestik lebih mendominasi dibanding penerbangan internasional. Berdasarkan perhitungan CAGR, pertumbuhan penerbangan domestik mencapai angka 11,05% sedangkan penerbangan internasional mencapai angka pertumbuhan sebesar 6,49%. Berikut gambar pertumbuhan jumlah penumpang domestik dan internasional di Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2013. Gambar 1.2 Pertumbuhan Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Indonesia Tahun 2009-2013 Sumber: www.hubud.dephub.go.id (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014) Pertumbuhan Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Indonesia Tahun 2009-2013 60000000 40000000 20000000 0 2009 2010 2011 2012 2013 Domestik 33356493 42690966 53311102 56944538 56351178 Internasional 6558790 9241204 10247650 11665681 9176030 Peningkatan jumlah penumpang pesawat terbang dipengaruhi oleh berbagai fenomena yang terjadi khususnya di industri penerbangan. Dalam portal nasional Indonesia (www.indonesia.go.id diakses pada tanggal 29 Oktober 2014), Indonesia terdiri dari 17.508 pulau dan Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Disebut sebagai negara kepulauan terbesar didunia menjadikan pesawat terbang lebih diandalkan terlebih saat transportasi lain membutuhkan waktu yang lama atau bahkan tidak mampu untuk menjangkau tempat tujuan. 4

Selain kondisi geografis, pertumbuhan transportasi udara dapat didukung oleh tingginya kemampuan daya beli dari masyarakat Indonesia. Daya beli masyarakat Indonesia sangat kuat hingga disebut sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia (www.koran-jakarta.com, diakses pada tanggal 15 Mei 2015). Hal tersebut dibuktikan dari kenaikan rata-rata ekonomi Indonesia periode 2009 sampai dengan 2013 yang mencapai 5,9% per tahun. Rata-rata tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi Indonesia setelah masa krisis ekonomi (www.bbc.uk, diakses pada tanggal 15 Mei 2015). Meningkatnya jumlah penumpang pesawat terbang disebabkan juga oleh adanya deregulasi industri penerbangan pada tahun 2000. Pemerintah membuka izin seluas-luasnya untuk mendirikan perusahaan penerbangan baru dan melewati rute-rute yang sebelumnya hanya dikuasai oleh Garuda Indonesia dan Merpati. Melalui Kepres Nomor 33 tahun 2000, Pemerintah mencabut larangan masuk dan izin pengoperasian pesawat yang diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 tahun 1980 dalam rangka pengembangan industri penerbangan. Hal tersebut membuat perusahaan penerbangan baru bebas untuk menentukan tipe pesawat seperti apa yang mampu dimiliki. Dalam Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) Nomor 11 Tahun 2001, perusahaan penerbangan cukup menguasai dua pesawat yang layak terbang dalam menjalankan usahanya. Umur pesawat pun tidak ditentukan secara jelas, namun pesawat tersebut harus memenuhi persyaratan dan kelayakan udara. Terkait tarif tiket, Pemerintah pun memberi kebebasan. Pemerintah hanya menetapkan batas atas dan batas bawah tarif sehingga semakin banyak variasi harga tiket pesawat. Dimulai dari yang murah hingga mahal (Handoyo dan Sudibyo, 2011:16). Deregulasi industri penerbangan tersebut membawa kemudahan bagi para pemain di industri penerbangan sehingga pertumbuhan maskapai penerbangan di Indonesia meningkat. Sebelum deregulasi industri penerbangan terjadi, terdapat 5 maskapai penerbangan di Indonesia. Seiring adanya deregulasi dan berjalannya waktu, tercatat ada sebanyak 15 maskapai yang beroperasi hingga saat ini (www.hubud.dephub.go.id diakses pada tanggal 29 Oktober 2014). 5

Jumlah Maskapai (unit) Gambar 1.3 Pertumbuhan Perusahaan Penerbangan Komersial di Indonesia Sumber: www.hubud.dephub.go.id (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014) Pertumbuhan Perusahaan Penerbangan Komersial di Indonesia 6 5 4 3 2 1 0 Pertumbuhan Perusahaan Penerbangan Komersial di Indonesia 1992 1993 1995 1999 2002 2003 2008 2012 1 1 1 1 1 1 5 4 Gambar 1.3 menunjukan pada tahun 1992 hadir Merpati Nusantara Airlines, tahun 1993 Garuda Indonesia, kemudian pada tahun 1995 terdapat Mandala Airlines. Tahun 1999 muncul Lion Air, diikuti Wings Air tahun 2002, dan tahun 2003 Sriwijaya Air. Memasuki tahun 2008 merupakan puncak hadirnya perusahaan penerbangan komersial, yaitu Air Asia, Express Air, Kal Star, Aviastar, dan Sky Aviation. Mengikuti di tahun 2012 antara lain Citilink, Trans Nusa, Batik Air, dan Susi Air. Kategori maskapai Low Cost Carrier (LCC) masih mendominasi ditengah pertumbuhan perusahaan penerbangan komersial di Indonesia. Pertumbuhan maskapai penerbangan kategori Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia itu sendiri hampir mendekati 80% dari penerbangan domestik. Pada tahun 2011, sektor Low Cost Carrier (LCC) mencapai pertumbuhan 16%. Diikuti tahun 2012 sebesar 21%, dan tahun 2013 sebesar 26%. (www.centreforaviation.com, diakses pada tanggal 29 Oktober 2014). Semakin banyak hadirnya perusahaan penerbangan komersial yang memberikan tarif serta pelayanan yang beragam menjadikan konsumen memiliki banyak pilihan. Berikut adalah data jumlah penumpang maskapai penerbangan low cost carrier yang beroperasi periode 2014 di Indonesia. 6

Tabel 1.2 Jumlah Penumpang Maskapai LCC Yang Beroperasi Periode 2014 No. Maskapai Penerbangan 2011 2012 2013 CAGR 1. Lion Air 25.900.000 30.200.000 34.100.000 9,6% 2. Air Asia 3.900.000 5.000.000 7.900.000 26,5% 3. Citilink 1.600.000 2.900.000 5.347.000 48,5% 4. Wings Air 2.100.000 2.700.000 3.600.000 19,6% Sumber: Centre For Aviation (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014) Tabel 1.2 menunjukan adanya perbedaan yang cukup signifikan antara maskapai LCC satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut mengindikasikan adanya preferensi tersendiri yang dimiliki konsumen dalam memilih maskapai LCC. Selain jumlah penumpang, maskapai tersebut memiliki frekuensi penerbangan yang berbeda pula. Berikut adalah rata-rata jumlah penerbangan per hari maskapai LCC di Indonesia. Tabel 1.3 Frekuensi Penerbangan Per Hari Maskapai LCC 2013 No. Frekuensi Penerbangan Maskapai Penerbangan Per Hari 1. Lion Air 700 penerbangan 2. Air Asia 298 penerbangan 3. Citilink 190 penerbangan 4. Wings Air 70 penerbangan Sumber: www.finance.detik.com, www.health.kompas.com, www.bisnis.tempo.co dan www.airasia.com (diakses pada tanggal 17Agustus 2015) Maskapai-maskapai tersebut juga memiliki market share yang berbedabeda cukup jauh. Lion Air memiliki market share tertinggi yaitu 73% pada tahun 2012 dan 67% pada tahun 2013. Air Asia berada di urutan kedua dengan market share 14% pada tahun 2012 dan 15% pada tahun 2013. Kemudian Citilink memiliki market share sebesar 7% pada tahun 2012 dan 11% pada tahun 2013. 7

Market Share Terakhir maskapai Wings Air dengan market share 6% pada tahun 2012 dan 7% pada tahun 2013. Berikut adalah gambaran market share keempat maskapai LCC yang beroperasi di Indonesia. Gambar 1.4 Market Share Maskapai Low Cost Carrier (LCC) Tahun 2012 2013 Sumber: www.centreforaviation.com (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014) Market Share Maskapai LCC Tahun 2012-2013 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Lion Air Air Asia Citilink Wings Air 2012 72% 14% 6% 6% 2013 65% 15% 10% 7% Gambar 1.4 menunjukan adanya penurunan yang terjadi pada market share dari maskapai Lion Air. Penurunan market share tersebut dapat disebabkan oleh kembali berjalannya maskapai Mandala pada bulan April 2012 setelah sebelumnya tidak aktif pada Januari 2011. Selain itu, turunya market share Lion Air disebabkan karena adanya ekspansi atau pengembangan yang dilakukan oleh Garuda terhadap anak perusahaannya yaitu Citilink. Citilink merupakan salah satu pemain di kategori LCC. Ditengah perkembangan maskapai Low Cost Carrier (LCC), terjadi insiden jatuhnya pesawat terbang maskapai Air Asia di laut jawa dekat dengan selat karimata pada hari Minggu, 28 Desember 2014 (www.cnnindonesia.com, diakses pada tanggal 24 Februari 2015). Akibat dari insiden tersebut Menteri Perhubungan mengeluarkan peraturan baru yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 91 Tahun 2014 tentang Mekanisme Formulasi 8

Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpan Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Ditetapkan tarif normal serendah-rendahnya 40 persen dari tarif batas atas sesuai kelompok pelayanan yang diberikan (www.kompas.com diakses pada tanggal 24 Januari 2015). Selain jatuhnya pesawat Air Asia, terjadi pula kasus keterlambatan penerbangan yang panjang dari maskapai Lion Air. Menurut Direktur Umum PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) Edward Sirait, dua pesawat Lion Air yang rusak akibat terkena obyek asing pada Rabu pagi, 18 Februari 2015 berdampak pada keterlambatan pada sejumlah jadwal penerbangan Lion Air (www.bisnis.tempo.co diakses pada tanggal 24 Februari 2015). Beberapa permasalahan yang terjadi di industri penerbangan tersebut, dapat mengindikasikan mungkinnya terjadi perubahan pandangan konsumen terhadap maskapai kategori Low Cost Carrier (LCC). Oleh karena itu penting bagi maskapai LCC memiliki unique selling proposition atau faktor unik yang sesuai keinginan konsumen dengan cara mencari tahu preferensi konsumen terhadap maskapai LCC saat ini. Dengan memahami preferensi konsumen, perusahaan dapat mendesain dan mengaplikasikan strategi yang dapat merangsang ketertarikan konsumen terhadap produk mereka (Kotler dan Keller, 2012:170). Preferensi adalah penilaian dominan oleh responden terhadap objek, yang berupa rangsangan. Dalam menentukan preferensi, responden dapat menggunakan cara memberikan peringkat, perbandingan, dan skala preferensi. Maskapai-maskapai tersebut perlu memahami bagaimana kombinasi layanan yang baik, yang dirasa penting oleh konsumen dengan cara memahami bagaimana preferensi konsumen sehingga konsumen mau menggunakan jasa maskapai tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul Analisis Preferensi Atribut Jasa Maskapai Penerbangan Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan paparan yang telah disebutkan dalam latar belakang penelitian, maka dapat ditentukan permasalahan di dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik penumpang maskapai penerbangan Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia? 9

2. Bagaimana preferensi konsumen terhadap maskapai penerbangan Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penumpang maskapai penerbangan low cost carrier di Indonesia dan mengetahui preferensi konsumen terhadap maskapai penerbanganlow cost carrier di Indonesia. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki berbagai kegunaan. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna sebagai syarat lulus dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom. Selain itu penelitian ini berguna dari aspek teoritis dan aspek praktis. 1.5.1 Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan literatur atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini, dikarenakan masih jarang dilakukanya penelitian mengenai preferensi maskapai Low Cost Carrier di Indonesia. 1.5.2 Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi industri penerbangan kategori Low Cost Carrier untuk meningkatkan kualitas layanan yang lebih sesuai dengan preferensi penumpang di Indonesia. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Adanya sistematika penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan. Gambaran tersebut berisi informasi mengenai materi dan hal yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini mereupakan penjelasan secara umum mengenai objek penelitian, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijabarkan dengan jelas mengenai hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Bab ini meliputi uraian tentang landasan teori yang digunkan sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan tentang jenis penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, operasional variabel dan skala pengukuran, objek, waktu dan tempat penelitian, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dijabarkan hasil dan pembahasan mengenai karakteristik responden dilihat dari berbagai aspek, membahas dan menjawab rumusan masalah serta hasil perhitungan analisis data yang telah dilakukan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan isi penelitian serta saran-saran baik bagi perusahaan maskapai penerbangan dan bagi penelitian terkait selanjutnya. 11

12 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN