PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI BIOMASSA PROBIOTIK KHAMIR DALAM MEDIA EKSTRAK UBI JALAR DALAM SKALA FERMENTOR 18L

Tenni Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Pembuatan Potatoes Dextrose Agar (PDA) Sebanyak 300 gram kentang yang sudah dicuci hingga bersi

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

DOSIS INAKTIF DAN KADAR PROTEIN Klebsiella pneumonia K5 HASIL IRADIASI GAMMA

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

DAYA ADAPTABILITAS ISOLAT KHAMIR DALAM CAIRAN RUMEN KERBAU STERIL SEBAGAI BAHAN PROBIOTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Teknik Isolasi Bakteri

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

PEMANFAATAN MEDIUM TAPIOKA IRADIASI UNTUK OPTIMALISASI KONDISI FERMENTASI ISOLAT KHAMIR R210

II. METODELOGI PENELITIAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Prosedur Penelitian Isolasi dan Seleksi Bakteri Proteolitik Isolasi Bakteri Proteolitik

Teknik Isolasi Bakteri

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN A.

PERTUMBUHAN KHAMIR PADA TAPIOKA IRADIASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

III.METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

I. PENDAHULUAN. patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III BAHAN DAN METODE

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

PENDAHULUAN. pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan. pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

PEMANFAATAN TETES TEBU (MOLASES) DAN UREA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN NITROGEN DALAM PRODUKSI ALGINAT YANG DIHASILKAN OLEH BAKTERI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

KURVA PERTUMBUHAN BAKTERI OD dan CFU

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

METODE. A. Peremajaan Salmonella sp. B. Verifikasi Salmonella sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen

TERHADAP PRODUKSI INHIBITOR PROTEASE YANG DIHASILKAN OLEH

Transkripsi:

PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) Adria P.M. dan Irawan Sugoro Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, Jakarta Email : adria_batan@yahoo.co.id Produktivitas ikan patin dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan probiotik dari jenis bakteri asam laktat (BAL). Probiotik yang digunakan adalah isolat BAL dengan kode A1 hasil isolasi dari usus ikan patin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu inkorporasi radioisotop P-32 pada sel bakteri dan viabilitasnya di dalam usus ikan patin. Tahapan penelitian terdiri dari penentuan waktu inkorporasi radioisotop P-32 ke dalam sel bakteri A1 dalam medium MRSB dan pengujian pakan mengandung isolat A1 berlabel P-32 pada usus halus ikan patin. Waktu inkorporasi P-32 tertinggi ke dalam sel isolat bakteri A1 terjadi pada jam ke- 12 dengan laju 982,6 cpm/jam atau % inkorporasi sebesar 90%. Selanjutnya sel isolat bakteri berlabel P-32 dicampurkan ke dalam pakan dan diujikan pada ikan patin. Hasilnya memperlihatkan bahwa terjadi penurunan viabilitas bakteri hingga hari ke-7 dan hanya 4% bakteri yang tersisa. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa frekuensi pemberian probiotik isolat bakteri A1 pada ikan patin untuk skala kolam adalah setiap 7 hari sekali. Kata kunci : Ikan patin, probiotik, radioisotop P-32, viabilitas. PENDAHULUAN Ikan patin (Pangasius pangasius) telah menjadi salah satu komoditas yang menjanjikan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani. Permintaan yang cukup tinggi menyebabkan tingkat produksi dari budidaya ikan patin mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut terlihat dari angka produksi ikan patin pada tahun 2006 yang mencapai 31.000 ton sedangkan pada tahun 2012 meningkat hingga mencapai 651.000 ton. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus memacu peningkatan produksi ikan patin pada tahun 2013 dengan target sebesar 1.107.000 ton. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan ikan patin sebagai salah satu komoditas perikanan dalam program percepatan industrialisasi dari jenis komoditas perikanan budidaya (Antara Kalbar, 2013). Melihat tingginya permintaan ikan patin, maka diperlukan teknologi untuk meningkatkan laju produksi semaksimal mungkin. Salah satu teknologi yang dikembangkan adalah pemanfaatan probiotik. Probiotik adalah sekumpulan mikroorganisme yang memberikan pengaruh menguntungkan untuk pertumbuhan dan kesehatan inang dengan memperbaiki mikroflora indigenus (Fuller, 1999). Probiotik dinilai mampu memecah molekul-molekul kompleks yang terkandung dalam pakan sehingga lebih mudah diserap oleh saluran pencernaan ikan (Effendi, 2002). B. 124

Adria & Sugoro, Pemanfaatan Teknik Radioisotop Viabilitas bakteri BAL dalam usus ikan sangat menentukan efektivitas kerja probiotik. Oleh sebab itu, penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui viabilitas bakteri dalam usus ikan. Pengujian viabilitas bakteri BALdi usus ikan patin menggunakan teknik perunut dengan radioisotop P-32 yang terinkorporasi dalam sel bakteri. Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri asam laktat (BAL) hasil isolasi dari usus halus ikan patin dengan kode A1, dimana hasil pengujian laboratorium memiliki aktivitas protease tertinggi. METODOLOGI Pembuatan kurva tumbuh. Kultur bakteri A1 dalam medium NA yang berumur 24 jam diinokulasikan sebanyak 3 ose ke dalam 30 ml medium NB. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang dan agitasi 120 rpm. Setelah itu dinokulasikan sebanyak 10 % v/v (A 660nm =1) ke dalam 100 ml medium NB dan diinkubasi pada suhu ruang dan agitasi 120 rpm untuk pembuatan kurva tumbuh. Pencuplikan sampel dilakukan pada jam ke- 0, 2, 4, 8, 12, 18, 24 dan 30 untuk mengukur nilai absorbansi pada panjang gelombang 660 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh dibuat grafik dengan x : waktu dan y : nilai absorbansi. Pengukuran % Inkorporasi P-32. Metode yang dilakukan sama dengan pembuatan kurva tumbuh, hanya pada saat inokulasi ke dalam 100 ml medium NB ditambahkan radioisotop P-32 dalam bentuk (NH 4 ) 2 PO 4. Pencuplikan sampel dilakukan pada jam ke- 0, 2, 4, 8, 12, 18, 24 dan 30. Sampel disentrifugasi pada 10.000 rpm, lalu supernatan dipisahkan untuk diukur aktivitasnya. Rumus % inkoporasi sebagai berikut : Keterangan : A : aktivitas pada hari ke 0 (cpm) B : aktivitas pada hari ke t (cpm) (Sugoro, 2012) Pengujian Viabilitas Bakteri pada Ikan menggunakan P-32. Sebanyak 10 ml kultur BAL berumur 24 jam dalam medium NB diinokulasikan ke dalam 100 ml medium NB. Kemudian ditambahkan radioisotop P-32 sebanyak 100 ul dan diinkubasi pada suhu ruang dan agitasi 120 rpm hingga waktu tertentu. Setelah itu, kultur bakteri disentrifugasi 10.000 rpm dengan pembilasan menggunakan akuades sebanyak 2 kali. Pelet diencerkan kembali dengan akuades dan dicampurkan dengan pakan dengan komposisi 10 ml B. 125

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, B.124-B.129 probiotik cair, 200 ml air dan 500 g pakan kering lalu dibiarkan selama 2 jam. Setelah itu, pelet diberikan pada ikan sebanyak 10 ekor (5% berat badan/ekor) dan dilakukan pengamatan pada hari ke- 0,1,3,7 dan 14. Viabilitas bakteri diketahui dengan mengisolasi usus halus ikan. Usus halus terlebih dahulu ditimbang dan kemudian dipotong dengan ukuran 0,5 cm, lalu dimasukkan ke dalam 5 ml HCl pekat. Setelah itu dikocok dengan vortex dan disentrifugasi 5000 rpm. Supernantan kemudian diukur aktivitasnya dengan bantuan alat Liquid Scintilation Counter (LSC). Viabilitas bakteri diketahui dengan menggunakan rumus berikut : Keterangan : A : aktivitas pada hari ke t (cpm) B : aktivitas pada hari ke 0 (cpm) (Sugoro, 2012) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel bakteri A1 dapat tumbuh dalam medium NB (Gambar 1). Isolat bakteri A1 tidak memerlukan fase adaptasi dan langsung masuk fase eksponensial yang terjadi hingga jam ke-12. Setelah itu, pertumbuhan selnya cenderung stasioner. Hal ini terjadi karena medium kultur inokulum yang sama dengan medium kurva tumbuh yaitu NB sehingga isolat bakteri A1 tidak perlu melakukan adaptasi. Fase stasioner terjadi karena mulai berkurangnya nutrisi dalam media sehingga jumlah sel yang membelah sebanding dengan yang mati (Pelczar & Chan, 1992). Gambar 1 Pertumbuhan isolat bakteri A1 dalam medium NB yang diinkubasi pada suhu ruang dan agitasi 120 rpm. B. 126

Adria & Sugoro, Pemanfaatan Teknik Radioisotop Terjadinya pertumbuhan sebanding dengan % inkorporasi P-32. Hal ini sesuai dengan gambar 2A yang menunjukkan terjadinya pengurangan aktivitas radioisotop P-32 pada medium. Pengurangan ini memperlihatkan bahwa sel bakteri A1 menyerap radioisotop P-32 dan menjadi terlabeli (Gambar 2A). Aktivitas awal radioisotop P-32 dalam medium adalah 13106,9 cpm dan mengalami penurunan drastis hingga jam ke-12 menjadi 1315,3 cpm. Setelah itu, mengalami perlambatan penyerapan hingga jam ke-30 karena fosfor dalam bentuk P-32 telah berkurang. Gambar 2 Aktivitas radioisotop P-32 pada media (A) dan % inkorporasi sel bakteri A1 (B). Penyerapan fosfor dalam bentuk radioisotop P-32 karena dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel. Bagian-bagian sel yang membutuhkan fosfor adalah terutama membran sel (fosfolipid), RNA, DNA dan ATP (Alberts et al. 2009). Penurunan yang drastis hingga jam ke-12 didukung oleh pertumbuhan yang mengalami fase eksponensial akhir pada jam yang sama (Gambar 1). Hasil perhitungan % inkorporasi radioisotop P-32 atau % banyaknya P-32 terserap oleh sel bakteri A1 terjadi pada jam ke- 12 sebesar 90% (Gambar 2B). Oleh sebab itu, maka umur kultur isolat bakteri A1 berlabel P-32 yang digunakan untuk pengujian viabilitas adalah 12 jam. Hasil pengujian viabilitas menunjukkan bahwa isolat bakteri A1 dapat hidup dalam usus halus ikan patin. Akan tetapi, viabilitasnya mengalami penurunan hingga 4% pada hari ke-7 berdasarkan aktivitas radioisotop P-32 di dalam usus halus ikan patin (Gambar 3). Hal ini terjadi karena isolat bakteri A1 dalam usus halus mengalami eksresi keluar tubuh ikan melalui organ pencernaan selanjutnya. Meskipun begitu, isolat bakteri A1 tetap mampu bertahan di dalam usus ikan patin. Menurut Fuller (2004), probiotik yang masuk ke dalam tubuh tidak harus mengalami pertumbuhan karena dapat mengganggu dinamika populasi mikroba dalam sistem pencernaan. Probiotik yang ditambahkan haruslah dalam dosis yang tepat. Dilihat dari hasil pengamatan kondisi fisik ikan patin selama pengujian B. 127

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, B.124-B.129 viabilitas tidak menunjukkan adanya abnormalitas, tetapi pengujian lanjutnya sebaiknya dilakukan optimasi jumlah sel dari bahan probiotik. Gambar 3 Aktivitas radioisotop P-32 pada media (A) dan % inkorporasi sel bakteri A1 (B). Dengan demikian, berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pemberian probiotik BAL A1 sebaiknya dilakukan 7 hari sekali. Probiotik yang beredar di masyarakat umumnya, menyarankan pemberian dilakukan setiap hari (BROSUR). Akan tetapi dengan pengukuran viabilitas menggunakan radioisotop P-32 dapat diketahui frekuensi pemberian sehingga mengurangi biaya pemeliharaan ikan. KESIMPULAN Radioisotop P-32 dapat digunakan untuk melabel isolat BAL A1 sehingga dapat digunakan untuk mengukur viabilitasnya di dalam usus halus ikan patin. Waktu inkorporasi P-32 tertinggi ke dalam sel isolat bakteri A1 terjadi pada jam ke-12 dengan laju 982,6 cpm/jam atau % inkorporasi sebesar 90% dan viabilitas bakteri mengalami penurunan hingga hari ke-7 dan hanya 4% bakteri yang tersisa. DAFTAR PUSTAKA Alberts, B.D. Bray, K. Hopkin & A.D. Johnson. 2009. Essential Cell Biology. Garland Publishing. Antara Kalbar. 2013. KKP Optimistis RI Jadi Produsen Ikan Patin Terbesar Dunia, diunduh: http://www.antarakalbar.com/berita/312574 Effendi MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama. Fuller, R. 1999. Probiotics for Farm Animals. In: Tannock, G. W., ed. Probiotics: A critical review. New York : Horizon Scientific Press, Hlm 15-22. Fuller, R. 2004. What is a Probiotic? Biologist 51: 232. Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi 1, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L. Jakarta : UI Press. Sugoro, I. 2012. Prosedur Kerja: Pelabelan bakteri dan Pengujian Viabilitas Bakteri, PATIR BATAN. B. 128