ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

PENANDA MORFOLOGI DAN AGRONOMI ASAL KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

ANALISIS FILOGENETIK TIGA POPULASI DUKU TURAK (Lansium domesticum Corr.) ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MACANG (Mangifera foetida Lour.) DI SUMATERA BAGIAN TENGAH

KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MANGGA (Mangifera sp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGI AKSESI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM) DI KABUPATEN KARANGANYAR. Oleh : Pamungkas Surya Atmaja H

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

KEANEKARAGAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DI PULAU BENGKALIS BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja

TINJAUAN PUSTAKA Botani

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

III. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

BIOSISTEMATIKA VARIETAS PADA JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI DI AGROWISATA BHAKTI ALAM NONGKOJAJAR, PASURUAN

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION

LAPORAN TAHUNAN HIBAH FUNDAMENTAL BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI (BOPT) 2013

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

KARAKTERISASI MORFOLOGI VARIETAS LOKAL DURIAN PETRUK DAN BRONGKOL DI JAWA TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MORFOLOGI TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) KULTIVAR BELIMBING

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2013 di dua lokasi, yaitu

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Penanda Morfologi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 274/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN DUKU SABU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 500/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA SARI TANI 555 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI PADA SEPULUH KULTIVAR Ipomoea batatas. Lamk. Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Inventarisasi dan Karakterisasi Morfologis Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) di Kabupaten Tanah Datar

SKRIPSI. KAJIAN MORFOLOGI DAN AGROEKOLOGI TANAMAN MUNDU (Garcinia dulcis Kurz) DI SURAKARTA DAN SEKITARNYA. Oleh Rudi Antoro H

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 512/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR MERAH DELIMA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 501//Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA JAWARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEANEKARAGAMAN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN PADA JAMBU AIR

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA EQUATOR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan. Dosis Pupuk Ureaa tanaman tomat 125 kg/ha. Perhitungan kebutuhan pupuk per tanaman sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 121/Kpts/LB.240/2/2004 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DALHARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum sp.) DI YOGYAKARTA BERDASAR PADA KARAKTERISASI MORFOLOGI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Transkripsi:

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nanda Marlian Iriani, Nery Sofiyanti, Fitmawati Mahasiswa Program S1 Biologi Bidang Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya, Pekanbaru, 28293, Indonesia Nanda.ari07@yahoo.com ABSTRACT Water apple is one of agricultural commodities in Indonesia, including Riau Province. In this Province, this species is mainly distributed in Pekanbaru and Kampar. The diversity of water apple in both regions is high, however, there is no record of its morphological diversity study. This study aimed to identify and to know the diversity of water apple from Pekanbaru and Kampar based on the morphological characters. This research had been carried out from April 2013 to January 2014 using survey and observation methods. The morphological characters were observed and described. The scoring of morphological characters was then analyzed using NTSYS-pc 2.02i. The numbers of variation found in tree, leaf, flower, fruit and seed were 4, 5, 7, 9 and 3 respectively. The similarity coefficient ranged from 0.16 to 0.77. The highest similarity was found on individual R8 and R7, while the lowest similarity coefficient was found on individual KM10 and BR8. Result of cluster analysis showed that the relationship of water apples ranged from 0.41 to 0.78. Keywords : Diversity, Syzigium aqueum, morphology ABSTRAK Jambu air merupakan salah satu tanaman budidaya yang menjadi komoditas pertanian di Indonesia. Tanaman ini mampu beradaptasi pada semua jenis tanah. Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar merupakan dua wilayah yang menjadi tempat persebaran tanaman tersebut. Variasi jambu air yang ada di daerah ini belum pernah dilaporkan dan belum dikarakterisasi secara morfologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan informasi tentang keanekaragaman jambu air yang tumbuh di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar berdasarkan karakter morfologinya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 sampai January 2014 di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar menggunakan metode survei dan pengamatan. Pengamatan karakter morfologi disajikan dalam bentuk deskripsi, gambar dan skoring selanjutnya dianalisis menggunakan program NTSYS-pc 2.02i. Ditemukan 4 variasi pohon, 5 variasi daun, 7 variasi bunga, 9 variasi buah dan 3 variasi biji. Koefisien matriks kemiripan jambu air berkisar antara 0.16 sampai 0.77. Nilai koefisien kemiripan tertinggi diperoleh R8 JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 1

dengan R7 dan nilai koefisien terendah diperoleh KM10 dengan BR8. Hasil analisis kluster menunjukkan kekerabatan jambu air dengan nilai berkisar 0.41 sampai 0.78. Kata kunci : Syzigium aqueum, Morfologi, Keanekaragaman PENDAHULUAN Jambu air (Syzygium aqueum) merupakan salah satu buah tropis yang digemari oleh masyarakat. Rasanya yang manis dan segar serta mengandung banyak air, menjadikan buah ini primadona di lingkungan masyarakat (Verheij dan Coronel, 1992). Tanaman jambu air merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan. Selain itu tanaman ini mampu beradaptasi dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap semua jenis tanah. Indonesia memiliki begitu banyak ragam dan variasi jambu air dengan berbagai warna, mulai dari putih, hijau, merah muda, merah, hingga merah kecokelatan. Rasanya pun bervariasi ada yang asam, manis segar dan sepet (Anonim, 2009). Menurut data BPS 1994, produksi jambu air pada tahun 1993 mencapai 113,915 ton dengan produksi tertinggi di Jawa Barat yaitu sebesar 44,772 ton, sedangkan menurut data BPS tahun 2011 pada tahun 2007 produksi jambu air mencapai 103,156 ton. Provinsi Riau merupakan salah satu daerah persebaran tanaman jambu air di Indonesia. Riau merupakan daerah dataran rendah yang beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 1000-3000 per tahun yang dipengaruhi musim kemarau dan musim hujan. Jambu air merupakan salah satu buah yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi ini. METODE PENELITIAN a. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April 2013 Januari 2014. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di 4 kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru dan 1 Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar. Pengamatan morfologi dan uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. b. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kamera digital, GPS (Global Positioning System), Refraktometer (Brixmeter), Alat pemotong atau gunting tanaman, timbangan digital, jangka sorong, kertas label, tali plastik, koran, kardus, karung, botol film, alat-alat herbarium. Sedangkan bahan tanaman yang digunakan untuk pengamatan karakter morfologi yaitu daun segar, dan daun yang diherbarium, bunga dan buah. c. Penentuan Pohon Sampel Pohon yang dijadikan sampel untuk penelitian, yaitu pohon yang memiliki penampakan morfologi berbeda satu sama lain. Selanjutnya diambil organ-organ tanaman yaitu daun, bunga dan buah. Pohon yang dijadikan sebagai sampel itu kemudian didokumentasikan menggunakan JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 2

kamera digital untuk mengetahui variasi bentuk tajuk. d. Pengambilan Sampel Sampel tanaman yang diambil berupa daun, bunga, dan buah jambu sebanyak 50 pohon. Pohon sampel jambu air diambil secara Purposive Sampling untuk setiap kelompok penyebaran pada setiap populasi. Sampel daun yang diambil untuk pembuatan herbarium adalah ranting daun paling ujung sepanjang ± 30 cm dengan beberapa helaian daun. Sampel daun tersebut diberi nomor sesuai nomor pohon dan dibungkus dengan koran selanjutnya dimasukkan kedalam lembaran kardus diikat dan diherbariumkan. Sampel bunga yang diambil yaitu 3 kuntum bunga yang sudah mekar dari setiap sample tanaman, didokumentasikan menggunakan kamera digital dan disemprotkan spiritus untuk pengamatan lanjutan. Sampel buah di ambil 10 buah pada setiap pohon. Kemudian dilakukan pengukuran tingkat kemanisan dengan menggunakan Refraktometer (Brix meter). Selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi dan uji organoleptik di laboratorium. e. Pengamatan Morfologi Pengamatan morfologi pada jambu air mengacu pada buku panduan deskriptor buah. Pengamatan dilakukan terhadap karakter-karakter yang terdapat pada pohon, daun, bunga dan buah. Data hasil pengamatan merupakan data deskripsi dan data skoring morfologi masing-masing pohon. f. Analisis Data Untuk membuat matriks kemiripan genetik dengan menggunakan prosedur SIMQUAL (Similarity for Qualitative Data). Matriks kemiripan ini digunakan untuk analisis pengelompokan Sequential, Angglomerative, Hierarcichal and Nested (SAHN), clustering dengan metode Unweighted Pair-group Method with Arithmatic Averaging (UPGMA) menggunakan program computer NTSYS-pc 2.02 (Rohlf, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisis Hubungan Kekerabatan Jambu Air di Kota Pekanbaru Dan Kabupaten Kampar Berdasarkan hasil skoring 49 karakter morfologi dari 50 pohon jambu air di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar didapatkan matriks koefisien kemiripan dengan rentang nilai berkisar antara 0.16 sampai 0.77. Nilai koefisien tertinggi diperoleh individu R8 dengan R7 dan individu terendah diperoleh individu KM10 dengan BR8. Nilai matriks tersebut menunjukkan semakin besar angka maka semakin tinggi kemiripan yang dimiliki oleh individuindividu tersebut. Sebaliknya, semakin kecil angka maka tingkat kemiripan yang dimiliki individu-individu tersebut semakin rendah. Individu R8 dan R7 memiliki koefisien kemiripan tertinggi karena memiliki 38 persamaan karakter morfologi dari 49 karakter, dan hanya memiliki 11 perbedaan karakter morfologi antara lain bentuk kanopi, warna kulit pohon, panjang tangkai daun, bentuk buah, diameter ujung buah dan warna kelopak buah. Sedangkan 38 JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 3

persamaan karakter morfologi antara lain tekstur kulit pohon, bentuk daun, bentuk kelopak bunga, warna kelopak bunga, bentuk mahkota, bentuk putik, bentuk ujung buah dan bentuk pangkal buah. Individu KM10 dan BR8 memiliki koefisien kemiripan terendah karena mempunyai 41 perbedaan karakter morfologi dari 49 karakter, dan hanya memiliki 8 persamaan karakter morfologi antara lain kerapatan cabang, tekstur kulit pohon, warna permukaan atas daun dan warna permukaan bawah daun. Sedangkan 41 perbedaan karakter morfologi antara lain bentuk kanopi, warna kulit pohon, bentuk daun, bentuk kelopak, bentuk mahkota, bentuk putik, bentuk buah, dan warna kelopak buah. Hasil analisis kekerabatan jambu air di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar dari 49 karakter morfologi mengahasilkan dendrogram dengan koefisien kemiripan berkisar antara 0.41 sampai 0.78 (Gambar 1). Pengelompokan jambu air di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar bukanlah berdasarkan daerah asal tetapi berdasarkan pengelompokan 49 ciri morfologi yang menyatukannya. Keseluruhan jambu air bersatu pada koefisien 0,41. Pada koefisien 0,41 terdapat 2 kelompok utama yaitu kelompok I dan kelompok II. Kelompok I terdiri dari 44 individu sedangkan kelompok II terdiri dari 6 individu. Kelompok 1 dan kelompok II memisah pada tingkat kemiripan 0,43 karna adanya 3 perbedaan karakter morfologi dan 47 persamaan karakter morfologi yang menyatukannya antara lain tekstur kulit pohon kasar, Gambar 1. Dendrogram 50 Pohon Jambu Air di Pekanbaru dan Kampar JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 4

bentuk daun lonjong dan bentuk buah gasing pangkal membulat. Kelompok I mengelompok karna memiliki 1 persamaan karakter morfologi yaitu bentuk kelopak melebar. Sedangkan kelompok II mengelompok karna memiliki 12 persamaan karakter morfologi antara lain bentuk kanopi tak beraturan, bentuk kelopak mengerucut dan bentuk putik lurus. Kelompok I terbagi lagi menjadi 2 subkelompok yaitu kelompok IA dan IB yang mengelompok pada koefisien 0,43 Antara kelompok IA dan IB memisah karna memiliki 3 perbedaan karakter morfologi dan 41 persamaan karakter morfologi yang menyatukannya antara lain bentuk kanopi membulat, bentuk daun lonjong, bentuk kelopak bunga melebar, bentuk mahkota spatula sempit dan bentuk buah gasing pangkal membulat. Kelompok IA mengelompok pada koefisien 0,45 yang terdiri dari 41 individu. Individu-individu ini mengelompok berdasarkan 2 persamaan karakter morfologi antara lain bentuk kelopak melebar dan tidak memiliki biji. Pada kelompok IA ada 2 individu yang memiliki kekerabatan yang dekat yaitu antara individu R7 dan R8. Individu R7 dan R8 dekat karna memiliki 38 persamaan karakter morfologi antara lain tekstur kulit pohon sedikit kasar, bentuk daun elips, bentuk kelopak melebar dan bentuk putik melengkung. Kelompok IB mengelompok pada koefisien 0,47 yang terdiri dari 3 individu. Individu-individu ini mengelompok berdasarkan 15 persamaan karakter morfologi antara lain lebar daun (7,2 10,0 cm), bentuk lingkaran dalam kelopak bunga persegi, panjang mahkota (1,1 1,4 cm), tebal daging buah (0,1 0,5 cm), keadaan tengah daging buah berongga dan ada biji. Kelompok II terbagi menjadi 2 subkelompok yaitu kelompok IIA dan IIB yang mengelompok pada koefisien 0,43. Antara kelompok IIA dan IIB memisah karna memiliki 13 perbedaan karakter morfologi dan 36 persamaan karakter morfologi antara lain bentuk kanopi tak beraturan, warna kulit pohon abu - abu, panjang daun (14,4 17,8 cm), bentuk kelopak bunga mengerucut, warna kelopak kuning kehijauan dan panjang buah (1,2 2,7 cm). Kelompok IIA mengelompok pada koefisien 0,43 yang terdiri dari 1 individu. Individu ini memisah karna adanya 13 perbedaan karakter antara lain tekstur kulit pohon kasar, bentuk daun lonjong, bentuk ujung daun tumpul, bentuk pangkal daun membulat dan bentuk kelopak buah seperti bibir. Kelompok IIB mengelompok pada koefisien 0,50 yang terdiri dari 4 individu. Individu-individu ini mengelompok berdasarkan 17 persamaan karakter morfologi antara lain bentuk kanopi tak beraturan, tekstur kulit pohon sedikit kasar, panjang daun (14,4-17,8 cm), bentuk putik lurus, panjang buah (1,2 2,7 cm), bobot buah (2,29 23,49 gram) dan bentuk kelopak buah seperti kerucut. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa jambu air di Pekanbaru dan Kampar mempunyai keanekaragaman yang cukup tinggi, hal ini berdasarkan karakter organ vegetatif dan generatif yang ditemukan. Hasil analisis 49 karakter morfologi yang diamati tiap-tiap individu mengelompok bukan berdasarkan daerah asalnya tetapi berdasarkan persamaan karakter morfologi. JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 5

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis hubungan kekerabatan yang dilakukan koefisien kemiripan jambu air berkisar antara 0.16 hingga 0.77. Nilai koefisien tertinggi diperoleh antara individu R8 dengan R7 dan nilai koefisien terendah diperoleh antara KM10 dengan BR8. Nilai matriks tersebut menunjukkan semakin besar angka maka semakin tinggi kemiripan dan kekerabatan yang dimiliki oleh individu-individu tersebut. Sebaliknya, semakin kecil angka maka tingkat kemiripan dan kekerabatan yang dimiliki individu-individu tersebut semakin rendah. Disarankan untuk diadakan penelitian lanjutan tentang tanaman jambu air secara anatomi dan fisiologi agar diperoleh informasi yang lebih lengkap sehingga nantinya dapat digunakan untuk menemukan variasi jambu air unggul yang dapat ditanam di Pekanbaru dan Kampar. Verheij, E.W.M. And R.E Coronel. 1992. Edible Fruits and Nuts. Plant Resources of South East Asia. Bogor. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013.http://infobuahjambu. blogspot.com/2013/02/mengura iklasifikasijambu-air. Html. [22 mei 2013]. Badan Pusat Statistik. 1994. Survey Pertanian produksi tanaman Sayuran dan Buah-Buahan di Indonesia Tahun 1993. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Rohlf. F.J. 1998. NTSys-pc. Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System. Version 2.02. Exerter Software. New York JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 6

JOM FMIPA Volume 1 No.2 Oktober 2014 7