METODOLOGI PENELITIAN 1 Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Desa Gondanglegi Kulon terletak di sebelah selatan dari kabupaten Malang, yang berjarak kurang lebih 20 km, dan berdekatan dengan Ibukota Kecamatan Gondanglegi. Luas wilayah desa Gondanglegi Kulon kurang lebih 308,85 ha, batas wilayah desa sebelah Utara adalah desa Ganjaran dan desa Putat Kidul, sebelah Timur adalah desa Gondanglegi Wetan, sebelah Selatan desa Banjarrejo Kecamatan Pagelaran dan sebelah Barat desa Karangsuko dan desa Sukosari Kecarnatan Pagelaran (Peta Desa Gondanglegi kuion : Gambar 2). Jurnlah penduduk desa Gondanglegi Kulon sebanyak 9.392 orang yang terdiri atas 2.291 kepala keluarga dan jumlah rumah 2.085 dengan mata pencaharian bertani, berdagang, bumh tani, pegawai negeri dan swasta. Keadaan lingkungan fisik desa secara umum cukup baik, tetapi pada beberapa tempat tertentu penataan rumah dan penempatan kandang ternak serta kebersihan lingkungannya masih kurang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu banyak dijumpai empang1 kolam di sekitar rumah penduduk yang digunakan untuk keperlukan mandi dan cuci sehari-hari, tertutama pada musim kemarau saat sulit air. Buangan air limbah dan genangan air terbuka cukup banyak dan umumnya banyak ditemukan jentik nyamuk.
Gambar 2 Peta Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Malang, Jawa Timur
2 Waktu penelitian Survei pendahuluan dilaksanakan pada bulan Pebruari dan penelitian pada bulan Maret - Agustus tahun 2001. 3 Metode sampling dan cara pengambilannya Pengambilan sampel dilakukan secarapurposive, yaitu penentuan sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel penduduk yang diperiksa adalah penduduk yang kontak serumah dengan penderita elefantiasis dan penduduk yang berada di sekitar rumah penderita sampai radius 1-2 km, dengan jumlah sampel per lokasi kurang lebih 100 orang. Pemeriksaan penduduk dilakukan di tiga lokasi pada tiga wilayah RT di sekitar penderita elefantiasis. Penelitian terhadap nyamuk ditentukan pada lokasi di sekitar rumah penderita elefantiasis yang ada tempat perindukan nyamuk dengan sasaran penangkapan sejumlah enam rumah. 4 Kegiatan penelitian 4.1 Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan meliputi pengumpulan data dasar, survei klinis filariasis, pemeriksaan darah tepi dan vena untuk memeriksa mikrofilaria penderita. Data dasar diperlukan sebagai gambaran umum keadaan wilayah, terutama data kependudukan, penderita, peta wilayah, keadaan geografi dan topografi wilayah, serta keadaan sosial budaya masyarakat yang diperoleh dari pengamatan di lapangan dan dari instansi terkait.
4.1.1 Pemeriksaan klinis filariasis Pemeriksaan klinis filariasis dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sediaan darah tepi, berupa pemeriksaan anamnese penduduk dan pemeriksaan fisik kepada tersangka penderita filariasis. Saat mamnese hal-ha1 yang ditanyakan adalah : (1) adanya demam berulang 3-5 hari setiap serangan, yang bisa hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat; (2) pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenitis) di daerah lipat paha, ketiak, dada dan lain-lain; (3) pembengkakan saluran getah bening dari pangkal pahdlengan sampai ujung; (4) pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar kemerahan dan panas; (5) apakah pernah ada pembengkakan hisul yang kemudian pecah pada kelenjar getah bening; (6) jaringan parut bekas abses yang pecah di sekitar paha. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan secara fisik pada organ-organ tubuh yang dicurigai memperlihatkan gejala klinis seperti di atas (DEPKES 1999). 4.1.2 Pemeriksaan darah filariasis Pemeriksaan darah dilakukan dengan dua metode yaitu pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan darah vena dengan rnernbran filter. Untuk pemeriksaan darah tepi dilakukan dengan cara sebagai berikut : (1) kaca sediaan yang bersih dari kotoran dan lemak diberi label; (2) ujung jari kedua atau ketiga dibersihkan dengan kapas beralkohol 70 Oh dan setelah kering ditusuk dengan lanset; (3) tetesan darah pertama dihapus lalu darah dihisap dengan pipet kapiler berukuran 20 mm3 ;(4) darah ditiup pada kaca benda dibentuk sediaan darah tebal diameter 2 cm; (5) sediaaan darah dikeringkan satu malam, setelah kering dibilas dengan air bersih dan dikeringkan; (6) darah difiksasi dengan metanol 1-2 menit dan dikeringkan, lalu dilakukan pengecatan dengan Giemsa (1:4 dalam cairan
buffer ph 7,2); (7) sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 menentukan jumlah mikrofilaria dan pembesaran 10x40 untuk menentukan spesies (DEPKES 1999). Sedangkan pemeriksaan darah vena dengan cara : (1) Pengambilan darah sebanyak 3 ml pada saluran vena di lengan; (2) selanjutnya pada tabung jarum suntik ditambahkan aquades steril secukupnya; (3) jarum suntik dilepas dari spuitnya kemudian dipasangkan pada filter holder (tempat membran filter), kemudian secara perlahan-lahan jarum suntik ditekan sampai isinya habis, dan selanjutnya diulangi dengan cara serupa sampai tiga kali atau sampai bersih darahnya; (4) filter diangkat dan diletakkan di atas kaca benda dan diberi label selanjutnya dikeringkan; (5) fiksasi dengan metanol selama 30 menit, dan dikeringkan di udara; (6) diwarnai dengan larutan Giemsa selama 15 menit: (7) dicuci dan dikeringkan, selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop (WHO 1987). 4.2 Pelaksanaan penelitian. Penelitian yang dilakukan meliputi : penangkapan nyamuk, identifikasi nyamuk, pembedahan nyamuk, infeksi percobaan dan penghitungan populasi nyamuk. 4.2.1 Penangkapan nyamuk Penangkapan nyamuk dilakukan pada malam hari dengan umpan orang di luar dan di dalam rumah, serta di dinding dalam rumah.waktu penangkapan selama 12 jam (pukul 18.00-06.00), tiap jam aktif menangkap selama 40 menit untuk penagkapan umpan orang di dalam dan di luar rurnah, untuk penangkapan di dinding dalam rumah selama 10 menit, jumlah penangkap sebanyak enam orang, jumlah rumah yang ditempati penangkapan sebanyak enam rumah, tiga
rumah untuk penangkapan di dalam dan tiga rumah untuk penangkapan di luar rurnah. Kegiatan penangkapan dilakukan 10 kali, setiap dua minggu sekali penangkapan. Semua nyamuk yang tertangkap selanjutnya diidentifikasi spesiesnya, dan dibedah tubuhnya (ovarium dan seluruh tubuh). Peralatan yang digunakan adalah : aspirator, senter, paper cup, mikroskop, karet gelang, kapas, batu baterei. 4.2.2 Identifikasi nyamuk Seluruh nyamuk hasil penangkapan dengan masing-masing cara penangkapan diidentifikasi dengan cara : membunuh nyamuk dengan kloroform yang diteteskan pada kapas di dalam paper cup dan ditutup dengan petridis sampai nyamuk mati. Selanjutnya mengidentifikasi nyamuk satu per satu menggunakan mikroskop stereo dan dicocokkan dengan kunci identifikasi dari O'Connor dan Soepanto (1979). 4.2.3 Pembedahan nyamuk Hasil penangkapan nyamuk dengan berbagai cara penangkapan, setelah diidentifikasi dan dipisah sesuai spesies, selanjutnya dilakukan pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan dua cara, yaitu pembedahan ovariurn untuk menentukan parous dan nulliparous nyamuk, dan pembedahan seluruh tubuh nyamuk untuk mendapatkan larva cacing filaria bentuk L1, L2 dan L3. Pembedahan dilakukan secara individu, sebagai berikut : sayap dan kaki nyarnuk dipotong kemudian diletakkan di atas kaca benda, selanjutnya tubuh nyamuk dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, toraks dan abdomen. Sebelum dibedah, pada setiap bagian tubuh nyarnuk diteteskan larutan garam fisiologis, selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop (WHO 1987).
Larva cacing filaria yang ditemukan dihitung jurnlahnya, diidentifikasi dan ditentukan peringkat larvanya berdasarkan petunjuk Kobayasi (1 940), Iyengar (1957) dan WHO (1987). 4.2.4 Infeksi percobaan Sebelum infeksi percobaan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan darah penderita filaria klinis akut atau kronis untuk memastikan adanya mikrofilaria dalam darah penderita dengan metode pemeriksaan darah tepi dan rnernbran$zter. Bila mikrofilaria tidak ditemukan pada penderita di daerah penelitian, nyamuk dapat digigitkan pada penderita filariasis di daerah endemis lain yang positif mikrofilaria. Dalam penelitian ini nyamuk dari daerah penelitian digigitkan pada penderita di daerah Bekasi. Koloni nyamuk disiapkan dengan cara koleksi pupa dan larva sampai menetas. Nyamuk dimasukkan ke dalam kurungan nyamuk sebanyak 200 ekor, selanjutnya digigitkan kepada penderita yang dinyatakan positif mikrofilaria. Cara menggigitkan nyamuk kcpada penderita dengan cara memasukkan tangan penderita ke dalam kurungan nyamuk sampai perut nyamuk penuh darah. Infeksi percobaan dilakukan pada malam hari antara pukul 20.00 sampai pukul 24.00. Selanjutnya nyamuk dipelihara di dalam kurungan nyamuk dengan cara diberikan larutan gula 10 %, pada sebuah botol yang bagian atasnya diberi kapas agar larutan gula meresap ke atas untuk dihisap oleh nyamuk. Dalam kurungan nyamuk juga diberi cawan atau gelas berisi air sebanyak 2/3 dari ketinggian gelas, untuk tempat bertelur nyamuk.
Selanjutnya nyamuk dipelihara selama 14 hari sesuai dengan masa inkubasi ekstrinsik mikrofilaria terpanjang dalam tubuh nyamuk (WHO 1987). Apabila ditemukan larva cacing filaria, dihitung jumlahnya, dipindahkan pada kaca slide untuk diidentifikasi dan ditentukan stadium larvanya berdasarkan petunjuk WHO (1987). Kemudian larva diawetkan dengan pemberian laktofenol, ditutup dengan kaca penutup (cover slip) dan dilak dengan kuteks transparan. Setelah diberi label disimpan di dalam kotak preparat. 5 Pengolahan dan analisis data. Data hasil penelitian diolah secara manual dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan analitik. 5.1 Besarnya populasi nyamuk Angka kepadatan populasi nyamuk adalah jurnlah nyamuk per spesies per malam atau per jam dengan urnpan atau cara penangkapan tertentu (man hour density, MHD). Angka kepadatan nyamuk menggigit orang (man bitting rate, MBR) untuk tiap spesies nyamuk adalah banyaknya nyamuk menggigit orang per spesies per jam. Cara perhitungan MHD dan MBR adalah sama (DEPKES 1986 dan 1999) dengan rumus sebagai berikut : Jumlah nyamuk tertangkap per spesies, Jumlah jam X lamanya (hari) X jumlah inang X Iama penangkapan penangkapan pengumpan per jam Angka kelimpahan nisbi suatu spesies nyamuk adalah persentase banyaknya nyamuk dari spesies tertentu terhadap seluruh jumlah nyamuk dengan cara penangkapan tertentu. dengan rumus :
Banyaknya nyamuk spesies tertentu yang tertangkap dengan cara penangkapan tertentu x 100 % Jumlah seluruh nyamuk yang tertangkap dengan cara penangkapan tertentu Angka kekerapan Wequency number) tertangkap suatu spesies nyamuk adalah persentase kali terdapatnya spesies nyamuk tertentu pada suatu cara penangkapan tertentu terhadap jumlah kali penangkapan, dengan rurnus : Jumlah sampel yang berisi spesies tertentu Jumlah seluruh sampel dengan cara penagkapan tertentu X I00 % Angka dominasi untuk suatu spesies nyamuk adalah : Angka kekerapan tertangkap X angka kelimpahan nisbi 5.2. Umur nyamuk Angka "Parous rate" nyamuk (DEPKES 1987) : Banyaknya nyamuk yang pemah bertelur (parous) Banyaknya nyamuk yang dibedah X 100% Peluang hidup nyamuk setiap hari ( p ) :
Keteranpan : p = Peluang hidup nyamuk setiap hari A = Siklus gonotropik (mulai menghisap darah sampai bertelur) dalam hari B = Proporsi parous nyamuk Perkiraan umur nyamuk = - log e P log e = bilangan tertentu Angka infeksi (Infection rate) untuk tiap spesies nyamuk adalah persentase banyaknya nyamuk dibedah yang mengandung larva filaria terhadap seluruh nyamuk yang dibedah (WHO 1962) : Banyaknya nyamuk yang mengandung larva filaria Jurnlah nyamuk yang dibedah X 100 % Angka infektif (Infective rate) untuk tiap spesies nyamuk adalah persentase banyaknya nyamuk yang mengandung L3 spesies tertentu terhadap seluruh nyamuk dibedah (WHO 1962) : Banyaknya nyamuk per-spesies mengandung larva filaria L3 spesies tertentu X100% Jurnlah nyamuk di bedah 5.3. Uji Statistik : Pengujian perbedaan dua rata-rata dengan uji satu pihak dilakukan terhadap kesukaan meggigit di luar dan di dalam rumah dengan rumus sebagai berikut :
Rumus t test :