(Kec. Bagelen Purworejo). Bagian utara Kec. Girimulyo, sebelah selatan dan timur
|
|
- Hartanti Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MATERI DAN METODE 1 Lokasi Penelitian Kokap I1 mempunyai wilayah kerja dua desa dan 23 dusun, yaitu desa Hargotirto dan Hargowilis. Batas-batas wilayah kerjanya : bagian barat berbatasan dengan Desa Kalirejo (Puskesmas Kaligesing Purworejo) dan Desa Duren Sari (Kec. Bagelen Purworejo). Bagian utara Kec. Girimulyo, sebelah selatan dan timur Kec. Pengasih (Kulonprogo). Jumlah penduduk tahun 1999 adalah jiwa, daerahnya merupakan pegunungan dengan ketinggian 300 meter sampai dengan 1000 meter dari permukaan air laut. Sebagian wilayah (bagian selatan) merupakan tepian waduk Sermo. Desa Hargotirto terdiri dari 14 dusun yang merupakan daerah High Case Incidence dan dilalui oleh sungai-sungai antara lain Sungai Serang, Sungai Menguri, Sungai Sungapan dan Sungai Crangah-tentunya pada kondisi curah hujan rendah disepanjang sungai tersebut banyak terdapat kubangan yang merupakan tempat perindukan potensial. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hargotirto, merupakan daerah endemis malaria di Kabupaten Kulonprogo. Pemilihan lokasi daerah penelitian didasarkan atas pertimbangan antara lain : a) Merupakan daerah endemis malaria sampai saat ini kejadian kasus tinggi, b) Telah terjadi KLB malaria pada tahun 1999 pada desa-desa, c) Mempunyai permasalahan dalam pemberantasan malaria dan vektomya, d)' Mempunyai pencatatan dan pelaporan program P2 malaria cukup lengkap dan teratur sekurang-kurangnya selama empat tahun terakhir, yaitu tahun 1997 sarnpai dengan 2000 (Gambar 1,2, ).
2 1 : ----.,- + - : Batas Kecamatan = : Batas Desa : Batas Dusu~i Daeral: yang ditcliti I I Garnbar 1 Peta desa Hargotirto Kecamatan Kokap I1 Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
3 Kab. Magelang.-A?-.+- -;+,-v- A- - %- ". >, *--++ '\..,s14. \ 1 ', \ -'- /, *-.*-. nt D I., \ r ' \ \. i A ', ,. ' a '8 0 4., D 6' ':... i --a*e--....; 8 Punverejo " 2, !, T. +-- ; 0 b... \ x ' i -.. a '., '! w. 4--,' b Z i 0 : ' 0 7. s.. i..' C' I...) P -1,',fl*'--l : / \.' t / \,A Kab. Sleman / '. fi*. rr, 0 \A' \ D \ , 0 A 0 A. I '( 7, Jf r/' ' P '\ I'. 3 I, F' / f,'! f..- i' % '-. \L ' ' v --. \ % *. X " *'....-J t Z 4. 2, X i f-- I Keterangan :.L 2 1. Puskesmas Samigaluh I1 _, , +,+, 2. Puskesmas Giri Mulyo I1 3. Puskesmas Kokap I1 4. Puskesmas Kokap I 5. Puskesmas Loano I1 6. Puskeinas Kaligesing 7. Puskesmas Bagalen I1 8. Puskesmas Kalibawang %I An. acunif~~s C1 I An. nnacnfatus 7 An. balabaccnsk Gambar 2 Penyebaran vektor malaria di wilayah Puskesmas perbatasan antara Punvwjo dengan Kab. Kulonprogo I Kab.
4 2 Metode Penelitian Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam dua kegiatan yaitu : 1. Penangkapan nyamuk 2. Wawancara 2.1 Penangkapan Nyamuk Penangkapan nyamuk dilakukan dengan tujuh belas kali ulangan, dan kegiatan penelitian dilakukan melalui penangkapan nyamuk umpan manusia, penangkapan nyamuk hinggap di dinding rumah pada malam hari, penangkapan nyamuk di sekitar kandang ternak pada malam hari, semua semua nyamuk yang tertangkap diidentifikasi dan di bedah untuk mengetahui ada tidaknya sporozoit, untuk n~engetahui ada tidaknya ookista dan untuk inengetahui nyamuk sudah bertelur atau belum pernah bertelur. Selama penelitian dilakukan pengukuran suhu dan pengukuran kelembaban. Metode kerja yang digunakan berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 1975) dengan rincian kerja sebagai berikut : Kepadatan Populasi Nyamuk a. Umpan manusia : Penangkap berlaku sebagai pengumpan, dengan menggunakan aspirator dan senter. Bila ada nyamuk yang hinggap atau menggigit di kaki ditangkap dengan aspirator yang selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas kertas yang bagian atasnya ditutup kain kasa yang diikat dengan karet gelang. Hasil penangkapan dipisahkan setiap jam penangkapan. Penangkapan dimulai pukul sampai pukul 06.00, tiap jam aktif menangkap selama 40 menit. Jumlah umpdpenangkap
5 sebanyak enam orang, tiga orang menangkap didalam nunah dan tiga orang menangkap di luar rumah pada tiga nunah yang berbeda. Kegiatan dilakukan 17 kali, sekali tiap 10 hari. (Gambar 3) Penangkapan Nyamuk Yang Hinggap Di Dinding Rumah Pada Malam Hari Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah nyamuk hinggap di dinding dalam rumah sewabu mencari darah. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan aspirator dan senter oleh enam orang di rumah yang berbeda, dimulai pukul sampai puku Tiap jam aktif menangkap selama 10 menit. Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas kertas yang bagian atasnya ditutup kain kasa yang diikat dengan karet gelang dan selanjutnya dipisahkan sesuai kondisi perut (perut kosong, perut penuh darah, setengah penuh dengan telur dan penuh dengan telur). Kegiatan ini lakukan 17 kali, sekali tiap 10 hari (Gambar 4).
6 Gambar 3 Manusia sebagai umpan nyamuk,-- Atzophrlrs Gambar 4 Penangkapan nyamuk Atlopheirs di dinding
7 2.1.3 Penangkapan nyamuk disekitar kandang pada malam hari : Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah nyamuk tertarik atau senang terhadap ternak yang terdapat di sekitar penduduk. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan aspirator dan senter, oleh tiga orang disekitar kandanglternak, climulai pukul sampai pukul Tiap jam aktif menangkap selama 10 menit. Nyarnuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas kertas yang bagian atasnya ditutup kain kasa yang diikat dengan karet gelang dan selanjutnya dipisahkan sesuai kondisi perutnya. Kegiatan ini dilakukan 17 kali sekali tiap 10 hari (Gambar 5a, 5b).
8 Gambar 5. a Penangkapan nyamuk Anopheles di sekitar kandang sapi pada malam hari h - v Gambar 5. b Penangalcapan nyaulun /~nu~nrles di sekitar kandang kambiig pada malam hari
9 2.1.4 Identifikasi Nyamuk Seluruh nyamuk hasil penangkapan dengan masing-masing cara penangkapan dibunuh dengan kloroform yang diteteskan pada kapas. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo dan berdasaskan kunci dari Reid (1%8), DEPKES (1984). O'Connm dan Soepanto (1 979) (Gambar 6). Gambar6 Peneliti sedang melakukan idmtifikasi dan pembedahan nyamuk Anopheles
10 2.1.5 Pembedahan Nyamuk Pembedahan dilakukan terhadap seluruh spesimen nyamuk An. balabacensis dan An. maculatus tertangkap yang paling banyak atau species nyamuk yang dominan. Pembedahan dilakukan langsung setelah nyamuk dibunuh dengan kloroform dan diidentifikasi. Nyamuk yang akan di bedah diletakkan di atas setitik air pada kaca benda kemusian, pembedahan dilakukan dibawah mikroskop stereo dengan menggunakan jarum. a. Pembedahan kelenjar ludah, dengan jarum ditangan kiri bagian dada nyamuk ditusuk sambil di tallan agar nyamuk tidak tergeser dari air. Dengan jarum di tangan kanan bagian kepala nyamuk di tusuk dan ditarik perlahan-lahan agar kepala terpisah dari dada dan kelenjar ludah nyamuk keluar. Setelah kelenjar ludah nyamuk keluar maka kelenjar ludah dipisahkan dari bagian-bagian lain dan dibiarkan tetap tinggal di atas kaca benda untuk diperiksa ada atau tidak adanya sporosoit. Bila ada sporosoitnya maka tiiawetkan dengan menggunakan pewarnaan giemsa, seperti pewarnm Giernsa 5%. b. Dengan jarum di tangan kiri bagian dada nyamuk ditusuk dan ditahan, dengan jarum ditangan kanan unjung abdomen nyarnuk ditusuk dan ditarik perlahan-lahan sehingga ujmg abdomen nyamuk terbawa keluar untuk pemeriksaan adanya ookista dan pemeriksaan parous dan nulliparous.
11 2.1.6 Perhitungan Besarnya Populasi Nyamuk Nyamuk dewasa yang tertangkap dihitung angka padat populasinya, angka kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasinya. Angka padat populasi adalah jurnlah individu tiap species yang tertangkap per malam dengan cara penangkapan tertentu. Untuk penangkapan dengan umpan manusia angka padat populasi dihitung dengan jumlah individu tiap species nyamuk yang tertangkap dibagi hasil perkalian jumlah jam penangkapan. Untuk penangkapan di dinding angka padat populasi adalah jumlah individu tiap species yang tertangkap per penangkap per jam. Kelimpahan nisbi adalah presentase jumlah individu tiap species nyamuk terhadap jumlah seluruh individu yang tertangkap selama penelitian dengan menggunakan cara penangkapan tertentu. Kelimpahan nisbi dzpat dibagi dalam 5 kategori yaitu :(1). Sangat rendah (kurang dari 1, (2). Rendah (1% sarnpai lo%), (3). Sedang (diatas 10% sampai 20%), (4). Tinggi (diatas 20% sampai 30%). (5). Sangat tinggi (diatas 30%). Frekuensi tertangkap adalah proporsi penangkapan yang berisi species tertentu terhadap seluruh penangkapan. Angka dominasi adalah perkalian afitara fiekuensi dengan angka kelimpahan nisbi suatu species nyamuk tertentu.
12 2.1.7 Parameter yang Diukur a. Angka kelimpahan nisbi, yaitu : Jumlah nyamuk yang tertangkap tiap spesies dengan cara penangkapan tertentu Jumlah nyamuk yang tertangkap dengan cara penangkapan tertentu. Untuk tiap spesies nyamuk X 100% b. Frekuensi tertangkap, yaitu : Jumlah penangkapan yang berisi spesies tertentu Jumlah seluruh penangkapan dengan cara yang sama untuk tiap spesies nyamuk. c. Angka dominasi, yaitu : X 100% Frekuensi tertangkap x angka kelimpahan nisbi untuk setiap spesies nyamuk. d. Parity rate Jumlah nyamuk paraous Jumlah nyamuk yang diperiksa ovariumnya (DEPKES 1986) X 100 % e. Angka gigitan nyamuk berumpan orang (man biting rate) yaitu: ax b cxdxe a = jumlah nyamuk yang tertangkap tiap spesies dengan umpan orang. b = 60 menit dibagi dengan keaktifan menangkap setiap jam (menit). c = jumlah pengumpan d = jumlah jam penangkapan per hari e = jumlah hari penangkapan Untuk tiap spesies nyamuk (DEPKES 1986 ).
13 f. Umur Nyamuk Peluang hidup nyamuk setiap hari ( p ) ( DEPKES 1987 ) Keterangan p = Peluang hidup nyamuk setiap hari A = Siklus gonotropik (mulai menghisap darah sampai bertelur) dalam hari B = Proporsi parous nyamuk 1 Perkiraan umur nyamuk = - logep Log e = bilangan tertentu 2.2 Wawancara Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner (dafiar pertanyaan) yang telah dipersiapkan sebelumnya (lampiran 12). Pembuatan kuesioner ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai (Gambar 7). Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuseioner maka pertanyaan-pertanyaan diusahaka. langsung berkaitan dengan tujuan penelitian. Kuesioner dalam penelitian ini dibagi dalam iima kelompok pertanyaan yaitu : a. Menyangkut identitas, pendidikan, kondisi rumah clan pekerjaan responden. b. Menyangkut pengetahuan responden tentang penyakit malaria. c. Menyangkut persepsi responden tentang program pengendalian vaktor malaria. d. Menyangkut partisipasi responden dalam pencegahan penyakit malaria.
14 e. Menyangkut sikap clan perilaku yang mendukung penularan malaria. Responden yang diwawancarai hanyalah Bapak atau Ibu rumah tangga saja, ha1 ini dilakukan dengan anggapan bahwa Bapak dan Ibu rumah tanggalah yang paling berperan dalam memelihara kesehatan anggota keluarga. Wawancara dilakukan dengan mendatangi mah masing-masing pada waktu-waktu yang tidak sibuk atau waktu istirahat. Pewancara adalah penulis dan dibantu oleh dua orang, satu orang petugas kesehatan dan satu orang lagi pemuka atau tokoh masyarakat setempat. Gambar 7 Peneliti sedang mewawancarai responden
15 2.2.1 Populasi, Penarikan Sampel dan Ukuran Sampel Populasi dalam penelitian ini meliputi semua kepala keluarga yang terdapat di Desa Hargotirto. Penarikan sampel dari populasi dilakukan secara sisternatik random. Desa Hargotirto dibagi menjadi 4 blok, pembagian blok ini berdasarkan endemisitas. Penarikan sampel dari setiap blok dilakukan dengan penarikan acak sederhana. Ukuran sampel yang diambil 10% dari jumlah kepala keluarga dan hasilnya, untuk blok I yaitu 93 kepala keluarga, blok I1 yaitu 114 kepala keluarga dan blok I kepala keluarga. Blok N = 49 kepala keluarga. Jumlah semua responden adalah 384 kepala keluarga. (Sujana 1991 Lampiran 11). Pengambilan sampel ini dianggap sudah mewakili semua populasi, karena ditinjau dari sudut epidemiologi malaria, masyarakat Desa Hargotirto termasuk homogen. Idealnya mernang semua kepala keluarga dijadikan sampel, tetapi mengingat dana, waktu dan tenaga yang terbatas maka penulis menentukan ukuran sampel seperti cara tersebut di atas Variabel Penelitian Variabel tidak bebas (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah persepsi dan partisipasi masyarakat. Sedangkan variabel bebas (independen variabel) adalah pendidikan, pengetahuan dan status ekonomi masyarakat. Status ekonomi diukur dari kondisi rumah masyarakat.
16 2.2.3 Definisi Operasional, Penilaian dan Hipotesa a Persepsi masyarakat Persepsi masyarakat adalah kesiapan mental masyarakat untuk menerima atau menolak program pengendalian vektor malaria. Persepsi masyarakat diukur dengan skala Likert, satu pernyataan dengan jawaban berjenjang tiga (setuju, ragu-ragu dan tidak setuju). Hal ini dilakukan mengingat responden adalah masyarakat pedesaan. Pada penelitian ini, jawaban "setuju" diberi nilai 3, "ragu-ragu" diberi nilai 2 dan "tidak setuju" diberi nilai 1, untuk pertanyaan positif. Sedangkan untuk pertanyaan negaif, jawaban "setuju" diberi nilai 1. "rap-rap" diberi nilai 2 dan " tidak setuju" diberi nilai 3. b Partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat yaitu keikutsertzian atau usaha-usaha yang dilakukan masyarakat untuk mencegah penyakit malaria. Partisipasi masyarakat diukur dengan mengajukan 10 pertanyaan, pertanyaan disusun mengikuti pola penyusunan pertanyaan obyektif dengan dua jawaban, yaitu "yaw dan "tidak". Untuk jawaban "yam diberi nilai 1 dan "tidak" diberi nilai 0 untuk pertanyaan positif dan sebaliknya untuk pertmyaan positif dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif. _. c Pengetahuan mayarakat Pengetahuan masyarakat yaitu sejauh mana masyarakat mengetahui tentang penyakit malaria dan penularannya. Pengetahuan masyarakat diukur dengan inelakukan pertanyaan sebanyak 13 soal. Pertanyaan pengetahuan
17 disusun mengikuti pola penyusunan pertanyaan tipe obyektif pilihan berganda (multiple choise). Untuk setiap pertayaan hanya ada satu jawaban yang benar, jawaban yang "benar" diberi nilai 1 dan jawaban yang "salah" diberi nilai 0. d Pendidikan masyarakat Penddikan masyarakat yaitu pendidikan formal yang pemah diikuti atau ditempuh masyarakat, seperti SD dan sederajat, SMP dan sederajat, SMA dan sederajat atau perguruan tinggi. Pendidikan diukur berdasarkan jurnlah tahun yang diperlukan secara normal sampai jenjang atau kelas yang dicapai oleh masyarakat, untuk "1 tahun" diberi nilai 1. sebagai contoh, seorang responden pemah mengikuti pendidikan sarnpai kelas 2 SMP maka nilai yang diberikan adalah 8. e Status ekonomi masyarakat Masyarakat Desa Hargotirto umumnya penduduk asli desa tersebut dan jarang pendatang yang berrnukiman. Kondisi nunah beragam dari nunah yang terbuat dari bilik, papan dan tembok. Penentuan status ekonomi diukur dari kondisi rumah di Desa Hargotirto dibagi menjadi lima kategori sebagai berikut : 1 Rumah sangat bagus diberi nilai 6. kategorinya yaitu : Rumah terbuat dari tembok, mempunyai televisi dan radio, tiga kamar tidur atau lebih dan semua kamar tidur memiliki jendela. 2 Rumah bagus diberi nilai 5. kategorinya yaitu : Rumah tersebut dari tembok, mempunyai televisi dan radio, dua karnar tidur dan masing-masing mempunyai jendela.
18 3 Rumah sedang diberi nilai 4. kategorinya yaitu : Rumah setengah tembok, mempunyai televis atau radio, kamar tidur clan hanya ada saja. 4 Rumah sederhana diberi nilai 3. kategorinya yaitu : Rumah tersebut dari papan, mempunyai kamar tidur dan hanya ada televisi atau radio saja (Gambar 8). Gambar 8 Tipe ~ mah sederhana responden
19 5 Rumah sangat sederhana diberi nilai 2 kategorinya yaitu : Rurnah terbuat dari bilik, tidak mempunyai kamar tidur dan juga tidak ada televisi ataupun radio. 6 Rumah Anyaman Bambu yaitu : Rumah terbuat dari anyaman bambu, tidak mempunyai kamar tidw dan juga tidak ada televisi ataupun radio (Gambar 9). Gambar 9 Tipe rumah responden dari anyaman bambu
20 f Perilaku masyarakat yang mendukung penularan malaria Perilaku masyarakat yang mendukung penularan malaria adalah suatu respon seseorang terhadap rangsangan (stimulus) yang bekrkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Notoatmojo ). Mempelajari perilaku masyarakat yang mendukung penularan seperti misalnya : pola pengambilan air, kegiatan malam di luar rumah, cara pemeliharaan temak. Perilaku masyarakat diukur dengan memberikan pertanyaan tujuh macam. g Hipotesa Pada penelitian sikap masyarakat terhada program pengendalian vektor ini, dikemukakan hipotesa kerja bahwa terdapat korelasi antara : 1. Tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat tentang-program pengendalian vektor malaria. 2. Tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria. 3. Status ekonomi dengan persepsi masyarakat tentang program pengendalian vektor malaria. 4. Status ekonomi dengan partisipasi masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria. 5. Tingkat pengetahuan tentang penyakit malaria dengan persepsi masyarakat tentang program pengendalian vektor malaria. 6. Tingkat pengetahuan tentang penyakit malaria dengan partisipasi masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria.
21 Untuk memenuhi keabsahan kuesioner yang digunakan maka penulis menyesuaikan kuesioner dengan : a b c Pedoman kegiatan kader dalam penyuluhan penyakit malaria. Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian terdahulu. Pustaka-pustaka yang tersedia Analisis Data Data yang diperoleh dari pengukuran variabel penelitian ini, baik dari variabel bebas maupun dari variabel tidak bebas, berskala ordinal atau urutan. Oleh karena itu, perhitungan kore1asin:ya dilakukan dengan menggunakan "koefisien korelasi peringkat Spea1:man" seperti yang dikemukakan oleh Siege1 (1992). Perhitungannya adalah sebagai b-erikut : r, = Korelasi peringkat Spearman N = Jumlah sampel di = Beda peringkat setiap pasangan peubah (I = I., 2,3,... N). Untuk sampel dengan angka yang sama digunakan rumus : r, = Keterangan : EX' + CY * - Cdi'
22 t = banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu Peringkat. N = jumlah sampel Untuk sampel yang berukuran lebih besar dari 10, dilakukan uji signifikansi dengan uji t, yaitu sebagai berikut : 'hit = rs Jika : 'hit 2 'tabel : terima Ho t hit 5 tabel : tolak Ho
BAHAN DAN METODE. permukaan laut. Desa Sedayu terletak di wilayah kerja Puskesmas Loano 11.
BAHAN DAN METODE 1 Lokasi penelitian. Lokasi penelitian adalah di desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1). Desa Sedayu berada 250 meter atas permukaan laut. Desa
Lebih terperinci3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian
17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan
METODOLOGI PENELITIAN 1 Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Desa Gondanglegi Kulon terletak di sebelah selatan dari kabupaten Malang,
Lebih terperinci3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar
3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar
Lebih terperinciBalai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD
SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Mampu menjelaskan, merencanakan dan melaksanakan survei entomologi malaria TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1.Mampu menjelaskan
Lebih terperinci3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian
3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di desa Doro yang terletak di wilayah pesisir barat Pulau Halmahera Bagian Selatan. Secara administratif Desa Doro termasuk ke dalam wilayah
Lebih terperinci3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.
3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Desa Dulanpokpok merupakan daerah pantai, yang dikelilingi
Lebih terperinci3 METODOLOGI. untuk menentukan lokasi tempat perindukan larva nyamuk Anopheles. Penelitian
3 METODOLOGI 1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di desa Lengkong kecamatan Lengkong kabupaten Sukabumi dan di mulai pda tanggal 10 Mei sampai &ngan 20 Oktober 2001. Sebelum dilakukan penelitian
Lebih terperinciBALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK
IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti
Lebih terperinci3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.
3 BAHAN DAN METODE 3. 1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Gambar 1). Secara geografis desa ini terletak di wilayah bagian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian adalah di Desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten. Topografi Desa Sedayu yang berada pada bukit Menoreh tanahnya
BAHAN DAN METODE 1 Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah di Desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten Punvorejo Propinsi Jawa Tengah. Topografi Desa Sedayu yang berada pada bukit Menoreh tanahnya merupakan
Lebih terperinciARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.
ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A. Wigati* Abstrak Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang muncul
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,
Lebih terperinci3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian
13 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi Sulawesi Selatan (+150 Km dari Kota Makassar), yaitu antara 0,5 o 20 sampai 0,5 o 40
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian di desa Hargotirto khususnya di dusun Sekendal, Sebatang,
BAHAN DAN METODE 1 Lokasi Penelitian Penelitian di desa Hargotirto khususnya di dusun Sekendal, Sebatang, Menguri dm Nganti. Desa ini rnerupakan wilayah Kecamatan Kokap I1 Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa
Lebih terperinciARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI
ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI Lukman Hakim, Mara Ipa* Abstrak Malaria merupakan penyakit yang muncul sesuai
Lebih terperincinyamuk bio.unsoed.ac.id
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan penelitian di Lab. Parasitologi dan Entomologi Mengamati keadaan rumah yang akan diambil sampel nyamuk Aedes spp. meliputi:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam
Lebih terperinciThis document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dilakukan pada Tanggal 29 April
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes
17 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur sebagai studi bioekologi nyamuk di daerah yang endemik DBD. Pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk
16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperincilimboto barat dengan luas wilayah 480 Ha, Luas wilayah ini terdiri dari pemukiman seluas 82,5 Ha, Persawahan 329,5 Ha, Perkebunan 26,0 Ha,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Tunggulo merupakan salah satu dari 10 desa berada di kecamatan limboto barat dengan luas wilayah 480 Ha, Luas
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO. Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO A. Keadaan Geografis 1. Letak dan keadaan fisik Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di Propinsi D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
Lebih terperinciSurvei Entomologi Dalam Penanggulangan Wabah Malaria
Survei Entomologi Dalam Penanggulangan Wabah Malaria Nurmaini Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara l. PENDAHULUAN Meskipun sudah sejak lima puluhan dilakukan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),
Lebih terperinciII. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)
II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family
Lebih terperinciBEBERAPA ASPEK PERILAKU AN. MACULATUS THEOBALD DI PITURUH KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH
Beberapa aspek perilaku An. maculatus (Shinta & S Sukowati) BEBERAPA ASPEK PERILAKU AN. MACULATUS THEOBALD DI PITURUH KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH Some Behavioral Aspects of An. maculatus Theobald in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, diperkirakan pada 2009 dari 225
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber:
BAB IV PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber: www.slemankab.go.id) Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman, Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya,
Lebih terperinciSTUD1 PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK ANOPHELES DI DESA HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA AKHRUL APRIANTO
STUD1 PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK ANOPHELES DI DESA HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : AKHRUL APRIANTO PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK
Lebih terperinciFauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah
JURNAL KEDOKTERAN YARSI 17 (3) : 218-234 (29) Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah The Anopheles fauna in Buayan and Ayah Villages of Kebumen District, Central Java
Lebih terperinciSTUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH
STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK ' DENNY SOPIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. B. Waktu dan tempat penelitian Tempat penelitian desa Pekacangan, Cacaban, dan Ketosari Kecamatan
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menyajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data lembar isian dengan judul Pengetahuan Masyarakat Tentang Syarat Rumah Sehat secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis di seluruh
Lebih terperinciKasus elefantiasis di desa Gondanglegi Kulon yang pernah dilaporkan. dilakukan survei pendahuluan dan pelacakan kasus, ditemukan lagi dua penderita
HASIL DAN PEMJ3AHASAN 1 Epidemiologi filariasis Kasus elefantiasis di desa Gondanglegi Kulon yang pernah dilaporkan oleh Puskesmas Gondanglegi kepada Sub Direktorat Filariasis Departemen Kesehatan RI.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO
BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani karet dengan perilaku menabung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya
Lebih terperinciSKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas
SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Puskesmas Laladon dan data kependudukan dari Kantor Desa Laladon Kabupaten Bogor. 5 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data diperoleh dari data primer melaui kuisioner yang berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciSTUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR. Oleh : Akhmad Hasan Huda
STUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR Oleh : Akhmad Hasan Huda PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 AKHMAD HASAN HUDA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi media penularan penyakit. Terjadinya penyakit berbasis lingkungan disebabkan karena adanya interaksi antara manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang sangat luas distribusi dan persebarannya di dunia, terutama daerah tropis dan subtropis. Data statistik WHO
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Kayubulan Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp betina. Penyakit malaria bersifat reemerging disease
Lebih terperinciProses Penularan Penyakit
Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan
Lebih terperinciLAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN
93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang
5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing filaria
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005
ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu juta manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya sampai saat ini masih tetap menjadi salah satu penyakit menular yang berisiko menyebabkan tingginya angka kesakitan serta masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciEFIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA PERMANET VESTERGAARD - FRANDSEN YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBERANTASAN MALARIA DI DARAH ENDEMIS BUKIT MANOREH
EFIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA PERMANET VESTERGAARD - FRANDSEN YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBERANTASAN MALARIA DI DARAH ENDEMIS BUKIT MANOREH Barodji dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka
Lebih terperinciYuyun Srikandi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm PENENTUAN KAPASITAS VEKTORIAL Anopheles spp. DI DESA REJEKI KECAMATAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari pada bulan
25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari pada bulan Januari selama satu bulan. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari. Pukul 06:00
Lebih terperinciAnalisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam
Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam (The Analysis of Mosquitoes as The Vector of Filariasis at Pidie District Nanggroe Aceh Darussalam) Fauziah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari
Lebih terperinciProject Status Report. Presenter Name Presentation Date
Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel langsung dari lokasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu Penelitian ini mengambil lokasi di Padukuhan VI Sonosewu pada bulan Mei Agustus 2017. Padukuhan VI
Lebih terperinciI. KARAKTERISTIK WILAYAH
I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PEMAKAIAN KELAMBU BERINSEKTISIDA DI DESA ENDEMIS MALARIA DI KABUPATEN WONOSOBO * * Bina Ikawati, Bambang Yunianto, Rr Anggun Paramita D
Hasil Penelitian EFEKTIFITAS PEMAKAIAN KELAMBU BERINSEKTISIDA DI DESA ENDEMIS MALARIA DI KABUPATEN WONOSOBO * * * Bina Ikawati, Bambang Yunianto, Rr Anggun Paramita D ABSTRACT This research conducted with
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang
Lebih terperinciKUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans
KUESIONER PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM IMBALAN TERHADAP KINERJA PETUGAS P2PM PUSKESMAS DALAM PENANGGULANGAN MALARIA MELALUI KEGIATAN SURVEILANS DI KABUPATEN NIAS SELATAN I. RESPONDEN Puskesmas : Umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lama yang muncul kembali (re-emerging).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hingga kini penyakit malaria tetap menjadi masalah penting bagi Indonesia. Hal ini terlihat dari angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit malaria temyata masih
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Kabupaten Kulonprogo dengan ibu kotanya berada di Kota Wates memiliki luas wilayah 598.627.512 ha (586,28 km 2 ), terdiri dari 12 kecamatan 87 desa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di seluruh Indonesia, serta sering menimbulkan
Lebih terperinciBionomik Nyamuk Anopheles spp di Desa Sumare dan Desa Tapandullu Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Bionomik Nyamuk Anopheles spp di Desa Sumare dan Desa Tapandullu Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Andri Dwi Hernawan 1, Syarifuddin Hamal 2 Bionomics of Anopheles spp
Lebih terperinciAl Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman
Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 44-48 44 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP,TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH PUSKESMAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR TAHUN 2011
Lebih terperinciBAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi
Lebih terperinci