BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

Melindungi kesehatan ibu :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Usia 3-6 tahun adalah periode anak usia prasekolah (Patmonodewo, 1995). Pribadi anak dapat dikembangkan dan memunculkan berbagai potensi anak yang dirangsang pada usia anak prasekolah secara optimal. Salah satunya dengan studi taman kanakkanak adalah satu bentuk pendidikan sebelum memasuki tahap selanjutnya yaitu pendidikan dasar (Supartini, 2004). Ciri-ciri kemandirian pada usia prasekolah yaitu salah satunya sudah bisa memakai baju sendiri, sepatu sendiri dan mampu merawat diri sendiri. Mandiri dalam arti menyisir rambut dan menyikat gigi dan dapat memilih kegiatan yang digemari (Rumini dan Sundari, 2004). 2. ASI Eksklusif a. Pengertian Air susu ibu eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan atau minuman tambahan selama enam bulan pertama bagi bayi (Hermayanti, 2012) Menurut World Health Organization (WHO) (2001) pemberian ASI eksklusif selama enam bulan adalah yang terbaik. World health organization merekomendasikan menyusui anak pada satu jam pertama kelahiran anak, menyusui secara 7

8 eksklusif, menyusui kapan pun bayi meminta (on-demand) dan tidak menggunakan botol atau dot. b. Manfaat ASI eksklusif Air susu ibu merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Manfaat ASI eksklusif enam bulan pertama bagi bayi adalah menghindari penyakit gastrointestinal, tercukupi kebutuhan nutrien bagi bayi. Air susu ibu eksklusif enam bulan juga tidak menyebabkan defisiensi zat besi (Hermayanti, 2012). Manfaat lain dari ASI selain sebagai nutrien adalah sebagai zat protektif tubuh terhadap penyakit dan berefek psikologis yang menguntungkan. Air susu ibu juga bermanfaat bagi sang ibu karena dapat menunda kehamilan berikutnya dan secara tidak langsung membantu mencegah anemia defisiensi zat besi karena menstruasi yang kembali tertunda, dan pasca melahirkan badan ibu akan kembali langsing (Suradi dan Kristina, 2004). c. Komposisi ASI sebagai nutrien menurut Suradi& Kristina (2004) 1) Sumber utama ASI adalah lemak yang terkandung di dalam ASI antara 3,5-4,5%. Lemak dalam ASI juga mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat (omega-6) dan asam linoleat (omega-3). Keduanya merupakan asam lemak tidak jenuh pada ASI.

9 2) Karbohidrat dalam ASI adalah laktosa dengan kadar 7%. Laktosa mudah diurai menjadi galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada di semua tubuh manusia. Laktosa mempunyai berbagai manfaat seperti mempertinggi absorpsi kalsium dalam tubuh. 3) Protein dalam ASI adalah kasein dan whey. Kadar protein di dalamnya sebesar 0,9% dan 60% sendirinya adalah whey yang lebih mudah dicerna daripada kasein. Air susu ibu juga mengandung asam amino yang tidak dapat ditemui pada susu sapi seperti sistin dan taurin dimana sistin diperlukan untuk membantu pertumbuhan somatik dan taurin diperlukan untuk pertumbuhan otak pada bayi. 4) Ginjal pada bayi belum dapat bekerja dengan baik sebagai contoh belum bisa mengonsentrasikan air kemih dengan baik, sehingga diperlukan susu yang rendah garam dan mineral. Air susu ibu mengandung garam dan mineral yang lebih sedikit dari susu sapi. Kadar kalsium dari susu sapi jauh lebih tinggi daripada ASI. Kadar besi dalam ASI lebih tinggi daripada susu sapi tetapi kadar besi dalam ASI lebih mudah dicerna oleh bayi. 5) Air susu ibu mengandung berbagai macam vitamin seperti vitamin K yang berfungsi membantu proses pembekuan darah pada bayi dan dalam jumlah yang cukup serta mudah diserap oleh bayi itu sendiri. Vitamin K dan vitamin E yang terkandung

10 di dalam kolostrum. Vitamin yang tidak kalah penting adalah vitamin D. d. Komposisi ASI sebagai bahan protektif 1) Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih jarang terkena penyakit dikarenakan di dalam ASI terdapat zat protektif bagi tubuh bayi yang bersifat humoral maupun selular. Lactobacillus bifidus adalah bakteri yang tumbuh di dalam usus bayi dengan manfaat dapat merubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Pertumbuhan lactobacillus bifidus pada tubuh bayi akan lebih cepat terjadi jika bayi mengonsumsi ASI eksklusif melainkan bukan susu sapi. Kedua asam ini membuat suasana asam pada pencernaan bayi sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti E. Colli, Shigella dan jamur yang bisa menyebabkan diare pada bayi (Hermayanti, 2012). 2) Salah satu zat protektif dari ASI adalah laktoferin yang terkandung dalam ASI dengan konsentrasi tertinggi di antara semua cairan biologis. Laktoferin akan mengikat besi sehingga mencegah pertumbuhan bakteri Staphylococcus, E. Colli, dan Candida (Hermayanti, 2012). 3) Laktoferin ASI juga mempunyai zat protektif lainnya yaitu lisozim yang mampu memecah dinding dan sebagai

11 antiinflamator. Kandungan lisozim lebih banyaj pada ASI daripada lisozim di susu sapi (Hermayanti, 2012). 4) Air susu ibu juga mengandung sel-sel leukosit yang sebagian besar (90%) terdiri dari sel makrofag yang mempunyai fungsi membunuh dan memecah mikroorganisme dan membentuk laktoferin serta lisozim. Sisanya (10%) terdiri dari sel limfosit B dan T (Suradi dan Kristina, 2004). 3. Karies Gigi a. Pengertian Karies gigi adalah penyakit di dalam rongga mulut yang disebabkan oleh interaksi antara mikroorganisme dan karbohidrat yang terfermentasi sehingga mengakibatkan terjadinya demineralisasi mineral pada email dan dentin diikuti proses disintegrasi pada material lainnya (Kidd dan Bechal, 1992). Karies gigi merupakan masalah utama yang dialami remaja pada umunya. Prevalensi karies gigi tertinggi usia 4-8 tahun pada gigi susu dan usia 12-13 tahun pada gigi permanen hal tersebut dikarenakan email yang masih mengalami maturasi sehingga angka kejadian karies tinggi (Bherman, 2002). b. Etiologi Karies Gigi Ada empat faktor terjadinya karies, yaitu: 1) Mikroorganisme

12 Lactobacillus merupakan mikroorganisme yang berperan penting dalam terjadinya karies. Bakteri tersebut memiliki karakteristik tumbuh subur dalam suasana asam dan menempel pada permukaan gigi karena mempunyai kemampuan membuat polisakarida ekstra sel yang lengket dari karbohidrat makanan (Byun, dkk., 2004). Streptococcus mutans masih diyakini menjadi bakteri yang paling berperan penting dalam proses pembentukan karies. Streptococcus mutans lebih berperan dalam progresivitas dan inisiasi demineralisasi email (Cameron dan Widmer, 2008) 2) Substrat Plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi butuh waktu tertentu dan mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat menyediakan substrat pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida sel, sehingga makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat dapat menurunkan ph plak hingga pada batas terjadinya demineralisasi email. Plak akan bersifat asam dan akan kembali ke ph normal (sekitar 7) dibutuhkan waktu 30-60 menit. Konsumsi karbohidrat yang menerus dan dalam jumlah yang banyak menyebabkan level ph terus terjaga di bawah normal, hal tersebut yang menyebabkan demineralisasi email (Kidd dan Bechal, 1992). 3) Host atau gigi

13 Saliva mempunyai peran penting dalam rongga mulut. Kurangnya aliran saliva adalah salah satu indikasi terjadinya karies gigi, karena saliva mengandung ion bikarbonat yang dapat menetralkan asam dan membantu proses remineralisasi gigi (Felton, dkk., 2009). Faktor anatomi gigi yang memperparah kejadian karies yaitu bentuk gigi dengan pit dan fisura yang dalam. Posisi gigi yang berjejal akan menyulitkan proses penyikatan gigi, hal ini menyebabkan meningkatnya angka karies gigi (Kidd dan Bechal, 1992). Gigi desidui lebih sering terkena karies dibandingkan dengan gigi permanen dikarenakan kandungan mineral yang berada pada gigi desidui lebih sedikit dan lebih banyak air dan bahan organik. Kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi tetap sehingga prevalensi karies pada gigi desidui jauh lebih tinggi (Pintauli dan Hamada, 2008). 4) Waktu Salah satu komponen penting dalam menjaga keasaman ph adalah saliva. Saliva sebagai penyangga untuk menjaga ph optimal dalam mulut. Tidak ada saliva maka semua makanan dan minuman terutama yang mengandung karbohidrat akan sangat mudah terbentuk di lingkungan asam. Bila saliva ada pada lingkungan gigi maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari, minggu, bulan bahkan tahun (Kidd dan

14 Bechal, 1992).Saliva mempunyai fungsi selain memiliki efek buffer terhadap ph juga menghilangkan sisa makanan dan menetralkan asam (self cleansing) (Welburry, 2005). c. Mekanisme terjadinya karies gigi Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan empat faktor utama yang saling mempengaruhi, yaituhost, mikroorganisme, substrat dan waktu serta saliva juga ikut berperan. Proses terjadinya karies pada orang dewasa sama dengan anak-anak hanya proses karies pada anak-anak lebih cepat (Suwelo, 1992). Karies terjadi jika keempat faktor penyebab karies terjadi secara bersama-sama dan saling mendukung. Bakteristreptococcus mutans akan memfermentasikan karbohidrat, contohnya sukrosa akan menjadikan suasana asam (ph= 4,5-5) dalam waktu 1-3 menit dan akan kembali pada kondisi normal (ph= 7) dalam kurun waktu 30-60 menit kemudian terjadi terus menerus. Bakteri streptococcus mutans sangat senang pada kondisi ini sehingga proses karies akan terjadi (Kidd dan Bechal, 1992). Demineralisasi email gigi adalah proses hilangnya mineral email dikarenakan aksi dari asam hasil metabolisme mikroorganisme. Asam berdifusi melalui plak ke dalam lubanglubang kecil gigi dan mulai melarutkan email sehingga menyebabkan karies gigi (Cameron dan Widmer, 2008). d. Klasifikasi karies menurut stadium (Tarigan, 1993)

15 1) Karies Insipiens Karies yang terjadi pada bagian permukaan email gigi dan tidak menimbulkan rasa sakit. Tampak warna hitam atau coklat pada permukaan gigi. 2) Karies Superficial Karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit. 3) Karies Media Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis 4) Karies Profunda Karies yang mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Gigi akan mati atau nekrose jika tidak segera diobati dan ditumpat, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies lainnya. e. Perbedaan Pengukuran dmf-t dengan CSI Tingkat keparahan karies gigi diukur menggunakan indeks CSI (Caries Severity Index) karena CSI tidak membedakan antara gigi yang berlubang karena karies, gigi yang sudah ditumpat karena karies,

16 ataupun gigi yang sudah dicabut karena karies sehingga lebih tepat digunakan untuk daerah dengan masyarakat dengan kesadaran merawat gigi kurang. Penilaian dengan indeks CSI menggunakan kriteria sebagai berikut : Rumus CSI : jumlah skor karies semua gigi jumlah gigi yang karies 1) Skor 0 = gigi utuh ( S ) 2) Skor 1 = sonde menyangkut, pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email (C1) 3) Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin ( C2 ) 4) Skor 3 = karies lebih luas melibatkan pulpa (C3) 5) Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar ( C4 ) f. Pencegahan Karies Gigi Umumnya semua anak memiliki resiko karies yang tinggi. Penilaian karies terbagi menjadi tiga yaitu; karies tinggi, sedang, dan rendah. Penilaian ini harus dilakukan agar bisa melakukan pemeriksaan berkala dan langkah kedepan untuk melakukan pencegahan karies. Tindakan primer pada pencegahan gigi anak adalah memodifikasi kebiasaan anak (kebersihan mulut dan konsumsi gula) dan perlindungan gigi (penggunaan fluor). Anak dibawah 5 tahun pencegahan yang harus dilakukan adalah pemberian bekal kepada ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut, karena pada periode usia ini anak lebih dekat dengan ibunya (Angela, 2005).

17 B. Landasan Teori Karies adalah penyakit pada rongga mulut yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; substrat, waktu, gigi, dan mikroorganisme. Karies akan terjadi apabila keempat faktor tersebut saling bekerja sama. Karies paling banyak terjadi pada usia 3-6 tahun dan usia 12-13 tahun dikarenakan pada usia tersebut lapisan email pada gigi dalam fase maturasi. Prevalensi karies pada gigi desidui jauh lebih tinggi dikarenakan mineral gigi lebih sedikit dan kristal-kristal pada gigi desidui lebih sedikit juga dibandingkan gigi permanen. Banyak upaya pencegahan dini pada karies gigi anak salah satunya dengan pencegahan primer. Contoh pencegahan primer adalah penggunaan topikal aplikasi fluor dan mengoreksi cara sikat gigi anak. Orang tua pada pencegahan primer sangat berpengaruh dalam diet makanan anak-anaknya. Berbagai pendapat mengemukakan penyebab karies pada anak adalah pemberian ASI dan susu formula. Menjadi kontroversial apakah ASI mempengaruhi tingkat kejadian karies gigi anak, sehingga banyak dilakukan penelitian tentang ASI. Penelitian yang dilakukan memunculkan beberapa hasil yaitu ASI mempengaruhi tingkat kejadian karies pada gigi anak dan ASI tidak mempengaruhi tingkat kejadian karies. Penyebab peningkatan karies yang disebabkan konsumsi ASI lebih diarenakan cara dan waktu pemberian yang salah seperti pada malam hari dan hingga bayi tertidur. Prevalensi karies menurun karena konsumsi ASI eksklusif disertai cara dan waktu yang tepat

18 sehingga resiko karies bisa dicegah. Penelitian menyebutkan bahwa konsumsi ASI yang lebih dari 18 bulan berhubungan dengan naiknya prevalensi karies gigi sehingga ditemukan durasi yang baik untuk memberikan ASI yaitu 6-17 bulan.

19 C. Kerangka Konsep Karies ASI Eksklusif Mikro Host Substrat Waktu Lama pemberian Komposisi Tingkat Keparahan Karies Gambar 1. Kerangka Konsep D. Hipotesis Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun.