BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB IV PANDUAN KONSEP

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAWASAN KUMUH DI PERKOTAAN YOGYAKARTA. Abstrak

BAB VI DATA DAN ANALISIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Lingkungan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

DAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

DAFTAR PUSTAKA. BPS Kota Yogyakarta (2009). Yogyakarta Dalam Angka Yogyakarta: BPS Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

Universitas Sumatera Utara

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

BAB 4 PENYUSUNAN KONSEP. Hirarki Penyusunan Arahan Perancangan. 4.1 Visi pembangunan

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II DESKRIPSI PROYEK

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kampung kota adalah fenomena yang timbul dari pesatnya pembangunan perkotaan akibat besarnya arus urbanisasi dari desa menuju ke kota. Menurut Rahmi dan Setiawan dalam Azzahraa (2014) adanya dampak urbanisasi terhadap permukiman perkotaan adalah tekanan yang besar pada kawasan yang memiliki nilai ekologis tinggi. Hal ini mengakibatkan munculnya permukiman padat pada tempat-tempat strategis kota seperti pusat perdagangan dan jasa. Catatan statistik menunjukkan bahwa sejak 1970 fraksi penduduk perkotaan Indonesia meningkat dari 17.4% (1970), menjadi 22.3% (1980), 30.9% (1990), 43.99% (2002) dan, akhirnya, 52.03% (2010). Artinya, dalam tempo 40 tahun urbanisasi telah melipatgandakan penduduk perkotaan tiga kali lebih besar (Ernawi, 2010). Perkembangan perkotaan pada dasarnya adalah akumulasi dari pembangunan perkotaan yang direncanakan dan ruang organik yang tidak direncanakan pembangunannya, dan terbentuknya melalui sejarah, sosial, dan kekuatan budaya penduduknya (Kostoff, 1991). Kampung dalam perkembangannya sering dipakai untuk menjelaskan munculnya permukiman yang dibangun secara mandiri oleh masyarakat dan menjadi tempat tinggal sebagian besar masyarakat perkotaan (Setiawan, 2010). Tidak adanya perencanaan yang baik terhadap kampung kota menjadi masalah yang penting untuk segera diselesaikan mengingat kebutuhan terhadap ruang permukiman. Kepadatan yang tinggi, kualitas lingkungan yang semakin menurun dan kumuh, berkurangnya vegetasi, dan tidak adanya ruang terbuka hijau menjadi salah satu ciri dari kampung kota di Indoensia secara umum. Widjajanti (2013) menyebutkan beberapa permasalahan kampung kota yang saat ini dihadapi oleh kota-kota besar :...dampak negatif yang melahirkan berbagai masalah pengelola kota salah satunya adalah timbulnya kawasan pemukiman dengan kualitas rendah, pada dasarnya disebabkan oleh karena pertama; keterbatasan 1

kota dalam menampung perkembangan kota sehingga akan timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan dimana pada gilirannya dapat terbentuk kawasan-kawasan dengan kepadatan penduduk tinggi Kawasan dengan kondisi seperti demikianlah yang merupakan embrio terbentuknya pemukiman-pemukiman dengan kualitas rendah di daerah perkotaan sebagai hal kedua; kampung yang telah lama ada tetapi terdesak oleh perkembangan kota dan mobilitas sosial ekonomi yang mandeg adalah penyebab umum dan kampung-kampung yang semula baik lalu lambat laun menjadi buruk (Widjajanti, 2013:2) Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka perencanaan kampung kota harus dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang ada dan diharapkan dapat terciptanya kampung kota yang ramah pada lingkungan sekitar sehingga keberadaannya dapat mendukung pusat kegiatan kota. Lingkungan permukiman menjadi perhatian lebih dalam setiap penanganan permasalahan di kampung kota. Hal ini karena kampung kota menjadi lingkungan hidup masyarakat kota yang mana lebih dari setengah waktu masyarakat mereka habiskan di dalam lingkungan permukiman. Apabila permasalahan di kampung kota tidak diselesaikan maka akan menganggu kehidupan masyarakat. Hal ini juga dapat memperburuk citra kota dikarenakan buruknya kualitas permukiman perkotaan (Setiawan, 2010). Selain itu, kampung sebagai permukiman juga tidak hanya memberikan arti yang signifikan terhadap identitas kota dan karakternya, namun juga memberikan efek terhadap kehidupan sosial-ekonomi bagi penduduk perkotaan (Soetomo,2004). Permasalahan yang terjadi di kampung kota mendorong munculnya ide perencanaan kampung dengan konsep kampung hijau, yaitu mengintegrasikan semua perencanaan dengan lingkungan sehingga mendukung lingkungan perumahan sehat, nyaman, aman, harmonis, dan berkelanjutan untuk mendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarkakat perkotaan. Konsep ini merupakan gabungan antara konsep tematik lingkungan yang di ambil dari Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dan konsep Urban Design (Emily Talen). Penggabungan 2 konsep tersebut dilakukan dengan cara mensintesis hasil dari 2

analisis masalah kawasan perencanaan. Berbagai isu yang dominan juga akan dijadikan bahan pertimbangan dalam perencanaan kawasan perencanaan. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki banyak kampung kota. Salah satunya adalah kampung yang terletak di jantung Kota Yogyakarta di tengah-tengah pusat perdangangan dan jasa, yaitu Kelurahan Ngampilan. Berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas pun juga terjadi di Kelurahan Ngampilan. Kelurahan Ngampilan merupakan salah satu kelurahan terpadat di Kota Yogyakarta. Kawasan ini sebagai salah satu tumpuan permukiman di perkotaan. Apabila kondisi ini terus dipertahankan maka tentu akan menjadi ancaman bagi perkembangan permukiman perkotaan di masa yang akan datang. Hal ini karena perkembangan penduduk terus meningkat sedangkan lahan permukiman tidak bertambah, sehingga kondisi lingkungan permukiman perkotaan akan terancam. 1.2. Permasalahan Adapun permasalahan utama yang ada pada kawasan perencanaan adalah sebagai berikut : 1. keterbatasan ruang sehingga tidak terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH), 2. jalur pedestrian yang tidak nyaman bagi pejalan kaki, 3. lahan parkir yang terbatas, 4. ruang kawasan yang tidak ramah penduduk usia lanjut (Lansia), 5. kepadatan yang tinggi sehingga mempersempit jalan akses dalam kampung, 6. pengolahan air limbah dan sampah yang belum tersistem. 1.3. Tujuan Perencanaan Adapun tujuan perencanaan yang hendak dicapai adalah untuk mengatasi permasalahan ruang yang terjadi pada kawasan perencanaan dengan konsep kampung hijau. 3

1.4. Manfaat Perencanaan Manfaat dari perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1. memberikan perspektif baru dalam mengatasi permasalahan keruangan di lingkungan permukiman perkotaan, 2. memberikan alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan lingkungan permukiman dengan konsep Kampung Hijau. 1.5. Sasaran Perencanaan Sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan ini adalah terwujudnya Kelurahan Ngampilan sebagai kampung hijau pada tahun 2035. 1.6. Ruang Lingkup Perencanaan 1.6.1. Lokasi Perencanaan Lokasi perencanaan ini adalah di Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta. Lokasi ini dijadikan sebagai kawasan perencanaan karena beberapa hal. Diantaranya karena merupakan permukiman yang berada di pusat kota sehingga perkembangan pembangunan dalam kawasan permukiman sangat cepat hingga mencapai batas jemu kepadatan. Kepadatan yang sangat tinggi (336 jiwa/ha) mengakibatkan kurangnya ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat (hanya 1,2 % dari luas total kawasan). Alasan lain, karena kawasan perencanaan ini merupakan permukiman kampung yang memiliki karakteristik sosial yang kuat. Sehingga, apabila konsep kampung hijau ini ingin diterapkan pada kawasan perencanaan dapat lebih mudah dilakukan. Berikut ini peta kawasan perencanaannya. 4

Gambar 1.1. Kawasan Perencanaan Sumber : Google Maps, 2015 Adapun batas-batas kawasan perencanaan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur 1.6.2. Fokus Perencanaan : Kelurahan Pringgokusuman Kecamatan Gedong Tengen : Kelurahan Notoprajan Kecamatan Ngampilan : Kelurahan Pakuncen Kecamatan Wirobrajan : Kelurahan Ngupasan Kecamatan Gondomanan Fokus perencanaan yang dilakukan adalah melakukan penataan Kelurahan Ngampilan untuk mendukung kampung hijau agar terwujud tempat tinggal perkotaan yang sehat, nyaman, aman, harmonis, dan berkelanjutan. Konsep yang digunakan dalam perencanaan ini adalah konsep Kota Hijau dalam P2KH dan urban design dalam Emily Talen. Variabel dan tolok ukur berasal dari masingmasing konsep tersebut yang kemudian dilakukan muncullah konsep kampung hijau. sintesis masalah sehingga Untuk memfokuskan kegiatan perencanaan, maka beberapa wilayah dalam Kelurahan Ngampilan tidak akan dijadikan kawasan fokus perencanaan. Hal ini karena beberapa bagian kawasan memiliki karakter lingkungan yang sangat 5

berbeda sehingga dibutuhkan konsep lain untuk menyelesaikan permasalahan pada kawasan tersebut. Kawasan tersebut merupakan permukiman yang masuk ke dalam RW 1 dan RW 2 yang terletak di sepanjang sungai Kali Code. Selain itu, beberapa variabel dalam kedua teori tersebut juga tidak akan digunakan dalam analisis karena tidak berkaitan dengan keruangan. 1.7. Perencanaan Terkait Perencanaan kampung hijau telah beberapa kali dilakukan di berbagai lokasi di Indonesia dengan beraneka ragam konsep yang digunakan. Berikut akan dijabarkan secara umum terkait perencanaan kampung hijau yang telah dilakukan disebelumnya: I.7.1. Merancang Kampung Hijau di Tepian Sungai Kota : Kasus Tegalpanggung, Yogyakarta (Lupiyanto, 2009) 1.7.1.1. Deskripsi Perencanaan Perencanaan ini dilakukan di Kampung Tegalpanggung, Yogyakarta. Tegalpanggung merupakan salah satu permukiman padat yang mengalami banyak masalah didalamnya sebagaimana permasalahan kampung kota pada umumnya. Kawasan ini terletak di bantaran sungai Kali Code. 6

Gambar 1.2. Kawasan Kampung Tegalpanggung, Yogyakarta Sumber : Jurnal Penataan Ruang Periode Juli-Agustus (2009:1) Posisi kampung sangat strategis karena terletak di tengah-tengah kota sehingga dekat dengan pusat kegiatan ekonomi. Hal ini pula yang menyebabkan persaingan lahan semakin tinggi sehingga pembangunan yang terjadi saat ini tidak lagi memperhatikan lingkungan permukiman. Kondisi kepadatan mencapai 336 jiwa/ha dan ruang terbuka hanya berupa jalan-jalan yang sempit dan tidak dilengkapi dengan utilitas yang memadai. 1.7.1.2. Konsep Perencanaan Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di Kampung Tegalpanggung, maka beberapa konsep yang dilakukan adalah dengan cara berikut: a. Revitalisasi vertikal Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan kampung adalah dengan membangun rumah susun (rusun). Beberapa kriteria terlebih dahulu ditentukan sebagai syarat lokasi pembangunan rusun yang akan dilakukan di Kampung Tegalpanggung, diantara kriterianya adalah : (1) bebas dari penetapan garis 7

sempadan sungai, (2) mendapatkan sinar matahari yang cukup, dan (3) dekat dengan fasilitas lingkungan. Gambar 1.3. Pembangunan Rumah Susun (Rusun) di Kampung Tegalpanggung Sumber : Jurnal Penataan Ruang Periode Juli-Agustus (2009:3) b. Revitalisasi horizontal Selain penanganan secara vertikal, penangan secara horizontal juga dilakukan dengan berbagai macam, yaitu: 1) Membatasi dan Melarang Pembangunan Yaitu dengan menengakkan peraturan-peraturan sebagai instrumen pengendali pembangunan. Artinya, setiap pembangunan harus memiliki ijin pembangunan. Pengawasan ini dapat dilakukan mulai dari tingkatan yang paling kecil dari RT, RW, dan kelurahan. 2) Meningkatkan Kualitas Dan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau Hal ini sebagai aset yang bernilai tinggi bagi kehidupan masyarakat sebagai bagian dari ruang kehidupan sosial. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai instrumen mekanisme alam dalam menjaga kualitas lingkungan. Gambar 1.4. Rencana RTH di Kampung Tegalpanggung Sumber : Sumber : Jurnal Penataan Ruang Periode Juli-Agustus (2009:2) 8

3) Mengembangkan Green Architecture Hal ini dilakukan untuk mengurangi suhu tinggi di tengah kepadatan permukiman perkotaan. Gambar 1.5. Rencana Green Architecture di Kampung Tegalpanggung Sumber : Jurnal Penataan Ruang Periode Juli-Agustus (2009:4) 4) Peningkatan Aksesibilitas Ramah Lingkungan Peningkatan aksesibiltas dilakukan dengan cara pelebaran jalan sehingga dapat dilalui oleh mobil pemadam kebakaran, dan memperjelas hirarki jalan dalam lingkungan Kampung Tegalpanggung. Gambar 1.6. Rencana Aksesibiltas di Kampung Tegalpanggung Sumber : Jurnal Penataan Ruang Periode Juli-Agustus (2009:4) 9

5) Penataan Dan Pengembangan Utilitas Jaringan Drainase Perencananaan drainase dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan. Drainse yang direncanakan meliputi drainase jalan, dan juga drainase sungai. Gambar 1.7. Rencana Drainase di Kampung Tegalpanggung Sumber : Jurnal Penataan Ruang Periode Juli-Agustus (2009:5) I.7.2. Perencanaan Kampung Cikapundung Bandung dengan konsep Eco- Creative (Tanjung, 2009) 1.7.2.1. Deskripsi Perencanaan Kota Bandung merupakan salah kota padat di Indonesia yang juga mengalami permasalahan dalam lingkungan permukiman perkotaan. Salah satunya adalah Kampung Cikapundung yang berlokasi di Kota Bandung. Kampung ni terletak di sepanjang sungai Cikapundung. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kampung ini adalah: a. Perkembangan bangunan di koridor jalan tidak mengakomodasi rencana spasial ruang\ b. Polusi lingkungan c. Kepadatan bangunan dan tingginya urbanisasi d. Buruknya sanitasi dan kualitas RTH 10

Gambar 1.8. Existing Guna Lahan di Kampung Cikapundung Sumber : Slide Presentasi Cikapundung Eco-Creative Kampong (Tanjung, 2009:8) I.7.1.1. Konsep Perencanaan Untuk mengatasi berbagai permasalahan Kampung Cikapundung, maka gambaran umum penanganan masalah adalah menggunakan gambar berikut ini. Gambar 1.9. Existing Guna Lahan di Kampung Cikapundung Sumber : Slide Presentasi Cikapundung Eco-Creative Kampong (Tanjung, 2009:10) Konsep yang digunakan adalah menggunakan struktur ruang Fried-egg Form dan Butterfly Form sebagiamana yang telah tergambarkan pada gambar diatas. Penjabaran dari konsep di atas adalah sebagai berikut: 11

1) Connecting the sprawler Gambar 1.10. Connecting the sprawler di Kampung Cikapundung Sumber : Slide Presentasi Cikapundung Eco-Creative Kampong (Tanjung, 2009:11) Perencanaan yang dilakukan adalah menghubungkan site sehingga dapat diakses lebih baik. Jalur penghubung dibuat menggunakan konsep Green Pathway. Selain itu juga disediakan tempat sebagai orientasi turis untuk menuju ke sungai Cikapundung. 12

2) Green Connector Gambar 1.11. Green Connector di Kampung Cikapundung Sumber : Slide Presentasi Cikapundung Eco-Creative Kampong (Tanjung, 2009:12) Konsep ini menekankan jalur hijau yang saling terkoneksi pada bibir sungai Cikapundung. Desain in juga dilengkapi dengan desain sistem sanitasi. 13

3) Small Intervention Gambar 1.12. Green Connector di Kampung Cikapundung Sumber : Slide Presentasi Cikapundung Eco-Creative Kampong (Tanjung, 2009:13) Konsep yang digunakan adalah membangun jalur pedestrian di seluruh bagian kawasan kampung Cikapundung. Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan beberapa konsep yang telah dilakukan untuk penanganan kampung kota di beberapa wilayah sekaligus perberdaan antara konsep yang telah ada. 14

Tabel 1.1. Perencanaan Terkait No Lokasi Konsep Jabaran Konsep 1 Kampung Revitalisasi Pembangunan Rusun Tegalpanggung vertikal Revitalisasi horizontal 2 Kampung Cikapundung Fried Egg Form Butterlfy Form Membatasi pembangunan Meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH Mengembangkan Green Architecture Peningkatan aksesibiltas ramah lingkungan Penataan dan pengembangan utilitas jaringan drainase Connecting the sprawler Green Connector Small Intervention Sumber : Analisis Penulis, 2015 Berdasarkan data diatas, juga dapat disimpulkan bahwa perencanaan di Kelurahan Ngampilan belum pernah ada yang merencanakannya, baik dilihat dari lokasi, maupun konsep perencanaan. Gabungan konsep green sebagai tema tematik dan konsep penataan kampung sebagai tema keruangan memang belum banyak ditemui. Maka dari itu, dalam perencanaan Kelurahan Ngampilan ini akan menggunakan gabungan konsep tersebut sehingga terjadi kesimbangan antara lingkungan dan fisik keruangan kampung kota. 15