I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikan merupakan komoditas budidaya unggulan di Indonesia, karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang terjangkau oleh hampir sebagian besar lapisan masyarakat. Ikan mengandung banyak asam amino essential, ikan juga mengandung omega 3, omega 5 dan, omega 6 yang berperan dalam mengontrol kadar kolesterol dalam darah (Anonim, 2012). Penyakit bakterial pada ikan yang disebabkan oleh Edwardsiella tarda mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980, menyebabkan wabah penyakit pada ikan karper di Jawa Barat dan berakibat kematian sebanyak 125 ton (Trianto, 1990). Penyakit motile Edwarsiella septicaemia (MES) menyerang ikan budidaya dan dalam waktu singkat menyebar ke daerah lain di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I Yogyakarta, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Riau, Lampung, Bengkulu, Sumatra Utara, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan daerah lainnya. Sampai saat ini akibatnya masih berpengaruh dan penyakit ikan tersebut masih sering timbul kembali (Anonim, 1990). Edwardsiella tarda adalah salah satu jenis bakteri yang masuk dalam daftar Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) yang harus dicegah penyebarannya. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor : KEP.03/MEN/2010 tentang Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Media Pembawa dan Sebarannya disebutkan bahwa Edwardsiella tarda merupakan jenis bakteri yang termasuk salah satu Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) golongan
II yang diartikan sebagai jenis penyakit yang sudah ada di wilayah Indonesia akan tetapi belum ada teknologi untuk penanggulangannya. Apabila media pembawa dapat dibebaskan dari HPIK, komoditi tersebut dapat dilalulintaskan atau dapat dimasukkan ke wilayah Indonesia tetapi apabila tidak dapat dibebaskan dari penyakit tersebut maka dilakukan penolakan ke negara asal atau pemusnahan (Anonim, 1993). Edwardsiella tarda tidak memproduksi endotoxin seperti umumnya bakteri Gram negatif lainnya, tetapi menghasilkan 2 exotoxin yang dapat menyebabkan lesi. Edwardsiella tarda merupakan penyebab septicemia dengan luka serius pada kulit, menyerang organ dalam seperti hati, ginjal, limpa, dan otot. Bakteri ini menyerang mekanisme pertahanan tubuh inang, karena itu proses multiplikasi bakteri ini sangat cepat di dalam inang dan menyebabkan kematian (Rao et al., 2001). Edwardsiella tarda diketahui dapat menyebabkan penyakit pada berbagai jenis ikan, reptil, burung, mamalia (Plumb, 1999), dan pada manusia dikenal sebagai penyebab penyakit gastrointestinal dan extraintestinal (Janda & Abbot, 1993). Edwardsiella tarda sudah tersebar di beberapa negara di antaranya adalah Eropa, Jepang, Taiwan, Thailand, Amerika serikat, Singapura dan Malaysia. Edwardsiella tarda dapat diidentifikasi melalui gejala klinis, isolasi dan identifikasi secara morfologi dan molekuler DNA (Post, 1987). Edwardsiella tarda hidup secara alamiah di perairan tawar dan laut khususnya pada perairan yang banyak mengandung bahan organik dan juga di lumpur; mempunyai rentan pengaruh patogenisitas mulai dari perairan tawar
sampai dengan perairan laut (Inglis et al.,1993). Edwardsiella tarda telah menginfeksi channel catfish, eels, mullet, Chinook salmon, flounder, carp, tilapia, dan stripedbass (Thune et al., 1993); Crimson seabream (Kusuda et al., 1977); Japanese flounder (Nakatsugawa, 1983). Usaha pencegahan maupun pengobatan terhadap penyakit motile Edwarsiella septicaemia (MES) umumnya dilakukan menggunakan antibiotik sintetis seperti tetracycline. Antibiotik dapat mengobati penyakit pada ikan bila digunakan dengan dosis yang tepat, namun bila digunakan tidak terkontrol akan menimbulkan beberapa efek negatif (Tizart, 1988), sehingga diperlukan pengetahuan terhadap antibiotika yang sensitif untuk pengobatan E. tarda yang efektif. Edwardsiella tarda dapat didiagnosa dengan cara isolasi dan identifikasi agen penyebabnya, diagnosa molekuler menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) (Inglish et al., 1993; Chen dan Lai, 1998). Deteksi E. tarda pada oyster road fish secara langsung menggunakan PCR memberikan hasil akurat dan cepat menggunakan pembanding E. ictaluri dan Vibrio sp. sebagai kontrol negatif (Baird et al., 2003). Diagnosa E. tarda menggunakan gen 16S rrna paling banyak digunakan sebagai penanda molekuler, gen 16S rrna adalah suatu jenis RNA yang dilibatkan dalam produksi protein. Sekuens gen 16S rrna ini dapat digunakan untuk identifikasi bakteri yang mengalami penyimpangan strain fenotip. Edwardsiella tarda berada pada area Small Sub Unit (SSU) 16S, sehingga lebih tepat bila menggunakan gen 16s rrna (Hwang & Kim, 1995).
B. Rumusan Masalah Edwardsiella tarda termasuk bakteri Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) yang dalam pengertian Undang-undang Karantina wajib dicegah penyebarannya karena tingkat patogenisitasnya tinggi dan penyebarannya sangat cepat. Pembuktian berdasarkan landasan teori yang ada tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang muncul yaitu : 1. Bagaimana identifikasi fenotipe E. tarda pada ikan air tawar di Aceh. 2. Bagaimana identifikasi genotipe E. tarda pada ikan air tawar di Aceh. 3. Antibiotika apa yang peka terhadap bakteri Edwardsiella Tarda sehingga pengobatan dapat efektif. 4. Bagaimana patogenesis E. tarda pada ikan air tawar di Aceh. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Identifikasi dari fenotipe E. tarda pada ikan air tawar di Aceh. 2. Identifikasi dari genotipe E. tarda pada ikan air tawar di Aceh. 3. Antibiotika yang efektif untuk pengobatan Edwardsiellosis pada ikan air tawar di Aceh. 4. Patogenesis E. tarda dari isolat ikan air tawar di daerah Aceh.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah : 1. Memberi informasi mengenai fenotipe dan genotipe Edwardsiella tarda pada ikan air tawar di daerah Aceh. 2. Menjadi acuan dalam pemeriksaan gejala klinis serangan E. tarda pada ikan air tawar dalam rangka mencegah penyebaran E. tarda yang semakin luas di wilayah Republik Indonesia. 3. Memberi informasi tentang antibiotika yang efektif untuk pengobatan Edwarsiellosis. E. Keaslian penelitian Penelitian Edwardsiella tarda telah banyak dilakukan di Indonesia seperti yang dilakukan oleh Ratnawati et al.,(2013) tentang histopatologis dugaan E.tarda sebagai penyebab kematian ikan mas koki. Narwiyani (2011) melaporkan hasil studi patogenesitas dan molekular Edwardsiella tarda di perairan di Indonesia. Penelitian Fenotipe dan Genotipe Edwardsiella tarda dari isolat ikan air tawar di daerah Aceh belum dilakukan.