BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS MORFOMETRIK KERBAU LUMPUR (Bubalus Bubalis) KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

MATERI DAN METODE. Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar 45 ekor 20 ekor 38 ekor 56 ekor 89 ekor 80 ekor

ESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA BEBERAPA BANGSA KAMBING DI SUMATERA UTARA MELALUI ANALISIS MORFOMETRIK ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

Lampiran 1. Perhitungan Manual Uji T 2 Hotelling Berbagai Ukuran Tubuh pada Kuda Delman Jantan Manado vs Tomohon. Rumus: T 2 = X X S X X

MATERI DAN METODE. Materi

KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

ESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA BANGSA BABI

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

MATERI DAN METODE. Materi

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di Kecamatan

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.

ESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA ANTARA KAMBING KACANG, MUARA DAN SAMOSIR MELALUI ANALISIS KRANIOMETRI

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif...Deddy Arwan Sihite

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara

KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda delman sebanyak

BAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

MATERI DAN METODE. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Bali betina umur

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

VARIABEL PEMBEDA UKURAN TUBUH KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA DI TIGA PETERNAKAN BERBEDA NOVITA SAPRIKA THAMREN

PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN PERBANDINGAN UKURAN SERTA BENTUK TUBUH PADA BABI LOKAL BALI SKRIPSI I GEDE ADITYA INDRA PENGESTIKA

Lampiran 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Kecamatan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR

VARIASI FENOTIPE UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DARI PERAIRAN PELABUHAN RATU, KARAWANG, DAN BONE

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

IV HASIL dan PEMBAHASAN

Transkripsi:

15 Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo pada bulan Juli 2016 Bahan dan Alat Penelitian Bahan Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh sebanyak 231 ekor. Tabel 1. Jumlah sampel kuda di Kab. Karo No Kecamatan Desa Jumlah Kuda 1. Berastagi Berastagi 32 2. Berastagi Gundaling I 7 3. Merdeka Jaranguda 15 4. Merdeka Merdeka 6 5. Total 60 Tabel 2. Jumlah sampel kuda di Kab. Humbang Hasundutan No Kecamatan Desa Jumlah Kuda 1. Dolok Sanggul Sirisirisi 43 2. Dolok Sanggul Sait Nihuta 17 3. Pollung Dolok Nabolon 11 4. Parlilitan Sihassima 6 5. Total 77 Tabel 3. Populasi Kuda di Kab. Tapanuli Utara No Kecamatan Desa Jumlah Kuda 1. Siborong-borong Silait-Lait 26 2. Siborong-borong Pasar Siborong-borong 14 3. Siborong-borong Siaro 7 4. Parmonangan Hutajulu 5 5. Total 52

16 Tabel 4. Populasi Kuda di Kab. Samosir No Kecamatan Desa Jumlah Kuda 1. Pangururan Parbaba 14 2. Pangururan Parmonangan 9 3. Simanindo Tanjungan 11 4. Ronggur Nihuta Paraduan 8 5. Total 42 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pita ukur (cm) dan tongkat ukur (cm), alat tulis dan lembar data digunakan untuk mencatat hasil pengamatan dan pengukuran, Laptop, perangkat lunak SAS (Statistical Analysis System) dan MEGA digunakan untuk menganalisis data. Parameter Penelitian Bagian-bagian tubuh kuda yang diukur adalah tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, panjang badan, lingkar dada, dalam dada, dan lebar dada. Seluruh ukuran tubuh diukur dalam satuan cm. Bagian-bagian tubuh yang diukur antara lain : 1. Tinggi pundak merupakan jarak tertinggi pundak melalui belakang scapula tegak lurus ketanah diukurdengan menggunakan tongkat ukur. 2. Tinggi pinggul adalah jarak tertinggi pinggul secara tegak lurus ke tanah diukur dengan menggunakan tongkat ukur. 3. Lebar pinggul adalah jarak lebar antara kedua sendi pinggul. 4. Panjang badan merupakan jarak garis lurus dari tepi tulang Processus spinocus sampai dengan benjolan tulang lapis (Os ischium), diukur dengan tongkat ukur. 5. Lingkar dada diukur melingkar tepat dibelakang scapula menggunakan pita ukur.

17 6. Dalam dada merupakan jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada, diukur dengan menggunakan tongkat ukur. 7. Lebar dada adalah jarak antara penonjolan sendi bahu (os scapula) kiri dan kanan. Gambar 1. Gambar peubah-peubah kuda yang di amati Analisis Data Sifat Kuantitatif Analisis statistik deskriptif ditunjukkan untuk memperoleh karakterisasi ukuran-ukuran tubuh pada kuda. Analisis ini dilakukan dengan menghitung nilai rataan (X), simpangan baku (s) dan koefisien keragaman (KK) dengan prosedur statistik berikut menurut Sibagariang (2015). = s= kk= (100 %) n Keterangan X : Rata-rata S : Simpangan baku Xi : Ukuran ke-i dari peubah x n : Jumlah sampel yang diambil dari populasi KK : Koefisien keragaman

18 Analisis Diskriminan Fungsi diskriminan Fisher menurut Gaspersz (1992) dirumuskan sebagai berikut: Y = a X = (X 1 X 2 ) S -1 G X Keterangan: a = vektor koefisien pembobot fungsi diskriminan X = vektor variabel acak yang diidentifikasi dalam model fungsi diskriminan X1 = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama X2 = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua SG-1 = invers matriks peragam gabungan (invers dari matriks SG) Analisis Komponen Utama Persamaan ukuran dan bentuk diturunkan dari matriks kovarian. Analisis Komponen Utama (AKU) yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992). Analisis ini menggunakan program SPSS dan model persamaan ukurannya adalah sebagai berikut: Y 1 = a 11 X 1 + a 21 X 2 + a 31 X 3 + a 41 X 4 + a 51 X 5 + a 61 X 6 + a 71 X 7 Keterangan: - Y 1 = Komponen utama pertama (ukuran) - a 11 a 41 = Vektor eigen untuk persamaan ukuran - X1 = Tinggi Pundak (TP) - X2 = Tinggi Pinggul (TPi) - X3 = Lebar Pinggul (LePi) - X4 = Panjang Badan (PB) -X5 = Lingkar Dada (LiD) -X6 = Dalam Dada (DD) -X7 = Lebar Dada (LeD)

19 Jarak Genetik Rumus jarak kuadrat minimum D2-Mahalanobis morfometrik menurut Gaspersz (1992) adalah sebagai berikut: D2= X1 X2' S G -1 X1 X2 Keterangan: D2 = nilai statistik D2-Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat minimum S G -1 = invers matriks gabungan (invers dari matriks SG) X1 = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama X2 = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua

20 HASIL DAN PEMBAHASAN Morfometrik Kuda di Kab. Karo Jumlah kuda jantan yang diukur adalah sebanyak 22 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak 155.09 ± 2.94 dengan koefisien keragaman (KK) 1.89%, Tinggi Pinggul 155.95 ± 2.43 dengan KK 1.55%, Lebar Pinggul 50.04 ± 3.01 dengan KK 6.01%, Panjang Badan 162.13 ± 5.40 dengan KK 3.33%, Lingkar Dada 167.09 ± 3.84 dengan KK 2.28%, Dalam Dada 66.18 ± 2.61 dengan KK 3.94% dan Lebar Dada 31.54 ± 2.13 dengan KK 6.75%. Tabel 5. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Kab. Karo Jantan Betina Peubah R ± SD (cm) KK (%) N R ± SD (cm) KK (%) N TP 155.09 ± 2.94 1.89 22 154.13 ± 4.06 2.63 38 TPi 155.95 ± 2.43 1.55 22 153.44 ± 3.92 2.55 38 LPi 50.04 ± 3.01 6.01 22 51.39 ± 3.18 6.18 38 PB 162.13 ± 5.40 3.33 22 160.86 ± 2.92 1.81 38 LiD 167.09 ± 3.84 2.28 22 165.94 ± 7.18 4.32 38 DD 66.18 ± 2.61 3.94 22 65.94 ± 2.54 3.85 38 LeD 31.54 ± 2.13 6.75 22 29.84 ± 3.16 10.58 38 Ket: TP= Tinggi Pundak LiD= Lingkar Dada TPi= Tinggi Pinggul DD= Dalam Dada LPi= Lebar Pinggul LeD= Lebar Dada PB= Panjang Badan Jumlah kuda betina yang diukur adalah sebanyak 38 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak 154.13 ± 4.06 dengan KK sebesar 2.63%, Tinggi Pinggul 153.44 ± 3.92 dengan KK 2.55%, Lebar Pinggul 51.39 ± 3.18 dengan KK 6.18%, Panjang Badan 160.86 ± 2.92 dengan KK 1.81%, Lingkar Dada 165.94 ± 7.18 dengan KK 4.32%, Dalam Dada 65.94 ± 2.54 dengan KK 3.85% dan Lebar Dada 29.84 ± 3.16 dengan KK 10.58%. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa ukuran rata-rata morfometrik kuda jantan dan betina memiliki ukuran yang hampir seragam.

21 Morfometrik Kuda di Kab. Humbang Hasundutan Jumlah kuda jantan yang diukur adalah sebanyak 46 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak 133.58 ± 3.54 dengan koefisien keragaman (KK) 2.65%, Tinggi Pinggul 131.93 ± 3.71 dengan KK 2.81%, Lebar Pinggul 42.50 ± 2.41 dengan KK 5.67%, Panjang Badan 135.15 ± 2.28 dengan KK 1.68%, Lingkar Dada 148.69 ± 6.08 dengan KK 4.08%, Dalam Dada 53.30 ± 5.23 dengan KK 9.81% dan Lebar Dada 27.65 ± 2.83 dengan KK 10.23%. Tabel 6. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Kab. Humbahas Jantan Betina Peubah R ± SD (cm) KK (%) N R ± SD (cm) KK (%) N TP 133.58 ± 3.54 2.65 46 133.35 ± 2.02 1.51 31 TPi 131.93 ± 3.71 2.81 46 131.93 ± 2.36 1.78 31 LPi 42.50 ± 2.41 5.67 46 42.93 ± 2.69 6.26 31 PB 135.15 ± 2.28 1.68 46 136.32 ± 1.98 1.45 31 LiD 148.69 ± 6.08 4.08 46 147.41 ± 2.43 1.64 31 DD 53.30 ± 5.23 9.81 46 52.35 ± 3.53 6.74 31 LeD 27.65 ± 2.83 10.23 46 29.70 ± 2.16 7.27 31 Ket: TP= Tinggi Pundak LiD= Lingkar Dada TPi= Tinggi Pinggul DD= Dalam Dada LPi= Lebar Pinggul LeD= Lebar Dada PB= Panjang Badan Jumlah kuda betina yang diukur adalah sebanyak 31 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak 133.35 ± 2.02 dengan KK sebesar 1.51%, Tinggi Pinggul 131.93 ± 2.36 dengan KK 1.78%, Lebar Pinggul 42.93 ± 2.69 dengan KK 6.26%, Panjang Badan 136.32 ± 1.98 dengan KK 1.45%, Lingkar Dada 147.41 ± 2.43 dengan KK 1.64%, Dalam Dada 52.35 ± 3.53 dengan KK 6.74% dan Lebar Dada 29.70 ± 2.16 dengan KK 7.27%. Morfometrik Kuda di Kab. Tapanuli Utara Jumlah kuda jantan yang diukur adalah sebanyak 23 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak 154.69 ± 1.25 dengan koefisien keragaman (KK) 0.80%, Tinggi Pinggul 155.00 ± 1.27 dengan KK 0.81%, Lebar Pinggul 48.65 ± 2.38

22 dengan KK 4.89%, Panjang Badan 160.47 ± 7.75 dengan KK 4.82%, Lingkar Dada 166.30 ± 7.43 dengan KK 4.46%, Dalam Dada 66.78 ± 2.39 dengan KK 3.57% dan Lebar Dada 31.95 ± 1.36 dengan KK 4.25%. Tabel 7. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Kab. Taput Jantan Betina Peubah R ± SD (cm) KK (%) N R ± SD (cm) KK (%) N TP 154.69 ± 1.25 0.80 23 152.79 ± 2.84 1.85 29 TPi 155.00 ± 1.27 0.81 23 152.96 ± 2.70 1.76 29 LPi 48.65 ± 2.38 4.89 23 51.17 ± 2.60 5.08 29 PB 160.47 ± 7.75 4.82 23 160.10 ± 11.73 7.32 29 LiD 166.30 ± 7.43 4.46 23 163.00 ± 10.94 6.71 29 DD 66.78 ± 2.39 3.57 23 65.58 ± 2.44 3.72 29 LeD 31.95 ± 1.36 4.25 23 32.06 ± 1.73 5.39 29 Ket: TP= Tinggi Pundak LiD= Lingkar Dada TPi= Tinggi Pinggul DD= Dalam Dada LPi= Lebar Pinggul LeD= Lebar Dada PB= Panjang Badan Jumlah kuda betina yang diukur adalah sebanyak 29 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak 152.79 ± 2.84 dengan KK sebesar 1.85%, Tinggi Pinggul 152.96 ± 2.70 dengan KK 1.76%, Lebar Pinggul 51.17 ± 2.60 dengan KK 5.08%, Panjang Badan 160.10 ± 11.73 dengan KK 7.32%, Lingkar Dada 163.00 ± 10.94 dengan KK 6.71%, Dalam Dada 65.58 ± 2.44 dengan KK 3.72% dan Lebar Dada 32.06 ± 1.73 dengan KK 5.39%. Morfometrik Kuda di Kab. Samosir Jumlah kuda jantan yang diukur adalah sebanyak 19 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak 131.44 ± 1.97 dengan koefisien keragaman (KK) 1.49%, Tinggi Pinggul 129.16 ± 1.75 dengan KK 1.35%, Lebar Pinggul 41.83 ± 2.20 dengan KK 5.25%, Panjang Badan 133.16 ± 3.53 dengan KK 2.65%, Lingkar Dada 147.50 ± 2.12 dengan KK 1.43%, Dalam Dada 50.72 ± 4.28 dengan KK 8.43% dan Lebar Dada 27.27 ± 1.77 dengan KK 6.49%.

23 Tabel 8. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Kab. Samosir Jantan Betina Peubah R ± SD (cm) KK (%) N R ± SD (cm) KK (%) N TP 131.44 ± 1.97 1.49 19 131.45 ± 2.55 1.93 23 TPi 129.16 ± 1.75 1.35 19 130.63 ± 2.71 2.07 23 LPi 41.83 ± 2.20 5.25 19 41.18 ± 3.55 8.62 23 PB 133.16 ± 3.53 2.65 19 134.22 ± 2.34 1.74 23 LiD 147.50 ± 2.12 1.43 19 145.09 ± 2.61 1.79 23 DD 50.72 ± 4.28 8.43 19 51.18 ± 2.08 4.06 23 LeD 27.27 ± 1.77 6.49 19 29.13 ± 1.85 6.35 23 Ket: TP= Tinggi Pundak LiD= Lingkar Dada TPi= Tinggi Pinggul DD= Dalam Dada LPi= Lebar Pinggul LeD= Lebar Dada PB= Panjang Badan Jumlah kuda betina yang diukur adalah sebanyak 23 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak 131.45 ± 2.55 dengan KK sebesar 1.93%, Tinggi Pinggul 130.63 ± 2.71 dengan KK 2.07%, Lebar Pinggul 41.18 ± 3.55 dengan KK 8.62%, Panjang Badan 134.22 ± 2.34 dengan KK 1.74%, Lingkar Dada 145.09 ± 2.61 dengan KK 1.79%, Dalam Dada 51.18 ± 2.08 dengan KK 4.06% dan Lebar Dada 29.13 ± 1.85 dengan KK 6.35%. Perbandingan Morfometrik Kuda Gabungan Jumlah kuda yang diukur di Kab. Karo adalah sebanyak 60 ekor, jumlah kuda di Kab. Humbang Hasundutan sebanyak 77 ekor, banyaknya kuda yang diukur di Kab. Tapanuli Utara sebanyak 52 ekor dan banyaknya kuda yang diukur di Kab. Samosir adalah 42 ekor. Rataan pengukuran morfometrik kuda disajikan pada Tabel 5-8. menunjukkan adanya keragaman ukuran morfometrik kuda disetiap Kabupaten. Hasil penelitian ini menunjukkan tinggi pundak kuda tertinggi berasal dari Kab. Karo yaitu 154.48 ± 3.69, diikuti Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan dan Kab.Samosir masing-masing 153.63 ± 2.45, 133.49 ± 3.01, dan 131.41 ± 2.26. Pada tinggi pinggul rataan tertinggi 154.36 ± 3.64 di Kab. Karo, diikuti oleh Kab.

24 Tapanuli Utara 153.86 ± 2.40, Humbang Hasundutan 131.93 ± 3.22, dan Kab. Samosir 130.00 ± 2.39. Lebar Pinggul yang tertinggi terdapat pada Kab. Karo 50.90 ± 3.16, diikuti oleh Kab. Tapanuli Utara 50.05 ± 2.78, Kab. Humbang Hasundutan 42.67 ± 2.52, dan Kab. Samosir sebesar 41.41 ± 2.99. Pada Panjang Badan yang tertinggi terdapat pada Kab. Karo 161.33 ± 4.01, lalu diikuti oleh Kab. Tapanuli Utara 160.26 ± 10.07, kemudian Kab. Humbang Hasundutan 135.62 ± 2.23, dan Kab. Samosir 133.68 ± 2.94, dan Lingkar Dada yang tertinggi sampai yang paling rendah terdapat pada Kab. Karo, diikuti oleh Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan dan terakhir pada Kab. Samosir yaitu 166.36 ± 6.15, 164.46 ± 9.60, 148.18 ± 4.96, dan 146.21 ± 2.65. Tabel 9. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Gabungan Kabupaten Peubah Karo Humbahas Taput Samosir (KK %) (KK %) (KK %) (KK %) TP 154.48 ± 3.69 133.49 ± 3.01 153.63 ± 2.45 131.41 ± 2.26 2.38 2.25 1.59 1.71 TPi 154.36 ± 3.64 131.93 ± 3.22 153.86 ± 2.40 130.00 ± 2.39 2.35 2.44 1.55 1,83 LPi 50.90 ± 3.16 42.67 ± 2.52 50.05 ± 2.78 41.41 ± 2.99 6.20 5.90 5.55 7.22 PB 161.33 ± 4.01 135.62 ± 2.23 160.26 ± 10.07 133.68 ± 2.94 2.48 1.64 6.28 2.19 LiD 166.36 ± 6.15 148.18 ± 4.96 164.46 ± 9.60 146.21 ± 2.65 3.69 3.34 5.83 1.81 DD 66.03 ± 2.55 52.92 ± 4.62 66.11 ± 2.47 50.92 ± 3.19 3.86 8.73 3.73 6.26 LeD 30.46 ± 2.93 28.48 ± 2.76 32.01 ± 1.56 28.21 ± 2.06 9.61 9.69 4.87 7.30 N 60 77 52 42 Ket: TP = Tinggi Pundak LiD = Lingkar Dada TPi = Tinggi Pinggul DD = Dalam Dada LPi = Lebar Pinggul LeD = Lebar Dada PB = Panjang Badan N = Jumlah ternak

25 Hasil rataan pada dalam dada kuda dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah kuda yang ada di Tapanuli Utara 66.11 ± 2.47, Kab. Karo 66.03 ± 2.55, Humbahas 52.92 ± 4.62, dan Samosir 50.92 ± 3.19. Dan nilai rataan tertinggi pada Lebar Dada adalah 32.01 ± 1.56 di Kab. Tapanuli Utara, 30.46 ± 2.93 di Kab. Karo, 28.48 ± 2.76 di Kab. Humbahas, dan 28.21 ± 2.06 di Kab. Samosir. Koefisien keragaman tertinggi ditemukan pada kuda di Kab. Humbang Hasundutan (1.64-9.69%), Kab. Karo (2.35-9.55%). Kab. Samosir (1.71-7.30%), dan Kab. Tapanuli Utara (1.55-6.28%). Tinggi rendahnya persentase keseragaman dari tiap kuda timbul diduga akibat manajemen, pakan, kesehatan dan kemurnian genetik tersebut, seperti pernyataan Noor (2008) keragaman timbul akibat interaksi faktor lingkungan dan faktor genetik. Perbedaan komposisi tubuh diantara ternak terutama disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa. Faktor lingkungan dan genetik mempunyai hubungan yang erat untuk mengekspresikan kapasitas genetik individu dan diperlukan kondisi lingkungan yang ideal. (Banjarnahor, 2014). Peubah Pembeda Kuda Jantan Tabel 10. Struktur peubah pembeda bangsa kuda jantan Variabel Ukuran Tubuh Faktor 1 (Ukuran) Faktor 2 (Bentuk) Tinggi Pundak 0.977-0.050 Tinggi Pinggul 0.979-0.057 Lebar Pinggul 0.854-0.074 Panjang Badan 0.929-0.071 Lingkar Dada 0.903 0.013 Dalam Dada 0.893 0.015 Lebar Dada 0.214 0.975 Vektor eigen memperlihatkan kontribusi dari variabel-variabel tertentu sebagai faktor pembeda ukuran-ukuran tubuh maupun bentuk tubuh. Vektor eigen tertinggi merupakan penciri pada ukuran maupun bentuk tubuh (Prasetia, 2011).

26 Dari hasil di atas dapat diketahui peubah ukuran morfometrik yang memiliki pengaruh kuat yang membedakan kuda jantan, dan peubah yang paling membedakan dari segi ukuran (Faktor 1) adalah tinggi pinggul (0.979), sedangkan dari segi bentuk (Faktor 2) adalah lebar dada (0.975). Pendugaan tersebut didasarkan pada tingginya nilai eigen dari tinggi pinggul dan lebar dada terebut. Peubah Pembeda Kuda Betina Tabel 11. Struktur peubah pembeda bangsa kuda Betina Variabel Ukuran Tubuh Faktor 1 (Ukuran) Faktor 2 (Bentuk) Tinggi Pundak 0.957-0.106 Tinggi Pinggul 0.960-0.086 Lebar Pinggul 0.876-0.099 Panjang Badan 0.914-0.020 Lingkar Dada 0.847-0.080 Dalam Dada 0.947 0.046 Lebar Dada 0.332 0.942 Dari Tabel 11. diketahui peubah ukuran morfometrik yang memiliki pengaruh kuat yang membedakan kuda betina, dan peubah yang paling membedakan dari segi ukuran (Faktor 1) adalah tinggi pinggul (0.960), sedangkan dari segi bentuk (Faktor 2) adalah lebar dada (0.942). Pendugaan tersebut didasarkan pada tingginya nilai eigen dari tinggi pinggul dan lebar dada terebut. Peubah Pembeda Kuda Gabungan Tabel 12. Struktur peubah pembeda kuda Gabungan Variabel Ukuran Tubuh Faktor 1(Ukuran) Faktor 2 (Bentuk) Tinggi Pundak 0.968-0.053 Tinggi Pinggul 0.970-0.050 Lebar Pinggul 0.861-0.079 Panjang Badan 0.922-0.053 Lingkar Dada 0.872-0.004 Dalam Dada 0.920 0.018 Lebar Dada 0.208 0.977 Berdasarkan hasil dari metode Principal Component Analysis (PCA) di atas diketahui data pada variabel tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul,

27 panjang badan, lingkar dada, dan dalam dada, saling berkorelasi kuat, namun tidak berkorelasi kuat terhadap lebar dada, dan peubah yang paling membedakan dari segi ukuran (Faktor 1) adalah tinggi pinggul (0.970), sedangkan dari segi bentuk (Faktor 2) adalah lebar dada (0.977). Pendugaan tersebut didasarkan pada tingginya nilai eigen dari tinggi pinggul dan lebar dada tersebut. Analisis Gerombol Kuda Jantan B E N T U K Gambar 2. Analisis gerombol kuda jantan UKURAN Dari gambar 2. memperlihatkan kuda yang berada di Kab. Karo dan Tapanuli Utara mengelompok ke sebelah kanan, penyebaran kuda di Kab. Humbang Hasundutan dan Kab. Samosir berada di sisi kiri. Semakin rapatnya kerumunan menandakan bahwa adanya keseragaman ukuran morfometrik kuda dan semakin renggangnya kerumunan menandakan tingginya ketidakseragaman ukuran morfometrik kuda, dan dilihat dari ukuran morfometrik kuda di Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara mempunyai ukuran yang seragam begitu juga dengan kuda yang ada di Kab. Humbang Hasundutan dan Kab. Samosir dan dilihat dari

28 segi bentuk untuk setiap Kabupaten masih mempunyai bentuk yang simetris dan ideal. Table 13. Analisis Diskriminan Fisher Kuda Jantan Kabupaten Peubah Karo Humbahas Tapanuli Utara Samosir Tinggi Pundak (TP) 11.92 10.33 11.96 10.16 Tinggi Pinggul (TPi) 11.05 8.77 10.96 8.38 Lebar Pinggul (LPi) 7.28 6.18 7.04 6.09 Panjang Badan (PB) 8.83 7.53 8.73 7.47 Lingkar Dada (LiD) 2.92 2.82 2.85 2.91 Dalam Dada (DD) 6.58 5.24 6.58 4.99 Lebar Dada (LeD) -11.324-9.27-11.13-8.98-2969 -2131-2927 -2053 Berdasarkan Tabel 13. di atas menunjukkan bahwa nilai ketidakseragaman peubah tertinggi berasal dari Kab. Karo dan Kab. Samosir yaitu -2969 berbanding dengan -2053, dan nilai ketidakseragaman peubah yang terendah adalah di Kab. Karo -2929 dengan Kab. Tapanuli Utara -2927. Analisis Gerombol Kuda Betina Hasil analisis pada Gambar 3. memperlihatkan kuda yang berada di Kab. Karo dan Kab. Taput mengelompok ke sebelah kanan, penyebaran kuda di Kab. Humbahas dan Kab. Samosir berada di sisi kiri, dan dilihat dari ukuran morfometrik kuda di Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara mempunyai ukuran yang seragam begitu juga dengan kuda yang ada di Kab. Humbang Hasundutan dan Kab. Samosir dan dilihat dari segi bentuk untuk setiap Kabupaten masih mempunyai bentuk yang simetris dan ideal. Semakin rapatnya kerumunan menandakan bahwa adanya keseragaman ukuran morfometri kuda. Semakin renggangnya kerumunan menandakan tingginya ketidakseragaman ukuran morfometri kuda di suatu Kabupaten maupun ukuran morfometri kuda antar Kabupaten.

29 B E N T U K Gambar 3. Analisis gerombol kuda betina UKURAN Tabel 14. Analisis Diskriminan Fisher Kuda Betina Kabupaten Peubah Karo Humbahas Tapanuli Utara Samosir Tinggi Pundak (TP) 13.74 11.97 13.64 11.80 Tinggi Pinggul (TPi) 14.24 12.14 14.24 12.04 Lebar Pinggul (LPi) 1.72 1.38 1.77 1.23 Panjang Badan (PB) 3.34 2.81 3.27 2.78 Lingkar Dada (LiD) 1.59 1.48 1.50 1.46 Dalam Dada (DD) 7.07 5.14 6.91 5.02 Lebar Dada (LeD) 1.21 2.11 1.70 2.07-2849 -2097-2817 -2040 Berdasarkan Tabel 14. di atas menunjukkan bahwa nilai ketidakseragaman peubah tertinggi berasal dari Kab. Karo dan Kab. Samosir yaitu -2849 dengan -2040, dan nilai ketidakseragaman peubah yang terendah adalah di Kab. Karo -2849 dengan Kab. Tapanuli Utara -2817.

30 Analisis Gerombol Kuda Gabungan Analisis gerombol kuda berdasarkan ukuran-ukuran tubuh yang menggambarkan pemisahan antar kuda ditampilkan pada Gambar 4. Afifi dan Clark (1996) menyatakan bahwa plot data hasil analisis diskriminan dapat digunakan untuk menggambarkan pemisahan maksimum yang mungkin terjadi antar kelompok yang diuji. Hasil analisis pada Gambar 4. memperlihatkan kuda yang berada di Kab. Karo dan Taput mengelompok ke sebelah kanan, dan kuda di Kab. Humbahas dan Kab. Samosir berada di sisi kiri. Semakin renggangnya kerumunan menandakan tingginya ketidakseragaman ukuran tubuh di suatu Kabupaten maupun ukuran tubuh kuda antar Kabupaten. Keterangan Gambar : Ka= Karo Hu= Humbang Hasundutan Ta= Tapanuli Utara Sa= Samosir

31 Kuda di Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara memiliki kerumunan yang berdekatan, hal ini menunjukkan bahwa di kedua Kabupaten tersebut memiliki keseragaman ukuran peubah-peubah yang diamati. Kab. Humbang Hasundutan memiliki peta penyebaran yang berdekatan dengan Kab. Samosir, hasil ini menunjukkan bahwa pengukuran morfometrik kuda di antara Kabupaten ini menginterpretasikan adanya keseragaman ukuran yang berdekatan. Menurut Noor (2008) pada dasarnya keragaman fenotip merupakan keragaman yang dapat diamati disebabkan oleh adanya keragaman genetik dan keragaman lingkungan. Sumber keragaman lainnya adalah keragaman yang timbul akibat interaksi antar faktor genetik dengan faktor lingkungan. Faktor lain yang mampu menyebabkan terjadinya keragaman dan ketidak- seragaman menurut Falconer dan Mackay (1996) adalah keragaman genetik dapat terjadi karena adanya proses mutasi akibat seleksi, perkawinan silang atau bencana alam yang dapat berakibat hilang atau hanyutnya gen. Tabel 15. Analisis diskriminan Fisher Kabupaten Peubah Karo Humbahas Tapanuli Utara Samosir Tinggi Pundak (TP) 11.48 9.94 11.41 9.77 Tinggi Pinggul (TPi) 12.01 9.99 11.99 9.82 Lebar Pinggul (LPi) 4.80 3.97 4.71 3.82 Panjang Badan (PB) 5.11 4.33 5.04 4.28 Lingkar Dada (LiD) 1.68 1.62 1.61 1.62 Dalam Dada (DD) 5.71 4.36 5.65 4.17 Lebar Dada (LeD) -3.98-2.75-3.64-2.62-2618 -1899-2584 -1835 Berdasarkan Tabel 15. di atas menunjukkan bahwa nilai ketidakseragaman peubah tertinggi berasal dari Kab. Karo dan Kab. Samosir yaitu -2618 berbanding dengan -1835, dan nilai ketidakseragaman peubah yang terendah adalah di Kab. Karo -2618 dengan Kab. Tapanuli Utara -2584. Menurut Hamdani

32 (2005) variasi ukuran terjadi diantara spesies yang berbeda, bahkan pada spesies yang sama. Beberapa faktor yang membatasi ukuran dan bentuk pada hewan, diantaranya adalah keadaan genetik, suplai zat makanan dan toksisitas. Penentuan Estimasi Jarak Genetik Dan Dendogram Antar Kuda Nilai matriks jarak antar masing-masing kuda dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Matriks jarak genetik kuda Kabupaten Humbahas Karo Samosir Tapanuli Utara Humbahas 0.00 Karo 12.899 0.00 Samosir 1.315 14.539 0.00 Tapanuli Utara 11.240 0.869 13.695 0.00 Berdasarkan matriks jarak di atas, diketahui jarak antara kuda di Kab.Karo dan kuda di Kab. Tapanuli Utara adalah 0.869, hasil ini menunjukkan bahwa kuda di kedua Kabupaten ini memiliki jarak genetik terdekat. Hal ini dimungkinkan karena telah terjadi persilangan luar antar kuda di kedua Kabupaten tersebut. Jarak genetik kuda di Kab. Karo dengan Kab. Samosir sebesar 14.539, hasil ini menyatakan bahwa kuda di kedua Kabupaten ini memiliki jarak genetik terjauh. Hal ini mungkin dikarenakan belum adanya persilangan luar antar kedua Kabupaten tersebut. Gambar 5. Pohon Dendogram

33 Dendogram menunjukkan bahwa kuda yang berada di Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Dapat disimpulkan, bila terjadi persilangan antara kuda di kedua Kabupaten ini, tidak akan memberikan perkembangan kuantitatif yang signifikan, hal ini dimungkinkan karena kecilnya peluang terjadinya heterosis (pengukuran kuantitatif rataan keunggulan anak terhadap rataan tetuanya) pada hasil persilangan antar keduanya kedepan. Kuda yang memiliki hubungan kekerabatan terjauh adalah kuda di Kab. Karo dengan kuda yang berada di Kab. Samosir, diperkirakan persilangan antar kuda di dua Kabupaten ini akan memberikan perkembangan kuantitatif yang signifikan, hal ini dimungkinkan karena lebih besar peluang terjadinya heterosis pada hasil persilangan antar keduanya kedepan.

34 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian ini didapat bahwa pada setiap Kabupaten di Sumatera Utara memiliki ukuran morfometrik yang beragam, dan peubah pembeda yang paling membedakan kuda dari segi ukuran (Faktor 1) adalah tinggi pinggul dan dari segi bentuk (Faktor 2) adalah lebar dada. Koefisien keragaman tertinggi ditemukan pada kuda di Kab. Humbang Hasundutan dan yang terendah terdapat pada kuda di Kab. Taput. Jarak genetik kuda yang terdekat adalah kuda antar Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara, dan kuda yang memiliki jarak genetik terjauh adalah kuda di Kab. Karo dengan Kab. Samosir. Berdasarkan hasil pengukuran morfometrik kuda pada penelitian ini dalam rangka untuk mendapatkan heterosis, diperkirakan perlu dilakukan persilangan antar kuda yang berada di Kab. Karo dengan kuda yang berada di Kab. Samosir. Namun demikian perlu dilakukan penelitian molekuler yang lebih terarah dan mendalam dimasa yang mendatang untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Saran Disarankan agar mendapatkan hasil persilangan yang baik maka untuk melakukan persilangan antar kuda harus yang hubungan kekerabatannya berjauhan seperti kuda yang ada di Kab. Karo dengan kuda yang berada di Kab. Samosir.