PENGAPLIKASIAN MAGGOT SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN PADA IKAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Maggot merupakan larva lalat black soldier atau serangga bunga, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

HASIL. Tabung. Alat. Gambar 1 Cara memberi makan imago. terakhir berhasil hingga sempurna (telurlarva-pupa-imago-telur).

(Prof. Dr. Ir.Yonny Koesmaryono, MS) (Dr.Ir.Mujizat Kawaroe, M.Si) NIP NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT SKRIPSI WIDYA PITA LOKA E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI MAGGOT DENGAN PAKAN BUATAN (PELET) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

a. Nama Lengkap : Chandra Serisa Rasi Kanya NIM. F

BONGGOL PISANG SEBAGAI PENINGKAT KESADAHAN PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

MANAJEMEN PENGEMBANGAN MAGGOT MENUJU KAWASAN PAKAN MINA MANDIRI

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMANFAATAN AIR BEKAS WUDHU SEBAGAI ALTERNATIF IRIGASI PERTANIAN SKALA KECIL BIDANG KEGIATAN : PKM-GT

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI MADU SEBAGAI PEMANFAATAN ALAMI UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

Tingkat Densitas Populasi Maggot Pada Media Yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POTENSI LIMBAH KULIT SINGKONG DALAM PRODUKSI BIOBRIKET SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN KELANGKAAN ENERGI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN JANGKRIK SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF TULANG RAWAN IKAN HIU UNTUK PENGOBATAN REMATIK PKM GAGASAN TERTULIS

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diusulkan Oleh: M. Budi Muliyawan E / 2008 ( Anggota) Dimas Ardi Prasetya F / 2009 ( Anggota)

LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

PEMANFAATAN LIMBAH POD KAKAO UNTUK MENGHASILKAN ETANOL SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

PERENCANAAN PRODUKSI PAKAN TERNAK PADA PT ABC MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SOSIALISASI IKAN TERI SEBAGAI BAHAN MAKANAN YANG MENGANDUNG SUMBER KALSIUM TINGGI PKM-GT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budidaya ayam arab di Indonesia semakin pesat hal ini

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH BATERAI RUMAH TANGGA MELALUI PENDEKATAN SOSIAL DAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

PEMBUATAN PAKAN IKAN BERBAHAN BAKU LOKAL:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PRODUKSI PAKAN IKAN DAN PAKAN TERNAK DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH BIOGAS ASAL KOTORAN TERNAK YANG MURAH DAN BERKUALITAS. Sujono 1 & Ahmad Yani 2

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

EKSISTENSI INDUSTRI TEPUNG IKAN DI KOTA TEGAL, JAWA TENGAH

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGANTAR KULIAH KE 7 (STUDENT CENTERED LEARNING) DR RITA ROSTIKA PRODI PERIKANAN FPIK UNPAD

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

DAMPAK PENETAPAN TARGET PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TERHADAP KEBUTUHAN PAKAN DAN AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil

Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive)

PENGGUNAAN AMPAS TAHU dan KOTORAN AYAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MAGGOT (Hermetia illucens)

INOVASI PRODUK PANGAN DARURAT: SOLUSI PERMASALAHAN PANGAN BANGSA BIDANG KEGIATAN: PKM-GT. Diusulkan Oleh :

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

PEMANFAATAN TANAMAN AZOLLA SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN (EKTRA FEEDING) Oleh : Ir. Indah Retnowati

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

EFEKTIFITAS MEDIA PERTUMBUHAN MAGGOTS Hermetia illucens (Lalat Tentara Hitam) SEBAGAI SOLUSI PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Transkripsi:

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGAPLIKASIAN MAGGOT SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN PADA IKAN Jenis Kegiatan: PKM Penulisan Gagasan Tertulis Diusulkan oleh: Dodi Ahmad Setiawibowo C14052848 (2005/2006) Dedi Anwar Sipayung C14053429 (2005/2006) Handika Gilang Pramana Putra C14062575 (2006/2007) INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

1. Judul Kegiatan : Pengaplikasian Maggot Sebagai Alternatif Pakan Pada Ikan 2. Bidang Kegiatan : ( )PKM AI (X) PKM GT 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Dodi Ahmad Setiawibowo b. NIM : C14052848 c. Jurusan : Budidaya Perairan d. Universitas : Institut Pertanian Bogor e. Alamat Rumah dan No Tel/HP : Wisma Asshobirin Babakan Raya II 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 Orang 5. Dosen Pendamping Darmaga Bogor 085693301146 a. Nama Lengkap : Ir. Nur Bambang P. U. M.Si. b. NIP : 132049461 c. Alamat Rumah dan No Tel/Hp : Jl. Pinus Blok T No. 21 Budi Agung Bogor 16161 Telp. (0251) 315917 Bogor, 25 Maret 2009 Menyetujui, Ketua Departemen Ketua Pelaksana Kegiatan Dr. Odang Carman NIP. 131578847 Wakil Ketua Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Dodi Ahmad Setiawibowo NIM. C14052848 Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir. Yonny Koesmaryono, MS Ir. Nur Bambang P. U.,Msi NIP. 131473999 NIP. 132049461 ii

KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segenap rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan PKM Gagasan Tertulis ini dapat diselesaikan. Penyusunan PKM Gagasan Tertulis ini ditulis sebagai sumbangan pemikiran mahasiswa untuk pemecahan kreatif dan aplikatif dari permasalahan yang terdapat di lapangan. Banyak bantuan yang telah diberikan berbagai pihak sampai diselesaikannya PKM Gagasan Tertulis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ketua Departemen Budidaya Perairan dan Ketua Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur 2. Ir. Nur Bambang P. U. M.Si. sebagai pembimbing yang telah memberikan masukannya selama ini 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan PKM Gagasan Tertulis ini. Semoga penulisan PKM Gagasan Ilmiah ini bermanfaat dan dapat diaplikasikan di lapangan. Bogor, Maret 2009 Penulis iii

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... 1 I. PENDAHULUAN... 3 1.1. Latar Belakang... 3 1.2. Tujuan dan Manfaat... 4 1.3. Tinjauan Pustaka... 5 1.3.1. Pakan Ikan... 5 1.3.2. Maggot... 6 1.3.3. Tepung Bungkil Kelapa Sawit... 9 1.4. Metode Penulisan... 9 II. PEMBAHASAN... 9 2.1. Analisis... 9 2.2. Sintesis... 10 III. PENUTUP... 13 3.1. Kesimpulan... 13 3.2. Saran... 13 3.3. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota... 13 3.4. Biodata Dosen Pembimbing... 14 DAFTAR PUSTAKA... 15 iv

RINGKASAN Pakan merupakan komponen produksi yang memberikan kontribusi yang paling besar dalam biaya produksi akuakultur (SITH,2009). Harga pakan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Hal ini disinyalir karena ketergantungan bahan pakan dari impor. Tingginya harga pakan dikeluhkan oleh para pelaku bisnis akuakultur (Wawa, 2006). Dampak dari kenaikan harga ini akan berujung pada konsumen, karena secara otomatis pelaku bisnis akuakultur akan membebankan tambahan biaya produksinya pada konsumen. Hal ini akan mengurangi daya beli konsumen. Selanjutnya, jika hal ini terus berlanjut, maka keberlanjutan bisnis akuakultur bisa terhambat. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk memecahkan mahalnya biaya pakan. Penulisan PKM Gagasan Tertulis ini bertujuan untuk memberikan tawaran solusi yang cukup aplikatif dilakukan pada tingkat petani sebagai pemecahan mahalnya biaya pakan. Penulisan PKM Gagasan Tertulis ini didasarkan pada studi pustaka, dan pengalaman di lapangan. Studi pustaka diambil dari beberapa jurnal, buku, koran, ataupun artikel di internet. Sedangkan pengalaman di lapangan didapatkan dari perjalanan fieldtrip mata kuliah jurusan di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Maggot atau larva dari lalat Hermetia illucense memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Maggot dapat dikultur dengan teknologi yang sederhana dan mudah untuk diterapkan. Lalat ini dapat dikultur dengan menggunakan limbah-limbah dari industri pertanian seperti dedak, kotoran ayam, ataupun tepung bungkil kelapa sawit. Tepung bungkil kelapa sawit merupakan kandidat media yang cukup potensial karena produktifitas maggot yang dihasilkannya bagus. Selain itu, mengingat Indonesia merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia, maka kekontinyuan bungkil kelapa sawit sangat terjamin. Penelitian tentang pemanfaatan maggot sebagai bahan pakan ikan telah banyak dilakukan. Ogunji J.O. et.al. (2007) menyebutkan bahwa maggot dapat menggantikan tepung ikan sebanyak 30% pada ikan tilapia. Sedangkan Sheppard dan Newton (1999) dalam Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot bisa menggantikan tepung ikan kualitas tinggi dan memberikan pertumbuhan yang sama walaupun diberikan dengan kondisi larva yang dipotong-potong. Penelitian ini dilakukan pada ikan lele Ichtalurus punctatus ukuran fingerling. Dengan melihat data-data tersebut maka Indonesia berpotensi untuk menghasilkan maggot dari tepung bungkil kelapa sawit. Apabila hal ini dapat dilakukan, maka aplikasi penggunaannya dapat langsung diterapkan pada skala petani. Selain itu, penggunaan tepung bungkil kelapa sawit yang merupakan bahan limbah akan secara otomatis menggurangi permasalahan pengolahan limbah pada perusahaan-perusahaan pengolahan kelapa sawit. Penggunaan maggot sebagai pakan ikan akan memberikan dampak persaingan positif antara petani ikan dan produsen pakan komersil. Perusahaan pakan tentunya menginginkan produk pakannya laku di pasaran. Oleh karena itu, 1

produsen pakan komersil akan dengan sendirinya berusaha untuk menurunkan harga pakannya. Hal ini jelas akan mengurangi impor bahan baku dari luar, karena biayanya akan sangat mahal. Penggunaan bahan-bahan lokal merupakan solusi dari permasalahan ini. Dengan demikian, maka diharapkan pembuatan pakan berbasis bahan baku lokal dapat terwujud. 2

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemeliharaan ikan secara intensif memerlukan pakan komersil yang tepat mutu, tepat waktu, dan tepat jumlah. Pakan komersil yang diproduksi oleh pabrik memiliki kualitas dan jumlah yang terjamin. Akan tetapi, harga pakan komersil yang semakin hari semakin meningkat telah meresahkan para pelaku akuakultur. Hal ini akan menyebabkan naiknya biaya produksi secara umum. Efek domino dari kenaikan biaya produksi ini yaitu kenaikan harga harga produk perikanan. Secara tidak langsung, konsumen akhirlah yang dibebankan untuk menanggung pembengkakan biaya produksi. Pada akhirnya daya beli konsumen menjadi penentu akhir keberlanjutan industri akuakultur. Apabila daya beli konsumen tinggi, mungkin tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi pada kenyataannya daya beli konsumen (Indonesia) tidak demikian halnya. Ketergantungan pabrik pakan terhadap bahan baku impor menyebabkan harga pakan menjadi mahal. Menurut data yang diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, impor tepung ikan Indonesia mencapai 88.902 ton. Sedangkan selama semester pertama 2007, DKP mencatat impor produk perikanan mayoritas berupa tepung ikan yang mencapai 25.905 ton, sedangkan dalam bentuk ikan segar atau beku mencapai 18.872 ton hingga Juli 2007. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia dalam pengadaan bahan pembuat pakan. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sebagai sumber protein yang berbasis bahan baku lokal (Wawa, 2006). Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (Hermetia illicens) merupakan salah satu alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Murtidjo (2001) menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19 %, digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein. Berdasarkan hasil proksimat maggot yang telah dilakukan, Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot yang dikultur dengan menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi memiliki kandungan protein 38,32 %. Sedangkan 3

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh BBAT Sukabumi, maggot yang dikultur menggunakan bungkil kelapa sawit yang telah difermentasi memiliki kandungan protein 45,14 %. Hal ini berarti maggot memenuhi syarat sebagai sumber protein. Aplikasi penggunaan maggot sebagai pakan sangat mudah diterapkan. Tidak seperti halnya pabrik pakan yang menggunakan formulasi pakan yang cukup rumit. Maggot dapat dijadikan pakan secara langsung dalam bentuk segar ataupun dicampur bahan lain seperti dedak untuk dijadikan pelet. Hal ini tentunya akan memudahkan petani untuk memproduksi pakan sendiri. Walaupun penggunaan maggot tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya bahan pakan, namun setidaknya penggunaan maggot dapat diaplikasikan bersama pakan komersil sehingga otomatis biaya produksi dapat ditekan tanpa mengurangi pertumbuhan ikan. Tepung bungkil kelapa sawit merupakan hasil sampingan pengolahan sawit segar menjadi PKO (Palm Kernel Oil). Limbah ini jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. DMSI (2009) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Luas areal perkebunan sawit mencapai 6,78 juta hektar dengan produksi 17,37 juta ton. Hal ini berarti bahwa kekontinyuan akan tepung bungkil kelapa sawit sebagai media kultur maggot sangat terjamin. Dengan melihat fakta-fakta tersebut maka dapat dimungkinkan untuk membuat pakan murah dari bahan-bahan limbah. Pemanfaatan PKM ini masih sangat kurang. Penggunaan PKM sebagai media kultur maggot yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai pakan ikan diharapkan mampu meningkatkan daya gunanya sekaligus sebagai alternatif pakan yang aplikatif di lapangan. 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan PKM Gagasan Tertulis ini yaitu memberikan tawaran solusi untuk memecahkan masalah dalam bidang akuakultur yang 4

terkendala akibat terus menaikknya harga pakan yang sangat dirasakan memberatkan terutama bagi petani dengan modal kecil. Adapun manfaat dari penulisan PKM GT ini yaitu : a. Bagi penulis Penulis dapat menuangkan gagasannya sekaligus berlatih menulis secara ilmiah. Selain itu, sebagai aktualisasi dan pengembangan diri terutama dalam menganalisa masalah dan kemudian mencari solusi untuk pemecahannya. b. Bagi masyarakat Tulisan dapat dijadikan landasan untuk memproduksi pakan ikan secara sederhana sehingga mahalnya biaya produksi akibat pakan dapat ditekan. 1.3. Tinjauan Pustaka 1.3.1. Pakan Ikan Pakan merupakan komponen terbesar yang memberikan andil dalam biaya produksi akuakultur. SITH (2009) menyebutkan bahwa biaya produksi dalam akuakultur 50-60% nya berasal dari komponen pakan. Hal ini berarti pakan merupakan komponen yang paling berpengaruh pada industri akuakultur. Akibatnya, bila harga pakan naik, maka efeknya akan sangat terasa oleh para pelaku bisnis akuakultur terutama para petani yang bermodal kecil. Anonim (2009) melaporkan bahwa para petani keramba jaring apung di waduk Cirata mengeluhkan naiknya harga pakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa ternyata pelaku bisnis pakan komersil yang mempunyai pabrik besar turut andil dalam penggunaan dan pengawasan produknya. Hal ini memperlihatkan bahwa selaku produsen pakan komersil, pihak produsen pakan tidak ingin dijadikan kambing hitam apabila konversi pakan membengkak. Fenomena ini juga memperlihatkan bahwa pihak produsen pakan pun merasa khawatir apabila industri akuakultur bangkrut yang berarti ia tidak bisa menjual produknya. Naiknya harga pakan dari tahun ke tahun diduga karena ketergantungan bahan baku pakan dari impor. Husodo (2008) menyebutkan bahwa sampai 5

sekarang ini Indonesia masih mengimport 15.000 ton per tahun, tepung daging dan tulang (meat bone meal/mbm) 20.000 ton per tahun, bungkil kedelai 625.000 ton per tahun, dan jagung mencapai 500.000 ton per tahun. Ketergantungan akan impor ini jelas akan berpengaruh secara langsung terhadap produsen pakan. Kriteria bahan pakan tergantung dari Kualitas dan kuantitas bahan baku, Kandungan gizi / kadar nutrisi, Kecernaannya (digestibility), Daya serap (bioavailability) ikan, Tidak mengandung senyawa anti-nutrisi dan/atau zat racun serta Harganya SITH (2009). Oleh karena itu, ketergantungan bahan baku pakan dari impor jelas akan berdampak buruk. Hal ini karena kita tidak dapat mengontrol harga ataupun kekontinyuannya. Penelitian mengenai bahan baku pakan terutama bahan baku pakan sumber protein yang berpotensi untuk mensubstitusi penggunaan tepung ikan sudah banyak dilakukan. Tidak hanya di Indonesia namun di luar negeri pun penelitian serupa telah banyak dilakukan bahkan lebih dulu. Keong (2004) melaporkan bahwa palm kernel meal dapat mensubtitusi tepung ikan hingga 20%. Tidwell (1990) telah meneliti potensi DDGs sebagai bahan pakan untuk ikan. Yigit (2006) berdasarkan hasil penelitiannya menyebutkan bahwa penggunaan PBM hingga 25% tidak mempengaruhi pertumbuhan pada ikan. 1.3.2. Maggot Maggot merupakan larva dari Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Sedangkan DuPonte (2003) menyebutkan bahwa makanan utama dari larva dari lalat ini adalah kotoran ayam dan bahan-bahan organik. Diener (2007) telah menyebutkan beberapa keunggulan dari larva dari Black Soldier Fly. Beberapa karakteristik larva dapat diaplikasikan untuk penerapan teknologi. Sifat larva yang memakan sisa-sisa bahan dapur ataupun kotoran dapat dimanfaatkan untuk mendaur ulang sampah-sampah tersebut. Sifat stadia prepupa yang dapat bergerak memanjat kemiringan hingga 45 o dapat dimanfaatkan sebagai cara panen (self harvesting). Selain itu, karena sifat dari 6

lalat Black Soldier Fly yang tidak membawa makanan dan hidup liar di luar rumah hunian manusia, maka larva dari lalat ini diduga tidak membawa vektor penyakit. Pemberian maggot telah dicoba kepada beberapa ikan, antara lain ikan mas Ciprinus carpio. Ogunji J.O. et.al. (2007) menyebutkan bahwa maggot dapat menggantikan tepung ikan sebanyak 30% pada ikan tilapia. Sedangkan Sheppard dan Newton (1999) dalam Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot bisa menggantikan tepung ikan kualitas tinggi dan memberikan pertumbuhan yang sama walaupun diberikan dengan kondisi larva yang dipotong-potong. Penelitian ini dilakukan pada ikan Ichtalurus punctatus ukuran fingerling. Namun demikian, berdasarkan pernyataan Dirjen Perikanan Budidaya Made L Nurdjana, Wawa (2006) menyebutkan bahwa penggunaan maggot baru sebatas untuk ikan air tawar. Sebaliknya, untuk ikan air laut penggunaan tepung ikan masih lebih baik. Maggot terdapat disekitar lingkungan kita, untuk membudidayakannya tidak telalu sulit. Newton et. al. (2005) menggunakan kotoran babi sebagai media kultur. Hal serupa juga telah berhasil dilakukan oleh ARE (2006). Oliver (2004) dalam penelitiannya menggunakan limbah dari restoran sebagai media kultur. Sedangkan Hem et. al. (2008) menggunakan palm kernel meal (PKM) sebagai media pemeliharaannya. Kandungan protein dari maggot cukup tinggi yaitu sekitar 40%. Oliver (2004) melaporkan bahwa larva BSF mengandung 42% protein. Sheppard and Newton (1994) juga melaporkan hal yang serupa. Selanjutnya Sogbesan et. al. (2006) menyebutkan bahwa protein dari maggot dapat mencapai 50%. Kandungan nutrisi maggot berdasarkan penelitian oleh Oliver (2004) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi maggot Protein 42,1 % Lemak 34,8% Abu 14,6% Serat kasar 7% NFE 1,4% Kadar air 7,9% Phospor 1,5% Kalsium 5% 7

Selain itu, kandungan asam amino esensial maggot cukup lengkap. Maggot memiliki 10 asam amino esensial. Kandungan asam amino esensial dari maggot berdasarkan penelitian Newton (2005) disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Asam amino esensial maggot Asam amino esensial Mineral dan lainya Methionone 0,83 P 0,88% Lysine 2,21 K 1,16% Leucin 2,61 Ca 5,36% Isoleucine 1,51 Mg 0,44% Histidine 0,96 Mn 348 ppm Phenyllalanine 1,49 Fe 776 ppm Valine 2,23 Zn 271 ppm I-Arginine 1,77 Protein kasar 43,2% Threonine 1,41 Lemak kasar 28,0% Tryptophan 0,59 Abu 16,6% Dalam siklus hidupnya lalat Hermetia illucens memiliki lima stadia (Diener, 2007). Lima stadia tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase pupa. Dari ke-lima stadia tersebut stadia prepupa sering digunakan sebagai pakan ikan (Newton, 2005). Siklus hidup dari lalat Hermetia illucens dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan metode produksi yang telah dilakukan oleh Newton (2005) dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Siklus hidup lalat Hermetia Illucense 8

Gambar 2. Metode produksi maggot menjadi pelet 1.3.3. Tepung Bungkil Kelapa Sawit Tepung bungkil kelapa sawit merupakan hasil sampingan pengolahan sawit segar menjadi PKO (Palm Kernel Oil). Limbah ini jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. DMSI (2009) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Luas areal perkebunan sawit mencapai 6,78 juta hektar dengan produksi 17,37 juta ton. Hal ini berarti bahwa kekontinyuan akan tepung bungkil kelapa sawit sebagai media kultur maggot sangat terjamin. 1.4. Metode Penulisan Dalam menulis PKM Gagasan Tertulis ini, penulis menggunakan beberapa metode penulisan. Metode penulisan yang digunakan penulis yaitu: a. Studi literatur : penulis menggunakan berbagai buku dan jurnal ataupun surat kabar. b. Studi lapangan : penulis menggunakan pengalaman dari berbagai fieldtrip yang pernah dilakukan. c. Pengalaman : penulis menggunakan pengalamannya yang berkaitan dengan hal yang dikaji. 9

II. PEMBAHASAN 2.1. Analisis Berdasarkan data dan tinjauan fakta di lapanngan maka permasalahan mengenai mahalnya harga pakan untuk ikan dan akibatnya dapat digambarkan pada Diagram 1. KUALITAS BAHAN LOKAL Diagram 1. Analisis penyebab dan dampak dari naiknya harga pakan ikan Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa penyebab utama dari naiknya harga pakan ikan adalah kualitas bahan baku pakan lokal yang tidak sesuai dengan standar pabrik. Kualitas bahan baku lokal yang tidak menentu ini diduga karena tidak ada atau hanya sedikit produsen bahan baku pakan lokal yang menerapkan standar SNI produk. Selain itu, banyak pula produsen bahan baku pakan yang nakal. Hal ini menyebabkan para produsen pakan lebih memilih untuk mengimpor bahan baku pakan dengan kualitas terjamin. Nama perusahaan produsen pakan dipertaruhkan untuk membuat produk pakan dengan kualitas yang sesuai dengan standar pabrik. Hal ini dapat dicapai apabila bahan baku pakannya memiliki kualitas yang terjamin. Oleh karena itu, daripada mempertaruhkan nama perusahaan dengan menggantungkan pada bahan baku lokal yang kualitasnya tidak menentu, maka para produsen pakan mengimpor bahan baku pakannya dari luar negeri. 10

Dampak dari ketergantungan pada bahan baku impor yang harganya semakin naik dan jumlahnya mulai berkurang mengakibatkan naiknya harga pakan. Efek berantai dari naiknya harga pakan yaitu biaya produksi akuakultur menjadi naik. Oleh karena itu banyak petani yang mengeluh. Efek selanjutnya yaitu pembebanan kenaikan harga produk akuakultur ke konsumen. Hal ini menyebabkan daya saing produk akuakultur di pasar menjadi menurun. Kemungkinan selanjutnya yaitu beralihnya minat beli konsumen pada produk akuakultur. Apabila demikian, maka keberlanjutan industri akuakultur menjadi dipertanyakan. 2.2. Sintesis Solusi yang memungkinkan untuk memecahkan masalah harga pakan ikan berdasarkan potensi yang ada di Indonesia dapat digambarkan pada Diagram 2. MENGATASI NAIKNYA HARGA PAKAN Diagram 2. Solusi untuk mengatasi naiknya harga pakan Berdasarkan diagram di atas maka solusi untuk mengatasi masalah mahalnya harga pakan dapat dipecahkan dengan menerapkan solusi jangka pendek dan solusi jangka panjang. Solusi jangka pendek yang dapat diterapkan yaitu dengan membuat pakan secara mandiri oleh petani. Para petani dapat melakukan hal ini secara bergotong royong. Tekonologi yang dapat diterapkan 11

yaitu pemanfaatan limbah industri pertanian (Palm Kernel Meal). Limbah ini jumlahnya sangat melimpah di Indonesia mengingat bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Oleh karena itu, dari segi kekontinyuan dan kualitas dapat terjamin. Dengan demikian, maka akan terjadi persaingan positif antara petani dan pelaku industri pakan. Industri pakan pastinya akan memutar otak untuk menurunkan harga pakan sehingga produk pakannya dapat terjual. Hal ini akan berdampak positif karena impor bahan pakan dari luar negeri dengan sendirinya akan berkurang. Proses pengolahan PKM menjadi pakan (maggot) dapat dilihat pada Diagram 3. Diagram 3. Pengolahan PKM menjadi pelet maggot Penggunaan limbah sawit sebagai media pembuatan bahan pakan tentunya akan memberikan nilai tambah bagi limbah sawit. Selain itu, pemanfaatan ini juga dapat digunakan untuk mengurangi dampak buruk limbah terhadap kerusakan lingkungan. Solusi jangka panjang dapat dicapai dengan memanfaatkan bahan baku lokal sebagai bahan pakan. Hal ini masih memerlukan tahap penelitian yang panjang dan terpadu. Peran pemerintah akan sangat dibutuhkan untuk menetapkan kebijakan dalam hal ini. 12

III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa maggot yang dapat dibiakkan melalui pemanfaatan limbah industri kelapa sawit berpotensi untuk dijadikan pakan ikan. 3.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai standarisasi produksi maggot. Selain itu, penelitian mengenai penggunaan maggot secara aplikatif di lapangan perlu dilakukan. 3.3. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota 1.Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Dodi Ahmad Setiawibowo b. NRP : C14052848 c. Fakultas/Program Studi : Perikanan dan Ilmu Kelautan/Budidaya Perairan d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor 2.Anggota Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Dedi Anwar Sipayung b. NRP : C14053429 c. Fakultas /Program Studi : Perikanan dan Ilmu Kelautan/Budidaya Perairan d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor 3.Anggota Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Handika Gilang Pramana Putra b. NRP : C14062575 c. Fakultas /Program Studi : Perikanan dan Ilmu Kelautan/Budidaya Perairan d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor 13

3.4. Biodata Dosen Pembimbing Nama Jenis kelamin Agama : Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, Msi : Laki-laki : Islam Tempat/tanggal lahir : Banyumas, 14-08-1965 Alamat rumah Jabatan : Jl. Pinus Blok T No. 21 Budi Agung Bogor 16161 Telp. (0251) 315917 : Staf Pengajar pada Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB 14

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Harga Pakan Ikan Japung Melambung. Pikiran Rakyat 4 Maret 2009. [25 Maret 2009] Diener S. 2007. Conversion of Organic Refuse by Saprophages. Eawag: Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology. Costa Rica p.1. DMSI. 2009. Kebutuhan Riset Kelapa Sawit di Indonesia. Dewan Minyak Sawit Indonesia DuPonte M.W. and Larish L.B. 2003. Tropical Agriculture and Human Resources (CTAHR). Hawaii Hem et. al. 2008. Bioconversion of palm kernel meal for aquaculture: Experiences from the forest region (Republic of Guinea). African Journal of Biotechnology Vol. 7 (8), pp. 1192-1198 Husodo. 2008. Substitusi Pakan Impor untuk Produksi Unggas. Kompas 31 Januari 2009. [25 Maret 2009] Keong N. W. 2004. Researching the Use of Palm Kernel Cake in Aquaculture Feeds. Penang : Fish Nutrition Laboratory, School of Biological Sciences, Universiti Sains Malaysia Murtidjo B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius: Yogyakarta Newton G.L. et. al. 2005. The Black Soldier Fly, Hermetia Illucens, as A Manure Management / Resource Recovery Tool. Agricultural and Food Processing Wastes, Proceedings of the 8 th International Symposium. ASAE, St Joseph, MO. ASAE, St Joseph, MO. Oliver P. A. 2004. The Bio-Conversion of Putrescent Wastes. ESR LLC. Washington. P. 1-90 Sheppard, D. C., and G. L. Newton. 2000. Valuable by-products of a manure management system using the black soldier ßy - a literature review with some current results. Proceedings, 8th International Symposium - Animal, Agricultural and Food Processing Wastes, 9Ð11 Octoer 2000. Des Moines, IA. American Society of Agricultural Engineering, St. Joseph, MI. SITH. 2009. Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur ITB-VEDCA-SEAMOLEC Songbesan O. A., ND. Ajuau, A.A.A. Ugwumba and C.T Madu, 2005 Cost benefits of maggot meal as supplemented feed in the diets of Hererobranchus longifilis x Clarias gariepinus (Pisces Clariidae) 15

hybrid fingerlings in outdoor concrete tan Joumal of Industrial and Scientific Research, 3; 51-55 Sugianto D. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Maggot Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tidwell, J.H., C.D. Webster, and D.H. Yancey. 1990. Evaluation of distillers grains with solubles in preparedchannel catfish diets. Transactions of the Kentucky Academy of Science 51:135-138. Wawa J.E. 2006. Limbah Sawit Bernilai Ekonomi. www.kompas.com. [13 Pebruari 2009] Yigit M., et. al. 2006. Substituting fish meal with poultry by-product meal in diets for black Sea turbot Psetta maeotica. Blackwell Publishing Ltd Aquaculture Nutrition 12; 340 34 16