METODOLOGI. Gambar 2 Lokasi pengambilan data penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB 2 LANDASAN TEORI

Gambar 1. Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IX ANALISIS REGRESI

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB IV PENGOLAHAN DATA

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara

METODE PENELITIAN. Data Citra, Data Pendukung dan Alat

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada pasar tradisional yang dikelola oleh UPT

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta administrasi Kota Sintang

BAB II METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. regresi adalah sebuah teknik statistik untuk membuat model dan menyelediki

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB 2 LANDASAN TEORI

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

Transkripsi:

47 METODOLOGI Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Juli 2007. Kegiatan yang dilakukan meliputi: pengumpulan data, analisis data, dan sintesis. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di 30 desa terpilih yang berada di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Gambar 2). Desa-desa tersebut secara administrasi pemerintahan, berada pada dua wilayah provinsi dan tiga wilayah kabupaten yaitu: (1) Provinsi Jawa Barat: Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi; (2) Provinsi Banten: Kabupaten Lebak. Gambar 2 Lokasi pengambilan data penelitian. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah Global Positioning System (GPS), kompas, dan seperangkat komputer dengan perangkat lunak: ERDAS versi 9.1, ArcView versi 3.3, dan SPSS versi 13. Bahan-bahan yang digunakan meliputi: citra landsat

48 TM (tahun 1989, 1992, 1995, 1998, 2001, dan 2004), Peta Tata Batas TNGHS, Peta Administrasi Pemerintahan, daftar pertanyaan untuk wawancara, dan kuesioner penelitian. Metode Pengumpulan Data 1. Survei dan pengambilan data sekunder ke instansi-instansi terkait: PPLH IPB, Departemen Kehutanan, Pemerintah Daerah, dan BPS. 2. Metode survei dengan wawancara mendalam dan/atau alat kuesioner terhadap responden terpilih, untuk memperoleh data dan informasi selama periode tahun 1989-2004 tentang: (a) sejarah penggunaan dan penutupan lahan, (b) data kependudukan, (c) mata pencaharian, (d) tingkat pendapatan, (e) kepemilikan dan penguasaan lahan, (f) kebutuhan lahan garapan, (g) kebutuhan hidup layak, (h) aksesibilitas terhadap sumberdaya alam, (i) pemanfaatan sumberdaya alam, (j) tingkat pendidikan, (k) pengetahuan lokal, (l) adat istiadat, (m) persamaan jender, (n) sarana dan prasarana. Wawancara dilakukan dengan mencoba mengingatkan kembali (recalling) responden terhadap keadaan mereka pada waktu yang telah lalu. 3. Pengumpulan data dan/atau pengamatan di lapang terhadap sub sistem: (a) ekologi, (b) ekonomi-finansial, (c) sosial-budaya. 4. Pengumpulan data koordinat geografis lokasi: dilakukan dengan seperangkat peralatan survey lapangan (GPS, kompas, peta-peta). Penarikan Sampel Untuk mendapatkan berbagai data yang dibutuhkan pada lokasi penelitian, dilakukan penarikan sampel dengan metode stratified cluster sampling (Gambar 3). Pada metode penarikan sampel ini, dilakukan pengelompokkan terhadap unit-unit elementer dalam kelompok kecil yang masih heterogen seperti halnya populasi itu sendiri (Nazir 2003). Penarikan sampel terdiri dari dua tahap, yaitu: tahap pertama untuk menentukan primary sampling unit (psu); dan tahap kedua untuk menentukan secondary sampling unit (ssu).

49 Pada tahap pertama, penarikan sampel adalah berupa pemilihan sampel desa yang akan dijadikan sebagai primary sampling unit (psu). Penarikan sampel didasarkan pada hasil stratifikasi yang dilakukan pada tahap awal, dengan sampling fraction sebesar 25%. Pada tahap kedua, penarikan sampel dilakukan terhadap unit elementer yang ada pada psu. Untuk menarik sampel dari total unit elementer pada psu, diperlukan list nama kepala keluarga yang ada pada masing-masing desa terpilih. Seluruh kepala keluarga yang pada desa sampel terpilih merupakan calon responden yang akan memberikan informasi. Dengan mempertimbangkan keterbatasan biaya, waktu, dan standar analisis statistika, jumlah responden yang dipilih pada sampling tahap kedua ini adalah sebanyak 30 kepala keluarga. Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan responden terpilih, diharapkan sudah dapat mewakili kondisi keluarga yang ada pada desa terpilih. TNGHS Populasi finit Desa strata i D 1 D 2 D 3 D 4 D 5. D j Sampel tahap pertama D 3 D 5 P 1 P 2 P 3. P m P 1 P 2 P 3. P n Sampel tahap kedua P 1 P 3 P 2 P 3 Responden Gambar 3 Tahapan penarikan sampel.

50 Pada tahap awal penarikan sampel, seluruh desa yang ada di dalam dan di sekitar kawasan TNGHS dikelompokkan menjadi beberapa strata (Tabel 1). Stratifikasi ini, didasarkan pada: 1. Laju penurunan luas hutan alam: a. Desa dengan laju penurunan rata-rata sebesar 0-2.0 %/tahun b. Desa dengan laju penurunan rata-rata sebesar 2.1-4.0 %/tahun c. Desa dengan laju penurunan rata-rata sebesar 4.1-6.0 %/tahun d. Desa dengan laju penurunan rata-rata sebesar 6.1-8.0 %/tahun 2. Sosial kultural masyarakat: a. Desa tradisional b. Desa non-tradisional 3. Status desa: a. Desa enclave b. Desa non-enclave No strata Tabel 1 Kombinasi kriteria untuk penentuan strata desa Laju penurunan luas hutan alam rata-rata (%/tahun) Sosial kultural masyarakat Status desa 1 0 2.0 non-tradisional non-enclave 2 0 2.0 non-tradisional enclave 3 0 2.0 tradisional non-enclave 4 0 2.0 tradisional enclave 5 2.1 4.0 non-tradisional non-enclave 6 2.1 4.0 non-tradisional enclave 7 2.1 4.0 tradisional non-enclave 8 2.1 4.0 tradisional enclave 9 4.1 6.0 non-tradisional non-enclave 10 4.1 6.0 non-tradisional enclave 11 4.1 6.0 tradisional non-enclave 12 4.1 6.0 tradisional enclave 13 6.1 8.0 non-tradisional non-enclave 14 6.1 8.0 non-tradisional enclave 15 6.1 8.0 tradisional non-enclave 16 6.1 8.0 tradisional enclave

51 Proses stratifikasi desa merupakan pengelompokkan desa berdasarkan kombinasi dari kriteria laju penurunan luas hutan alam, sosial kultural masyarakat, dan status desa. Setiap strata desa dianggap mewakili setiap tipologi desa yang ada di kawasan TNGHS. Sehingga diharapkan bahwa pengambilan sampel desa pada setiap strata desa, juga akan mewakili setiap tipologi desa. Pengelompokkan laju penurunan luas hutan alam pada setiap desa, didasarkan pada hasil studi Prasetyo dan Setiawan (2006). Laju penurunan luas hutan alam ini merupakan persentase penurunan luas hutan alam rata-rata per tahun dalam kurun waktu 15 tahun (1989-2004) pada setiap wilayah desa. Pada penelitian ini, pengelompokkan laju penurunan luas hutan alam pada setiap desa tidak memperhitungkan luasan desa, dan adanya perbedaan laju penurunan pada setiap tahunnya. Sehingga terdapat kemungkinan bahwa desa-desa dengan luasan yang kecil mempunyai laju penurunan luas hutan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan desa-desa yang relatif lebih luas. Disamping itu, terdapat juga kemungkinan bahwa secara rata-rata keseluruhan selama periode tahun 1989-2004, laju penurunan luas hutan alam pada suatu desa lebih kecil jika dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Tetapi pada selang waktu tertentu, terjadi hal sebaliknya, dimana laju penurunan luas hutan alam pada desa tersebut adalah jauh lebih tinggi dibandingkan desa-desa lainnya. Pada desa-desa dengan laju penurunan luas hutan alam sebesar 0-2% per tahun, diperkirakan luas hutan alam yang berada pada wilayah desa-desa ini sudah berkurang sebanyak 0-30%. Pada desa-desa dengan laju penurunan luas hutan alam sebesar 2.1-4.0% per tahun, diperkirakan luas hutan alam pada wilayah desa-desa ini sudah berkurang sebanyak 30.1-60%. Pada desa-desa dengan laju penurunan luas hutan alam sebesar 4.1-6.0% per tahun, diperkirakan luas hutan alam yang berada pada wilayah desa ini sudah berkurang sebanyak 60.1-90%. Pada desa-desa dengan laju penurunan luas hutan alam sebesar 6.1-8.0% per tahun diperkirakan luas hutan alam yang berada pada wilayah desa ini sudah berkurang lebih dari 90%. Berdasarkan sosial kultural masyarakat, desa-desa yang ada di dalam dan di sekitar kawasan TNGHS dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pengaruh masyarakat tradisional. Desa-desa dimana masih terdapat pengaruh kuat tetua

52 adat dan penerapan aturan-aturan masyarakat tradisional, dikelompokkan pada desa tradisional. Sebaliknya, jika pada suatu desa tidak ada lagi pengaruh tetua adat dan penerapan aturan-aturan masyarakat tradisional, maka desa tersebut dikelompokkan pada desa non-tradisional. Pengelompokkan desa berdasarkan status desa yang dimaksudkan pada penelitian ini, didasarkan pada letak wilayah desa dari sudut pandang pengelola TNGHS. Suatu desa disebut desa enclave jika sebagian atau seluruh wilayah desa tersebut berada di dalam kawasan enclave. Sebaliknya, jika tidak terdapat wilayah desa yang berada di dalam kawasan enclave, maka desa tersebut dikelompokkan pada desa non-enclave. Perhitungan terhadap jumlah sampel, dan beberapa nilai pendugaan sampel yang diambil dari populasi awal dihitung berdasarkan rumus-rumus berikut ini: 1. Jumlah sampel tahap pertama: m = f 1 x M m : besarnya sampel f 1 : sampling fraction tahap pertama M : jumlah psu 2. Jumlah sampel tahap kedua: n i = f 2 x N i n i : jumlah unit elementer yang dipilih dari psu ke-i f 2 : sampling fraction tahap kedua N i : jumlah unit elementer dari psu ke-i 3. Jumlah nilai observasi dari ssu dalam psu ke-i : n = i X i X ij j= 1 X i : jumlah harga observasi pada psu ke-i X ij : nilai observasi ssu ke-i dalam psu ke-j

53 4. Total harga observasi dari semua ssu: X = m X i i= 1 X : total harga observasi dari semua ssu Xi : jumlah harga observasi pada psu ke-i 5. Rata-rata nilai observasi per psu terpilih dalam sampel: X X = m X : rata-rata nilai observasi per psu yang terpilih dalam sampel X : total harga observasi dari semua ssu m : jumlah psu terpilih 6. Rata-rata nilai observasi per ssu dalam subsampel dari psu ke-i: X i X i = n i X i : rata-rata observasi per ssu dalam subsampel dari psu ke-i X i : jumlah harga observasi pada ssu dari psu ke-i n i : jumlah ssu terpilih dalam psu ke-i 7. Rata-rata nilai observasi per ssu dalam subsampel: X X = n X : rata-rata nilai observasi per ssu dalam subsampel X : total nilai observasi dari semua ssu dalam sampling tahap kedua n : jumlah semua ssu 8. Pendugaan total nilai observasi dari seluruh populasi: 1 X t = X f X t : pendugaan nilai total observasi dalam populasi X : total nilai observasi dari semua ssu f : sampling fraction akhir (= f 1 x f 2 )

54 9. Pendugaan total unit elementer dalam seluruh populasi: 1 Y t = f Y Y t : pendugaan total unit elementer dalam populasi Y : jumlah unit elementer dalam sampel f : sampling fraction akhir (= f 1 x f 2 ) 10. Pendugaan rata-rata observasi per unit elementer dari seluruh populasi: X G = Y G : pendugaan rata-rata nilai observasi per unit elementer dari seluruh populasi X : total nilai observasi dari semua ssu Y : jumlah unit elementer dalam sampel Pengolahan dan Analisis Data Metode-metode yang digunakan adalah analisis spasial, analisis deskriptif, analisis regresi linier berganda, analisis tekanan penduduk, analisis harga barang substitusi dan harga pasar, dengan proses sebagai berikut: 1. Analisis spasial: (a) perubahan penggunaan dan penutupan lahan multi waktu; (b) tampilan/layout peta; dan (c) pemasukan data koordinat geografis lokasi penelitian. 2. Analisis tabulasi dan deskriptif: berupa tabel dan gambar dari data-data hasil ground survey sosial ekonomi, untuk menentukan peubah-peubah sosial ekonomi kunci/dominan. 3. Analisis regresi linier berganda: untuk menduga besarnya pengaruh peubah-peubah sosial ekonomi kunci/dominan terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan. 4. Analisis tekanan penduduk: (a) kebutuhan lahan untuk hidup layak; (b) besarnya tekanan penduduk. 5. Analisis harga barang pengganti dan harga pasar: untuk menduga nilai manfaat langsung.

55 Analisis Spasial Analisis spasial terhadap data landsat lokasi penelitian mengacu pada hasil studi yang dilaksanakan oleh Prasetyo dan Setiawan (2006). Studi dilaksanakan dengan membandingkan data landsat multi waktu, dari tahun 1989-2004. Tahapan pengolahan dan analisis data landsat yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4. Analisis komparasi multi waktu data landsat dilakukan dengan menggunakan metode preclassification dan postclassification. Pada proses preclassification, dilakukan perbandingan nilai dijital pada setiap data landsat secara langsung, dimana seluruh data landsat dinormalkan terlebih dahulu terhadap landsat yang dijadikan acuan. Sedangkan pada proses postclassification, dilakukan perbandingan terhadap data landsat multiwaktu setelah data landsat diklasifikasikan secara individual. Klasifikasi penggunaan/penutupan lahan dilakukan secara terbimbing dengan menggunakan metode kemiripan maksimum (maximum likelihood classification). Landsat tahun 1989-2004 Landsat tahun 1989-2004 Normalized (corrected) Pre-processing: 1. Geometric correction 2. Normalize/Radiometric (relative radiometric normalization) 3. Topografic correction 4. Subset to boundary Select training area Pre-Processing Processing Accuracy assessement Supervised Classification (Maximum Likelihood Method) Ground Check Peta Penggunaan Lahan/ Penutupan Lahan Gambar 4 Diagram alir pengolahan data Landsat (Prasetyo & Setiawan 2006).

56 Koreksi geometri merupakan proses memproyeksikan data peta ke dalam suatu sistem proyeksi peta tertentu. Dalam proses proyeksi ini, digunakan sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Untuk menghasilkan tingkat akurasi yang baik, maka geometric co-registration dilakukan dengan RMSE (root mean square error) sebesar 0.25-0.5 pixel atau hampir 1 pixel. Citra landsat yang menjadi acuan adalah citra landsat tahun 2003 atau 2001 yang telah dikoreksi terlebih dahulu ke proyeksi UTM. Penentuan data landsat yang akan dijadikan sebagai acuan didasarkan pada kondisi tutupan awan yang paling sedikit. Metode normalized radiometric yang digunakan adalah metode pseudoinvariant feature (PIF), yaitu dengan membandingkan objek-objek yang tidak mengalami perubahan dari satu data image dengan data image lainnya. Hal ini dapat dilihat pada objek-objek yang tidak tergantung pada musim dan siklus biologi. Perbedaan kecerahan (brightness) dari objek invarian tersebut diasumsikan sebagai fungsi linier. Untuk mengurangi kesalahan akibat efek topografi (topographic effect), maka dilakukan koreksi dengan menggunakan data surface zenit angle (slope), surface azimut angle (aspect), solar zenit angle, dan solar azimut angle. Koreksi topografi dilakukan dengan menggunakan persamaan Non-Lambertian Model (Minnaert function), dimaksudkan untuk mengurangi efek bayangan dengan menurunkan nilai dijital data landsat. Koreksi topografi ini cukup efektif untuk menghilangkan efek topografi. Tetapi untuk daerah dengan kemiringan yang sangat curam (> 40%), koreksi topografi akan menimbulkan nilai-nilai dijital yang berlebihan. Sehingga diperlukan keahlian dari seorang peneliti untuk melakukan koreksi lanjutan dengan menggunakan citra yang lebih tinggi resolusinya. Klasifikasi tipe penggunaan/penutupan lahan dibagi menjadi beberapa kelas yaitu: 1) Hutan alam; 2) Hutan tanaman; 3) Kebun campuran; 4) Kebun teh; 5) Kebun karet; 6) Semak belukar; 7) Rumput; 8) Sawah/lahan basah; 9) Ladang/lahan kering (upland); 10) Lahan terbuka (bareland); 11) Lahan terbangun/pemukiman; 12) Badan air; dan 13) Awan (no data). Untuk mendapatkan hasil klasifikasi yang baik, dilakukan pengujian akurasi (accuracy assessment) terhadap hasil klasifikasi berdasarkan data hasil groundcheck. Hasil klasifikasi diharapkan memiliki nilai akurasi lebih dari 80%.

57 Analisis Tabulasi dan Deskriptif Data-data sosial ekonomi yang didapatkan dari hasil survey lapangan dan wawancara dianalisis secara tabulasi dan deskriptif. Tampilan data berupa tabel dan gambar, yang menunjukkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di lokasi penelitian. 1. Kependudukan a. Laju pertumbuhan penduduk Dihitung dengan menggunakan persamaan Geometrik (Rusli 1995): P t = P 0 (1 + r) t P t : jumlah penduduk pada akhir periode waktu t P 0 : jumlah penduduk pada awal periode waktu t r : laju pertumbuhan penduduk t : jangka waktu taksiran b. Kepadatan penduduk Merupakan perbandingan antara jumlah warga desa terhadap luasan wilayah desa pada lokasi sampel penelitian. 2. Kegiatan ekonomi a. Mata pencaharian pokok Merupakan pekerjaan utama bagi kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. b. Mata pencaharian sampingan Identifikasi dilakukan terhadap pekerjaan-pekerjaan lain anggota keluarga selain dari pekerjaan utama. 3. Hubungan masyarakat dengan hutan a. Aksesibilitas terhadap sumber daya alam Merupakan gambaran terhadap kesempatan masyarakat di sekitar hutan untuk melakukan pemanfaatan sumber daya hutan. b. Pemanfaatan sumber daya hutan Berbagai kebutuhan pokok masyarakat di sekitar hutan, dipenuhi dengan memanfaatkan sumber daya hutan. Kebutuhan tersebut antara lain berupa kayu bangunan, kayu bakar, bahan makanan, dan pakan ternak. Termasuk juga adanya kegiatan perluasan areal pertanian dan pemukiman.

58 c. Adat istiadat Merupakan kebiasaan masyarakat yang sudah diterapkan dalam kehidupan mereka secara turun temurun. 4. Taraf Hidup a. Pendapatan Pendapatan masyarakat diperoleh dari lahan pertanian, lahan hutan, peternakan rakyat, gaji pegawai, dan upah yang diterima oleh masyarakat yang bekerja di luar sawah, kebun, dan lahan tumpangsari. b. Pengeluaran rumah tangga Bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga dapat dihitung secara sederhana berdasarkan kebutuhan hidup primer. c. Kepemilikan lahan Identifikasi terhadap perubahan luas kepemilikan lahan setiap kepala keluarga yang berada pada desa sampel penelitian. d. Kesempatan kerja Menggambarkan bentuk-bentuk lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi setiap anggota masyarakat yang berada di lokasi penelitian. e. Tingkat pendidikan dan pengetahuan lokal Meliputi pendidikan formal dan non-formal yang didapatkan oleh setiap anggota masyarakat yang berada di lokasi penelitian. f. Persamaan jender Pembagian hak dan kewajiban antara lelaki dan perempuan pada berbagai bidang, antara lain: pekerjaan, pendidikan, dan status sosial. g. Keadaan rumah Rumah merupakan salah satu ukuran kemampuan ekonomi seseorang, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan taraf hidup pemiliknya. h. Sarana dan prasarana Kondisi umum sarana dan prasarana yang ada pada lokasi penelitian, meliputi: sarana transportasi, pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. i. Pemerataan Diukur dengan menggunakan data-data: pendapatan, kepemilikan lahan pertanian, kelas-kelas rumah, dan lapangan pekerjaan.

59 Analisis Regresi Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS dengan metode stepwise regression, untuk melihat hubungan antara peubah-peubah sosial ekonomi kunci/dominan (peubah bebas) terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan (peubah tak bebas) pada setiap strata desa. Analisis regresi yang dilakukan adalah analisis regresi linier berganda, dengan model persamaan sebagai berikut: Y i = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i +... + β i X 3i + ε i Y i : perubahan penggunaan dan penutupan lahan pada desa strata i β 0 : intersep ε i : sisaan β 1, β 2,, β i : kemiringan/gradien X 1i, X 2i,, X ji : peubah sosial ekonomi kunci/dominan Beberapa asumsi yang mendasari model tersebut adalah: i) ε i menyebar saling bebas mengikuti sebaran normal (0,σ 2 ); ii) ε i memiliki ragam homogen; iii) tidak adanya hubungan antar peubah X (E(X i,x j )=0, untuk semua i j); iv) ε i bebas terhadap peubah X. Untuk menguji pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebas secara simultan, diuji dengan menggunakan uji F (analisis ragam). Untuk melihat pengaruh peubah bebas secara parsial, diuji dengan menggunakan uji t-student. Untuk melihat keterandalan model, dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi (R 2 ). a. Analisis Ragam (Uji F) Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peubah bebas secara bersama-sama terhadap peubah tak bebas. Komponen ragam dari regresi linier berganda tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Struktur analisis ragam dari regresi linier berganda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah (KT) F-hitung Keragaman Bebas (JK) Regresi p JKR KTR = JKR/p KTR/KTG Galat n-p-1 JKG KTG = JKG/(n-p-1) Total n-1 JKT S 2 y = JKT/(n-1)

60 Bentuk hipotesis yang diuji dari analisis ragam di atas adalah: H 0 : β i = β i = β i = 0 H 1 : ada i dimana β i 0 Hipotesis nol ditolak jika nilai F-hitung > F α(p, (n-p-1)), atau jika peluang nyata lebih kecil dari nilai taraf nyata (α) yang ditetapkan. Jika hipotesis nol ditolak berarti dari p peubah bebas yang dilibatkan dalam model regresi linier berganda tersebut diharapkan terdapat paling sedikit terdapat satu peubah bebas yang berpengaruh langsung terhadap peubah tak bebas. b. Uji t-student Pengujian ini akan berguna jika pada pengujian analisis ragam diperoleh kesimpulan bahwa terdapat paling sedikit satu peubah bebas yang berpengaruh terhadap peubah tak bebas. Uji t-student ini bermanfaat untuk menunjukkan peubah bebas mana yang berpengaruh terhadap peubah tak bebas. Bentuk hipotesis parsial yang digunakan adalah sebagai berikut ini: H 0 : β i = k H 1 : β i k Statistik ujinya dapat dirumuskan sebagai berikut: ˆ β i k thitung = 2 S ˆ β Hipotesis nol akan ditolak bila nilai t hitung > t tabel (α/2, (n-p-1)), atau jika peluang nyata lebih kecil dari nilai taraf nyata (α) yang ditetapkan. c. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi menunjukkan kemampuan model yang dihasilkan dalam menerangkan keragaman nilai peubah tak bebas (Y). Semakin besar nilai R 2, berarti model semakin mampu menerangkan prilaku peubah Y. Besaran nilai koeifisien determinasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ini: R 2 = JKR / JKT R 2 : koefisien determinasi JKR : jumlah kuadrat regresi JKT : jumlah kuadrat total

61 Analisis Tekanan Penduduk Menurut Soemarwoto (1992), tekanan penduduk didefinisikan sebagai gaya yang mendorong penduduk desa untuk memperluas lahan garapannya atau untuk bermigrasi guna mencari sumber pendapatan baru. Secara matematis, tekanan penduduk dapat dihitung berdasarkan rumus berikut ini (Soemarwoto 1992): TP = z ( 1 α ) f t ( 1 + r) P0 β L TP = tekanan penduduk; z = luas lahan yang diperlukan untuk mendukung kehidupan pada tingkat hidup yang dianggap layak (ha/orang); z = f (H, C, S, T, M) H = tingkat hidup yang dianggap layak; C = iklim; S = tanah; T = teknologi; M = nilai pasar hasil; α = proporsi pendapatan dari pekerjaan nir-pertanian; 0 α <1; f = fraksi penduduk yang menjadi petani; 0 < f 1; P 0 = jumlah penduduk pada waktu t 0 (orang) r = laju pertumbuhan penduduk (%/tahun); t = waktu perhitungan (tahun); β = proporsi manfaat yang dinikmati oleh penduduk dari usahanya; 0 < β 1; L = luas lahan pertanian (ha). Nilai α, f, β, didapatkan dari pengamatan, wawancara dengan masyarakat, dan catatan dari desa atau kecamatan. Tekanan penduduk yang diukur pada penelitian ini, merupakan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian. Semakin besar nilai tekanan penduduk pada suatu desa, maka akan semakin luas pula lahan pertanian yang dibutuhkan oleh penduduk desa. Dengan keterbatasan lahan pertanian di desa, maka akan terdapat kemungkinan bahwa akan terjadi perluasan lahan pertanian dengan memanfaatkan kawasan hutan yang ada di sekitar desa. Sebagai alternatif dari tingginya tekanan penduduk, maka dibutuhkan lapangan pekerjaan baru di luar sektor pertanian, adanya perpindahan penduduk ke lokasi pemukiman yang baru, dan adanya usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk desa.

62 Analisis Harga Barang Pengganti dan Harga Pasar Untuk menduga besarnya nilai manfaat langsung kawasan TNGHS, dibutuhkan informasi yang meliputi: jumlah pengambil, frekuensi pengambilan, produksi rata-rata per pengambilan, harga jual, dan besarnya biaya pemanfaatan. Pada penentuan harga jual, untuk barang yang bukan barang produktif atau yang tidak diperjualbelikan, digunakan harga barang penggantinya. Sedangkan untuk barang-barang produktif, digunakan harga pasar dari barang tersebut pada tingkat produsen. Besarnya nilai manfaat langsung kawasan TNGHS pada lokasi sampel diduga dengan menggunakan persamaan matematis sebagai berikut: NML = [(P x H) B] Rp/tahun NML = nilai manfaat langsung (Rp/tahun); P = jumlah produksi per tahun (volume/tahun); P = jp x f x jd jp = jumlah pengambil (orang); f = frekuensi pengambilan (kali/tahun); jd = produksi rata-rata per pengambilan (volume); H = harga jual (Rp); B = biaya pemanfaatan (Rp). Besarnya nilai manfaat langsung untuk seluruh wilayah kawasan TNGHS diduga dengan menggunakan persamaan matematis sebagai berikut: = 1 f f Y 1 Y t 2 Y t Rp/tahun = total nilai manfaat langsung kawasan TNGHS (Rp/tahun); Y = nilai manfaat langsung pada lokasi sampel (Rp/tahun); f 1 = persentase jumlah desa sampel terhadap jumlah seluruh desa (%); f 2 = persentase jumlah responden terhadap jumlah KK di desa sampel (%).