2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen 2.2 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA. Muhammad Syahrir R, S.Pi, M.Si

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB III DESKRIPSI AREA

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SISTEM DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PPI UJONG BAROH DAN TPI KUALA BUBON KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI BUKHARI 06C

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

Tinjauan Mata Kuliah. Modul 3: Pendinginan dan Pembekuan Kegiatan Belajar 1 : Pendinginan. Kegiatan Belajar 2 : Pembekuan.

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pelabuhan Perikanan Definisi pelabuhan perikanan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...4

8 KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

6 PRAKIRAAN DAMPAK PEMINDAHAN PPI PANGANDARAN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Pengembangan Kawasan Industri Perikanan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DASAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENYULUH PERIKANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 T E N T A N G TATA CARA PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya. Menurut Deptan dan Dephub, pelabuhan perikanan sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan (BAPPENAS, 2008). Lubis (2006) mengemukakan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan, serta berfungsi untuk berlabuh dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi bahan perbekalan melaut. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994), pelabuhan perikanan merupakan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan nelayan juga sekaligus mendorong investasi di bidang perikanan. Selanjutnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional, maupun internasional. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994), aspek-aspek tersebut adalah: 1) Produksi, yaitu bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan melaut sampai membongkar hasil tangkapannya. 2) Pengolahan, yaitu bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya. 3) Pemasaran, yaitu bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapannya.

5 Pengembangan ekonomi perikanan tersebut hendaknya ditunjang oleh industri perikanan baik hulu maupun hilir dan pengembangan sumber daya manusia khususnya masyarakat nelayan (Lubis, 2006). Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama, yaitu PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera), PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara), PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai), dan PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan). Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan (Direktorat Pelabuhan Perikanan, 2005b). 2.1.2 Pengertian pelabuhan perikanan pantai Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) adalah pelabuhan perikanan yang diperuntukkan bagi nelayan yang beroperasi di perairan pantai, mempunyai perlengkapan untuk menangani dan/atau mengolah ikan sesuai dengan kapasitasnya (Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, 2004 vide BAPPENAS, 2008). Karakteristik pelabuhan perikanan pantai berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 antara lain memiliki kriteria PP sebagai berikut: 1) Daerah operasional kapal ikan yang dilayani: perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, wilayah ZEEI. 2) Fasilitas tambat/labuh kapal: 10-30 GT. 3) Panjang dermaga dan kedalaman kolam: 100-150 m dan >2 m. 4) Kapasitas menampung kapal: >300 GT (ekivalen dengan 30 buah kapal berukuran 10 GT). 5) Ekspor ikan: tidak ada. 6) Luas lahan: 5-15 ha. 7) Fasilitas pembinaan mutu hasil perikanan: tidak ada. 8) Tata ruang (zonasi) pengolahan/pengembangan industri perikanan: ada. (Direktorat Pelabuhan Perikanan. 2005b).

6 Selanjutnya dikatakan dalam Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Pengembangan Sentra-Sentra Perikanan, DKP tahun 2002, bahwa tanggung jawab pengelolaan pelabuhan perikanan pantai (Ps. 22. UU. Desentralisasi th.1999) dipegang oleh propinsi. Peraturan untuk pelabuhan perikanan pantai ini antara lain Ijin Tonage Kapal (PP No. 141 th. 2000) sebesar 10-30 GT, Ijin Mesin Kapal (PP No. 141 th. 2000) sebesar >30-90 HP, dan Ijin Daerah Tangkapan sejauh 4-12 mil laut (Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, 2004 vide BAPPENAS, 2008). Menurut Lubis (2006), lokasi pelabuhan perikanan pantai dicirikan oleh kondisi: 1) Daerah yang sudah berkembang dan mempunyai daya serap tinggi terhadap jumlah ikan yang didaratkan; 2) Pelabuhan perikanan tumbuh menjadi tempat pemusatan produk ikan dari berbagai daerah sekitar perkampungan nelayan (fisheries community) untuk didistribusikan ke hinterland atau interinsuler, dalam bentuk ikan segar atau ikan olahan melalui darat atau laut; 3) Volume ikan yang didaratkan mencapai skala ekonomis bagi pengembangan usaha perikanan tangkap, perdagangan dan industri pengolahan pasca panen; 4) Kapal ikan telah menggunakan tingkat teknologi maju yang beroperasi di perairan sekitar lokasi (lebih 4 mil s/d 12 mil) atau wilayah perikanan lainnya. Karakteristik kapal akan didominasi pada ukuran yang lebih besar (>10 GT). 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan Salah satu fungsi umum pelabuhan ialah fungsi untuk menangani barangbarang yang pusat penggerak sirkulasinya ada di hinterland. Fungsi ini terbagi menjadi fungsi transit dan fungsi industri. Fungsi industri dapat terjadi karena pelabuhan memberikan pelayanan terhadap pabrik-pabrik industri yang terletak di wilayah pelabuhan. Keuntungan dari pabrik-pabrik industri yang berlokasi di pelabuhan bahwa barang-barang yang dihasilkan oleh pabrik tersebut bila akan didistribusikan melalui transportasi laut, pengangkutannya tidak memerlukan perantara atau biaya transportasi dari pabrik ke pelabuhan (Lubis, 2006). Menurut Lubis et al. (2010), fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya secara khusus adalah merupakan pusat kegiatan ekonomi perikanan

7 baik ditinjau dari aspek produksi, pengolahan, maupun pemasaran. Aspek tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1) Aspek produksi Dalam hal ini pelabuhan perikanan lebih ditekankan sebagai pemusatan sarana dan kegiatan produksi antara lain: tempat pemusatan armada penangkapan untuk mendaratkan hasil tangkapan, menyediakan tempat berlabuh yang aman, menjamin kelancaran membongkar hasil tangkapan, menyediakan suplai logistik. 2) Aspek pengolahan Pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian dari pasca tangkap. 3) Aspek pemasaran Pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan nelayan. Dengan demikian struktur pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Menurut Nugroho (2008), ditinjau dari aspek sosial ekonomi nelayan, keberadaan pelabuhan perikanan dan pemanfaatannya mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan. Faktor yang mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan antara lain ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas yang terjamin, peluang pasar yang ditandai oleh tingginya permintaan masyarakat terhadap produk olahan perikanan, dan dukungan pemerintah. Selain itu pemanfaatan pelabuhan perikanan sebagai pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan nelayan diindikasikan dengan adanya tempat pelelangan ikan dan pasar ikan. Tempat pelelangan ikan menjadi tempat pertemuan antara nelayan dengan calon pembeli. Melalui mekanisme pelelangan, pemasaran hasil tangkapan nelayan lebih terjamin. Pasar ikan dapat berkembang di sekitar pelabuhan perikanan yang merupakan tempat pertemuan antara nelayan, pedagang, dan calon konsumen atau calon pembeli. Fungsi pelabuhan perikanan menurut UU No. 31 Tahun 2004 adalah tempat: 1) Tambat-labuh kapal perikanan 2) Pendaratan ikan

8 3) Pemasaran dan distribusi ikan 4) Pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan 5) Pengumpulan data tangkapan 6) Pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan, dan 7) Memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan. 2.3 Produksi Hasil Tangkapan 2.3.1 Pengertian produksi hasil tangkapan Dalam pengertian ekonomi, produksi dan distribusi (marketing) adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa (Hanafiah dan Saefuddin, 2006). Menurut Lubis et al. (2010) produksi hasil tangkapan merupakan aspek penting di pelabuhan perikanan yang harus diperhatikan karena produksi sebagai salah satu indikasi tingkat fungsionalisasi suatu pelabuhan perikanan (PP) atau pangkalan pendaratan ikan (PPI). Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pengelola PP/PPI dari aspek produksi perikanan adalah jumlah, jenis dan ukuran, serta kualitasnya. 2.3.2 Faktor-faktor produksi Menurut Pane (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan di pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan adalah: 1) Ikan yang didaratkan, antara lain: (1) Jenis ikan, yaitu pelagis atau demersal dan ikan dikelompokkan menurut kelompok sumber daya ikan. Jenis ikan mempengaruhi penangkapan, seleksi, dan cara penanganan, harga ikan, serta kegiatan jenis pengolahan di pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan (pabrik yang dibangun). (2) Ukuran ikan, yang akan mempengaruhi penanganan ikan, yaitu pada seleksi, bentuk penanganan (ukuran keranjang), jumlah es dan garam yang dipakai, harga ikan, pengaturan tata ruang cool room, serta transportasi ikan (ukuran dan pengaturan ruang transportasi). (3) Volume pendaratan, yaitu mempengaruhi fasilitas, aktivitas, dan manajemen pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan.

9 2) Faktor kepelabuhanan perikanan, yang mempengaruhi produksi: (1) Kondisi, jumlah, dan jenis fasilitas yang ada. (2) Kemampuan pengelolaan pelabuhan perikanan, yaitu: pelabuhan perikanan (Perum, UPT); tempat pelelangan ikan (TPI); fasilitas komersial dan non komersial; serta kebijakan. (3) Pengelolaan unit-unit kegiatan dan transportasi. (4) Organisasi dan penunjang lainnya seperti perbankan, serta asosiasi buruh dan nahkoda. 3) Faktor penangkapan ikan, yang mempengaruhi produksi: (1) Kondisi kenelayanan atau usaha penangkapan ikan; (2) Kondisi armada (unit penangkapan); (3) Kondisi alam perairan; (4) Kemampuan pengelolaan operasi penangkapan: nelayan dan pengusaha atau perusahaan. 4) Persaingan antar pelabuhan perikanan (1) Harga yang lebih tinggi; (2) Pelayanan pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan; (3) Kebutuhan jenis ikan tertentu di suatu pelabuhan perikanan; (4) Fasilitas yang lebih baik dan lengkap; (5) Keterkaitan hubungan dengan pemilik modal. 5) Kebijakan pemerintah tentang: (1) Peraturan sumber daya ikan; (2) Peraturan penangkapan; (3) Lain-lainnya: fasilitas pelabuhan perikanan, harga ikan, pengolahan pelabuhan perikanan dan TPI. Menurut Lubis et al. (2010), usaha-usaha pengolahan/industri perikanan akan kekurangan bahan baku ikan bila produksi sedikit atau volume produksi yang didaratkan belum mencapai target klasifikasi pelabuhan, sehingga usahausaha pengolahan/industri perikanan harus mencari ikan ke tempat lain di luar PP/PPI tersebut. Oleh karena itu pihak pengelola pelabuhan harus dapat menyediakan produksi ikan secara kontinyu untuk menarik masyarakat perikanan dalam memanfaatkan pelabuhan. Sebaliknya apabila produksi banyak/melimpah,

10 maka dapat terjadi ketidakseimbangan antara volume produksi dengan jumlah pembeli sehingga harga ikan turun. Hal-hal yang harus diantisipasi oleh pengelola suatu PP/PPI bila produksi hasil tangkapan yang didaratkan sedikit antara lain pihak pelabuhan harus cepat tanggap dengan cara menganalisis penyebab produksi sedikit dan/atau menurun, dari mana produk bisa didapatkan kembali, serta usaha-usaha apa yang harus dilakukan agar kapal mau datang ke PP/PPI. Sebaliknya apabila produksi hasil tangkapan yang didaratkan banyak, maka pengelola pelabuhan harus mencari ide untuk dapat memanfaatkan produksi yang melimpah dalam bentuk olahan atau menyimpannya dalam cold storage. Produksi perikanan yang didaratkan di suatu pelabuhan menurun, antara lain karena harga ikan di PP/PPI tidak layak, lokasi PP/PPI berjauhan dengan lokasi perumahan nelayan (untuk perikanan skala kecil), daerah pemasarannya jauh atau terdapat permasalahan dalam pendistribusian ikan setelah didaratkan di PP/PPI, potensi perikanan di fishing ground-nya sudah menurun, tidak terdapatnya fasilitas yang diperlukan dan atau beberapa fasilitas yang ada sudah rusak, serta tidak terdapatnya pengorganisasian aktivitas yang baik di PP/PPI (Lubis et al., 2010). Peningkatan produksi secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Hal ini tergantung pada mekanisme pasar apakah dapat mewujudkan harga yang menguntungkan bagi nelayan dan masih berada dalam jangkauan pembeli (Direktorat Jenderal Perikanan, 1981 vide Aziza, 2000). 2.4 Distribusi/Pemasaran Pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun bagi pedagang. Dengan demikian maka sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak khususnya bagi nelayan. Proses pemasaran berawal dari ikanikan yang telah didaratkan dibawa ke gedung pelelangan ikan untuk dicatat jumlah dan jenisnya. Setelah itu ikan disortir dan diletakkan pada keranjang atau basket plastik, selanjutnya dilaksanakan pelelangan dan dicatat hasil transaksinya.

11 Namun sering terjadi pada banyak pelabuhan di Indonesia, penyortiran telah dilakukan di atas kapal sehingga setelah ikan sampai di tempat pelelangan, ikan tidak perlu disortir lagi. Pedagang atau bakul ikan mengambil ikan-ikan yang telah dilelang atau dibeli secara cepat, kemudian ikan diberi es untuk mempertahankan mutunya. Selanjutnya ikan dipasarkan dalam bentuk segar dan diangkut dengan truk-truk atau mobil-mobil bak terbuka dan/atau mobil-mobil yang telah dilapisi dengan styrofoam atau dilengkapi dengan sarana pendingin (Lubis, 2006). Dalam pendistribusian hasil tangkapan dari pelabuhan perikanan ke hinterland-nya dapat melalui transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi darat sendiri dapat menggunakan mobil maupun kereta api (Lubis et al., 2010). Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau mudah rusak (perishable), oleh karena itu pengangkutannya perlu dilaksanakan dengan alat pengangkutan yang dilengkapi dengan alat atau mesin pendingin (Hanafiah dan Saefuddin, 2006). Menurut Misran (1985) yang diacu dalam Aziza (2000), sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan di Indonesia, yaitu: 1) TPI pedagang besar pedagang lokal pengecer konsumen. 2) TPI pedagang besar pedagang lokal konsumen. 3) TPI pengecer konsumen. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) yang diacu dalam Yundari (2005), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran pemasaran atau penyaluran hasil perikanan adalah: 1) pembongkaran ikan dari perahu atau kapal tidak berjalan lancar, 2) macam-macam pungutan yang dibebankan kepada nelayan dan pedagang ikan, 3) penyampaian informasi pasar yang sangat minim, dan 4) banyaknya barang subtitusi yang relatif murah. Pemasaran produk perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi yang memindahkan produk dari sektor produksi ke sektor konsumsi yang umumnya melibatkan berbagai lembaga pemasaran di pelabuhan perikanan. Mulai dari proses awal pemindahan ikan dari kapal ke darat yang melibatkan institusi bakul,

12 kemudian transaksi jual beli ikan yang dilakukan antara nelayan/pemilik kapal dengan pedagang pengumpul, distribusi ikan ke luar pelabuhan yang juga melibatkan eksportir, hingga perusahaan jasa pendukung seperti penyewaan cold storage, truk, dan sejenisnya (Direktorat Pelabuhan Perikanan, 2005a). Menurut Lubis et al. (2010), kualitas pemasaran produksi perikanan merupakan hal penting yang berkaitan dengan pengelolaan suatu pelabuhan perikanan karena kualitas pemasaran ini akan berkaitan dengan harga. Untuk mengetahui apakah kualitas pemasaran hasil tangkapan bagus atau tidak dibandingkan dengan rata-rata kualitas pemasaran di tingkat propinsi atau nasional, dapat dilakukan melalui pendekatan indeks relatif nilai produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks relatif nilai produksi hasil tangkapan adalah bergantung pada banyak variabel, antara lain metode penangkapan, tipe pemasaran (lokal, nasional, ekspor), tipe spesies ikan hasil tangkapan, penanganan hasil tangkapan di kapal dan di pelabuhan. 2.5 Industri Pengolahan Ikan Di dalam suatu pelabuhan perikanan yang besar umumnya terdapat aktivitas industri, yaitu industri penangkapan dan industri pengolahan ikan. Industri pengolahan terkait dengan aktivitas-aktivitas pengolahan ikan seperti pemindangan, pengasinan, pembuatan terasi, pembekuan ikan, dan aktivitasaktivitas terkait lainnya (Hanafiah dan Saefudin, 1983 vide Sumiati, 2008). Menurut Pane (2007), aktivitas-aktivitas yang ada di pelabuhan perikanan dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelompok, yaitu: 1) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan, antara lain aktivitas penanganan, pendaratan, pemasaran atau pelelangan ikan dan pendistribusiannya. 2) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan ikan, antara lain aktivitas pembekuan ikan, pengolahan ikan, serta pemasaran dan distribusi hasil olahan. 3) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan ikan. 4) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan melaut. 5) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan pelaku aktif.

13 Pelaku aktif di sini adalah nelayan atau pengusaha penangkapan, ABK, nahkoda, pengolah ikan, pedagang, pembeli, buruh pengangkut, dan lainnya. 6) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan penunjang pelabuhan perikanan. 7) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan. Selanjutnya dikatakan bahwa industri perikanan di pelabuhan perikanan, disebut industri kepelabuhanan perikanan (IKP), terdiri atas tiga kelompok, yaitu industri penangkapan ikan, industri pengolahan ikan, dan industri tambahan atau pendukung. Batasan dari industri pengolahan ikan adalah kelompok usaha di pelabuhan perikanan yang aktivitasnya bersifat terkait langsung dengan upaya menghasilkan produk olahan ikan (dalam arti luas: ikan, krustasea, moluska, binatang air lainnya dan tumbuhan air dari hasil tangkapan atau eksploitasi alami dan hasil budidaya) dalam jumlah besar. Aktivitas dari industri pengolahan ikan terdiri atas pembekuan ikan (ikan, udang, dan lain-lain) dan pengolahan ikan. Pengolahan ikan dalam arti luas terdiri atas: (a) pengolahan tradisional, seperti pemindangan ikan, pengeringan ikan, pengasapan ikan, fermentasi ikan (terasi, petis, kecap ikan, dan lain-lain), kerupuk ikan, dan lain-lain; (b) pengolahan semi modern, seperti pengalengan ikan, filet ikan, pembuatan makanan jadi berbahan ikan (bakso ikan, fish nugget, supi, dan lain-lain), dan lain-lain; (c) pengolahan modern, seperti surimi, industri tingkat tiga dari rumput laut (bahan kosmetik, kesehatan, obat-obatan, dan lain-lain). Jenis olahan yang umumnya terdapat di pelabuhan perikanan Indonesia kecuali Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Jakarta, masih bersifat tradisional dan kiranya belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi dan cara pengepakan yang baik antara lain jenis pengolahan pengasinan dan pemindangan. Jenis industri olahan lainnya yang sering dijumpai di lingkungan luar pelabuhan seperti pengalengan ikan, kerupuk, dan terasi (Lubis, 2006). Menurut Pane (2007), penetapan jenis industri di suatu pelabuhan perikanan dilakukan dengan mempertimbangkan: 1) Bahan baku utama, antara lain ikan basah segar dan ikan basah tidak segar...(kurang sampai tidak segar).

14 2) Jenis ikan yang tersedia. 3) Ukuran ikan yang tersedia. 4) Prasarana atau infrastruktur serta jenis sarana yang tersedia dan yang akan dibangun di pelabuhan perikanan dan/atau di sekitar pelabuhan perikanan. 5) Bahan-bahan penunjang atau tambahan yang tersedia, seperti kaleng dan tomat (untuk industri ikan kaleng), serta es (pabrik es) untuk filet ikan. 6) Pelayanan yang tersedia di pelabuhan perikanan, mencakup jenis dan cara pelayanan bahan baku industri, jenis dan cara pelayanan fasilitas, serta pelayanan pengurusan kemudahan perijinan (ekspor dan sebagainya). Selanjutnya dikatakan bahwa penetapan jenis industri di suatu pelabuhan perikanan sangat penting karena akan berdampak kepada ketertarikan investor untuk masuk ke pelabuhan perikanan dan kepada pengembangan industri di pelabuhan perikanan. Prinsip menarik investor berinvestasi di pelabuhan perikanan antara lain menyediakan kebutuhan industri sesuai dengan kebutuhan industri, biaya-biaya sewa dan biaya-biaya pelayanan yang terjangkau dan kompetitif dengan pelabuhan lain, serta memberikan kemudahan yang keseluruhannya mampu memberikan atau menciptakan daya saing yang tinggi bagi industri di pelabuhan perikanan. Penetapan lokasi industri di dalam pelabuhan perikanan dilakukan dengan mempertimbangkan jenis industri atau pabrik yang akan dibangun, luasan rata-rata atau skala per jenis industri yang akan dibangun, luas lahan pelabuhan yang tersedia, kedekatan lokasi industri dengan bahan baku utama dan tambahan, kedekatan lokasi industri dengan fasilitasfasilitas pelabuhan yang ada, serta kedekatan lokasi industri dengan pelayananpelayanan pelabuhan perikanan. Jenis industri pengolahan ikan yang sudah berkembang di Muncar adalah industri pengalengan, pindang, gaplek ikan, tepung ikan, minyak ikan, dan kerupuk ikan. Kondisi ini menunjukkan sudah berkembangnya kegiatan agroindustri pengolahan ikan hasil tangkapan baik dalam bentuk pengolahan tradisional maupun modern (Mira, Sari YD, dan Koeshendrajana S, 2007).