BAB 1 LATAR BELAKANG. Tampil cantik dan menarik merupakan suatu kebutuhan yang selalu ada dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. dengan scrub,facial,serta menggunakan lotion wajah hingga tubuh. Ada

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri industri yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk memiliki kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. telah bermunculan berbagai macam klinik maupun salon yang menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi kaum wanita. Kecantikan merupakan harta yang

BAB I PENDAHULUAN. juga dari kebersihan dan kecantikan seseorang. Diera globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini semakin meningkat. Terkait dengan hal tersebut, orang tidak lagi

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpenampilan. Cantik merupakan kunci utama bagi kaum wanita yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman di era modern ini, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, dunia usaha khususnya di Indonesia sedang dilanda

Kesejahteraan Masyarakat dan Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin majunya zaman, perekonomian, dan teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotler (2003 (M. FarisNaufal, 2014) Vitality Show diakses pada 14 September 2015). Departemen Riset IFT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat pada saat ini. Contohnya penggunaan komputer sebagai

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren

BAB I. PENDAHULUAN. orang yang menginginkan kulit yang sehat, khususnya wanita yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan jasa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan pembelian. Menurut Setiadi (2007: 44) perilaku konsumen

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

Data Agregat per Kecamatan. Kota Tangerang Selatan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Lebih dari 2,25 miliar cangkir kopi diminum setiap harinya dan lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penjualan dan pemberian pelayanan kepada konsumen untuk penggunaan

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha merupakan suatu kondisi yang UKDW. dihadapi oleh perusahaan. Dengan adanya perekonomian global membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk melayani pasar konsumen. Pemasaran bukan sekedar fungsi bisnis

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. beberapa pihak yang berkompeten menyatakan bahwa sukses usaha di bidang

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan masyarakat akan perawatan kecantikan. Klinik-klinik

BAB I PENDAHULUAN. meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Industri kecantikan terus

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju mengakibatkan

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TANAMAN HIAS DI PASAR NANGKA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis jasa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, berkembang

Lingkungan Pemasaran

ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA SALON ANGGI

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB 1 LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha saat ini khususnya di Indonesia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Maraknya perkembangan dunia usaha yang tidak lepas dari persaingan saat ini UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

PENGARUH GENDER DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL SKRIPSI. Disusun oleh: HAIKAL HABIB HUSAIN

STUDI KELAYAKAN USAHA PADA PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO BANGUNAN SINAR MULIA 2. Rendy Niechual

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian saat ini tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 145,180 orang dengan sex ratio sebesar 98 persen

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dewasa ini menuntut agar setiap perusahaan memiliki

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

KONSEP DEMAND DALAM SEKTOR KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan

Transkripsi:

BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Tampil cantik dan menarik merupakan suatu kebutuhan yang selalu ada dalam setiap manusia. Kebutuhan untuk tampil cantik dan menarik merupakan kebutuhan lahiriah yang hadir sejak manusia dilahirkan dan terus meningkat dari waktu-kewaktu sesuai dengan kondisi biologis manusia yang dipengaruhi oleh faktor umur dan lingkungan sehingga dapat dikatakan bahwa keinginan untuk tampil cantik dan menarik bersifat universal. Kebutuhan untuk tampil cantik dan menarik diatas menciptakan peluang bisnis-bisnis yang memberikan solusi atas kebutuhan lahiriah manusia tersebut. Di Indonesia usaha salon merupakan usaha awal yang memberikan solusi untuk tampil cantik dan menarik, namun memiliki keterbatasan dalam hal perawatan tubuh. Pada fase berikutnya muncul usaha perawatan tubuh spa dan massage yang lebih fokus kepada perawatan tubuh. Namun berjalan dengan waktu kebutuhan manusia untuk cantik dan menarik terus meningkat hingga pada solusi atas masalah kecantikan kulit. Peningkatan kebutuhan manusia khususnya wanita merupakan salah satu faktor meningkatnya pertumbuhan usaha kecantikan di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu media online pada tanggal 21 Maret 2013, disebutkan prediksi pertumbuhan industri kecantikan indonesia secara umum sebesar 20 persen hingga tahun 2014 dimana konsumsi pasar kosmetik produk sebagai salah satu 1

produk di distribusikan oleh usaha kecantikan di indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 10 11 persen setiap tahunnya (http://www.premiumbeautynews.com/en/indonesia-a-cornerstone-of-l-oreal,4835, 22 maret 2013). Pada data indeks industri besar dan sedang Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada kategori Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia menunjukan pertumbuhan rata-rata pada tahun 2011 sebesar 12 persen meskipun pada tahun 2008 mengalami penurunan dari pertumbuhan tahun 2007 yang dipengaruhi oleh harga material produk kimia akibat dari krisis ekonomi dunia. Tabel 1.1 Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Dua Digit Kode ISIC, 2007 2011 Sumber : Data Badan Pusat Statistik Indonesia Besarnya kebutuhan atas pelayanan jasa kecantikan terhadap kebutuhan lahiriah manusia diatas selain oleh karena semakin kompleksnya permintaan kecantikan juga sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan laju penduduk Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia merupakan sebuah potensi pasar bagi industri kecantikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 tercatat sebanyak 237 juta jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 1.49 persen. 2

Tabel 1.2 Penduduk dan Laju Pertumuhan Penduduk 2000 dan 2010 Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (%) Negara 2000 2010 1990-2000 2000-2010 Indonesia 205.132.458 237.641.326 1.40 1.49 Sumber : Booklet Badan Pusat Statistik Nasional Bulan Agustus 2012 Data statistik kependudukan menurut jenis kelamin dan umur pada tahun 2010, wanita Indonesia pada kelompok umur 10-59 tahun memiliki prosentase sebesar 36 persen dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010. Jumlah populasi wanita dengan kelompok umur diatas merupakan potensi pasar industri kecantikan dalam negeri yang besar, dimana wanita dengan kelompok umur diatas merupakan kelompok pelajar, mahasiswi, karyawan, dan Ibu rumah tangga yang memiliki kebutuhan dan kompleksitas kecantikan yang beragam dan pada dasarnya adalah target utama dari usaha kecantikan di dalam negeri. Dalam perkembangannya pasar dari usaha kecantikan Indonesia tidak hanya berasal dari kaum hawa namun juga berasal dari kaum adam. Pasar yang berasal dari kaum adam umumnya sangat kecil yang muncul sebagai bagian dari tren khidupan dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan kulit dan wajah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil survei yang dilakukan kepada beberapa pria yang telah memiliki penghasilan tetap, bekerja sebagai staff perusahaan dan berusia 25 hingga 40 tahun. Perubahan kesadaran akan kesehatan tersebut memperbesar potensi pasar industri kecantikan di Indonesia yang sebelumnya hanya dilakukan oleh kaum Hawa. 3

90-94' 80-84' 70-74' 60-64' 50-54' 40-44' 30-34' 20-24' 10-14' 0-4 Perempuan Laki-laki - 5.000.000 10.000.000 15.000.000 Gambar 1.1 Grafik Penduduk Menurut Jenis kelamin dan Umur Tahun 2010 Selain kompleksitas kebutuhan kecantikan serta potensi penduduk yang besar, pertumbuhan ekonomi memberikan andil dalam meningkatkan pertumbuhan usaha kecantikan di Indonesia dikarenakan biaya yang dikenakan untuk layanan skincare cukup tinggi. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang negative. Pertumbuhan negative sebesar minus 13,13 persen dengan PDP Perkapitan sebesar Rp 4,760, 842 rupiah, dikarena kondisi krisis moneter yang terjadi di dalam negri. Pertumbuhan ekonomi negative berangsur mengalami pemulihan dimulai pada tahun 1999, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan positive sebesar 0,79 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif terus mengalami laju pertumbuhan yang baik setiap tahunnya hingga pada tahun 2011, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,46 persen dengan PDP perkapitan sebesar Rp 30.812.926. 4

Tabel 1.3 Produk Domestik Bruto,Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Domestik Bruto Per Kapita, 1990-2011 Sumber : Booklet Badan Pusat Statistik Nasional Bulan Agustus 2012 Laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat positif setiap tahunnya. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut meningkatkan jumlah ekonomi kelas menengah di 5

Indonesia dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan bank dunia (www://hattarajasa.info) kelompok ekonomi menengah Indonesia pada tahun 2003 hanya sebesar 37,7 persen dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,78 persen. Pada tahun 2010 kelompok ekonomi menengah Indonesia mengalami peningkatan hingga 56,6 persen atau sekitar 134 juta jiwa dimana pada tahun tersebut tingkat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada 6,20 persen. Peningkatan kelompok masyarakat ekonomi menengah secara tidak langsung juga meningkatkan tingkat konsumtif masyarakat pada kebutuhan sekunder maupun tertier. Dengan meningkatnya tingkat konsumtif rata-rata masyarakat khususnya kelompok masyarakat ekonomi menengah pada kebutuhan sekunder dan tertier akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap industri kecantikan. Peningkatan usaha kecantikan dapat dilihat dari peningkatan konsumsi bukan makanan. Berdasarkan data BPS, pengeluaran rata-rata perkapita untuk barang bukan makanan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 28 persen dari tahun 2010 dimana pengeluaran perkapitan rata-rata jasa dan barang sebagai bagian dari kelompok barang bukan makanan berada pada posisi no 2 setelah perumahan dengan peningkatan pada tahun 2012 sebesar 36 persen dari tahun 2010. Peningkatan atas data konsumsi rata-rata bukan makanan memberikan gambaran atas pertumbuhan usaha kecantikan sebagai bagian dari kelompok jasa dan barang. 1.2. Lingkungan Internal Perusahaan J.L Skincare merupakan perusahan yang bergerak pada pelayanan jasa kecantikan. Didirikan pada tahun 2010 di kecamatan Pondok Aren. J.L Skincare 6

merupakan bisnis unit dari yayasan J.L medika yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan umum. Pendirian J.L Skincare berdasarkan atas adanya permintaan dan kebutuhan masyarakat atas layanan perawatan kulit serta potensi pasar yang cukup besar di wilayah Pondok Aren akan jasa perawatan kulit. Tabel 1.4 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan Menurut Kelompok Barang (Rupiah) Kelompok Barang Tahun 2010 2011 2012 Makanan 254.520 285.413 323.478 Bukan Makanan 240.325 303.548 309.791 Perumahan 100.750 111.410 133.331 Barang dan jasa 83.050 105.814 112.980 Barang tahan lama 25.455 28.018 32.597 Pakaian dan alas kaki 16.747 40.997 11.044 Pajak dan asuransi 7.770 8.885 9.361 Keperluan acara 6.554 8.423 10.478 Sumber : Booklet Badan Pusat Statistik Nasional Bulan Agustus 2012 J.L Skincare memulai usaha kecantikan dengan menyewa sebuah ruang usaha berukuran 30 meter persegi. Ruang usaha tidak jauh dari perumahan modern Bintaro serta berada dekat dengan pemukiman dan perumahan penduduk yang berkembang pesat di jalan Ceger Raya, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang Selatan. J.L Skincare merupakan sebuah usaha kecantikan yang memadukan konsep antara usaha kecantikan medis melalui jasa konsultasi dan tindakan medis serta usaha kecantikan non medis seperti rambut dan tubuh. Perpanduan Konsep usaha jasa kecantikan digunakan untuk memberikan jasa perawatan kecantikan yang lengkap pada satu tempat bagi pelanggan perawatan kecantikan. 7

Cakupan wilayah Pondok Aren, Lokasi Usaha Kecantikan Cakupan wilayah ekspansi (Ciputat) Pondok Aren Gambar 1.2 Cakupan Wilayah J.L Skincare Pondok Aren dan Ciputat Konsep usaha dengan menggabungkan dua buah konsep kecantikan ini jarang di aplikasikan oleh usaha kecantikan yang pada umumnya hanya terfokus kepada satu model kecantikan saja. Konsep dengan menggabungkan dua konsep kecantikan ini tidak dimiliki oleh usaha kecantikan lainnya yang berada di wilayah komplek perumahan modern Bintaro dan Jurangmangu Tangerang Selatan Untuk dapat bersaing dengan usaha perawatan kecantikan lainnya selain elemen produk dan lokasi yang telah dibahas diatas, terdapat elemen harga sebagai salah satu bagian dari produk pemasaran. Usaha perawatan J.L Skincare memadukan konsep kecantikan serta lokasi yang berada diantara komplek perumahan elit dan wilayah yang sedang berkembang sebagai salah satu cara yang dilakukan untuk menjual dan mendistribuiskan produk jasa yang berbeda dari pesaing lainnya. Perbedaan yang telah dilakukan diatas tidak serta merta menjadi kan usaha kecantikan J.L Skincare menjadi pilihan utama bagi para pelanggan. Harga menjadi 8

salah satu dari beberapa elemen diatas yang menjadi sebuah pilihan bagi konsumen dala menentukan dalam memilih pusat perawatan kecantikan. J.L Skincare dalam menawarkan jasa produk kecantikan menetapkan harga yang bersaing dengan usaha kecantikan lainnya. Harga atas pelayanan dan perawatan kecantikan terbagi atas dua kelompok yang didasarkan atas dua jenis kelompok produk kecantikan yang disediakan. Kedua kelompok harga tersebut adalah kelompok perawatan kecantikan medis dan kelompok perawatan kecantikan tubuh dan rambut (non medis). Saat ini usaha kecantikan J.L Skincare cabang Pondok Aren mempekerjakan 5 orang karyawan terdiri atas: 1 karyawan stylish ( Pemotong dan penata rambut), 2 karyawan Staff assisten, 1 karyawan beautician dan 1 karyawan dokter. Jadwal operasional usaha kecantikan J.L Skincare dimulai dari jam 10.00 pagi hingga jam 8.00 Malam. Hari kerja operasional usaha perawatan kecantikan J L skincare adalah 6 hari dalam seminggu. 1.3. Rumusan Masalah Organisasi dalam menjalankan bisnisnya berupaya untuk dapat meningkatkan pendapatan dari usaha kecantikan yang sedang dijalaninya. Terdapat 3 dimensi yang umumnya dilakukan oleh organisasi dalam meningkatkan hasil usahanya. Ketiga dimensi tersebut adalah dimensi produk dengan meningkatkan skala produk dan menambah variasi produk, dimensi rantai nilai dengan melakukan integrasi vertikal maupun horisontal serta dimensi geografis dengan melakukan ekspansi untuk meningkatkan ukuran dan daya saing perusahaan (economic of strategi, Besanko). Selain ketiga dimensi diatas organisasi dalam meningkatkan persaingan dengan 9

melalui skala ekonomi dan skala luasan. Skala ekonomi digunakan organisasi dengan tujuan meningkatkan produksi barang atau jasa dengan biaya yang serendah mungkin dengan melakukan produksi massal, sedangkan pada strategi luasan ekonomi dipilih perusahaan dengan melakukan efisiensi biaya atas penggabungan cakupan kerja atau unit. Pertumbuhan industri kecantikan yang senantiasa meningkat sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah potensi bisnis yang perlu untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil usaha tahun 2013 J.L Skincare memperoleh hasil pendapatan usaha yang baik (Tabel 4.10 Jumlah Layanan dan Pertumbuhan Skincare Cabang Pondok Aren). Hasil pendapatan tersebut diperoleh penjualan jasa dan produk yang berasal dari wilayah yang menjadi target pasar dari usaha kecantikan J.L Skincare di wilayah kelurahan Jurangmangu, Pondok Aren. Namun demikian pertumbuhan hasil usaha J.L Skincare memiliki peningkatan yang terbatas oleh karena keterbatasan cakupan wilayah yang menjadi target pasar dari usaha kecantikan J.L Skincare selain keterbatasan oleh ruang usaha yang dimiliki saat ini. Untuk dapat meningkatkan hasil yang lebih maka diperlukan perluasan pasar dari market pasar yang telah ada saat ini. Ekpansi dengan menerapkan dimensi geografis merupakan pilihan yang akan dilakukan oleh J.L Skincare untuk memperluas target pasar usaha jasa kecantikan selain meningkatkan ukuran serta daya saing organisasi. Pemilihan wilayah yang memiliki populasi penduduk dengan tingkat perekonomian yang baik serta persiapan 10

yang dilakukan dalam upaya perencanaan ekspansi ini menjadi rumusan masalah dalam penulisan perencanaan ekspansi jasa kecantikan. 1.4. Tujuan Studi Penulisan tugas akhir memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah: 1) Sebagai sarana penulis dalam melakukan kajian dalam perencanaan ekspansi bisnis usaha jasa kecantikan di kecamatan Ciputat. 2) Sebagai sarana penulis dalam mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari selama dibangku kuliah di dalam dunia bisnis. 3) Membantu para pelaku usaha dalam melakukan pengembangan usaha khususnya usaha kecantikan yang sedang bertumbuh dalam beberapa tahun belakangan ini. 4) Sebagai acuan kepada pelaku maupun pimpinan usaha kecil dan menengah yang hendak melakukan perencanaan ekspansi bisnis dengan menggunakan dimensi geografi ke wilayah lainnya guna meningkatkan hasil dari pelaksanaan usaha bisnis yang dijalananinya. 11